• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPER Pondasi Masyarakat Jaringan Sosial, Status Sosial, dan Peran Sosial serta Institusi Sosial

N/A
N/A
Gebrina Rizkika

Academic year: 2024

Membagikan "PAPER Pondasi Masyarakat Jaringan Sosial, Status Sosial, dan Peran Sosial serta Institusi Sosial"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER

Pondasi Masyarakat

Jaringan Sosial, Status Sosial, dan Peran Sosial serta Institusi Sosial

PENYUSUN : GEBRINA RIZKIKA ( 2301114178 )

DOSEN PENGAMPU : TEGUH WIDODO S. SOS.,M.Si MATA KULIAH : PENGANTAR SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU

2023

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun berhasil menyelesaikan makalah yang

berjudul Pondasi Masyarakat : Jaringan Sosial, Status Sosial, dan Peran Sosial serta Institusi Sosial tepat pada waktunya.

Tak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak Teguh Widodo yang telah membimbing penyusun dalam menyempurnakan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sosiologi.

Penyusun sadar akan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca semua. Akhir kata

penyusun ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 30 September 2023

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk hidup yang bermasyarakat, dalam kehidupan sehari-hari ini kita tidak terlepas dari kehidupan bermasyarakat, baik secara luas maupun terbatas, kita harus selalu berhubungan dengan orang lain. Hubungan ini merupakan tuntutan dasar untuk dapat memenuhi kebutuhan kita di masyarakat. Setiap hari kita mengalami dan menyaksikan proses, gejala, dan masalah kehidupan. Proses itu juga dapat kita ikuti melalui media massa dan media elektronika. Sejauh mana kita mengerti dan menghayati proses kehidupan tersebut, sepenuhnya bergantung pada ketajaman panca indera, pengalaman, dan pengetahuan yang ada pada diri kita masing- masing.

Dalam rangka menyelamatkan kehidupan pribadi kita di tengah-tengah masyarakat yang penuh tantangan dan permasalahan yang sangat kompleks tersebut kita harus menaruh perhatian terhadap gejala, proses, dan masalah yang kita hadapi sehari-hari. Kita harus menelaah dan mengkaji hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat. Sebab terciptanya kehidupan yang tentram dan sejahtera, sepenuhnya ada pada anggota masyarakat yang jadi pendukungnya.

Pada makalah ini akan diuraikan pengertian status, peran, dan perubahan sosial yang terjadi di kehidupan kita sehari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sebutkan dan jelaskan mengenai Jaringan Sosial 2. Sebutkan dan jelaskan mengenai Status Sosial 3. Sebutkan dan jelaskan mengenai Peran Sosial

4. Jelaskan bagaimana proses munculnya Institusi social

(4)

1.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini, yaitu menggunakan metode studi kepustakaan dan mengunduh materi dari internet.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pondasi Masyarakat

Keluarga adalah pondasi dari masyarakat. Keluarga merupakan salah satu elemen yang akan membangun sebuah masyarakat. Keluarga merupakan suatu wadah dimana orang-orang

berkumpul dan membentuk suatu kesatuan , keluarga sebagai tempat orang-orang bisa bercerita, bercanda, dan melakukan aksi-aksi sosial lainnya. Biasanya kita mengenal keluarga sebagai saudara yang terikat secara lahiriah dan batiniah, seperti contoh : ayah, ibu, dan anak. Mereka disebut keluarga terikat secara lahiriah dan batiniah. Akan tetapi, dalam suatu masyarakat, keluarga memiliki peranan penting, mereka berkumpul dan membentuk suatu

kelompok/komunitas yang akhirnya mereka anggap sebagai keluarga. Keluarga juga merupakan suatu komunitas kecil sebelum menjadi masyarakat. Dalam pengertian sosiologis, secara umum keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putrinya, saudara laki-laki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Jadi keluarga merupakan kesatuan sosial yang terikat oleh hubungan darah dan masing-masimg anggotanya mempunyai peranan yang berlainan sesuai dengan fungsinya.

2.2 Jaringan Sosial

Menurut Robert M.Z Lawang dalam buku Sosiologi Ekonomi yang ditulis oleh DR Damsar, mendefinisikan asal kata jaringan yang merupakan terjemahan dari kata net dan work. Net

(6)

diterjemahkan dalam bahasa sebagai jaring yaitu tenunan seperti jala yang terdiri dari banyak ikatan antar sumpul yang saling terhubung antara satu sama lain Sedangkan, asal kata work yang bermakna kerja. Sehingga jika digabung menjadi network, yang penekanannya terletak pada kerja bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja (bekerja) dalam hubungan antar simpul simpul seperti halnya jaringan Sedangkan menurut Mitchell (1969) pada tingkatan antar individu

jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas di antara sejumlah orang dengan sifat tambahan yang cin cin dan hubungan ini sebagai keseluruhan yang digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang terlibat. (Damsar, 2009 157)

Jaringan diibaratkan sebagai sebuah jaring, jaring akan semakin kuat jika ikatan antar simpul banyak atau kompleks danmampu mencapai tujuannya dengan cara bekerja sama dengan berlandaskan hubungan sosial yang telah terjalin antar simpul atau anggota.

Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus dimana ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (person) (Agusyanto, 2014:11).

Garis yang menghubungkan antara satu titik dengan titik lain merupakan perwujudan dari hubungan sosial antar individu, pertemanan, kekerabatan, pertukaran, hubungan superordinat- subordinat hubungan antar organisasi, persekutuan militer dan sebagainya (Suparlan, 1982:37).

Hubungan sosial atau saling ketergantungan, menurut Van Zanden merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan (relatif cukup lama dan permanen) yang akhirnya di antara mereka terikat satu sama lain

(7)

dengan atau oleh seperangkat harapan yang relatif stabil. Hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang (titik) dengan orang lain dimana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu misalkan berupa barang, jasa atau informasi (Agusyanto, 2014).

Jaringan sosial melihat hubungan yang terjadi antar individu akan bermanfaat dan berdampak pada kuatnya jaringan karena tujuan yang dicapai antar aktor sama dan melalui hubungan tersebut terjadi proses pertukaran yang saling menguntungkan baik berupa barang maupun non barang seperti bertukar informasi dan pengetahuan.

Kemunculan jaringan sosial juga diasumsi oleh masyarakat tentang manusia sebagai makhluk sosial yang berhubungan dengan manusia lainnya Hubungan yang terjalin terbatas karena

disesuaikan dengan kebutuhan atau kepentingan individu yang bersangkutan. Ada banyak varian yang membentuk jaringan seperti adanya rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataupun mengatasi sesuatu. Jaringan sendiri dapat terbentuk dari hubungan antar personal, antar individu dengan institusi, serta antar kelompok dengan institusi atau media disekitarnya yang menjadi bagian sekaligus pengikat dalam jaringan. Hal ini tidak akan terwujud tanpa dilandasi norma dan rasa saling percaya (Amiruddin. 2014: 107)

(8)

2.2.1 Teori Jaringan Sosial

Teori jaringan sosial terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai berikut : 1. Modal Sosial

Modal social terdiri dari tiga dimensi utama, yaitu kepercayaan (trust), norma, dan jaringan (network). Kemudian berdasarkan sifatnya, modal dapat bersifat mengikat (bonding), menyambung (bridging) dan saling terkait (linking).

2. Modal Sosial Terikat

Pada tipe modal sosial terikat, karakteristik yang menonjol dari modal sosial ini adalah pada konteks gagasan, relasi dan hubungan lebih kedalam. Masyarakat dalam modal sosial terikat lebih mempertahankan struktur masyarakat yang totalitarian, hirarki dan tertutup.

3. Modal Sosial Menyambung

Tipe modal sosial ini berbentuk asosiasi. Adapun prinsip yang terkandung dalam modal sosial ini antara lain:

1. Persamaan, yaitu pada tiap masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama dan dalam pada setiap keputusan dalam kelompok berdasarkan pada kesepakatan bersama.

2. Kebebasan, pada setiap anggota kelompok dibebaskan dalam berbicara, mengemukakan gagasan dan ide yang dapat dikembangkan.

3. Nilai-nilai kemajemukan, adanya rasa hormat terhadap hak asasi dan individu lain merupakan prinsip dasar dalam mengembangkan kemampuan dalam masyarakat.

(9)

4. Modal sosial saling terkait, Modal yang menjangkau banyak orang yang berbeda-beda.

Manfaat yang akan didapatkan adalah memperoleh banyak sumber daya dalam mengembangkan suatu komunitas.

2.2.2 Jenis-jenis Jaringan Sosial

Berikut merupakan beragam macam jaringan sosial di masyarakat dalam kajian sosiologi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Jaringan Kepentingan, Jaringan ini terbentuk melalui hubungan-hubungan sosial yang memiliki kepentingan.

2. Jaringan Kekuasaan, Jaringan kekuasaan merupakan kemampuan seseorang sebagai unit sosial untuk mempengaruhi perilaku dan sebagai pengambil keputusan melalui pengendalian.

3. Jaringan Sentimen, Jaringan ini terberntuk atas dasar hubungan-hubungan sosial yang sentimen seperti hubungan kekerabatan, pertemanan, dan lain sebagainya.

2.2.3 Fungsi Jaringan Sosial

Adapun fungsi dari adanya jaringan sosial adalah sebagai berikut:

1. Berguna bagi individu maupun kelompok yang menginginkan suatu kemajuan dari adanya sebuah peluang.

2. Membantu dalam mengembangkan efektivitas dalam gagasan baru.

3. Terjalinnya kerja sama antar individu maupun kelompok.

(10)

2.3 Status Sosial

Secara sederhana, status berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Status sosial adalah suatu posisi seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya.

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau dari satu kelompok dalam hubungannnya dengan kelompok lain.

Sedangkan menurut Suryono Sukanto status diartikan sebagai posisi seseorang dalam suatu sistem social.

Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status social sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami, ketua RT, camat, lurah, guru, dan sebagainya.

Menurut Ralph Linton, status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.

Menurut Pitirim Sorokin, mengukur status sosial seseorang dapat dilihat dari :

Jabatan

Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan

Kekayaan

Politis

(11)

Keturunan

Agama

Prestasi

Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam system pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peran (role). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat.

Kedudukan dan peran seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dari tingkah laku individu-individu dalam masyarakat dan hubungan individu dan masyarakatnya.

2.3.1 Cara Memperoleh Status Sosial

Cara memperoleh status atau kedudukan adalah sebagai berikut :

1. Ascribed status adalah kedudukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah

diperoleh sejak lahir. Contoh : jenis kelamin, gelar bangsawan, keturunan, dan lain-lain.

2. Achieved status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan sengaja. Contoh :

kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua osis, dan sebagainya.

3. Assigned status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis dan status melalui

usaha. Status ini diperoleh melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat. Contoh : gelar kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru, dan lain sebagainya.

2.3.2 Akibat yang Ditimbulkan Status Sosial

Kadang kala seseorang atau individu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih statusnya yang disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status yang dimilikinya tersebut berlawanan, akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan timbulnya suatu yang

(12)

disebut dengan konflik status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status. Konflik status ada berbagai macam, diantaranya :

1. Konflik status bersifat individual

Konflik status yang dirasakan seseorang dalam batinnya sendiri. Contoh : seorang wanita yang harus memilih sebagai wanita karir atau ibu rumah tangga, seorang anak yang harus memilih meneruskan kuliah atau bekerja.

2. Konflik status antar individu

Konflik status yang terjadi antar individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya. Contoh : perebutan warisan antara dua anak dalam keluarga

3. Konflik status antar kelompok

Konflik kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Contoh : peraturan yang dikeluarkan satu departemen bertentangan dengan departemen yang lain. DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang memiliki tanggung jawab terhadap jalan-jalan raya, kadang terjadi konflik dengan PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang melubangi jalan ketika membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat jaringan baru tersebut, kadangkala pula berkonflik dengan TELKOM karena merusak jaringan telpon dan dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), karena membocorkan pipa air. Keempat instasi tersebut saling berbenturam dalam melaksanakan status masing-masing.

2.4 Peran Sosial

Peran adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi (tugas) seseorang dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang nyata dilakukan seseorang. Peran adalah tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang memegang status tertentu.

Peran sosial adalah peran yang dimainkan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Peran ini adalah merupakan tuntutan dari masyarakat terhadap individu untuk memberikan sumbangan

(13)

sosial dari anggotanya dalam rangka menjaga keutuhan sosial dan meningkatkan kebaikan dalam masyarakat tersebut. Peran sosial bisa berupa aktivitas individu dalam masyarakat dengan cara mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di masyarakat dalam berbagai sektor, baik social, politik, ekonomi, keagamaan, dan lain-lain. Pengambilan peran ini tergantung pada tuntutan masyarakat dan atau pada kemampuan individu bersangkutan serta kepekaan dalam melihat keadaan masyarakat.

Kriteria yang menentukan suatu peran social, yaitu : a. Nilai social budaya yang dianut masyarakat

b. Prestice, yang meliputi gengsi, kehormatan, dan pengaruh yang menyertai status social.

c. Factor ekonomi ( penghasilan )

d. Prasarat pendidikan yang dituntut suatu peran social 2.4.1 Konflik Peranan

Konflik peranan timbul apabila seseorang harus memilih peranan dari dua atau lebih status yang dimilikinya. Pada umumnya, konflik peranan timbul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai atau kurang mampu melaksanakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia tidak melaksanakan peranan dengan sempurna. Contoh, Ibu Tina sebagai seorang ibu dan guru di suatu sekolah. Ketika puterinya sakit, ia harus memilih untuk masuk mengajar atau mengantarkan anaknya ke dokter. Dalam dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama dia harus berperan sebagai guru mengajar di kelas.

2.4.2 Cakupan Peranan Sosial Peranan sosial mencakup tiga hal berikut :

1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat. Contoh : sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan suri teladan

(14)

para anggotanya, karena dalam diri pemimpin tersebut tersandang aturan dan norma-norma yang sesuai dengan posisinya.

2. Peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.

Contoh : seorang ulama, guru, dan sebagainya harus bijaksana, baik hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi muridnya.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang dapat dikatakan sebagai perilaku

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Contoh : suami, isteri, karyawan, pegawai negeri, dan sebagainya merupakan peran-peran dalam masyarakat yang membentuk susunan masyarakat.

2.4.3 Jenis-jenis Peran Sosial

Menurut S. Bellen dkk , ada beberapa jenis peran social dalam masyarakat, yaitu :

1. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam kenyataan (actual

roles)

2. Peran yang terberi (peran yang terberi (ascribed roles ) dan peran yang

diperjuangkan ( achieved roles )

3. Peran kunci ( key roles ) dan peran tambahan ( Supplementary roles )

4. Peran tinggi, peran menengah , dan peran rendah.

2.4.4 Fungsi Peranan Sosial

Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi tersebut antara lain :

1. Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan struktur masyarakat

seperti peran ayah atau ibu.

(15)

2. Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut memerlukan pengorbanan seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dan lain sebagainya.

3. Peranan yang dimainkan seseorang juga merupakan sarana aktualisasi diri, seperti seorang lelaki

sebagi suami atau ayah, seorang wanita sebagai isteri atau ibu, seorang seniman dengan karyanya, dan lain-lain.

2.5 Institusi atau Lembaga Sosial

Lembaga sosial adalah suatu wadah yang berisikan norma-norma untuk mengatur atau menjadi pedoman aktivitas kehidupan masyarakat. Lembaga sosial terbentuk karena adanya kebutuhan dari masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh, masyarakat membutuhkan pendidikan sehingga terbentuklah lembaga pendidikan seperti sekolah. Contoh lainnya ketika masyarakat

membutuhkan keberadaan uang sebagai alat pembayaran, maka dibentuklah lembaga ekonomi seperti bank. Dengan kata lain, lembaga sosial sangat berperan besar dalam pemenuhan

kebutuhan hidup masyarakat sesuai dengan fungsinya di bidang tertentu. Sedangkan jika dilihat secara menyeluruh, lembaga masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis, tertib, dan teratur.

2.5.1 Jenis-jenis Lembaga Sosial

1.Lembaga keluarga Keluarga merupakan lembaga sosial paling dasar dalam masyarakat sekaligus menjadi pusat kegiatan individu.

2. Lembaga pendidikan Lembaga ini terwujud demi memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat. Lembaga ini juga merupakan tempat untuk membentuk individu agar memiliki

(16)

perilaku yang baik. Contohnya, Sekolah, TK, PAUD, Universitas

3. Lembaga ekonomi Lembaga yang mengatur hubungan antar individu dalam melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup. Lembaga ini mengatur perekonomian demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Contohnya, Bank, Koperasi, Pasar, BUMN

4. Lembaga politik Lembaga sosial yang mengatur pembentukan, pembagian, hingga

pelaksanaan kekuasaan/ wewenang di masyarakat. Lembaga ini dapat berbentuk pemerintahan yang perannya tak hanya untuk memelihara keamanan dan ketertiban, tapi juga melayani masyarakat. Contohnya, MPR, DPR, DPD, Partai Politik

5. Lembaga agama Lembaga agama adalah lembaga sosial yang berfungsi mengatur kehidupan masyarakat di bidang kerohanian. Contohnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan gereja-gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)

2.5.2 Proses Terbentuknya Lembaga Sosial

Proses terbentuknya lembaga sosial atau lembaga kemasyarakat disebut juga dengan proses institusionalisasi atau pelembagaan. Lembaga sosial sendiri sebenarnya terbentuk dari norma- norma masyarakat. Norma tersebut berproses dari yang awalnya dikenal, kemudian diakui, dimengerti, hingga akhirnya dipatuhi oleh masyarakat. Jadi, proses institusionalisasi terjadi ketika ada norma atau nilai-nilai yang dianggap penting bagi kehidupan. Masyarakat kemudian diminta untuk mematuhi norma tersebut demi kehidupan yang lebih baik.

Dikutip buku Pengantar Sosiologi karangan Dr. Baharuddin MA, lembaga sosial terbentuk melalui proses habitualisasi dan tipifikasi. Habitualisasi merupakan proses terbentuknya suatu kebiasaan dari perilaku tertentu yang diulang-ulang. Sedangkan tipifikasi adalah proses

(17)

penerimaan atau pembenaran dari kebiasaan tersebut oleh sekelompok orang. Sementara proses habitualisasi yang terus berlanjut ke tipifikasi disebut dengan institusionalisasi. Maka jika diurutkan, awalnya ada sebuah perilaku yang dilakukan secara berulang sehingga menjadi kebiasaan (habitualisasi).

Akan tetapi, kebiasaan ini belum tentu dianggap baik atau cocok bagi orang lain. Namun apabila dianggap cocok dan dipandang sebagai sesuatu yang penting, maka kebiasaan tersebut akan diterima, diakui, sekaligus diikuti oleh orang lain (tipifikasi). Dari sinilah kemudian terbentuk suatu tipe. Tipe merupakan suatu kebiasaan yang berlaku bagi sekelompok orang atau

masyarakat, contohnya adalah adat istiadat atau tata kelakuan. Tipe inilah yang kemudian disebut sebagai lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan.

(18)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai makhluk hidup yang bermasyarakat, dalam kehidupan sehari-hari ini kita tidak terlepas dari kehidupan bermasyarakat Keluarga adalah pondasi dari masyarakat. Keluarga merupakan salah satu elemen yang akan membangun sebuah masyarakat. Keluarga merupakan suatu wadah dimana orang-orang berkumpul dan membentuk suatu kesatuan , keluarga sebagai tempat orang- orang bisa bercerita, bercanda, dan melakukan aksi-aksi sosial lainnya.

Garis yang menghubungkan antara satu titik dengan titik lain merupakan perwujudan dari hubungan sosial antar individu, pertemanan, kekerabatan, pertukaran, hubungan superordinat- subordinat hubungan antar organisasi, persekutuan militer dan sebagainya.

Peran sosial adalah peran yang dimainkan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Peran ini adalah merupakan tuntutan dari masyarakat terhadap individu untuk memberikan sumbangan sosial dari anggotanya dalam rangka menjaga keutuhan sosial dan meningkatkan kebaikan dalam masyarakat tersebut.

Tipe merupakan suatu kebiasaan yang berlaku bagi sekelompok orang atau masyarakat, contohnya adalah adat istiadat atau tata kelakuan. Tipe inilah yang kemudian disebut sebagai lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan.

(19)

3.2Saran

Adapun saran yang ingin penyusun sampaikan adalah agar kita dapat mengetahui lebih jauh mengenai Jaringan, Status dan Peran Sosial. Penyusun juga berharap agar makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan atau referensi. Selain itu, diharapkan agar kita dapat menjalankan hak dan kewajiwan kita sesuai dengan status dan peran sosial dan dapat mengetahui tindakan apa yang kita ambil dalam menghadapi perubahan sosial.

(20)

Daftar Pustaka

https://an-nur.ac.id/status-dan-peran-pengertian-jenis-faktor-dampak-perubahan-pengaruhnya/

https://www.jangkara.com/gaya-hidup/pr-6595495084/keluarga-adalah-pondasi-masyarakat-wanita- adalah-tiang-negara

https://dosensosiologi.com/jaringan-sosial/

https://tirto.id/proses-terbentuknya-lembaga-sosial-beserta-penjelasan-dan-contoh-gxUJ

Referensi

Dokumen terkait