• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM BENANG KELAMBU DI DESA AIK BERIK MENJADI OBJEK WISATA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM BENANG KELAMBU DI DESA AIK BERIK MENJADI OBJEK WISATA "

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH:

ARDIAN SAPUTRA NIM. 170503014

JURUSAN PARIWISATA SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2021

(2)

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM BENANG KELAMBU DI DESA AIK BERIK MENJADI OBJEK WISATA

HALAL

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN MENCAPAI GELAR

SARJANA EKONOMI

OLEH:

ARDIAN SAPUTRA NIM. 170503014

JURUSAN PARIWISATA SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2021

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya pikiran.

(Albert Einstein)

(7)

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini kepada ibuku Nurul Aini dan Ayahku Samsul Rijal, kawan seperjuangan, almamaterku, dosen pembimbing dan semua orang yang terlibat dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini”

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi penghujung zaman Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya, Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian proposal skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sebagai berikut:

1. Dr. Muhamad Yusup, M.Si. selaku pembimbing I dan H. Samahuddin, ME.

Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam menjadikan proposal skripsi iini lebih matang dan cepat selesai;

2. Dr. Khairul Hamim, M.A. dan Wahyu Khalik, SST.Par., M.Par selaku penguji yang sudah memberikan saran rekonstruktif dalam menyempurnakan skripsi ini

3. Dr. Riduan Mas’ud, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mataram;

4. Muhamad Johari, M.S.I. selaku ketua jurusan.

5. Teristimewa kepada Ayah, Ibu dan keluarga yang telah memberikan dukungan materil dan moril dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT. Dan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi setiap pembaca. Amin.

Mataram, 8 November 2021

Ardian Saputra

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PEDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

1. Bagaimana Potensi Pengembangan Objek Wisata Alam Benang Kelambu menjadi Wisata Halal ? ... 5

2. Bagaimana Strategi Pengembangan Objek Wisata Alam Benang Kelambu Menjadi Wisata Halal Berdasarkan Potensi yang Dimiliki ? ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 7

E. Telaah Pustaka ... 8

F. Kerangka Teori ... 31

G. Metode Penelitian ... 33

H. Sistematika Pembahasan ... 40

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 42

A. Sejarah Singkat Desa Aik Berik ... 42

B. Keadaan Geografis Desa Aik Berik ... 42

C. Keadaan Demografi Desa ... 43

D. Keadaan Sosial Ekonomi Desa ... 44

E. Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 45

F. Obyek Wisata Desa ... 46

BAB III PEMBAHASAN ... 48

(10)

A. Air Terjun Benang Kelambu ... 48

B. Objek dan Daya Tarik Wisata ... 49

1. Daya Tarik Wisata ... 49

2. Aksessibilitas ... 50

3. Akomodasi ... 51

4. Sarana Prasarana ... 52

C. Potensi Pengembangan Benang Kelambu Menjadi Wisata Halal ... 53

D. Strategi Pengembangan Benang Kelambu Menjadi Wisata Halal ... 55

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

d. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 69 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(11)

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kriteria Pariwisata Halal, 10

Tabel 1.2 Standar Kelayakan Daerah Tujuan Wisata, 19

Tabel 1.3 Penjabaran Variabel Penelitian pada Objek Wisata, 38 Tabel 2.1 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Aik Berik, 47 Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Aik Berik, 48

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kunjungan wisatawan tahun 2016 sampai dengan 2019, 3 Gambar 2.1 Peta Desa Aik Berik, 46

Gambar 4.1 Wawancara Muslehudin, S.Pd.I, M.Si. Selaku Kepala Desa Aik Berik

Gambar 4.2 Wawancara Saudara Wildan Selaku Ketua Tour Guide Lokal Benang Kelambu

Gambar 4.3 Wawancara Hj. Dewi selaku Pedagang di Kawasan Benang Kelambu

Gambar 4.4 Grafik Kunjungan Wisatawan ke Benang Kelambu

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kartu Konsultasi Pembimbing I dan II

Lampiran 2 Foto Wawancara Bpk. Muslehudin, S.Pd.I, M.Si. Selaku Kepala Desa Aik Berik

Lampiran 3 Foto Wawancara Saudara Wildan Selaku Ketua Tour Guide Lokal Benang Kelambu

Lampiran 4 Foto Wawancara Hj. Dewi Selaku pedagang di kawasan Benang Kelambu

Lampiran 5 Foto Grafik Tingkat Kunjungan Wisatawan Menuju Benang Kelambu

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Penelitian

(14)

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM BENANG KELAMBU DI DESA AIK BERIK MENJADI OBJEK WISATA HALAL

Oleh:

Ardian Saputra NIM. 170503014

ABSTRAK

Penelitian ini di latar belakangi oleh perhatian penulis terhadap pariwisata halal yang merupakan salah satu program unggulan NTB yang sudah di jelaskan secara lengkap pada Perda NTB No. 2 tahun 2016. Benang Kelambu adalah salah satu destinasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata halal di Lombok Tengah. Benang Kelambu memiliki kondisi sosial budaya yang sangat mendukung untuk pengembangan ini. Fokus yang penulis kaji dalam skripsi ini adalah bagaimana hasil uji kelayakan terhadap pengembangan objek wisata alam Benang Kelambu di Desa Aik Berik menjadi wisata halal ?.

Jenis penelitian ini adalah deskiptif kualitatif. Metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan metode analisis menggunakan metode penilaian kelayakan ekowisata dengan kriteria penilaian menurut Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria.

(15)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Benang Kelambu sangat berpotensi dan memiliki kelayakan untuk dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata halal di Lombok Tengah tentunya dengan beberapa peningkatatan dalam beberapa aspek diantaranya adalah pemahamanan masyarakat mengenai pariwisata halal itu seperti apa.

Kata Kunci: Pariwisata halal, Pengembangan, Studi Kelayakan

(16)

THE POTENTIAL FOR DEVELOPING OF NATURAL TOURISM IN AIK BERIK VILLAGE INTO A HALAL TOURISM OBJECT

By:

Ardian Saputra NIM. 170503014

ABSTRACT

This research is motivated by the author's attention to halal tourism which is one of the flagship programs of WTB (West Nusa Tenggara) which has been fully explained in the WTB Regional Regulation No. 2 of 2016. Benang Kelambu is one of the destinations that has the potential to be developed into a halal tourist destination in Central Lombok. Benang Kelambu has very supportive socio-cultural conditions for this development. The focus that the author examines in this thesis is how the results of the feasibility test on the development of the natural tourism object of Benang Kelambu in Aik Berik Village become halal tourism?.

This type of research is descriptive qualitative. The method of collecting data is observation, interviews and documentation, while the analysis method uses the method of evaluating the feasibility of ecotourism with the assessment criteria according to the Guidelines for the Analysis of Operational Areas for Natural Tourism Objects and Attractions (ADOODTWA) of the Director General of PHKA in 2003 according to the values that have been determined for each criterion. .

(17)

The results of this study indicate that Benang Kelambu is very potential and has the feasibility to be developed into one of the halal tourism destinations in Central Lombok, of course with several improvements in several aspects including public understanding of what halal tourism is like.

Keywords: Halal tourism, Development, Feasibility Study

(18)

A. Latar Belakang

Adanya istilah wisata halal menjadi jawaban terhadap pandangan miring dan tidak produktif pada ruang lingkup pariwisata. Padahal realitasnya berwisata adalah kebutuhan hidup setiap manusia. Pariwisata dipandang negatif bukan karena substansinya, akan tetapi disebabkan oleh prilaku pengelola, masyarakat sekitar destinasi dan wisatawan yang berbuat maksiat.

Pariwisata halal ini adalah sistem pariwisata yang diperuntukkan bagi wisatawan Muslim yang mematuhi aturan Syariah

Peluncuran pariwisata halal berkenaan dengan kegiatan Indonesia Halal Expo (Indhex) 2013 & Global Halal Forum yang diadakan pada 30 Oktober-2 November 2013. Pariwisata halal ini diluncurkan oleh Esthy Reko Astuti, Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Menetapkan sembilan destinasi pariwisata halal di Indonesia. Di antaranya Sumatera Barat, Riau, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Lombok, dan Makassar. Semoga dengan adanya pariwisata halal ini Indonessia dapat menciptakan destinasi yang ramah bagi wisatawan Muslim, fasilitas yang menunjangnya juga harus disesuaikan dengan standar halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

(19)

Potensi untuk mengembangkan pariwisata halal sangat besar di Indonesia. Dengan cara melakukan sertifikasi halal pada setiap restoran, hotel dan lainnya.. serta dengan mengembangkan sarana prasarana pada destinasi wisata, travel agent, tour guide, dan seluruh pengelola yang bersangkutan, melakukan penyesuaian terhadap produk dan pelayanan sesuai kriteria umum pariwisata halal. Pastinya wisatawan muslim akan lebih tertarik untuk berwisata ke Indonesia mengingat Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan daya tarik wisata yang beragam. Oleh karena itu, perlu diadakan sosialisasi tentang pariwisata halal supaya dapat memaksimalkan kunjungan wisatawan muslim ke Indonesia.

Lombok Tengah adalah salah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Barat yang mempunyai daya tarik wisata yang pantas untuk dikembangkan, tingkat kunjungan wisatawan ke daerah ini selalu meningkat tiap tahunnya.

Lombok Tengah adalah salah satu tujuan utama turis mancanegara karena kondisi alam yang menakjubkan. Lombok Tengah mempunyai beberapa destinasi wisata yang cukup terkenal yaitu destinasi wisata pantai seperti pantai kuta dan pantai selong belanak, destinasi wisata peninggalan sejarah seperti Desa sade dan Desa ende, destinasi wisata alam seperti benang stokel, bukit merese, bukit tunaq, air terjun Benang Kelambu, dan lainnya.

(20)

Gambar 1.1 Kunjungan Wisatawan Tahun 2016 sampai dengan 2019

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Desa Aik Berik adalah salah satu Desa di Kabupaten Lombok Tengah yang memeliki banyak destinasi wisata di dalamnya. Kondisi alam yang masih terjaga keasriannya menjadi salah satu daya tarik pariwisata. Terdapat beberapa destinasi yang memiliki tingkat kunjungan tinggi di Desa Aik Berik diantaranya adalah Aik Bukak, Benang Stokel dan Benang Kelambu.

Desa Aik Berik menunjukkan perkembangan yang positif sebagai salah satu destinasi wisata alam. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan di Desa Aik Berik. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tingkat kunjungan wisatawan di Desa Aik Berik mengalami fluktuasi akan tetapi minat wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata Desa Aik Berik menunjukkan hasil yang positif. Tahun 2016, tingkat kunjungan wisatawan mengalami penurunan di angka 350 ribu jiwa dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 700 ribu jiwa.

(21)

Salah satunya merupakan Air Terjun yang paling terkenal di Pulau Lombok. Wisata alam air terjun ini berada di kaki Gunung Rinjani, tepat di tengah-tengah Pulau Lombok sekitar 32 Kilometer dari Kota Mataram, dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dan melewati Mataran, Narmada, Sedau, Pancor Dau, Teratak dan Desa Aik Berik. Air Terjun Benang Kelambu memiliki tinggi sekitar 30 meter. Benang Kelambu sangat berpotensi untuk dialakukan pengembangan, namun potensi tersebut memiliki pengelolaan yang kurang maksimal. Pemandangan alam di wilayah sekitar Benang Kelambu yang masih alami dan tebing-tebingnya ditumbuhi pepohonan yang berumur puluhan tahun, menjadikan udara sekitar menjadi semakin sejuk dan segar. Di kawasan hutan Benang Kelambu dihuni oleh hewan-hewan liar, diantaranya adalah monyet, juga berbagai jenis burung yang berkicau dan menghiasi hutan ini.

Objek wisata ini memiliki potensi untuk dikembangkan karena akses menuju destinasi ini sudah sangat memadai dan juga dekat dari Kota Mataram yaitu 34 km atau 1 jam perjalanan menggunakan mobil yang tentunya dapat meningkatkan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung, disamping akses yang sudah memadai, destinasi wisata ini juga memiliki daya tarik tambahan yaitu kondisi alam yang masih terjaga dan masyarakat yang sangat ramah pada wisatawan, namun destinasi wisata ini masih memiliki kekurangan dari segi fasilitas yang kurang memadai serta fasilitas yang sudah ada juga telah mengalami kerusakan.

Benang Kelambu juga menyediakan pelayanan yang berbasis kepada budaya masyarakat setempat yang masih menjunjung tinggi ajaran islam dalam

(22)

setiap aturannya diantaranya adalah larangan menggunakan bikini saat mandi di air terjun, adanya ojek wanita bagi wisatawan dan juga tour guide wanita yang disediakan oleh pengelola guna memberikan rasa aman dan nyaman saat berwisata. Disamping itu, ada aturan tak tertulis yang menyatakan bahwa setiap hari jum’at setiap jam 11 siang semua pengelola yang pria harus sudah pulang untuk bersiap-siap pergi jum’atan jikalau peraturan ini tidak diindahkan masyarakat mengancam akan menutup destinasi Benang Kelambu dan Benang Stokel ini.

Disamping kondisi alam yang sangat mendukung untuk melakukan pengembangan pada destinasi ini, kondisi lingkungan masyarakat sekitar destinasi yang 100% muslim juga akan sangat berpengaruh dalam pengembangan destinasi Benang Kelambu menjadi salah satu wisata halal di Lombok Tengah yang merupakan program unggulan NTB saat ini. Berdasarkan fakta tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai potensi pengembangan wisata alam Benang Kelambu Desa Aik Berik di Kabupaten Lombok Tengah menjadi destinasi wisata halal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Potensi Pengembangan Objek Wisata Alam Benang Kelambu menjadi Wisata Halal ?

2.

Bagaimana Strategi Pengembangan Objek Wisata Alam Benang Kelambu Menjadi Wisata Halal Berdasarkan Potensi yang Dimiliki ?

(23)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui potensi pengembangan objek wisata alam Benang Kelambu menjadi wisata halal.

b. Untuk mengetahui strategi pengembangan objek wisata Benang Kelambu menjadi wisata halal berdasarkan potensi yang dimiliki.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Manfaat Teoritis

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan tambahan pemahaman dan memperkaya wawasan tentang teori-teori khususnya dalam pengembangan suatu destinasi wisata dan dapat menjadi sumbangan wawasan bagi peneliti selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan pengelola dapat memasukkan konsep pariwisata halal dalam meningkatkan fasilitas dan pelayanan pada destinasi ini serta memberikan tambahan segmentasi pasar guna meningkatkan kunjungan wisatawan menuju destinasi wisata Benang Kelambu.

(24)

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk menganalisis dan menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan secara faktual. Data yang dikumpulkan dari penelitian deskriptif kualitatif adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.1 Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menceritakan keadaan pada suatu destinasi dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif yaitu dengan cara membuat kesimpulan dari fakta atau informasi yang diperoleh pada saat melakukan penelitian. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

2. Setting Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dua bulan, dimulai dari bulan juni sampai bulan Juli 2021. Pengambilan waktu pelaksanaan ini didasarkan pada pertimbangan waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti.

1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2010), h.

157

(25)

b. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah destinasi air terjun Benang Kelambu yang terletak di Dusun Pemotoh Tengah, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB. Lokasi ini dipilih karena destinasi ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata halal di Lombok Tengah di masa yang akan datang.

E. Telaah Pustaka

1. Definisi Pariwisata Halal

Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Trend Pariwisata Halal Korea Selatan” Mengartikan Pariwisata Halal adalah sebuah rancangan untuk mengembangkan destinasi wisata yang menciptakan fasilitas dan pelayanan kepada masyarakat Muslim dengan tidak mendiskriminasi wisatawan non-Muslim.2

Berdasarkan pada PERDA (peraturan daerah) NTB No. 2 Tahun 2016 pasal ke 6 menyatakan bahwa destinasi pariwisata halal meliputi:

a. Atraksi wisata alam dan wisata budaya.

b. Pengelola destinasi pariwisata halal harus membangun fasilitas umum untuk mendukung kenyamanan aktivitas kepariwisataan halal.

2 Demeiati Nur Kusumaningrum, dkk. Trend Pariwisata Halal Korea Selatan. Seminar Nasional dan Gelar Produk Universitas Muhammadiyah Malang 2017.

(26)

c. Fasilitas umum terdiri atas: tempat dan perlengkapan ibadah wisatawan muslim dan fasilitas bersuci yang memenuhi standar syari’ah.

Indonesia sudah mempunyai modal dasar yang lebih baik dibanding negara lain dengan populasi muslim terbesar di dunia, sehingga sudah sangat kondusif untuk menyambut wisatawan muslim. Dengan mengangkat branding “Wonderful Indonesia” menggambarkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang beragam dan menarik dengan kekayaan alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan menjadikan Indonesia menjadi tujuan utama wisatawan muslim mancanegara.3

2. Tolak Ukur Pariwisata Halal

Tolak ukur pariwisata halal menjadi patokan dalam penilaian penelitian ini.

Tabel 1.1. Kriteria Pariwisata Halal4

No. Indikator Parameter

1. Kategori Bahan Pokok (makanan, minuman dan bahan terapis)

a. Ketersedian opsi makanan dan minuman yang halal

b. Menggunakan bahan terapis

3 Ariqa Nurwilda Sugiarti, Skripsi: Strategi Pengembangan Pariwisata Syariah untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Muslim Domestik dan Mancanegara di Kota Bandung”.

(Bandung: UPI, 2015)

4 Aulia Nastiti Utami, dkk, “Implementasi Pengembangan Pariwisata Halal di Lombok”, Conferrence series: Energy & Engineering (EE) Vol.2 Issue, 2019.

(27)

yang halal

2. Kategori Atraksi dan Destinasi a. Destinasi yang ramah keluarga b. Atraksi yang tidak bertentangan

dengan aturan-aturan dalam syariah Islam

3. Kategori Sumber Daya Manusia a. Pramuwisata yang berpenampilan sopan

b. Pramuwisata yang komunikatif 4. Kategori Akomodasi a. Ketersediaan fasilitas ibadah

disetiap kamar

b. Fasilitas yang terpisah antara pria dengan wanita

5. Kategori Fasilitas pada Objek Wisata

a. Ketersediaan tempat ibadah (mushala/masjid)

b. Ketersediaan fasilitas bersuci yang layak

6. Kategori Keuangan a. Keuangan yang berbasis syariah 7. Kategori Pemasaran pada

Wisatawan

a. Promosi dan branding dengan aturan syariah

8. Kategori Keamanan dan Kenyamanan

a. Terjaganya kebersihan sanitasi lingkungan

b. Terjaminnya keamanan dan suasana kondusif untuk berwisata

(28)

9. Kategori Aksesibilitas a. Ketersediaan transportasi yang memadai

b. Mudah dalam mengakses setiap informasi mengenai objek wisata halal

Parawisata halal merupakan salah satu sektor dalam Ekonomi Islam yang mengalami perkembangan yang signifikan. Pada tahun 2015, sumbangan terhadap pasar pariwisata dunia dari masyarakat muslim dunia mencapai US$ 151 milyar dan diprediksikan akan menembus US$243 milyar di tahun 2021. Begitupun halnya dengan total pengeluaran masyarakat muslim di sektor makanan dan minuman halal yang mencapai US$1,173 milyar dan akan mencapai US$1.914 milyar pada 2021.

Begitupun halnya di sektor media dan rekreasi, masyarakat muslim menghabiskan sekitar US$189 milyar dan diperkirakan akan mencapai US$262 milyar pada 2021. Untuk Indonesia sendiri, masyarakat muslim.5 3. Teori Strategi

Strategi dalam bahasa Yunani, yaitu strategeia (stratos = Tentara, dan ag = menuntun/memimpin), yang artinya suatu hal yang dikerjakan oleh para panglima perang dalam menyusun rencana untuk memenangkan perang. Definisi tersebut juga diartikan oleh seorang ahli yang bernama Clausewitz., dia menyatakan bahwa strategi adalah seni dalam

5 Fahadil Amil Hasan, Penyelenggaraan Parawisata Halal di Indonesia (Analisis Fatwa DSN-MUI tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah). al-Ahkam Jurnal Ilmu syari`ah dan Hukum. Surakarta: IAIN Surakarta, 2017.

(29)

pertempuran untuk memenangkan perang. Oleh karena itu, tidak heran apabila istilah strategi sering dipakai dalam medan peperangan. Kata strategi adalah kata sifat yang menjelaskan penerapan strategi. Secara umum, kita mengartikan strategi sebagai cara untuk mencapai tujuan dan menaruh suatu rencana jangka panjang dalam mencapai tujuan. Menurut George Steiner strategi juga berisi kegiatan-kegiatan penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Andrews, strategi dipakai oleh para eksekutif senior untuk menilai keunggulan dan kelemahan berdasarkan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan kemudian menetapkan strategi yang menyelaraskan antara kapabilitas inti destinasi wisata dan peluang lingkungan.6

Berdasarkan pendapat dari Stoner dan Sirait, ciri-ciri strategi yaitu:7

a. Paham Waktu, Supaya dapat menilai jauh ke depan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati akibat dalam melaksanakan suatu program.

b. Konsekuensi, adalah hasil akhir dari strategi yang dijalankan.

Walaupun belum pasti terlihat, namun melihat dampak yang akan terjadi penting untuk dilakukan.

6 Rachmat. Manajemen Strategik, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 2

7 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 18-19

(30)

c. Fokus Usaha, supaya tujuan yang diinginkan bisa berjalan dengan efektif, maka fokus usaha sangat diperlukan.

d. Pola Keputusan, kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan- keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang konsisten.

e. Peresapan, sebuah strategi mencakup suatu spectrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara- cara yang akan memperkuat strategi.

4. Teori Pengembangan

Pengembangan destinasi wisata dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang merupakan penggerak utama sektor kepariwisataan membutuhkan kerjasama seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah, kerjasama langsung dari kalangan usaha maupun dari pihak swasta.8

8 Helln Angga Devy dan R. B. Soemanto, Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karanganyar. DILEMA, Vol. 32, N0. 1 Tahun 2017

(31)

Menurut Inskeep, ada beberapa faktor pengembangan destinasi wisata antara lain:

a. Atraksi yang meliputi wisata alam, budaya, dan atraksi lainnya.

b. Akomodasi dalam bentuk tempat menginap serta segala fasilitas lainnya yang berkaitan dengan pelayanan terhadap wisatawan yang menginap.

c. Amenitas berupa fasilitas pendukung pada destinasi wisata.

d. Aksessibilitas yang mencakup transportasi darat, laut dan udara.

e. Infrastruktur lainnya yang terkait dengan pengembangan destinasi wisata.

Peningkatan destinasi wisata sangat dibutuhkan dikarenakan perlunya peningkatan dari segi fasilitas, aksesibilitas dan pelayanan yang tentunya akan meningkatkan minat wisatawan untuk mengunjungi destinasi tersebut.

Yoeti berpendapat bahwa ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata antara lain:9

a. Adanya daya tarik wisata

Daya tarik wisata adalah keunikan, keindahan, kekayaan alam atau destinasi tertentu yang mempunyai nilai lebih sehingga dapat menjadi tujuan wisatawan untuk melakukukan kunjungan ke destinasi tersebut. Terdapat beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi

9 Oka Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1983), h. 29

(32)

wisatawan dalam berkunjung antara lain panorama laut, danau, pantai, air terjun, keanekaragaman flora dan fauna, bangunan- bangunan yang diatur dengan menarik seperti rumah adat, taman bunga, peninggalan sejarah, budaya masyarakat dan lain sebagainya.

b. Aksesibilitas.

Aksesibilitas adalah salah satu sarana yang penting dalam melakukan pengembangan terhadap industri pariwisata karena dalam aksesibilitas ini dapat memudahkan dalam memberikan pelayanan dan menciptakan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung. Pada umumnya, wisatawan yang datang untuk mengunjungi suatu destinasi wisata bukan hanya untuk menikmati keindahan alamnya saja.

Namun, juga untuk menikmati setiap pelayanan yang disediakan juga.

Oleh karena itu, untuk memuaskan keinginan wisatawan itu maka aksesibilitas adalah faktor yang penting karena berkaitan dengan mudah atau sulitnya akses yang akan ditempuh. Kemudahan akses jalan menuju destinasi wisata sangat perlu untuk diperhatikan karena semakin mudahnya akses yang ditempuh menuju suatu destinasi wisata,

maka akan semakin menghemat biaya perjalanan, waktu dan tenaga dibutuhkan oleh wisatawan yang berkunjung.

c. Fasilitas.

Fasilitas pada destinasi adalah semua kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan berupa sarana prasarana wisata yang

(33)

memiliki peran dalam meningkatkan kenyamanan wisatawan.

Tingginya kunjungan wisatawan pada suatu destinasi dikarenakan adanya fasilitas wisata yang mendukung terutama dalam upaya memenuhi kebutuhan wisatawan seperti akomodasi, agen perjalanan wisata dan lainnya.

Pitana dan Gayatri berpendapat, Terdapat 3 pelaku utama dalam pengembangan pariwisata yakni :10

a. Masyarakat umum yang berada di sekitar objek wisata yang juga merupakan pemilik dari berbagai sumber daya pariwisata, seperti kebudayaan, tokoh masyarakat, LSM serta media massa.

b. Swasta, yaitu para pengusaha yang bergerak di sektor pariwisata.

c. Pemerintah, yaitu mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya.

Peningkatan pariwisata secara ideal harus berlandaskan pada 4 prinsip dasar, antara lain:11

a. Kelangsungan ekologis, yaitu pengembangan pariwisata harus menjamin pemeliharaan terhadap sumber daya alam yang akan menjadi daya tarik pariwisata.

10 https://eprints.uny.ac.id./18655/6/BAB%20II.pdf. (Diakses pada tanggal 13 Januari 2021)

11 http://digilib.unila.ac.id/11405/14/BAB%20II.pdf. (Diakses pada tanggal 16 Januari 2021).

(34)

b. Kelangsungan sosial budaya, yaitu pengembangan pariwisata harus bisa meningkatkan fungsi masyarakat dalam pengawasan aturan adat melalui sistem nilai yang dianut masyarakat setempat.

c. Kelangsungan ekonomi, yaitu pengembangan pariwisata harus dapat menciptakan peluang kerja bagi semua pihak untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi melalui sistem yang kompetitif.

d. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dalam bentuk pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata.

5. Studi Kelayakan

Studi kelayakan (Feasibility Study) merupakan kajian yang bersifat praktis atas berbagai keunggulan dan kelemahan sumber daya yang tersedia yang akan dijadikan basis penyusunan rencana proyek.

Studi kelayakan memuat analisis tentang masalah yang mungkin terjadi jika suatu proyek akan dijalankan dan kemungkian untuk mengatasinya secara efektif. Biasa yang studi kelayakan dilakukan untuk maksud berikut :12

a. Mengevaluasi kondisi nyata suatu proyek atau layanan b. Mengevaluasi pengembangan produk dan jasa

c. Mengevaluasi peluang penciptaan produk dan jasa baru

d. Mengidentifikasi penyandang dana yang potensial bagi proyek.

12Gigih Mulyo Nugroho dkk, “Studi Kelayakan Potensi Pengembangan Wisata Pantai Kondang Merak”, Research Study Club pada Universitas Brawijaya Malang, 2012, h.9.

(35)

Berdasarkan pengertian di atas tentang studi kelayakan (feasibility study) diatas, studi kelayakan merupakan kajian yang bersifat praktis atas berbagai keunggulan dan kelemahan sumber daya yang tersedia. Studi kelayakan bertujuan untuk mengkaji apakah suatu proyek layak dikembangkan atau tidak. Menurut Steck, khusus di dalam perencanaan pariwisata, studi kelayakan dapat diarahakan untuk menjawab tiga pertanyaan berikut :

a. Tujuan dan kepentingan

Tujuan apa dan kepentingan siapa yang harus di capai dalam proyek dan para pelaku ekonomi

b. Daya-dukung

Apakah kondisi lingkungan, sosial, dan budaya lokal benar-benar mampu mendukung pengembangan pariwisata.

c. Keuntungan

Apakah kondisi dasar fisik lingkungan sekitar cukup kuat untuk memungkinkan keuntungan dari pariwisata yang dapat digunakan bagi kepentingan kawasan terindung atau dapat dinikmati oleh kelompok sasaran atau masyarakat lokal yang berada di sekitar objek wisata.

(36)

6. Standar Kelayakan Objek Daerah Wisata

Menurut Lothar A. Kreck standar kelayakan suatu daerah wisata antara lain sebagai berikut:13

Tabel 1.2 Standar Kelayakan Daerah Tujuan Wisata

No. Kriteria Standar Minimal

1. Objek Terdapat salah satu unsur alam, sosial ataupun budaya

2. Akses Adanya jalan, kemudahan, rute, tempat parkir, dan harga parkir yang terjangkau 3. Akomodasi Adanya pelayanan penginapan (Hotel, home

stay, dll)

4. Fasilitas Agen perjalanan, fasilitas kesehatan, TIC (Tourism Information Centre), Guiding (Pemandu Wisata), Plang informasi, Petugas yang memeriksa masuk dan keluarnya wisatawan.

5. Transportasi Adanya transportasi yang aman dan nyaman 6. Catering service Adanya rumah makan, restoran, dll.

7. Aktivitas Rekreasi Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata, seperti berenang, terjun payung, berjemur, berselancar, jalan-jalan, dan lainlain

8. Perbelanjaan Adanya tempat membeli barang-barang umum

9. Komunikasi Adanya sinyal telpon dan akses internet

13Irma Herlina Way dkk, “Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Pariwisata di Danau Uter Kecamatan Aitinyo Kabupaten Maybrat Propinsi Papua Barat”. Jurnal pada Universitas Sam Ratulangi Manado, 2016, h.29.

(37)

10. Sistem Perbankan Adanya bank dan ATM

11. Kesehatan Ketersediaan pelayanan kesehatan bagi wisatawan

12. Keamanan Adanya jaminan keamanan (Pengelola wisata, polisi, dll)

13. Kebersihan Adanya tong sampah dan rambu-rambu tentang kebersihan

14. Sarana Ibadah Adanya sarana ibadah bagi wisatawan 15. Sarana Pendidikan Terdapat sarana pendidikan formal 16. Sarana Olahraga Adanya alat dan perlengkapan olahraga

Menurut Arafah dan Alamsyah, analisis kelayakan ekowisata terbagi menjadi 7 aspek antara lain:14

1) Daya Tarik

Daya tarik merupakan suat faktor yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke suatu tempat yang menarik. Unsur-unsur yang menjadi daya tarik diantara keindahan alam, keunika kawasan, banyaknya sumber daya yang menonjol, keutuhan sumber daya alam, kepekaan sumber daya alam, pilihan kegiatan rekreasi, kelangkaan flora dan fauna, serta

kerawanan kawasan.

2) Aksessibilitas

Aksesibilitas suatu indikasi yang menyatakan mudah tidaknya suatu objek untuk dijangkau. Aksesibilitas merupakan faktor yang tidak

14Intan Maharani, 2016. ”Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata Pada Kawasan Wisata Alam Bungi”, Skripsi pada Universitas Halu Oleo Kendari, 2016, h. 17-19

(38)

dapat dipisahkan dalam mendorong potensi pasar. Unsur-unsur yang dinilai dalam aksesibilitas yaitu jarak kawasn dengan bandara, terminal dan pelabuhan, ketersediaan angkutan umum, kenyamanan perjalanan dan kondisi dan jarak jalan darat.

3) Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kondisi lingkungan adalah keadaan lingkungan alam maupun masyarakat dalam radius 1 km dari batas luar objek wisata.

Unsurunsur kondisi lingkungan yang menjadi penilaian adalah status pemilikan tanah, tingkat pengangguran, mata pencarian, pendidikan, media yang masuk, tingkat kesuburan tanah, sumber daya alam mineral dan sikap masyarakat.

4) Akomodasi

Dalam kegiatan wisata memerlukan peranan fasilitas akomodasi, dalam hal ini adalah adanya sarana yang cukup untuk penginapan/perotelan khususnya bagipengunjung yang berasal dari tempat yang jauh. Unsur yang digunakan dalam menilai perhotelan/penginapan didasarkan pada jumlah kamar hotel/penginapan yang berada radius 15 km dari objek wisata.

5) Sarana dan Prasarana

Peranan dari sarana dan prasarana penunjang adalah untuk menunjang kemudahan dan kepuasan pengunjung. Unsur-unsur yang termasuk dalam prasarana penunjang dalam penelitian ini diantaranya kantor pos, warnet, jaringan telepon seluler,

(39)

puskesmas/klinik, wartel. Sedangkan sarana penunjangnya adalah rumah makan/minum, pusat perbelanjaan/pasar, bank, tempat peribadahan dan toilet umum.

6) Keamanan

Keamanan dalam lokasi wisata merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam berwisata, karena hal ini menyangkut prsoalan keyamanan dan kepuasan dalam menikmati suasana alami selama perjalanan menuju kawasan wisata. Adapun hal yang menjadi unsur penilaian keamanan diantaranya kenyamanan perjalanan dan kondisi jembatan menuju objek wisata.

7) Hubungan dengan Objek Wisata Lain

Hubungan dengan objek wisata lain harus diperhatikan dalam pengembangan suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi perkembangn wisata ke depan. Unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan objek wisata lain yaitu jarak objek-objek wisata lain baik sejenis aupun tidak sejenis di Kabupaten/Kota yang berdekatan dengan objek.

7. Penelitian Terdahulu

a. Ayu Karlina 2019, penelitiannya berjudul “Strategi Pengembangan Potensi Wisata Alam di Kabupaten Aceh Jaya”.15

15Ayu Karlina, Skripsi: “Strategi Pengembangan Potensi Wisata Alam di Kabupaten Aceh Jaya” (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry, 2019)

(40)

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah tentang peluang dan ancaman dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Aceh Jaya. Metode yang digunakan adalah metode observasi dan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan, kemudian teknik analisis datanya menggunakan analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini adalah pemerintah setempat telah menyusun strategi untuk pengembangan pariwisatanya. Hal ini tercantum dalam rencama strategis Dispora Kabupaten Aceh Jaya.

Strategi ini merupakan penjabaran dari RPJMK (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kecamatan) untuk tahun 2017-2022 dan merupakan pelaksanaan tahap ketiga dari RPJPK (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kecamatan) tahun 2005-2025.

Strategi yang digunakan oleh Dispora bidang pariwisata dalam mengembangkan pariwisata adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan pemasaran wisata 2) Mengembangkan destinasi wisata 3) Melakukan pengembangan kemitraan

Dari penelitian Ayu Karlina ini, peneliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah dari segi metode dan teknik analisis yang digunakan, kemudian perbedaannya adalah terletak pada pokok pembahasan. Ayu Karlina membahas pengembangan pariwisata pada Kabupaten Aceh Jaya sementara peneliti disini akan

(41)

membahas mengenai pengembangan pariwisata menjadi objek wisata halal.

b. Intan Maharani (Skripsi tahun 2016) yang berjudul “Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata Pada Kawasan Wisata Alam Bungi Kecamatan Kokalukana Kota Baubau16

Dengan menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk mengetahui objek wisata apa saja yang ada pada kawasan Wisata Alam Bungi dan analisis Kelayakan Ekowisata untuk menganalisis nilai kelayakan ekowisata pada kawasan Wisata Alam Bungi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kelayakan potensi ekowisata pada kawasan Wisata Alam Bungi Kecamatan Kokalukuna Kota Baubau dapat diketahui bahwa kawasan tersebut layak untuk dikembangkan dengan tingkat kelayakan yang dinyatakan berdasarkan kriteria kelayakan setiap kelas yang menunjukan bahwa setiap kelas dinyatakan layak dengat skor masing - masing kelas yaitu daya tarik 930, aksesibilitas 550, akomodasi 180 dan sarana parsarana 300. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian sama-sama menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitaif, perbedaannya penelitian ini menggunakan metode penilaian kelayakan ekowisata dengan kriteria penilaian menurut pedoman analisis Daerah Operasi Objek

16Intan Maharani, 2016. ”Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata Pada Kawasan Wisata Alam Bungi”, Skripsi pada Universitas Halu Oleo Kendari, 2016, h. 17-19

(42)

dan Daya Tarik Wisata Alam (DOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003.

c. Rika Sylvia 2017, penelitiannya berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Tumpang Dua di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan”.17

Masalah yang diangkat dari penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan di obyek wisata air terjun Air Terjun Tumpang Dua di Kabupaten Kotabaru. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu siapa saja yang ditemui peneliti langsung digunakan sebagai sampel dengen pertimbangan kualifikasi yang sesuai dengan karakteristik sumber data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Air Terjun Tumpang Dua merupakan kawasan yang cukup indah dengan kesejukan air pegunungannya dan strategi yang dapat diterapkan adalah meningkatkan citra produk obyek wisata agar dapat bersaing dengan obyek wisata yang lain, meningkatkan kebersihan dan perawatan terhadap fasilitas yang sudah ada, dan pengembangan obyek wisata dan promosi yang efektif.

17Rika Sylvia, “Analisis Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Tumpang Dua di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan”. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol. 11 No.

2, 2017.

(43)

Dari penelitian ini peneliti memiliki kesamaan dari metode penelitian dan fokus pembahasannya adalah satu destinasi saja sedangkan perbedaannya terletak pada destinasi yang diteliti dan teknik pengumpulan data dimana peneliti disini menggunakan cara observasi dan wawancara.

d. Alwafi Ridho Subarkah 2018, penelitiannya berjudul “Potensi dan Prospek Wisata Halal Dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah (Studi Kasus: Nusa Tenggara Barat)”.18

Masalah yang dibahas pada jurnal ini adalah kebijakan luar negeri Indonesia dalam menggunakan potensi wisata halal yang dijadikan sebagai instrumen diplomasi publik demi mencapai kepentingan nasional untuk menarik kunjungan wisata, investasi, dan membangun citra sebagai negara yang ramah terhadap wisatawan Muslim, terutama wisatawan yang berasal dari kawasan Timur Tengah sebagai target pasar utama.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah diplomasi publik dengan introducting, increasing positive appreciation, engaging, influencing yang dilakukan oleh Indonesia melalui pembangunan wisata halal di Nusa Tenggara Barat dianggap berhasil terlihat dari kunjungan wisatawan Muslim yang mengalami peningkatan dan menarik perhatian investor asing dalam mengembangkan wisata. Jika dilakukan dengan baik dan melihat dari perkembangan wisata

18Alwafi Ridho Subarkah, “Potensi dan Prospek Wisata Halal Dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah (Studi Kasus: Nusa Tenggara Barat)”. Jurnal Sosial Politik Vol. 4 No.2, 2018.

(44)

Indonesia, kepentingan nasional seperti meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2019 menjadi 20 juta wisatawan mancanegara akan berhasil.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas perkembangan wisata halal sedangkan perbedaannya terletak dari segi lokasi yang diteliti, Alwafi Ridho Subarkah lebih luas membahas wisata halal di NTB sedangkan peneliti membahas potensi pengembangan destinasi wisata Air Terjun Benang Kelambu menjadi salah satu wisata halal di Lombok Tengah.

e. Aulia Nastiti Utami, dkk. 2019, Penelitiannya berjudul “Implementasi Pengembangan Pariwisata Halal di Lombok”.19

Jurnal ini melakukan pengkajian dan perumusan terhadap implementasi pengembangan wisata halal di Lombok. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan rasionalistik dan pola piker deduktif. Sampel yang digunakan adalah sampel dari destinasi dan responden dengan teknik simple random sampling.

Hasil dari penelitian ini adalah rumusan penerapan pengembangan pariwisata halal berupa terciptanyanya tipologi dalam pengembangan pariwisata halal di Lombok. Tipologi ini didasarkan pada indikator yang dipakai sebagai penilaian atas pengembangan pariwisata halal di Lombok.

19 Aulia Nastiti Utami, dkk, “Implementasi Pengembangan Pariwisata Halal di Lombok”, Conferrence series: Energy & Engineering (EE) Vol.2 Issue, 2019.

(45)

Berdasarkan hasil analisis tipologi yang menjadi pembentuk dalam pengembangan pariwisata halal di Lombok antara lain bahan pokok, atraksi pada destinasi, amenitas di objek wisata, dan kelembagaan. Hal ini disebabkan karena kelembagaan adalah salah satu alasan adanya pengembangan pariwisata halal di Lombok.

Kelembagaan ini terdiri dari pengelola pariwisata (pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat) telah menunjukkan inovasi berupa pengambangan pariwisata halal. Banyak pro, kontra, serta banyak pertanyaan dalam proses pembentukan Lombok menjadi destinasi pariwisata halal. Hal ini tidak menyurutkan usaha para pengelola untuk tetap mengembangkan pariwisata halal di Lombok.

Stakeholder memiliki peran yang sangat penting dalam membuat nama Lombok semakin dikenal. Berbagai macam pertanyaan yang ada sebelumnya mulai digantikan dengan apresiasi positif. Situasi ini yang menciptakan aura positif bagi pengembangan pariwisata di Lombok, khususnya konsep pariwisata halal. Sampai saat ini seluruh elemen pariwisata di Lombok saling bekerjasama untuk meningkatkan perkembangan pariwisata yang diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sehingga konsep pengembangan pariwisata halal di Lombok dapat diterapkan, selama para stakeholder saling berkerjasama dengan baik.

Persamaan yang terdapat dari penelitian ini adalah sama- sama ingin melakukan implementasi dan pengembangan wisata halal

(46)

di Lombok sedangkan perbedaannya adalah peneliti lebih fokus membahas potensi melakukan implementasi wisata halal pada satu destinasi saja.

f. Muthmainnah, Irma Sribianti, Fauziah. 2020, penelitiannya berjudul

Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata Hutan Mangrove di Dusun

Matalalang Kecamatan Bontoharu Kepulauan Selayar.”20

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kelayakan hutang mangrove sebagai objek ekowisata di dusun Matalalang, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Selayar. Penelitian ini berpedoman pada pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan Daerah Hutan Mangrove Mattallang mempunyai nilai skor maksimal dengan nilai 2.160 dengan indeks kelayakan 95,1%, menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki potensi serta layak untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata. Pengembangan terhadap Hutan Mangrove Matalalang sangat perlu dilakukan karena kawasan tersebut berpotensi untuk untuk terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

Pemerintah serta masyarakat harus lebih memperhatikan objek wisata tersebut agar kelestarian hutan mangrove tetap terjaga.

20Muthmainnah, Irma Sribianti, Fauziah. 2020. Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata Hutan Mangrove di Dusun Matalalang Kecamatan Bontoharu Kepulauan Selayar. Jurnal Hutan dan Masyarakat Vol 12 No. 2

(47)

Persamaan dengan penelitian ini adalah dari segi pedoman yang digunakan yaitu pedoman analisis ADO-ODTWA PHKA tahun 2003 dan untuk perbedaannya terletak pada lokasi yang di ambil, pada penelitian ini meneliti kelayakan hutang mangrove sedangkan peneliti meneliti kelayakan air terjun Benang Kelambu.

g. Rudi Tri Handoko, Jemi Cahya Adi Wijaya. 2019, dengan judul

Studi Kelayakan Peluang Pengembangan Wisata Religi Candi Purwo di Taman Nasional Alas Purwo”.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan Candi Purwo sebagai salah satu destinasi wisata religi di wilayah Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan destinasi berdasarkan apa yang ditemui langsung disana.

Pada penelitian ini partisipasi masyarakat di Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi dalam pengembangan wisata religi Candi Purwo masuk pada tahapan yang ke tiga yaitu tahap informing. Pada tahapan ini kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam pembangunan pariwisata melalui program-program yang ditawarkan oleh pemerintah mulai meningkat.

Level ini pemerintah biasanya hanya merekrut beberapa anggota masyarakat yang dianggap mampu dan mengerti tentang konsep pembangunan pariwisata dan dapat menyebarluaskan informasi tersebut kepada masyarakat luas.

(48)

Hasil dari penelian ini menjabarkan bahwa aspek non finansial yang terdiri dari pemanfaatan masyarakat lokal, pelestarian buadaya Candi Purwo, serta pemasaran menunjukkan suatu kelayakan untuk dilanjutkan menjadi suatu destinasi pariwisata. meskipun masih banyak aspek yang harus di perbaiki.

Persamaan dengan peneliti adalah dari segi metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif yang menggambarkan destinasi secara apa adanya. Perbedaan terletak pada teknik analisis data dimana peneliti menggunakan pedoman ADO-ODTWA sedangkan pada penelitian ini tidak menggunakan pedoman tersebut.

F. Kerangka Teori

Beberapa tahun terakhir program unggulan Provinsi NTB adalah Pariwisata Halal yang saat ini memiliki tingkat ketertarikan yang tinggi baik dari wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, baik dari wisatawan muslim maupun non-muslim sangat tertarik untuk menjajal konsep pariwisata halal ini.

Melihat kondisi alam dan kondisi sosial yang ada di sekitaran destinasi Benang Kelambu yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata halal. Oleh karena itu, diperlukan uji kelayakan untuk mengembangkan destinasi wisata Benang Kelambu menuju salah satu wisata halal di Lombok Tengah di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut peneliti dapat menyusun kerangka berpikir untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

(49)

Kerangka Berpikir Destinasi Wisata Kawasan

Lombok Tengah

Benang Kelambu Desa Aik Berik

Variabel Penelitian 1. Daya Tarik 2. Aksessibilitas 3. Akomodasi 4. Sarana prasarana

Analisis ADOODTWA (Skala Pembobotan) Potensi Wisata

Kelayakan Benang Kelambu Menjadi Wisata

Halal

(50)

G. Metode Penelitian 1. Sumber Data

Menurut Lofland sebagaimana yang dikutip Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.21 Oleh karena itu, data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari 2 sumber, yaitu:

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari para informan kunci melalui wawancara dan observasi. Antara lain informasi dari masyarakat lokal yang berpartisipasi langsung dalam pengelolaan air terjun Benang Kelambu seperti pemuka masyarakat, , pengelola destinasi wisata, dan para wisatawan yang sedang berkunjung.

b. Data Skunder

Sumber data skunder adalah data yang dipublikasikan melalui media oleh lembaga atau instansi tertentu berupa dokumentasi, buku- buku, jurnal dan lain-lain yang berkaitan dengan substansi penelitian yang sedang dilaksanakan.

21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2010), h.

157

(51)

2. Instrumen Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa isntrumen adalah alat yang diperlukan untuk mengerjakan sesuatu.22 Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen utama dalam mengumpulkan data di lapangan dengan cara melakukan wawancara serta observasi yang mendalam untuk memahami makna dalam ineraksi sosial, mendalami perasaan dan nilai-nilai yang tergambar dalam ucapan dan perilaku responden baik itu berkaitan langsung dengan apa yang diteliti maupun yang bukan.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan merupakan langkah paling utama dalam penelitian, karena maksud dari penelitian ialah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak bisa memperoleh data yang sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.23

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis antara lain:

a. Observasi

Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif, yaitu peran peneliti selain mengamati destinasi

22 Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 264

23 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. (Bandung:

Alfabeta. 2012). H. 308.

(52)

juga ikut dalam melakukan kegiatan berwisata seperti yang dialami oleh narasumber dan aktivitas wisatawan. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati dan melakukan pencatatan mengenai apa saja yang bisa dikembangkan pada destinasi tersebut.

Menurut Spradley ada tiga komponen pada observasi yaitu:24 1) Tempat (place) yaitu tempat terjadinya interaksi sosial di dalam

kawasan destinasi wisata

2) Pelaku (actor) adalah setiap manusia yang sedang memainkan peran tertentu pada destinasi wisata, yaitu pengelola dan wisatawan

3) Kegiatan (activity) merupakan sesuatu yang dilakukan oleh pelaku wisata antara lain adalah berwisata

b. Wawancara

Wawancara yaitu teknik untuk mendapatkan data melalui tanya jawab yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, dalam pengertian lain Teknik Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.25

Adapun teknik yang peneliti gunakan daalam proses wawancara dilakukan dengan dua model, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur ini dilakukan

24 Ibid, h. 310

25 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 180.

(53)

dengan cara melihat pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti untuk ditanyakan susuai dengan permasalahan yang dieliti. Sementara wawancara tidak terstruktur dilakukan pada saat adanya jawaban yang tidak berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan peneliti yang menimbulkan pertanyaan baru dari jawaban tersebut tetapi tidak melenceng dari permasalahan penelitian. Adapu informan kunci pada penelitian ini antara lain:

1) Kepala Desa Aik Berik

2) Ketua Tour Guide Lokal Benang Kelambu 3) Pengelola Benang Kelambu

4) Pedagang di area Benang Kelambu c. Dokumentasi

Dokumentasi merupaan metode mencari data tentang hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dan lain sebagainya.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data jumlah pengunjung wisata, profil destinasi, data pendapatan, data tentang program pengembangan pariwisata dan data-data lain yang terkait.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan smartphone sebagai alat perekam dan pengambilan gambar. Smartphone tersebut peneliti gunakan untuk merekam informasi verbal maupun non verbal yang peneliti dapatkan selama melakukan penelitian.

(54)

4. Variabel Penelitian

Variabel yang di analisis pada penelitian ini yaitu mengacu pada pedoman Analisis Daerah Operasi dan Objek (ADOO) Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Dierjen perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) 2003. Adapun komponen yang akan dicatat dan dinilai adalah daya tarik, aksebilitas, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang. Adapun penjabaran mengenai variabel penelitian ini dapat di lihat pada table berikut:

Tabel 1.3 Penjabaran Variabel Penelitian Pada Objek Wisata Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator

Kelayakan Wisata Alam Benang Kelambu

Faktor Kelayakan Wisata

Daya Tarik Wisata

a) Keunikan SDA b) Banyaknya SDA yang

Menonjol

c) Kegiatan Wisata yang dapat dinikmati d) Kebersihan Lokasi

Objek Wisata e) Keamanan dan

Kenyamanan Aksessibilitas a) Kondisi Jalan

b) Jarak dari Kota c) Tipe Jalan d) Waktu Tempuh Akomodasi a) Jumlah Akomodasi

b) Jumlah Kamar Sarana

Prasarana Penunjang

a) Sarana Penunjang b) Prasarana Penunjang

Sumber: (Kriteria Penilaian Objek dan Daya tarik Wisata menurut Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003

(55)

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan metode untuk menganalisa data-data yang sudah ada, teknik ini teknik yang terakhir setelah kita mendapatkan data-data penelitian. Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman dilakukan secara interaktif melalui proses reduction, data display, dan verification. Aktifitas dalam analisis data yaitu:

a. Reduksi data (Pemilihan/sortir)

Reduksi data merupakan bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat membuat kesimpulan akhir.

b. Penyajian data (data display)

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskriptif dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti.

c. Penarikan kesimpulan (Verification)

Dari awal pengumpulan data, peneliti harus sudah memahami apa arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, arahan, sebab akibat, dan berbagai proporsi, kesimpulan perlu diverifikasi agar penelitian yang dilakukan benar dan bisa dipertahankan.

(56)

6. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh oleh peneliti sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya pada objek penelitian.

Menurut Lexy J. Moleong, terdapat 4 tolak ukur dalam metode pemeriksaan data, yaitu: 1) Kredibilitas (derajat kepercayaan), 2) tranferability (keteralihan), 3) dependability (kebergantungan), 4) konfirmafibility (kepastian).26

Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan kredibilitas. Tolak ukur ini digunakan untuk meyakinkan mengenai data atau informasi yang diperoleh mengandung nilai kebenaran sesuai dengan apa yang terjadi pada objek penelitian. Adapun teknik yang dilakukan antara lain:

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan ini dilakukan untuk mendapatkan bukti yang nyata mengenai pengembangan objek wisata Air Terjun Benang Kelambu menjadi salah satu wisata halal di Lombok Tengah.

2. Diskusi dengan Teman Sejawat

Diskusi dengan teman sejawat yaitu teknik yang dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya

26Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif . Rosda Karya, Bandung, 2010, h.

324

(57)

kemudian bersama mereka peneliti dapat mer-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.

3. Triangulasi

Merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber dengan sumber yang lainnya pada saat yang berbeda atau dengan pendekatan yang lain. Hal ini dilakukan untuk memeriksa atau menyamakan data penelitian yang diperoleh sehingga informasi yang diperoleh sesuai dengan kenyataannya.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang menjadi langkah-langkah dalam proses penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori dan metode penelitian.

BAB II TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini terdapat sejarah singkat berdirinya Desa Aik Berik, keadaan geografi, demografi, social ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat Desa Aik Berik

(58)

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini adalah inti dari skripsi ini yang berupa identifikasi responden serta penilaian destinasi dan daya tarik yang dimiliki oleh Benang Kelambu serta bagaimana kelayakannya untuk dikembangkan menjadi wsata halal.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian ini dan saran-saran yang membangun yang diberikan oleh peneliti guna mengembangkan Benang Kelambu menjadi salah satu wisata halal di Lombok Tengah.

(59)

A. Sejarah Singkat Desa Aik Berik

Sebelum tahun 1930, wilayah di bagian Utara Lombok Tengah masih berupa kawasan hutan belantara yang merupakan bagian pinggiran dari Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani ( TNGR ) pada zaman belanda, kala itu kawasan tersebut masuk dalam wilayah kekuasaan pemerintah kedistrikan Kopang ( sekarang Camat ) pada saat itu jabatan distriknya di pegang oleh seorang tokoh masyarakat adat wilayah Kopang yang sangat di segani oleh masyarakat beliau bernama Raden Gede .

Pada akhir tahun 1995-an tepatnya bulan september wilayah Aik Berik dan sekitarnya di mekarkan dari Desa Teratak menjadi Desa Aik Berik, pemilihan Kepala Desa di lakukan secara langsung dan demokratis, terpilihlah Kepala Desa pertama sebagai pejabat sementara Kepala Desa Aik Berik yang sebelumnya menjabat sekretaris Desa Teratak bernama : Abdul Manap. Akhirnya Desa Aik Berik secara resmi terbentuk pada awal tahun 1996.

Berdasarkan penuturan masyarakat pada bulan Mei di tahun 1996 di mulai pembangunan Kantor Desa Aik Berik secara swadaya oleh masyarakat, pada tahun 1998 Kantor Desa tersebut selesai di bangun, peresmian Desa Aik Berik di lakukan oleh Gubernur NTB Drs. H.Warsito, Msc. tepat nya Tanggal 19 Mei 1998, tiga tahun kemudian di lakukan pemilihan Kepala Desa baru.

B. Keadaan Geografis Desa Aik Berik

Desa Aik Berik mempunyai 14 dusun dengan luas wilayah 82.26 km 2 dengan batas-batas wilayah Desa Aik Berik adalah sebagai berikut :

(60)

Gambar 2.1 Peta Desa Aik Berik

sebelah utara bebatasan dengan kawasan hutan taman nasional gunung Rinjani ( TNGR )

sebelah selatan berbatasan dengan Desa Teratak

sebelah timur berbatasan dengan Desa setiling dan Desa Aik Bukak sebelah barat berbatasan dengan Desa Lantan.

Dari luas wilayah tersebut proporsi terbesar dari pola pemampaatan lahan di Desa Aik berik adalah perkebunan, hutan dan pertanian tanaman pangan, luas kawasan hutan Desa Aik Berik 3,482,5 Ha dengan luas lahan kering sebanyak 3.839 Ha sedangkan untuk penggunaan lahan pertanian dan perkebunan atau ladang masing-masing seluas 347 Ha dan 316 Ha bangunan atau pemukiman di Desa Aik Berik mengambil porsi lahan hanya seluas 32 Ha lainnya hanya 9 Ha.

C. Keadaan Demografi Desa

Jumlah penduduk Desa Aik Berik pada tahun 2020 adalah 11.190 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 5.270 jiwa dan jumlah penduduk wanita 5.920 Jiwa di lihat dari mata pencaharian, sebagian besar penduduk Desa Aik Berik bermata pencaharian di sekitar pertanian, sebagai petani pemilik sebanyak 520 orang, petani penggarap 737 orang dan buruh tani 542 orang selebihnya bermata pencaharian sebagai wiraswasta 70 dan sebagian

Gambar

Tabel 1.2   Standar Kelayakan Daerah Tujuan Wisata, 19
Gambar 1.1  Kunjungan wisatawan tahun 2016 sampai dengan 2019, 3   Gambar 2.1  Peta Desa Aik Berik, 46
Lampiran 2  Foto Wawancara Bpk. Muslehudin, S.Pd.I, M.Si. Selaku Kepala  Desa Aik Berik
Gambar 1.1 Kunjungan Wisatawan Tahun 2016 sampai dengan 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan proses terjadinya, gua dapat menjadi salah satu objek wisata potensial di Indonesia yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata edukasi dan sekaligus