• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Benang Kelambu Menjadi Wisata Halal

BAB III PEMBAHASAN

D. Strategi Pengembangan Benang Kelambu Menjadi Wisata Halal

pengembangan syariah itu adalah pengaturan konsep wisata syariah dalam perda, upaya demikian dilakukan untuk menjamin pelaksanaan wisata syariah di NTB. Selanjutnya, ada beberapa tantangan yang dihadapi pemda dalam konteks pengembangan wisata syariah itu, di antaranya adalah sertifikasi halal bagi industri pariwisata syariah yang meliputi akomodasi, konsumsi, dan fasilitas pendukung lainnya.

Lahirnya Perda No. 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal menempatkan Pemda NTB sebagai daerah pertama yang memiliki Perda Pariwisata Halal di Indonesia. Perda tersebut selain dimaksudkan sebagai pedoman bagi pengelola pariwisata dalam memberikan pelayanan pariwisata halal kepada wisatawan, juga dimaksudkan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pelayanan kepada wisatawan agar dapat menikmati kunjungan wisata dengan aman dan halal. Dalam Bab I Ketentuan Umum Perda tersebut dinyatakan bahwa pariwisata halal adalah kegiatan kunjungan dengan destinasi dan industri pariwisata yang menyiapkan fasilitas produk, pelayanan, dan pengelolaan pariwisata yang memenuhi syariah. Dan semua kriteria ini sudah dipenuhi oleh wisata alam Air Terjun Benang Kelambu sehingga ini adalah merupakan salah satu dari banyaknya potensi yang dimiliki Benang Kelambu dalam upaya pengembangan menjadi wisata halal.

Destinasi pariwisata halal meliputi atraksi wisata alam dan wisata budaya. Pengelola destinasi pariwisata halal harus membangun fasilitas umum untuk mendukung kenyamanan aktivitas kepariwisataan halal, yang terdiri dari tempat dan perlengkapan ibadah wisatawan muslim dan fasilitas bersuci yang memenuhi standar syariah.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, secara umum bentuk implementasi pengembangan pariwisata halal di Lombok adalah berupa kesiapan, terutama dari sisi kelembagaan. Hal ini terutama dinilai setelah adanya pernyataan penetapan Lombok sebagai Wisata Halal.

Secara eksisting, beberapa kategori/komponen yang menjadi indikator dan parameter penilaian telah terimplementasi sebelumnya, kemudian didukung adanya penetapan Lombok sebagai wisata halal maka hal ini semakin menguatkan bentuk implementasi atas kategori/komponen tersebut.

Kondisi ini membuktikan bahwa adanya penetapan ini adalah sebagai proses kunci dalam pengembangan pariwisata halal di Lombok.

Bentuk implementasi internal, yang berasal dari dalam wilayah tersebut seperti bahan baku makanan dan minuman halal, lalu fasilitas ibadah di objek maupun bandara merupakan kondisi yang secara eksisting sudah ada, namun posisinya semakin dikuatkan dengan adanya pengembangan wisata halal. Hal ini disebabkan karena keberadaan masyarakat secara mikro (Lombok) maupun makro (Indonesia) adalah beragama Islam.

Meskipun demikian, dalam pengembangan pariwisata yang berorientasi hingga pada skala internasional, keberadaan kualitas dan kuantitas yang baik perlu diperhatikan. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya sertifikasi untuk menguatkan keyakinan atas halalnya produk tersebut.

Upaya sertifikasi tersebut merupakan salah satu peran kelembagaan, dimana kelembagaan mendukung apa yang menjadi potensi yang sudah ada di dalam wilayah tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran kelembagaan sebagai faktor eksternal menjadi salah satu pendukung atas keberadaan potensi eksisting (internal) diantaranya seperti bahan baku makanan dan minuman.

Dalam proses pengembangannya, 10 indikator yang digunakan secara umum dianggap sudah memiliki bentuk implementasi yang baik untuk mendukung pariwisata halal di Lombok. Masing-masing indikator memiliki ciri yang berbeda dan memiliki keterkaitan antar satu dengan lainnya.

Seperti indikator bahan baku dan akomodasi yang memiliki keterkaitan dengan indikator kelembagaan, dimana di dalam kelembagaan terdapat badan atau lembaga yang bertugas untuk mensertifikasi bahan baku dan juga akomodasi. Sedangkan untuk indikator pemasaran pada wisatawan serta indikator aksesibilitas yang memiliki keterkaitan dengan kelembagaan adalah berupa upaya pemasaran yang dilakukan oleh pemerintah maupun pelaku usaha.

Upaya yang perlu dilakukan untuk memperkenalkan pariwisata halal Lombok secara internasional dapat dilakukan dengan cara menggelar acara

promosi wisata halal ke Negara-Negara lain bahkan ke wilayah/negara dengan penduduk muslim sebagai minoritasnya. Keterkaitan antar indikator ini kemudian membentuk tipologi yang menjadi ciri bagi pengembangan wisata halal.

Benang Kelambu sudah memenuhi indikator-indikator yang ada namun masih terkendala mengenai sertifikasi halal dari MUI yang belum dilaksanakan sampai saat ini. Berdasarkan pendapat Kepala Desa Aik Berik, sertifikasi ini sedang diusahakan oleh LHK Provinsi NTB selaku pemegang kuasa penuh dalam pengelolaan wisata alam Benang Kelambu.

Kemudian hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah sosialisasi mengenai perda No. 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal. Hal ini dimaksudkan untuk menambah pemahaman kepada masyarakat sekitar Benang Kelambu mengenai bagaimana seharusnya pariwisata halal itu .

A. Kesimpulan

1. Benang Kelambu memiliki aspek-aspek dengan nilai kelayakan yang tinggi untuk dikembangkan diantaranya adalah daya tarik dari segi keasrian alam yang masih terjaga, aksessibilitas yang sudah sangat memadai, akomodasi yang disediakan oleh pengelola dan sarana prasarana yang meningkatkan keamanan dan kenyamanan wisatawan.

2. Potensi pengembangan Benang Kelambu menjadi wisata halal sangat besar, hal ini dikaarenakan Benang Kelambu sudah memenuhi kriteria wisata halal dan ada beberapa aturan tersirat yang mendukung wisata halal yaitu sebagai berikut:

a. Tidak boleh memikirkan, mengatakan, dan melakukan hal-hal yang dilarang syariah Islam di area Benang Kelambu.

b. Bagi Wanita yang sedang menstruasi tidak diperbolehkan mandi di area Benang Kelambu.

c. Laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom tidak boleh bermain sampai melewati batas dan harus menggunakan pakaian yang menutup aurat saat mandi di area Benang Kelambu.

Larangan diatas sangat berkaitan dengan tata cara berwisata dalam wisata halal, kemudian sudah disediakan mushalla dan alat-alat untuk beribadah baik itu di gerbang masuk maupun di area Benang Kelambu. Hal ini menunjukkan bahwa Benang Kelambu sangat

halal di Lombok Tengah.

3. Strategi pengembangannya harus dimulai dari mempersiapkan dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wisata halal dan implementasinya sesuai dengan perda no. 2 tahun 2016. Kemudian strategi berikutnya adalah dengan menggalakkan peningkatan akomodasi dan pemasaran ke luar baik ke Negara mayoritas Muslim maupun Negara dengan Minoritas Muslim.

d. Saran

1. Perlunya perbaikan jalan setapak dari Benang Stokel menuju Benang Kelambu guna mempermudah wisatawan yang memilih untuk berjalan menuju Benang Kelambu.

2. Meningkatkan jumlah akomodasi dan fasilitas di sekitar area Benang Kelambu seperti home stay dan restoran bersertifikasi halal guna menunjang wisatawan yang ingin melepas lelah setelah berwisata di Benang Kelambu.

3. Dibutuhkan sosialisasi secara menyeluruh bagi pengelola dan masyarakat sekitar mengenai pariwisata halal dan manfaatnya bagi masyarakat.

4. Menyediakan atraksi wisata yang bisa dinikmati oleh wisatawan setiap harinya seperti tradisi dan budaya lokal yang ada di Desa Aik Berik.

Karena atraksi adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan juga merupakan tambahan daya tarik bagi Benang Kelambu.

dalam mempromosikan dan mengembangkan sumber daya manusia yang ada di Kawasan Benang Kelambu guna menciptakan Kawasan wisata halal yang aman dan nyaman baik bagi wisatawan muslim maupun non muslim.

Alwafi Ridho Subarkah, “Potensi dan Prospek Wisata Halal Dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah (Studi Kasus: Nusa Tenggara Barat)”. Jurnal Sosial Politik Vol. 4 No.2, 2018.

Ariqa Nurwilda Sugiarti, Skripsi: “Strategi Pengembangan Pariwisata Syariah untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Muslim Domestik dan Mancanegara di Kota Bandung”. (Bandung: UPI, 2015)

Aulia Nastiti Utami, dkk, “Implementasi Pengembangan Pariwisata Halal di Lombok”, Conferrence series: Energy & Engineering (EE) Vol.2 Issue, 2019.

Ayu Karlina, Skripsi: “Strategi Pengembangan Potensi Wisata Alam di Kabupaten Aceh Jaya” (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry, 2019)

Deddy Mulyana, “Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya,” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 180.

Demeiati Nur Kusumaningrum, dkk. Trend Pariwisata Halal Korea Selatan.

Seminar Nasional dan Gelar Produk Universitas Muhammadiyah Malang 2017.

Fahadil Amil Hasan, “Penyelenggaraan Parawisata Halal di Indonesia (Analisis Fatwa DSN-MUI tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah)”. al-Ahkam Jurnal Ilmu syari`ah dan Hukum. Surakarta: IAIN Surakarta, 2017.Gigih Mulyo Nugroho dkk,

“Studi Kelayakan Potensi Pengembangan Wisata Pantai Kondang

Helln Angga Devy dan R. B. Soemanto, Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karanganyar. DILEMA, Vol. 32, N0. 1 Tahun 2017

http://digilib.unila.ac.id/11405/14/BAB%20II.pdf. (Diakses pada tanggal 16 Januari 2021).

https://eprints.uny.ac.id. /18655/6/BAB%20II.pdf. (Diakses pada tanggal 13 Januari 2021)

Intan Maharani, 2016. ”Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata Pada Kawasan Wisata Alam Bungi”, Skripsi pada Universitas Halu Oleo Kendari, 2016, h. 17-19

Irma Herlina Way dkk, “Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Pariwisata di Danau Uter Kecamatan Aitinyo Kabupaten Maybrat Propinsi Papua Barat”. Jurnal pada Universitas Sam Ratulangi Manado, 2016, h.29.

Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 264

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2010), h. 157

Ibid h. 324

Muthmainnah, Irma Sribianti, Fauziah. 2020. Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata Hutan Mangrove di Dusun Matalalang Kecamatan Bontoharu Kepulauan Selayar. Jurnal Hutan dan Masyarakat Vol 12 No. 2

Oka Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1983), h. 29 Rachmat. Manajemen Strategik, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 2

Rika Sylvia, “Analisis Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Tumpang Dua di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan”. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol. 11 No. 2, 2017.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. (Bandung:

Alfabeta. 2012). H. 308.

Gambar 4.1 Wawancara Muslehudin, S.Pd.I, M.Si. Selaku Kepala Desa Aik Berik

Gambar 4.2 Wawancara Saudara Wildan Selaku Ketua Tour Guide Lokal Benang Kelambu

Gambar 4.3 Wawancara Hj. Dewi selaku Pedagang di Kawasan Benang Kelambu

Gambar 4.4 Grafik Kunjungan Wisatawan ke Benang Kelambu

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana peran Desa Aik Berik pada pengelolaan Benang Kelambu ? 2. Apa saja timbal balik adanya benang kelambu kepada masyarakat sekitar ? 3. Bagaimana pemahaman masyarakat mengenai pariwisata halal ?

4. Apakah Benang Kelambu sudah memenuhi kriteria Pariwisata Halal ? 5. Apakah benang kelambu layak untuk mendapatkan sertifikasi halal ?

6. Bagaimana strategi pengelola dalam mengembangkan Benang Kelambu menjadi wisata halal?

7. Apa saja yang dibutuhkan dalam mengembangkan benang kelambu menjadi salah satu destinasi wisata halal di Lombok Tengah ?

8. Apakah Benang Kelambu sudah memenuhi standar kelayakan untuk disertifikasi sebagai wisata halal ?

Dokumen terkait