M E N U
PERMASALAHAN HAKIKAT AKAD DALAM TRANSAKSI
KEUNGAN SYARIAH DI INDONESIA
M E N U
TOPIC 1
TOPIC 1
Akad
Istilah akad berasal dari kata al-Ahdu (perjanjian), Menurut Anwar
(2007), akad adalah pertemuan ijab dan qabul sebagai pernyataan
kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat
hukum pada objeknya. Menurut Suhendi (2008), akad adalah perikatan
ijab dan qabul yang dibenarkan syara yang menetapkan keridhaan
kedua belah pihak
TOPIC 2
TOPIC 2
Jenis-jenis akad
Dalam keuangan syariah, terdapat beberapa jenis akad atau perjanjian yang digunakan untuk melakukan transaksi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Murabahah
Akad ini adalah perjanjian jual-beli antara dua pihak di mana penjual memberitahu pembeli harga beli barang dan menambahkan keuntungan atas barang tersebut.
2. Mudharabah
Merupakan perjanjian kerjasama antara pihak yang menyediakan modal (shahibul maal) dan pihak yang menggunakan modal (mudharib). Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh pihak yang menyediakan modal.
3. Musyarakah
Sama dengan mudharabah, musyarakah juga merupakan perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih. Namun, dalam musyarakah, semua pihak terlibat berkontribusi dengan modal dan tenaga, serta berbagi keuntungan dan kerugian sesuai dengan kesepakatan.
4. Ijarah
Akad sewa-menyewa yang biasanya digunakan dalam pembiayaan aset seperti real estate, kendaraan, atau peralatan. Pemilik aset menyewakan barang tersebut kepada penyewa dengan biaya sewa yang telah disepakati.
TOPIC 2
Jenis-jenis akad
5. Wakalah
Merupakan perjanjian agensi di mana satu pihak memberikan wakil kepada pihak lain untuk melakukan tugas tertentu atas namanya, biasanya dalam pertukaran biaya tertentu.
6. Salam
Akad ini merupakan perjanjian jual-beli dengan pembayaran di muka atas barang tertentu yang akan dikirimkan di masa mendatang. Pembayaran dilakukan pada saat akad ditandatangani, sementara pengiriman barang dilakukan di masa yang akan datang.
7. Istisna
Sama dengan salam, istisna juga merupakan perjanjian jual-beli atas barang yang akan diproduksi atau dibangun di masa mendatang. Perjanjian ini memungkinkan pembeli untuk memesan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
8. Qardhul Hasan
Merupakan perjanjian pinjaman tanpa bunga yang diberikan untuk tujuan kebajikan atau kemanusiaan.
Peminjam diharapkan mengembalikan pinjaman tersebut sesuai dengan kesepakatan.
TOPIC 3
TOPIC 3
Akad Dalam Hukum Islam
Dikalangan fuqaha terdapat perbedaan pendapat mengenai unsur pembentuk tersebut yang terdiri dari rukun dan syarat. Dengan rukun, menurut mazhab jumhur (Maliki, Syafi'i dan Hambali), dimaksudkan sebagai unsurunsur yang membentuk akad, yang dalam hal ini adalah:
1. Al-‘Aqidain, yaitu para pihak yang terlibat langsung dengan akad
2. Mahallul aqad, yaitu obyek akad atau sesuatu yang hendak diakadkan 3. Shigat aqad, pernyataan kalimat akad berupa ijab dan qabul.
TOPIC 4
TOPIC 4
Akad Dalam Transaksi Keuangan Syariah
Pandangan Islam tentang akad sebenarnya tidak ada
batasan yang ketat tentang bagaimana perjanjian tersebut
dibentuk. Transaksi keuangan syariah berbasis pada
prinsip-prinsip hukum Islam, yang meliputi larangan riba
(bunga), gharar (ketidakpastian yang berlebihan), maisir
(perjudian), dan halal-haram dalam akad dan objek
transaksi.
TOPIC 5
TOPIC 5
Permasalahan Hakikat Akad Dalam Keuangan Syariah
Permasalahan hakikat akad dalam keuangan syariah seringkali melibatkan konsep- konsep yang berkaitan dengan keadilan, kehalalan, dan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat. Beberapa permasalahan umum yang muncul dalam konteks ini adalah : 1. Ketidakjelasan dalam Akad
Terkadang akad dalam transaksi keuangan syariah tidaklah jelas atau terdefinisi dengan baik. Ini dapat mengarah pada interpretasi yang berbeda-beda tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak, serta potensi konflik di kemudian hari
2. Penyalahgunaan Konsep
Beberapa praktik keuangan syariah mungkin menggunakan konsep-konsep syariah untuk tujuan yang tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip yang diinginkan. Misalnya, praktik penyalahgunaan mekanisme bagi hasil (mudharabah atau musyarakah) untuk menghindari risiko, yang sebenarnya bertentangan dengan semangat keadilan dan keterlibatan pihak-pihak yang seimbang dalam keuntungan dan kerugian.
3. Kekurangan Profesionalisme
Adakalanya, kurangnya keahlian atau profesionalisme dalam merancang, mengevaluasi, dan mengeksekusi transaksi keuangan syariah dapat mengakibatkan kesalahan atau penyimpangan dari prinsip-prinsip syariah yang seharusnya dipegang teguh
TOPIC 6
TOPIC 6
Kesimpulan
Akad merupakan kesepakatan dua kehendak untuk menimbulkan akibat-akibat hukum, baik berupa menimbulkan kewajiban, memindahkannya, mengalihkan, maupun menghentikannya. Semua perikatan (transaksi) yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, tidak boleh menyimpang dan harus sejalan dengan kehendak syariat. Tidak boleh ada kesepakatan untuk menipu orang lain, transaksi barang-barang yang diharamkan dan kesepakatan untuk membunuh seseorang. Jadi dengan adanya perjanjian dalam sebuah transaksi keuangan syariah itu akan berdampak positif kepada semua pihak karena ada kesepekatan awal yang sudah disetujuai oleh semua pihak. Akan tetapi meskipun adanya akad imi memberikan dampak positif suatu permasalahan pun tentunya ada seperti, ketidak jelasan akad, kurangnya profesionalisme, penyalahgunaan konsep, dan lain-lain.