• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Islam Perbankan Syariah

N/A
N/A
Khilmi Zuhroni

Academic year: 2024

Membagikan "Ekonomi Islam Perbankan Syariah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERBANKAN SYARIAH

Dosen Pengampu: Bapak Khilmi Zuhroni, S, Fil.I., M.E.

Disusun Oleh :

Shifana Dona Fitriana : 1887203023

Semester : 7 (Tujuh) Pendidikan Ekonomi Malam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH SAMPIT

TAHUN 2021

(2)

A. PENDAHULUAN

Bank Syariah merupakan salah satu produk perbankan yang berlandaskan sistem perekonomian Islam, Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme. Bank Syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonomi dan praktisi perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuagnan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah Islam. Umat Islam diharapkan dapat memahami perkembangan bank syariah dan mengembangkannya apabila dalam posisi sebagai pengelola bank syariah yang perlu secara cermat mengenali dan mengidentifikasi semua mitra kerja yang sudah ada maupun yang potensial untuk pengembangan bank syariah. (Agus Marimin, Abdul Haris Romdhoni & Tira Nur Fitria, 2015)

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah terdiri dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yag berfungsi sebagai perantara keuangan dari kedua belah pihak yaitu pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah adalah atura peranjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atas pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai hukum islam. Maka bank syariah dapat diartikan sebagai suatu lembaga euanga ang berfungsi menjadi perantara bagi pihak yang berlebihana dan dn pihak yang membutuhkan dana untuk kegiatan usah atau kegiatan yang lainnya sesuai hukum islam. Dengan

(3)

demikian, bank syariah adalah bank yang tidak mengandalkan baunga, dan oprasional produknya,baik penghimpunan maupun penyuluhan dananya dan lalu lintas pembayaran serta peredaran uang dari dan untuk debitur derdasarkan prinsip-prinsip hukum islam. (Z, 2012)

2. Konsep Dasar Bank Syariah

Kegiatan dan usaha bank selalu berkaitan dengan komoditas antara lain:

a. Pemindahan uang.

b. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran.

c. Mendiskonsurat wesel, surat order maupun surat-surat berharga lainnya.

d. Membeli dan menjual surat-surat berharga,

e. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang.

f. Membeli kredit.

g. Memberi jaminan kredit.

3. Latar Belakang Kemunculan Bank Syariah

Dalam sejarah diketahui bahwa baitulmaal merupakan lembaga keuangan pertama yang ada pada zaman Rasulullah.

Lembaga ini pertama kali hanya berfungsi untuk menyimpan harta kekayaan negara berupa zakat, infak, sedekah, pajak dan harta rampasan perang. Kemudian pada masa pemerintahan sahabat berkembang pula lembaga lain, yaitu baitutamwil yang bergerak dalam urusan penampungan dana-dana masyarakat untuk diinvestasikan ke proyek-proyek atau pembiayaan perdagangan yang menguntungkan.

(4)

Baitutamwil ini pada akhirnya berkembang menjadi berbagai lembaga keuangan Islam yang cukup diperhitungkan di Timur Tengah. Akan tetapi penggunaan nama baitutamwil tidak bisa dengan mudah diterapkan di beberapa negara-negara Islam bekas jajahan negara Eropa. Hal itu disebabkan istilah baitutamwil tidak dikenal dalam sistem perundang-undangan negara tersebut yang kebanyakan mewarisi undang negara yang menjajahnya. Oleh karena itu digunakan nama bank Islam untuk menggantikan nama baitutamwil.

Tujuan utama pendirian lembaga keuangan berlandaskan syariah adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek ekonominya berdasarkan aturan Al-Quran dan As- Sunnah. Upaya awal penerapan sistem profit and loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an yang memulai eksistensinya dengan mengelola dana jamaah haji dengan cara yang tidak sama dengan yang dilakukan bank konvensional.

Rintisan institusional lainnya adalah lahirnya Mit Ghamr Lokal Saving Bank pada tahun 1963 di Kairo Mesir yang didirikan oleh Prof. Ahmed Najjar. (Nurul Huda & Muhamad Heykal, 2013)

4. Fungsi Bank Syariah

Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu :

a. Agent of trust yaitu bank sebagai lembaga yang dipercaya masyarakat untuk dapat menitipkan dananya dan menyalurkannya pada sektor-sektor yang tepat.

b. Agent of development yaitu bank sebagai lembaga yang mendukung kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa.

c. Agent of services yaitu bank sebagai lembaga yang memberikan jasa-jasa keuangan kepada masyarakat ( Yayat Rahmat Hidayat & Maman Surahman, 2017)

(5)

5. Prinsip Dasar Bank Syariah

Di dalam mengoperasionalkan perbankan syariah dikenal beberapa prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan kegiatan usaha perbankan syariah. Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut pada garis besarnya dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Bebas Maghrib

1) Maysir (spekulasi) Dalam bahasa Arab maysir identik dengan kata qimar. Maysir mengacu pada perolehan kekayaan secara mudah atau perolehan harta berdasarkan peluang, entah dengan mengambil hak orang lain, atau tidak. Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah mendefinisikan maiysir sebagai transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti atau bersifat untung-untungan (UU No.21, 2008).

Dapat disimpulkan bahwa maysir merupakan transaksi yang digantungkan kepada sesuatu yang tidak pasti dan mengandung unsur judi, taruhan atau permainan yang beresiko yang jelas telah jelas dalam hukum Islam bahwa hal tersebut dilarang (haram).

2) Gharar secara harfiah berarti akibat, bencana, bahaya, risiko, dan sebagainya. Dalam Islam, yang termasuk gharar adalah semua transaksi ekonomi yang melibatkan unsur ketidakjelasan, penipuan atau kejahatan. Dalam Al-Qur'an kata gharar dan derivasinya disebutkan sebanyak 27 kali dalam QS Ali-Imran/3: 185 dan Al-Anfal/8: 49. Dapat

(6)

disimpulkan bahwa gharar adalah transaksi yang mengandung ketidakjelasan dan keraguan.

3) Haram secara bahasa yang berarti larangan dan penegasan yang kata haram ini sendiri diulang sebanyak 83 kali dalam Al-Qur'an antara lain QS Al-Baqarah/2:173, QS An-Nahl/16: 115, dan QS Al-Maidah/5: 3. Dalam Aktivitas ekonomi setiap orang diharapkan untuk menghindari semua yang diharamkan, baik zat, maupun caranya baik dalam bidang produksi, distribusi ataupun konsumsi.

4) Riba Secara etimologi, kata riba bermakna tambahan, kelebihan (Munawwir, 1984). Dalam Lisanul ‘Arab dijelaskan kata ابر, اوبر, ءابر mengandung arti yang sama, yaitu ةدايز bertambah dan tumbuh (berkembang). Abdullah Saeed sebagaimana yang dinukil oleh Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis mengatakan bahwa riba yang akar katanya r-b-w dalam Al-Qur’an mempunyai pengertian tumbuh, bertambah, naik, bengkak, meningkat, dan menjadi besar dan tinggi. Juga digunakan dalam pengertian bukit kecil. Semua penggunaan ini nampak mempunyai satu makna yang sama yaitu pertambahan, baik secara kualitas ataupun. Sementara itu menurut terminologi, riba dirumuskan oleh ilmu fikih sebagai tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak dari dua pihak yang terlibat tanpa ada imbalan tertentu. Sayyid Sabiq mengartikan riba sebagai tambahan atas modal, baik penambahan itu sedikit ataupun banyak.

Jadi riba adalah penambahan pendapatan secara batil dan tidak sah di dalam melakukan transaksi

(7)

baik secara kualitas ataupun kualitas. Tegasnya, hakikat pelarangan riba dalam Islam merupakan suatu penolakan resiko finansial tambahan yang ditetapkan dalam transaksi uang maupun jual beli yang dibebankan pada satu pihak saja, sedangkan pihak lain dijamin keuntungannya. Inilah kezaliman (zulm) yang terdapat pada riba yang oleh Islam tegas dilarang.

5) Batil secara bahasa artinya batal dan tidak sah.

Aktivitas ekonomi yang terkait dengan pelarangan batil seperti mengurangi timbangan, mencampurkan barang jualan yang baik dan yang tidak baik untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

b. Prinsip Kepercayaan dan Kehati-Hatian Dalam Pengelolaan Kegiatan Bank Syariah

Salah satu misi perbankan adalah menerima simpanan baik berupa giro, tabungan, dan deposito.Dana ini dibutuhkan bank di dalam menjalankan usahanya, yang tidak mungkin hanya diandalkan melalui modal bank saja.

Untuk itu, dalam rangka menarik dana dari masyarakat, bank pun berupaya melakukan pembaharuan dalam menawarkan jasa perbankan. Selain itu, bank sebagai salah satu komponen yang berfungsi dalam menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional sehingga dalam menjalankan usahanya memerlukan kepercayaan masyarakat yang dalam hal ini nasabah.

Dengan kepercayaan masyarakat/nasabah terhadap industri perbankan, maka hal ini merupakan usaha untuk memelihara stabilitas industri perbankan.Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum di dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan

(8)

simpanan nasabah oleh bank.Oleh sebab itu, baik pemilik dan pengelola bank maupun otoritas yang terlibat dalam pengaturan pengawasan bank harus dapat mewujudkan kepercayaan masyarakat dengan penjaminan seluruh kewajiban bank.

Prinsip pengelolaan sebuah lembaga keuangan khususnya perbankan yang utama adalah prinsip kepercayaan (fiduciary relation). Dikatakan sebagai prinsip yang utama karena kegiatan usaha perbankan mendasarkan pada adanya kepercayaan dari masyarakat. Adapun prinsip kehati-hatian merupakan konsekuensi yuridis sebagai lembaga yang menarik dana dari masyarakat, maka sebuah lembaga keuangan ataupun lembaga pembiayaan hendaknya mampu mengelola kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, lembaga keuangan khususnya perbankan melakukan studi kelayakan sebelum memberikan pelayanan kepada nasabahnya.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tidak menyebut secara tegas mengenai pengertian prinsip kehati- hatian ini. Secara normatif Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 hanya menyebutkan bahwa “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati- hatian (Undang-undang RI No. 10, 1998). Wujud dari Prinsip ini juga dapat diterapkan di dalam perbankan syariah melalui penyaluran pembiayaan dengan ketidakmampuan nasabah melaksanakan kewajibannya.

c. Prinsip Akad

Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah yang merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan) antara

(9)

bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masing-masing berdasarkan syariat Islam. Akad dinyatakan sah apabila terpenuhi rukunnya. Rukun akad ada 3 yakni, dua pihak atau lebih yang melakukan akad, objek akad, dan lafaz akad. Akad pada perbankan syariah tentunya mengacu pada konsep bagi hasil yang menghendaki keuntungan bersama baik pada pihak pengelola yang dalam hal ini perbankan dan pihak nasabah.Firman Allah swt.dalam QS Al-Maidah/5: 1 :

Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu, dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”

Berdasarkan ayat tersebut di atas, dijelaskan bahwa manusia harus memenuhi akad.Hal ini juga berlaku dalam hal ekonomi.Akad atau perjanjian harus dilaksanakan sebelum adanya transaksi dan ini menjadi rukun di dalam pelaksanaannya.Oleh karena itu, dalam proses transaksi pasti akan selalu ada kesepakatan mulai dari penentuan harga barang, kualitas barang, syarat-syarat di dalam penjualan dan pembelian barang, dan hal-hal yang terkait dengannya.

(10)

Dengan adanya akad, maka hal ini bermanfaat di dalam menjamin hak-hak dari setiap yang bertransaksi.Akad dapat menghindarkan seseorang dari kerugian karena dilaksanakan secara terbuka dan transparansi. Prinsip akad dapat diterapkan dalam kegiatan usaha atau operasional perbankan syariah meliputi:

1) Kegiatan penghimpunan dana; kegiatan ini dapat ditempuh oleh perbankan melalui mekanisme tabungan, giru, dan deposito. Khusus bank syariah tabungan dan giro dibedakan menjadi 2 macam yaitu tabungan dan giro didasarkan pada akad wadiah, serta tabungan dan giro yang didasarkan pada akad mudharabah.

2) Kegiatan penyaluran dana; kegiatan ini dapat ditempuh oleh bank syariah dalam bentuk murabahah, mudharabah, musyarakah, ataupun qard.

3) Jasa bank: kegiatan usaha bank dibidang jasa dapat berupa penyediaan bank garansi (kafalah), hiwalah, wakalah dan jual beli valuta asing. Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan secara operasional, prinsip dasar akad perbankan syariah dapat diterapkan melalui kegiatan penghimpunan dana, penyaluran, maupun kegiatan pelayanan jasa. (Supriadi & Ismawati, 2020)

C. PENUTUP

1. Bank syariah adalah bank yang tidak mengandalkan baunga, dan oprasional produknya,baik penghimpunan maupun penyuluhan dananya dan lalu lintas pembayaran serta peredaran uang dari dan untuk debitur derdasarkan prinsip-prinsip hukum islam.

(11)

2. Konsep dasar bank syariah a. Pemindahan uang.

b. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran.

c. Mendiskonsurat wesel, surat order maupun surat-surat berharga lainnya.

d. Membeli dan menjual surat-surat berharga,

e. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang.

f. Membeli kredit.

g. Memberi jaminan kredit.

3. Tujuan utama pendirian lembaga keuangan berlandaskan syariah adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek ekonominya berdasarkan aturan al-quran dan as-sunnah.

4. Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu agent of trust, agent of development, dan agent of services

5. Prinsip-prinsip dasar bank syariah secara garis besarnya yaitu bebas maghrib, prinsip kepercayaan dan kehati-hatian dalam pengelolaan kegiatan bank syariah, dan prinsip akad.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Yayat Rahmat Hidayat & Maman Surahman. (2017). ANALISIS PENCAPAIAN TUJUAN BANK SYARIAH SESUAI UU NO 21 TAHUN 2008.

Amwaluna, 39.

Agus Marimin, Abdul Haris Romdhoni & Tira Nur Fitria. (2015).

PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 76.

Nurul Huda & Muhamad Heykal. (2013). Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Supriadi & Ismawati. (2020). IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP PERBANKAN SYARIAH UNTUK MEMPERTAHANKAN LOYALITAS NASABAH. HES, 44-48.

Z, W. (2012). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: Granmedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Iim Siti Azizah, 106046101637: Respon Stakeholders Lembaga Keuangan Syariah Terhadap Kualitas Alumni Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Melihat perkembangan industri perbankan syariah diatas, saat ini pada perkembanganya industri perbankan syariah dibagi dalam dua kategori yaitu lembaga keuangan

Keluarga besar seperjuangan angkatan 2018 Perbankan Syariah, khususnya Perbankan Syariah (03), terimakasih atas kekeluargaannya selama ini.. Kata Kunci: Tabungan Wadi’ah,

Transaksi yang jelas terlarang tersebut jika tetap dilakukan oleh lembaga perbankan sama saja dengan menipu nasabah dengan dalih akad sudah sesuai syariah, maka dari itu

Penerapan Prinsip Mudharabah Dalam Perjanjian (Akad) di Perbankan Syariah Akad mudharabah dapat dijumpai pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal

Analisis Kesiapan Kerja Mahasiswa di Lembaga Keuangan Syariah Pasca Praktik Pengalaman Lapangan Berdasarkan dari hasil penelitian melalui metode wawancara dengan 30 Mahasiswa S1

Produk perbankan syariah pun sebenarnya tidak kalah canggih dengan produk bank konvensional.Bedanya, produk perbankan syariah telah disesuaikan dengan akad-akad syariah dan diakui oleh

Makalah ini membahas tentang praktek lembaga keuangan syariah terhadap CSR di