• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keuangan Islam Obligasi Syariah

N/A
N/A
Khilmi Zuhroni

Academic year: 2024

Membagikan "Keuangan Islam Obligasi Syariah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH OBLIGASI SYARIAH

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah

DOSEN PENGAMPU KHILMI ZUHRONI, S.Fil.I

DISUSUN OLEH NENENG MARDI ASTUTI

NPM. 1887203007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH SAMPIT

TAHUN 2021

(2)

PENDAHULUAN

Munculnya pemikiran ekonomi syariah merupakan usaha umat Islam yang mencoba memberi sumbangan pemikiran terhadap kemaslahatan masyarakat di dunia ini. Tujuan utamanya bukanlah untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis, melainkan ingin memperbaiki yang kurang baik pada sistem ekonomi kapitalis.

Karena itu, sistem ekonomi syariah bukan semata hanya bagi umat Muslim saja, tapi sebagai sistem ekonomi alternatif yang diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Semenjak boomingnya ekonomi syariah beberapa tahun belakangan ini, berbagai instrumen pasar modal syariah pun bermunculan. Setelah reksadana dari Danareksa Investment Manajemen meluncur pada tahun 1997, giliran obligasi syariah tampil di akhir tahun 2002. Pengembangan institusi dan instrumen keuangan berdasarkan syariah merupakan bagian penting dari upaya pengembangan Islamic Finance. Adalah suatu upaya pembumian ajaran langit yang tidak lain merupakan pengembangan konsep dan teorinya supaya tidak berhenti hanya pada tataran normatif saja (Fadlan, Desember 2014).

Seperti diketahui, obligasi syariah telah banyak diterapkan di beberapa negara Timur-Tengah seperti Yordania, Dubai, Turki dan Malaysia. Jenis transaksi ini juga dikenal dengan model Islamic Bonds atau kerap disebut Muqaradhah Bonds yang telah mendapat pengesahan dari IOC Academy sebagai pengganti dari Interest-bearing Bonds. Di Indonesia obligasi syariah pertama diluncurkan oleh PT. Indosat, tak lama berselang beberapa emiten kemudian turut meluncurkan obligasi syariah. Makalah ini akan mengangkat seputar bagaimana pengertian dari obligasi Syariah itu sendiri.

(3)

PEMBAHASAN A. Pengertian Obligasi

Obligasi (bond) merupakan sertifikat yang memberikan bunga tetap, diterbitkan oleh perusahaan pemerintah atau swasta dan kalangan bisnis dengan janji untuk membayar sejumlah uang kepada investor yang telah ditetapkan pada waktu tertentu, dan merupakan suatu cara yang biasa untuk menambah modal (Hulwati, 2009).

Peraturan Bapepam menjelaskan Obligasi ialah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan yang menyatakan bahwa investor atau pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan.

Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk membayar bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo (Hulwati, 2009).

B. Pengertian Obligasi Syariah

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32/DSN- MUI/IX/2002 mendefinisikan bahwa Obligasi Syariah merupakan suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo (Fahrimal, 2016).

Merujuk pada Fatwa DSN tersebut, dapat diketahui bahwa penerapan obligasi syariah ini menggunakan akad antara lain akad musyarakah, mudarabah, murabahah, salam, istisna, dan ijarah. Emitennya disebut mudharib sedang pemegang obligasi adalah shahibul mal (investor). Bagi emiten tidak diperbolehkan melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan sukuk. Sukuk dikenalkan sebagai pengganti istilah obligasi syariah (Islamic bonds). Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak)

(4)

yang memilki arti mirip sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan. Sebuah sukuk mewakili kepentingan baik penuh maupun proporsional dari sebuah atau sekumpulan aset (Hafiz, 2016). Obligasi syariah memiliki sistem pembayaran bunga dengan fix coupon bond, yaitu tingkat kupon nya telah ditetapkan diawal sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik dengan jumlah yang sama (Fahrimal, 2016).

Melalui Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002, Dewan Syariah Nasional (DSN) sebenarnya mengkategorikan tiga jenis pemberian keuntungan kepada investor pemegang Obligasi Syariah. Pertama, adalah berupa bagi hasil kepada pemegang Obligasi Mudharabah atau Musyarakah. Kedua, keuntungan berupa margin bagi pemegang Obligasi Murabahah, Salam, atau Istshna’. Ketiga, berupa fee (sewa) dari aset yang disewakan untuk pemegang obligasi dengan akad ijarah. Obligasi syariah dapat diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah, musyarakah, ijarah, istisna’, salam dan murabahah. Tetapi diantara prinsipprinsip instrumen obligasi ini yang paling banyak dipergunakan adalah obligasi dengan instrumen prinsip mudharabah dan ijarah (Fahrimal, 2016).

C. Perbedaan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional

Sukuk atau obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional, semenjak adanya pendapatan bahwa bunga adalah riba maka dari itu diumumkan alternatif investasi yang dinamakan sukuk. Menurut Academy for International Moslem Studies (AIMS) UK Islamic Banking and Finance, berpendapat bahwa obligasi adalah surat kontrak hutang yang mewajibkan penerbitnya untuk membayarkan sejumlah bunga dan pokoknya pada periode dan ketentuan tertentu, sedangkan sukuk adalah surat bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisah atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu, hak atau nilai manfaat, dan jasa-jasa atas proyek tertentu atau kegiatan investasi tertentu. Sukuk tidak

(5)

dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, oleh karena itu sukuk biasanya di simpan sampai jatuh tempo (Eduardus, 2010).

Sukuk atau obligasi syariah pada prinsipnya mirip dengan obligasi konvensional, perbedaan pokoknya ialah penggunaan konsep margin, fee (upah) dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, produk dan objek investasinya halal atau tidak mengandung unsur gharar maupun riba. Adanya suatu transaksi pendukung (underflying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip Syariah (Eduardus, 2010).

D. Karakteristik Obligasi Syariah

1.

Obligasi syariah menekankan pada pendapatan investasi bukan berdasarkan pada tingkat bunga yang telah ditentukan sebelumnya.

Tingkat pendapatan dalam obligasi syariah berdasar pada tingkat rasio bagi hasil (nisbah) yang besarannya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor sesuai dengan akad. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam pengertian di atas bahwa pendapatan harus berdasarkan bagi hasil (Mudharabah dan musyarakah), margin (murabahah, salam dan istisna) dan fee (ijarah).

2.

Dalam sistem pengawasannya, selain diawasi oleh wali amanat, maka mekanisme obligasi syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang berada di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI), sejak dari awal hingga akhir masa penerbitan.

3.

Jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan penerbit obligasi syariah harus terhindar dari unsur non halal. Pengertian unsur non-halal adalah sesuai dengan pasal 8 fatwa DSN No. 20/DSN- MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah, yaitu:

(6)

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional;

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan makanan dan minuman haram;

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan/atau menyediakan barag-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat;

4.

Obligasi syariah tidak dapat diterbitkan oleh emiten untuk refinancing utang emiten, tetapi hanya diperbolehkan sebagai modal kerja emiten saja (Sutedi, 2009).

E. Jenis-Jenis Obligasi Syariah

Obligasi syariah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasakan bentuk syariah sebagai kontak atau subkontak utama, yang paling penting adalah syirkah, ijarah, salam dan istisna. Tetapi diantara prinsip-prinsip instrument obligasi syariah ini paling banyak digunakan adalah obligasi syariah dengan instrumen prinsip mudharabah dan ijarah (Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, 2009).

Jenis sukuk syariah dapat klasifikasikan berasarkan akad yang mendasari penerbitan obligasi syariah tersebut, yaitu:

1. Sukuk Murabahah

Sukuk Murabahah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan yang menggunakan akad murabahah. Sukuk murabahah di perdagangkan di pasar. Sukuk murabahah dapat juga diartikan sebagai surat berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten), pemerintah, atau

(7)

institusi lainnya, yang mewajibkan pihak mengeluarkannya untuk membayar pendapatan kepada pemegangsukuk berupa bagi hasil marjin keuntungan serta dibayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.

2. Sukuk Mudharabah

Sukuk Mudharabah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan yang menggunakan sisten akad mudharabah. Sukuk Mudharabah dapat juga didefinisikan sebagai suatau surat berharga berisi akad pembiyaan berdasarkan pada prinsip syariah yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten), pemerintah atau institusi lainnya yang mewajibkan pihak yang mengelurkannya untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari hasil pengelolahan dana yang telah disetorkan oleh pemilik dana serta dibayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.

3. Sukuk Musyarakah

Sukuk Musyarakah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan yang menggunakan akad musyarakah. Sukuk Musyarakah dapat juga didefinisikan sebagai surat berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten) pemerintahan atau institusi lainnya yang mewajibkan pihak yang mengeluarkannya untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari hasil pengelolaan dana kontribusi dari pihak – pihak yang berakad serta dibayar kembali dana pokok pada saat jatuh tempo.

4. Sukuk Salam

Sukuk salam adalah surat berharga yang berisi akad pembiyaan yang menggunakan akad salam. Sukuk salam dapat juga diartikan sebagai surat berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah yang dikeluarkan oleh perusahaan yang mengeluarkannya untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk. Biasanya berupa bagi

(8)

hasil dari marjin keuntungan serta dibayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.

5. Sukuk Istishna’

Sukuk Istishna’ adalah surat berharga yang berisi akad pembiyaan yang menggunakan akad istishna’. Sukuk istishna’ dapat juga diartikan sebagai surat berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten) pemerintahan atau institusi lainnya yang mewajibkan pihak yang mengeluarkannya untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari marjin keuntungan serta dibayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.

Definisi sukuk istishna’ juga hampir sama dengan definisisukuk salam. Pada dasarnya, kedua akad tersebut hampir sama juga. Hanya cara penyerahan pembiayaannya yang membedakannya. Pada akad salam pemnyerahan pembiayaannya terjadi pada awal akad. Namun jika pada akad istishna’ pembayarannya pada akhir periode akad atau secara angsuran.

6. Sukuk Ijarah

Sukuk ijarah adalah pembiayaan yang menggunakan akad ijarah.

Sukuk ijarah dapat juga diartikan sebagai surat berharga yang berisi akad pembiayaaan berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten) pemerintahan atau institusi lainnya yang mewajibkan pihak yang mengeluarkannya untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa fee dari hasil pembayaran menyewakan aset serta dibayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.

(9)

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Obligasi (bond) merupakan sertifikat yang memberikan bunga tetap, diterbitkan oleh perusahaan pemerintah atau swasta dan kalangan bisnis dengan janji untuk membayar sejumlah uang kepada investor yang telah ditetapkan pada waktu tertentu, dan merupakan suatu cara yang biasa untuk menambah modal.

b. Obligasi Syariah merupakan suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

c. Obligasi adalah surat kontrak hutang yang mewajibkan penerbitnya untuk membayarkan sejumlah bunga dan pokoknya pada periode dan ketentuan tertentu, sedangkan sukuk adalah surat bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisah atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu, hak atau nilai manfaat, dan jasa-jasa atas proyek tertentu atau kegiatan investasi tertentu. Sukuk tidak dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, oleh karena itu sukuk biasanya di simpan sampai jatuh tempo.

d. Obligasi syariah menekankan pada pendapatan investasi bukan berdasarkan pada tingkat bunga yang telah ditentukan sebelumnya; Dalam sistem pengawasannya, selain diawasi oleh wali amanat, maka mekanisme obligasi syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang berada di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI), sejak dari awal hingga akhir masa penerbitan; Jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan penerbit obligasi syariah harus terhindar dari unsur non halal;

Obligasi syariah tidak dapat diterbitkan oleh emiten untuk refinancing utang emiten, tetapi hanya diperbolehkan sebagai modal kerja emiten saja.

(10)

e. Ada beberapa jenis-jenis dari obligasi syariah yaitu sebagai berikut: Sukuk Murabahah, Sukuk Mudharabah, Sukuk Musyarakah, Sukuk Salam, Sukuk Istishna’, dan Sukuk Ijarah.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Eduardus, T. (2010). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: KANISIUS.

Fadlan. (Desember 2014). Obligasi Syariah Antara Konsep dan Implementasinya.

Jurnal Iqtishadia Vol. 1 No. 2, 164.

Fahrimal, M. H. (2016). Analisis Kinerja Obligasi dan Sukuk Ijarah Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 70-81.

Hulwati. (2009). Ekonomi Islam. Jakarta: Ciputat Press Group.

Manan, A. (2009). Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.

Sutedi, A. (2009). Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk. Jakarta: Sinar Grafika.

Referensi

Dokumen terkait

32/DSN-MUI/IX/2002, obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah

Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang

32/DSN-MUI/IX/2002, obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah

Penguatan peran perguruan tinggi islam dalam mendorong pengembangan lembaga keuangan syariah di indonesia dapat ditempuh melalui : 1) penyiapan sumberdaya insani

Kata Kunci: Sukuk Negara; Surat Berharga Syariah Negara; Obligasi Syariah Mudharabah; Obligasi Syariah Ijarah; Obligasi Syariah Mudharabah Konversi; Sukuk Ijarah;

SKRIPSI SISTEM MAQASID SYARIAH INDEX MSI DALAM MENGUKUR KINERJA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH OLEH HARMIATI NIM : 17.2900.049 PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH FAKULTAS

Perkembangan lembaga keuangan syariah semakin meluas, tidak hanya dunia perbankan dan lembaga mikro (BMT), namun telah mengalami perkembangan yang sangat pesat salah satunya adalah penggadaian syariah.

Pengaruh variabel growth, size, bagi hasil/fee, likuiditas, jaminan, umur obligasi terhadap peringkat obligasi syariah di Indonesia secara simultan Berdasarkan nilai omnibus test model