Presentation 2023
SOSIALISASI PBB P2 UNTUK PELAKU USAHA PERTAMBANGAN DAN
PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT
BAPENDA KUTAI BARAT
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat
DASAR HUKUM
• Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
• Undang-undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang
HUbungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
• Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 33
Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah
• Peraturan BUpati Kutai Barat Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Tata cara Pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Latar Belakang PBB
PBB P2 adalah pajak yang dikenakan atas nilai P2
jual objek pajak yang berupa tanah dan/atau bangunan yang berada di zona perdesaan maupun perkotaan. Pajak ini dikenakan oleh pemerintah sebagai sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan daerah. Oleh karena itu, setiap orang yang memiliki objek pajak wajib membayar pajak tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kegiatan Usaha Perkebunan
• Usaha budidaya tanaman
perkebunan yang diberikan
Izin Usaha Perkebunan untuk budidaya (IUP-B)
• Usaha budidaya tanaman
perkebunan yang terintregasi dengan usaha pengolahan
hasil perkebunan yang diberikan Izin Usaha
Perkebunan (IUP)
Areal yang Kena PBB Perkebunan
Areal Perusahaan Perkebunan yang dikenakan PBB Perkebunan antara lain:
• Areal Produktif = Areal yang berada di dalam kawasan kegiatan usaha perkebunan yang telah ditanami perkebunan.
• Areal Belum Produktif, meliputi areal yang belum diolah; areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan areal pembibitan.
• Areal Tidak Produktif = Areal yang berada di kawasan kegiatan usaha perkebunan yang tidak dapat siusahakan untuk kegiatan usaha perkebunan
• Areal Pengaman = Areal yang berada didalam kawasan kegiatan usaha perkebunan yang dimanfaatkan sebagai pendukung dan pengaman kegiatan usaha perkebunan.
• Areal Emplasemen = Areal yang berada dikawasan kegiatan usaha perkebunan yang diatasnya dimanfaatkan untuk bangunan dan/atau pekarangan serta fasilitas penunjang.
Kegiatan Usaha Pertambangan
Pelaku usaha pertambangan dan
perkebunan merupakan salah satu objek pajak
yang wajib membayar PBB P2. Objek pajak
pertambangan adalah bangunan atau fasilitas
yang digunakan dalam kegiatan
pertambangan. Pajak ini harus dilaporkan dan
diamati nilainya secara berkala untuk
menentukan besarnya tarif pajak yang harus
dibayar oleh pelaku usaha.
Dasar Pengenaan PBB
Perkebunan adalah NJOP
NJOP merupakan hasil
penjumlahan antara NJOP bumi dan NJOP Bangunan.
• NJOP Bumi = Total luas objek pajak yang dikenakan x NJOP bumi per meter persegi.
• NJOP Bangunan = Total luas
bangunan x NJOP bangunan per meter persegi.
• Nilai bumi per meter persegi = Total nilai bumi : total luas
objek pajak.
• Nilai bangunan per meter
persegi = Total nilai bangunan : total luas bangunan.
Jika tidak mematuhi peraturan PBB P2, pelaku usaha dapat dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bahkan pencabutan izin usaha. Oleh karena itu, sangat penting bagi pelaku usaha pertambangan dan perkebunan untuk memahami tentang PBB P2 agar dapat mematuhi semua peratuan yang berlaku dan menghindari sanksi tersebut.
Sebagai pelaku usaha pertambangan dan perkebunan yang berada di Kabupaten Kutai Barat, kita harus memenuhi kewajiban pajak dengan tepat waktu dan benar agar terhindar dari sanksi administrasi. Selain itu, pembayaran pajak juga merupakan kontribusi kita dalam mendukung pembangunan daerah serta memberikan manfaat untuk kita sendiri dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, mari kita patuhi semua peraturan yang berlaku dan menjaga kembali kepercayaan dari masyarakat terhadap perusahaan kita.
KESIMPUL AN
Presentation 2023
SOSIALISASI BPHTB UNTUK PELAKU USAHA PERTAMBANGAN DAN
PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT
BAPENDA KUTAI BARAT
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat
AGENDA PEMBAHASAN
• Definisi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
• Dasar Hukum BPHTB
• Tarif dan Perhitungan
• Syarat dan Pembebanan BPHTB
• BPHTB bagi Pelaku Usaha Pertambangan dan Perkebunan
• Waktu dan Cara Pembayaran
• Sanksi Pelanggaran
• Kesimpulan
{PERDA PAS AL 56}
• Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
• Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh Orang Pribadi atau Badan
• Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang di bidang pertanahan dan bangunan.
DEFINISI BPHTB
BPHTB merupakan pajak yang harus dibayar oleh pemilik atau pembeli properti, seperti tanah dan bangunan, kepada pemerintah setiap terjadi peralihan hak milik atas properti tersebut.
.
DEFINISI BPHTB
BPHTB adalah pajak yang dikenakan pemerintah kepada Wajib Pajak yang melakukan transaksi jual-beli, pemberian, dan pengalihan hak atas tanah dan bangunan di Indonesia. BPHTB dikenakan pada objek yang telah diterbitkan Sertifikat Hak atas Tanah (SHM/SHT) dan Hak atas Bangunan (HGB/HGU)
.
DASAR HUKUM
• Undang – Undang Nomor 21 th 1997
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 th 2009
tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah
3. Peraturan Daerah Kab. Kutai Barat Nomor 33 th 2013 tentang Pajak Daerah
4. Peraturan Bupati Kutai Barat Nomor 62 th 2011 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan BPHTB
Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ditetapkan sebesar 5% (Lima Persen). Besarnya Tarif Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak.
TARIF &
PERHITUNGAN
{PERDA PASAL 59}
Keterangan PERHITUNGAN
• Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan sebesar Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak;
• Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturnan lurus satu derajat katas atau satu derajat kebawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak kena Pajak (NPOPTKP) sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah);
• Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)ditetapkan sebesar 5% (lima persen)
{PERDA PASAL 58}
Pelaku Usaha di sektor pertambangan dan perkebunan perlu mengetahui beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pembebanan BPHTB, diantaranya yaitu
• Sudah memiliki objek pajak atau benda yang dikenakan BPHTB dan telah terbit Sertifikat Hak atas Tanah dan Bangunan (SHM/SHT).
• Sudah ada bukti transaksi berisi harga jual tanah/bangunan dan lengkap dengan formulir dan salinan dokumen yang dibutuhkan.
SYARAT & PEMBEBANAN BPHTB
PENGENA AN BPHTB
• Pelaku usaha pertambangan &
perkebunan juga dikenakan BPHTB apabila melakukan peralihan hak milik atas lahan/bangunan.
• BPHTB dikenakan apabila terdapat perubahan status hak atas tanah dan bangunan, seperti penjualan, hibah, persyaratan jaminan, dll.
Pada Pelaku Usaha Perkebunan
& Pertambangan
PERHITUNGAN BPHTB
• Perhitungan BPHTB dilakukan dengan mengalikan harga jual atau nilai market properti dengan tarif Pajak BPHTB tertentu.
• Jika pelaku usaha pertambangan atau perkebunan mendapatkan warisan atau hadiah berupa tanah atau bangunan, maka nilai yang digunakan untuk perhitungan BPHTB adalah nilai pasar properti dan nilai wajarnya.
Pada Pelaku Usaha Perkebunan
& Pertambangan
KEWAJIBAN
• Pelaku Usaha Pertambangan dan Perkebunan harus membayar BPHTB dalam kurun waktu maksimal 30 hari sejak terjadinya perubahan kepemilikan hak atas tanah dan bangunan.
• Apabila tidak membayar BPHTB dalam waktu yang ditentukan, maka akan dikenakan sanksi administratif berupa denda dan/bunga keterlambatan.
Pelaku Usaha Perkebunan &
Pertambangan
• Pelaku Usaha di sektor
pertambangan dan
perkebunan perlu tahu bahwa pembayaran BPHTB harus dibayar dalam waktu 1 bulan setelah SPPT terbit.
• Pembayaran dapat dilakukan melalui bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah ataupun melalui kantor Pos.
WAKTU &
CARA PEMBAYARAN
SANKSI
PELANGGARAN
• Pada akhirnya, pelaku usaha di sektor pertambangan dan perkebunan juga harus paham mengenai sanksi pelanggaran yang mungkin diterima jika tidak memenuhi kewajiban membayar BPHTB.
• Pelanggaran ini akan dikenakan denda selama 2% dari jumlah pajak yang belum dibayar dan bunga sebesar 2% dari jumlah pajak yang belum dibayar per bulan.
Pelaku usaha pertambangan dan perkebunan harus memperhatikan kewajiban terkait
pembayaran BPHTB pada peralihan hak milik atas tanah dan bangunan. Hal ini harus
dipertimbangkan dalam aspek keuangan
perusahaan sehingga tidak menimbulkan risiko dikemudian hari
KESIMPUL AN
Presentation 2023
ALUR SISTEMATIKA PELAYANAN BPHTB DENGAN MENGGUNAKAN Sim-BPHTB
BAPENDA KUTAI BARAT
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat
ALUR
SISTEMATIKA
PEL AYANAN
BPHTB
PEMOHON/WAJIB PAJAK
PEMOHON/WAJIB
PAJAK NOTARIS/PPATNOTARIS/PPAT PELAYANANPELAYANAN
VERIFIKASI KASUBID VERIFIKASI KASUBID
VERIFIKASI KABID VERIFIKASI KABID
CETAK E – BILLING
(bisa di user PPAT)
CETAK E – BILLING
(bisa di user PPAT)
CETAK SSPD BPHTB
(di user PPAT)
CETAK SSPD BPHTB
(di user PPAT)
1. Wajib pajak/penerima perolehan hak atas tanah dan bangunan
mengajukan permohonan BPHTB melalui Notaris/PPAT
2. Notaris/PPAT input data melalui aplikasi Sim-BPHTB serta upload
persyaratan/berkas sesuai dengan ketentuan dari Badan Pendapatan Daerah, selanjutnya Notaris/PPAT mengirimkan data melalui aplikasi Sim-BPHTB ke Badan Pendapatan Daerah (Notaris/PPAT akan mendapatkan nomor pelayanan).
ALUR BPHTB
PEMOHON/WAJIB PAJAK
PEMOHON/WAJIB
PAJAK NOTARIS/PPATNOTARIS/PPAT PELAYANANPELAYANAN
• Data diterima oleh petugas loket/pelayanan BPHTB, petugas meneliti kelengkapan berkas persyaratan.
⚬ Jika OK, data akan diteruskan ke Kasubid BPHTB untuk dilakukan verifikasi;
⚬ Jika TIDAK OK, data akan dikembalikan/reject ke Notaris/PPAT dengan disertai alasan. (Notaris/PPAT akan mengirimkan kembali ke Badan Pe ndapat a n D aer ah dan langsung diterima oleh petugas loket/pelayanan BPHTB).
• Data diterima oleh Kasubid BPHTB untuk dilakukan diverifikasi
⚬ Jika OK, data akan diteruskan ke Kabid Pengelolaan PBB P2
& BPHTB untuk dilakukan validasi;
⚬ Jika TIDAK OK data akan dikembalikan ke Notaris/ PPAT disertai dengan alasan. (Notaris/ PPAT akan mengirimkan kembali ke Badan Pendapatan Daerah dan langsung diterima oleh Kasubid BPHTB).
• Data diterima oleh Kabid Pengelolaan PBB P2 & BPHTB untuk dilakukan validasi
⚬ Jika OK, data akan mendapatkan e – billing;
⚬ Jika tidak OK, data akan dikembalikan ke Notaris/ PPAT disertai dengan alasan. (Notaris/PPAT akan mengirimkan kembali ke Badan Badan Pendapatan Daerah dan langsung diterima oleh Kabid Pengelolaan PBB P2 & BPHTB).
(selama proses di Badan Pendapatan Daerah Notaris/ PPAT akan memperoleh informasi/dapat melihat perkembangan pengajuan BPHTB nya)
3 . Pro s e s d i B a d a n Pe n d a p a t a n D a e r a h
BPHTB adalah pajak yang dikenakan pemerintah kepada Wajib Pajak yang melakukan transaksi jual-beli, pemberian, dan pengalihan hak atas tanah dan bangunan di Indonesia. BPHTB dikenakan pada objek yang telah diterbitkan Sertifikat Hak atas Tanah (SHM/SHT) dan Hak atas Bangunan (HGB/HGU)
.
4. Setelah dilakukan validasi oleh Kabid Pengelolaan PBB P2 & BPHTB Notaris/PPAT
akan mendapatkan e – billing.
5. Wajib pajak atau PPAT menggunakan e – billing tersebut untuk melakukan pembayaran ke bank.
7. Bank Kaltim memberikan bukti pembayaran.
8. Notaris/PPAT dapat cetak SSPD BPHTB yang disertai validasi digital signature hanya setelah melakukan pembayaran ke Bank Kaltim.
ALUR BPHTB
8. Jika BPHTB terutang Rp 0 ,- (nol rupiah), PPAT akan langsung
mendapatkan SSPD BPHTB yg disertai validasi digital signature.
9. Admin SIM-BPHTB/Petugas loket/Pelayanan BPHTB mendapatkan
report atas proses pelayanan BPHTB melalui aplikasi E-BPHTB (baik data yang reject/cancel, SSPD BPHTB yang terbayarkan dan belum terbayarkan, DLL)
ALUR SISTEMATIKA PEL AYANAN BPHTB
BPHTB adalah pajak yang dikenakan pemerintah kepada Wajib Pajak yang melakukan transaksi jual-beli, pemberian, dan pengalihan hak atas tanah dan bangunan di Indonesia. BPHTB dikenakan pada objek yang telah diterbitkan Sertifikat Hak atas Tanah (SHM/SHT) dan Hak atas Bangunan (HGB/HGU)
.
TERIMAKASIH
Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Kutai Barat