• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPT Teknologi Pengolahan Susu Produk Cair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PPT Teknologi Pengolahan Susu Produk Cair"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

IPTEK Pengolahan Susu

(2)

Sapi Perah Susu

GRADING

Pengumpulan

Prosesin g

(3)

Menggunakan prinsip sterilisasi

Proses mematikan mikroba

Ada dua jenis

Sterilisasi total

Sterilisasi komersial

(4)

Kondisi dimana sebagian besar mikroba telah mati dan masih terdapat beberapa mikroba yang tetap hidup setelah

pemanasan

Kondisi dalam kemasan (kaleng/ botol/ retort pouch) selama penyimpanan tidak

memungkinkan mikroba tumbuh dan berkembang biak

Mikroba yang membahayakan: inaktif

(5)

Sterilisasi komersial tidak

mematikan jumlah m.o., tetapi dengan kondisi:

pH

Vakum

Pengemasan hermetis

Mencegah pertumbuhan m.o.

pembusuk dan patogen

(6)

1. Pemanasan harus cukup. Jika tidak cukup m.o. yang ada menjadi aktif:

- produk busuk - timbul racun

- kaleng gembung

2. Dilakukan pada pengalengan dan pembotolan

- harus tepat dan aman

(7)

3. Pemanasan yang diperlukan

tergantung dari pH produk yang diukur pada coldest point

Acid foods: pH<4,5: 200 F

High acid foods, pH <3,5: suhu lebih rendah dari acid foods

Low acid foods, pH>4,5: pemanasan lebih lama

Contoh: daging atau ikan. Waktu proses tergantung dari kecepatan transfer panas

(8)

4. Tujuan pemanasan: inaktivasi m.o. sesuai dengan tujuan sterilisasi komersial

5. Proses dianggap aman jika C. botulinum telah inaktif

6. Sterilisasi diikuti pengemasan kondisi anaerob

Spora m.o. anaerob mempunyai ketahanan panas lebih rendah dari spora m.o. aerob sehingga suhu dan proses sterilisasi lebih rendah

(9)

Sterilisasi komersial dilakukan dalam alat yang disebut retort atau autoklaf atau sterilizer

Retort dirancang harus tahan tekanan uap

(10)
(11)

JENIS MEDIA

PEMANAS KOEFISIEN PINDAH PANAS (BTU/hr/F/ft2) Uap jenuh (steam) 170,00

Air panas 105,00

Uap+udara (3:1) 87,5

Udara (100%) 2,96

(12)

Kematian m.o. terjadi tidak sekaligus tetapi melalui tahap logaritmis

t (menit) Jumlah

hidup Jumlah

mati Total mati % mati

0 1.000.000 0 0 0

1 100.000 900.000 900.000 90

2 10.000 90.000 990.000 99

3 1.000 9.000 999.000 99.9

4 100 900 999.900 99.99

5 10 90 999.990 99.999

6 1 9 999.999 99.999

(13)

Contoh di atas:

Setiap menit jumlah m.o. berkurang 10x

Suatu perubahan 10x dari jumlah awal disebut peubah satu log cycle

Dari tabel di atas: setelah 6 menit pemanasan, spora yang hidup dari 1.000.000 menjadi 1  mengalami 6 log cycle

(14)

Laju kerusakan spora bakteri disebut dengan istilah harga D (desimal)

D= jumlah waktu yang diperlukan untuk mengurangi jumlah spora secara desimal

D = waktu (dalam menit) ekspos

yang diperlukan pada suhu tertentu untuk mengurangi populasi m.o.

(spora) sebanyak 90% dari jumlah awal (satu log cycle). Dari tabel D=1

(15)

Harga D tergantung dari suhu yang digunakan

Jika suhu yang digunakan 250F disebut Dr (D retort)

Pada suhu lain disebut Dt

Harga D tergantung dari jenis m.o.

(16)

Bersifat logaritmis

Hubungan D dengan suhu (°F) disebut faktor Z

Faktor Z = jumlah suhu (°F) yang diperlukan untuk mencapai

perubahan harga D secara logaritmis

(17)

SUHU (°F) F HARGA D 3D

232 10,0 30,0

18

250 1,0 3,0

18

268 0,1 0,3

(18)

Harga Z=18 F berarti kenaikan suhu 18 F menyebabkan kematian spora m.o.

10X lebih cepat

Pada coldest point

Kenaikan suhu retort 18 F: coldest point belum tentu naik 18 F karena perambatan panas lambat

Perlu perhitungan dengan uji coba heat penetration rate

Bila waktu yang diperlukan untuk proses sterilisasi pada suhu tertentu telah diketahui dengan

menggunakan nilai Z, waktu yang diperlukan untuk memperoleh efek sterilisasi yang setara pada suhu lain dapat dihitung

(19)

JENIS M.O. NILAI D250

(menit) NILAI Z (°C)

B.stearothermophillus 4,0 7,0

B.substilis 0,48-0,76 7,4-13,0

B.cereus 0,0065 9,7

B.megaliticum 0,04 8,8

C.perfringens 10,0

C.sporogenes 0,15 13,0

C.sporogenes (PA 3679) 0,48-1,4 10,6

C.botulinum 0,21 9,9

C.thermosaccharolyticum 3,0-4,0 8,9-12,2

(20)

Unit standar yang digunakan untuk mengukur waktu pemanasan yang setara Fo

Fo=waktu pemanasan setara pada suhu 250oF atau 121oC bagi suatu m.o. dengan harga Z=18oF atau 10oC

Jika suhu sterilisasi/retort bukan 250 Fsimbol Ft=setara suhu t dan nilai Z yang berbeda

(21)

Waktu singkat, suhu tinggi: resiko tinggi

Harus mengerti peraturan/pedoman proses sterilisasi

Terutama untuk Low Acid Food

LACF GMPs

Pedoman untuk produk kaleng: bisa

diterapkan untuk botol, plastik, retort pouch, aluminium foil, dll

(22)

Nilai D

Nilai Z

Nilai F

(23)

Waktu yang diperlukan pada suhu tertentu untuk membunuh 90%

populasi m.o. yang ada

Disebut juga:

Laju kematian konstan

Konstanta laju kematian

Decimal reduction time

(24)

Peningkatan suhu yang diperlukan untuk mencapai perubahan 1 harga D (1 log cycle perubahan jumlah

m.o.)

Z=22oC dan Z= 12oC  Bandingkan mana yang lebih cepat penurunan m.o.nya?

(25)
(26)

Jumlah waktu (dalam menit) pada suhu tertentu yang diperlukan untuk menghancurkan sejumlah m.o.

Nilai tersebut tergantung dari suhu proses dan nilai Z

(27)

Proses sterilisasi tergantung dari pH makanan

Low acid food: 10-12D

Acid food: 5-7D

Sterilisasi komersial: 12 D

(28)

F = D (log No-log Nt)

No= jumlah m.o. awal

Nt= jumlah m.o. akhir

F=12 D

Jika m.o. awal dalam 1 kaleng=1 (No=1), maka Nt=10-12. Berarti 1 m.o. dalam 1X1012 kaleng

Dianggap aman

(29)
(30)

Teknologi Pengolahan Susu Produk Cair

(31)

Pasteurisasi

Proses termal dengan suhu sedang (mild heat treatment) pada bahan pangan

Umumnya dilakukan pada suhu < 100 oC

Contoh Pasturizer

(32)

(Susu yang dipanasi dengan waktu dan suhu tertentu < 100oC)

Metode:

HTST  72oC selama 15 detik LTLT  61oC

selama 30 menit

(33)

Membunuh mikrobia vegetatif tertentu terutama yang bersifat patogen

Inaktivasi enzim

Pengawetan produk

Mempertahankan kualitas sensoris

Menghindari pemanasan berlebih pada produk kaleng

(34)

Kebutuhan panas pada proses

pasteurisasi dan daya simpan produk, dipengaruhi oleh :

Jenis produk pangan

pH produk pangan

Produk pangan dengan keasaman rendah (pH >

4,5), tujuan pasteurisasi adalah mendestruksi bakteri patogen

Pada produk pangan dengan keasaman tinggi (pH

< 4,5), tujuan pasteurisasi adalah destruksi mikrobia pembusuk dan enzim

(35)
(36)

Proses yang umum dalam

pasteurisasi ditujukan untuk membunuh Mycobacterium

tuberculosis, yang merupakan

bakteri yang tidak membentuk spora

(37)

Kebutuhan panas untuk pengawetan produk dengan cara pasteurisasi ditentukan oleh

nilai D dari enzim dan mikrobia yang paling tahan panas yang ada dalam

produk

Pasteurisasi susu

D60 dan reduksi 12 sikuls log C.burnetii

Pengukuran aktivitas enzim alkalin fosfatase (karena nilai D sama dengan patogen yang resisten)

Pasteurisasi telur cair 

reduksi 9D bakteri S.seftenberg

Pengukuran aktivitas enzim amilase

(38)

Karena proses pasteurisasi tidak

membunuh semua bakteri vegetatif dan hampir semua bakteri

pembentuk spora

Susu pasteurisasi harus dikemas dan disimpan dalam kondisi suhu rendah (refrigerator), dengan ataupun tanpa penambahan pengawet kimia maupun dalam kemasan MAP, untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

(39)

Teknologi Pengolahan Susu Produk Cair

(40)

Susu UHT (ultra high temperature) merupakan susu yang diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derjat Celcius) selama 2-5 detik (Amanatidis, 2002).

Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik pembusuk maupun patogen) dan spora.

Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa

yang relatif tidak berubah seperti susu segarnya.

(41)

Susu cair segar UHT dibuat dari susu cair

segar yang diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang sangat singkat untuk membunuh seluruh mikroba, sehingga memiliki mutu yang sangat baik.

Faktor utama penentu mutu susu UHT adalah

Bahan baku

Proses pengolahan

Pengemasannya.

(42)

Sterilisasi dalam kemasan

Sterilisasi suhu ultra tinggi (UHT, ultrahigh temperature)

(43)

Masalah utama pada sterilisasi produk pangan yang berwujud padat atau kental adalah laju penetrasi panas yang rendah sehingga waktu proses lama.

Suhu yang lebih tinggi dengan waktu proses yang lebih pendek dapat dilakukan jika produk pangan disterilisasi sebelum dikemas dalam kemasan yang telah

disterilisasi.

Metode ini merupakan dasar proses UHT yang juga disebut pengolahan aseptis (aseptic processing).

Metode ini telah diterapkan untuk produk pangan

berwujud cair susu, jus dan konsentrat buah, krim; dan produk pangan yang mengandung partikulat diskret seperti makanan bayi, saus tomat, sayuran dan buah- buahan, dan sup.

(44)
(45)

Vitamin dan AA tertentu rusak oleh panas

Vitamin: Vitamin A, B6, B2, B1, C, D, E, asam folat, inositol, asam

pantotenat

AA: lisin dan treonin

(46)
(47)
(48)

Daging: oksimioglobin menjadi

metmioglobin (merah menjadi coklat).

Pencegahan dengan penambahan nitrit

Reaksi Maillard dan karamelisasi

Klorofil menjadi pheophitin (hijau menjadi hijau kusam)

Antosianin berinteraksi dengan ion logam:

kusam

Karoten: pengaruh kecil

(49)

Cooked flavor dalam susu: denaturasi

whey dan pembentukan lakton dan metil keton dari lemak

Flavor dari reaksi Maillard, karamelisasi, oksidasi lemak

Flavor dari pirolisis, deaminasi, dan dekarboksilasi AA

(50)

Terjadi karena

Koagulasi protein

Gelatinisasi pati

Destruksi antigizi

Pelepasan senyawa tertentu dari bentuk kompleksnya seperti

karoten dari kompleks karoten- protein

(51)

Referensi

Dokumen terkait

Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri, oleh karena itu

The interaction between urea 500 kg/ha and chicken manure 40 t/ha showed the highest fresh tuber weight and was significantly different from the control and other