PRA-RANCANGAN PABRIK KIMIA LINEAR
ALKYLBENZENENE SULFONIC ACID DENGAN PROSES ALKILASI, SULFONASI, DAN NETRALISASI DARI CRUDE
PALM OIL (CPO) KAPASITAS 37.000 TON/TAHUN
LAPORAN RANCANGAN PABRIK
Disusun oleh:
Tria Nurhalizah NIM. 2311211035 Kisrina Wahdyan NIM. 2311211038
Dosen Pembimbing
Ir. Lulu Nurdini, S.T., MT NID. 412178685
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA-FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2025
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri surfaktan di Indonesia masih sangat tervatas, sedangkan kebutuhannya semakin meningkat. Menurut data dari Pusat Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indonesia membutuhkan surfaktan sekitar 95 rubu ton per tahun sementara kapasitas produksi dalam negeri hanya sekitar 55 ribu ton per tahun sehingga sebanyak 44 ribu ton surfaktan masih diimpor. Surfaktan mempunyai banyak kegunaan dalam industry yaitu sebagai zat pengemulsi (emulsifier), wetting agent, dan detergen (Setiani dkk,. 2020). Salah satu bahan baku utama dalam industri ini adalah Linear Alkylbenzene Sulfonic Acid (LABSA), yang merupakan surfaktan anionic dengan daya biodegradabilitas yang baik.
Linear Alkyl benzene Sulfonic Acid (LABSA) adalah sejenis molekul dengan rumus umum seperti R-C6H4 (cincin benzene) -SO3H. R biasanya 10-20 hidrokarbon, yang bisa berupa rantai lurus atau rantai bercabang. Asam dodecylbenzenesulfonic yang representatif adalah surfaktan anionik yang penting, yang sering digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai deterjen atau untuk produksi garam natrium, amonium dan etanolamina dari alkilbenzena sulfonat linier. Linear Alkyl benzene Sulfonic Acid (LABSA) mulai dimanfaatkan oleh produsen karena dinilai lebih ramah terhadap lingkungan dan mudah diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable).
Dalam hal ini, jenis bahan baku yang dapat digunakan sebagai substrat dan tersedia dengan melimpah di Indonesia adalah Crude Palm Oil (CPO). Produksi kelapa sawit menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024 adalah 23,8 juta ton, dengan Riau menjadi provinsi dengan produksi terbanyak yaitu 9,2 juta ton. Oleh karena itu Indonesia memiliki peluang besar untuk memproduksi biosurfaktan yang ramah lingkungan dikarenakan ketersediaan CPO yang melimpah sebagai substrat.
Indonesia dapat mengurangi jumlah impor surfaktan dan menghindari pencemaran lingkungan. Pembangunan pabrik Linear Alkyl benzene Sulfonic Acid (LABSA)
menggunakan CPO dapat menjadi peluang positif bagi pertumbuhan industry dan economi dalam negeri.
1.2 Tujuan Pra-Rancangan Pabrik
Adapun tujuan dari pra-rancangan pabrik ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengaplikasikan disiplin ilmu Teknik Kimia dengan merancang sebuah proses.
2. Untuk memenuhi kebutuhan LABSA sebagai bahan baku detergen dan produk pembersih lainnya.
3. Menciptakan lapangan kerja serta mengurangi Tingkat pengangguran.
1.3 Pemilihan Lokasi
Pabrik LABSA ini direncanakan akan didirikan didaerah Kecamatan Pangkalan Ruas, Kabupaten Pelalawan, Riau dengan mempertimbangkan beberapa factor di antaranya :
Penentuan lokasi
Gambar 1.1 Pemilihan Lokasi Pabrik
1. Bahan Baku
Pendirian pabrik di Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Pelalawan, Riau cocok dijadikan sebagai Lokasi pabrik dikarenakan Riau menjadi provinsi dengan Perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Riau masih menjadi provinsi penghasil kelapa sawit terbesar dengan luas sebesar 3,4 juta hektar atau 19,59 persen dari total luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lokasi pabrik yang dirancang memiliki keunggulan strategis karena berdekatan dengan salah satu sumber utama bahan baku dalam produksi LABSA, yaitu Crude Palm Oil (CPO). Bahan baku tersebut diperoleh dari PT Musim Mas yang berlokasi di Tanjung Beringin, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Riau.