• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BAB III Prinsip Tidak Diganggu Gugat (Inviolability) Dalam Praktek Hubungan Diplomatik Antar Negara A

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BAB III Prinsip Tidak Diganggu Gugat (Inviolability) Dalam Praktek Hubungan Diplomatik Antar Negara A"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

Prinsip Tidak Diganggu Gugat (Inviolability) Dalam Praktek Hubungan Diplomatik Antar Negara

A. Penerapan Prinsip Tidak Diganggu Gugat (Inviolability) Sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Negara Untuk Melindungi Pejabat Diplomatik

Pertanggungjawaban negara berhubungan erat dengan suatu keadaan terhadap prinsip fundamental dari hukum internasional, yaitu negara atau suatu pihak yang dirugikan berhak untuk mendapatkan ganti rugi atas kerugian yang dideritanya. Karena itu, tanggung jawab negara akan berkenaan dengan penentuan tentang atas dasar apa dan pada situasi yang bagaimana negara dapat dianggap telah melakukan tindakan tidak sah secara internasional. 27 Tanggung jawab negara muncul dikarenakan adanya prinsip kedaulatan negara dalam hubungan internasional yang sangat dominan. Negara berdaulat yang satu tidak tunduk pada negara berdaulat yang lain. Negara mempunyai kedaulatan penuh atas orang, barang, dan perbuatan yang ada di teritorialnya. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa negara yang memiliki kedaulatan dapat menggunakan kedaulatan itu dengan seenaknya.

Hukum Internasional telah mengatur bahwa kedaulatan terkait didalamnya kewajiban untuk tidak menyalahgunakan kewajiban tersebut.

Karena hal itu, suatu negara dapat dimintai pertanggung jawaban untuk tindakan-tindakan atau kelalaian yang melawan hukum. Negara juga

27 Yudha B. Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bunga Rampai, Alumni, Bandung, 2003, hlm.4

(2)

memiliki kewajiban yang bersifat mengikat, salah satunya ialah kewajiban untuk menghindarkan dan mencegah agen negara melakukan suatu tindakan yang merupakan pelanggaran terhadap negara lain.28

Hukum internasional membedakan istilah pertanggungjawaban atau responsibility dengan liability. Responsibility mengandung makna yakni berupa apa yang secara hukum harus dipertanggungjawabkan kepada satu pihak, sedangkan liability yakni kewajiban untuk mengganti kerugian atau perbaikan kerusakan yang terjadi. Pengertian pertanggungjawaban ini tidak selalu harus jatuh bersamaan dengan pengertian kewajiban memberi ganti rugi dan memperbaiki kerusakan. Apabila suatu negara melakukan pelanggaran terhadap kebiasaan hukum internasional (customary international law) atau kewajiban-kewajiban yang diatur di dalam suatu perjanjian internasional, maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional atau biasa disebut dengan Internationally wrongful act. 29 Tanggung jawab suatu negara tidak didasarkan kepada pelanggaran hukum yang diatur oleh hukum nasional suatu negara. Dalam artian, pelanggaran yang dimaksud bukan merupakan tindakan yang dilarang oleh hukum nasional dari suatu negara. Tanggung jawab internasional berkaitan dengan pelanggaran dari suatu perjanjian dan pelanggaran terhadap kewajiban hukum yang diatur dalam hukum

internasional.30

28Tanggung Jawab Negara Penerima Terhadap Keselamatan Pejabat Diplomatik Menurut Vienna Convention On Diplomatic Relations 19611 Oleh : Salomo Satrio Widuhung Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017 Hlm.25

29 Peter Malannczuk, Akehurst;s Modern Introduction to International Law, ed.7 (London:

Routledge 1997), hlm 254

30 Ibid

(3)

Tanggung jawab negara muncul secara otomatis ketika suatu negara melanggar kewajiban internasionalnya, tanpa harus timbulnya suatu kerusakan atau kerugian akibat dari pelanggaran tersebut.

Pertanggungjawaban negara dalam hukum internasional pada dasarnya dilatarbelakangi pemikiran bahwa tidak ada satupun negara yang dapat menikmati hak-haknya tanpa menghormati hak-hak dari negara lain. Setiap pelanggaran terhadap hak negara lain menyebabkan negara tersebut wajib untuk memperbaikinya atau dengan kata lain mempertanggung jawabkannya. Tanggung jawab negara menetapkan bahwa setiap kali suatu negara melakukan tindakan yang melawan hukum internasional terhadap negara lain, maka pertanggungjawaban internasional harus ditegakkan diantara keduanya. Tanggung jawab negara muncul dikarenakan adanya prinsip kedaulatan negara dalam hubungan internasional yang sangat dominan. Negara berdaulat yang satu tidak tunduk pada negara berdaulat yang lain. Negara mempunyai kedaulatan penuh atas orang, barang, dan perbuatan yang ada di teritorialnya. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa negara yang memiliki kedaulatan dapat menggunakan kedaulatan itu dengan seenaknya.

Hukum internasional telah mengatur bahwa kedaulatan terkait didalamnya kewajiban untuk tidak menyalahgunakan kewajiban tersebut.

Karena hal itu, suatu negara dapat dimintai pertanggungjawaban untuk tindakan-tindakan atau kelalaian yang melawan hukum. Negara juga memiliki kewajiban yang bersifat mengikat, salah satunya ialah kewajiban untuk menghindarkan dan mencegah agen negara melakukan suatu tindakan yang merupakan pelanggaran terhadap negara lain. Dalam hukum

(4)

internasional klasik, pertanggungjawaban negara dapat dituntut oleh negara yang hanya dirugikan akibat perbuatan negara lain saja. Namun dalam praktiknya, banyak tindakan yang dianggap merugikan suatu negara dapat pula berpengaruh pada negara lain walaupun tidak terlalu signifikan.31

B. Pelanggaran Prinsip Tidak Diganggu Gugat (Inviolability) Oleh Iran Terhadap Dubes Inggris

Pada tanggal 11 Januari 2020 Rob Macaire selaku Duta Besar Inggris untuk Teheran, ditahan secara sepihak oleh otoritas Iran.

Penahanan sepihak tersebut dilakukan dengan alasan bahwa Rob Macaire terlibat dalam menghasut demonstrasi terkait kecelakaan pesawat maskapai Ukraina yang secara tidak sengaja ditembak jatuh oleh pemerintah Iran pada tanggal 8 januari 2020. Inggris menyebut penahanan tersebut sebagai bentuk pelanggaran terhadap hukum internasional. Sang dubes disebut-sebut berada di Teheran untuk menghadiri acara mengenang korban tragedi pesawat maskapai Ukraine International Airlines (UIA).

Acara mengenang korban tersebut berubah menjadi aksi protes massa pada malam hari. Saat situasi mulai memanas, Macaire bertolak menuju Kedubes Inggris. Ia ditangkap polisi saat berhenti sejenak di sebuah toko pangkas rambut. Macaire membantah klaim bahwa dia ikut serta dalam demonstrasi, dia hanya pergi sebentar ke acara mengenang korban tragedi pesawat Ukraina. Jatuhnya pesawat UIA dengan nomor penerbangan PS752 terjadi di hari yang sama Iran meluncurkan belasan misi ke pangkalan militer AS di Irak. Belasan misi itu diluncurkan sebagai balasan

31 Salomo Satrio Widuhung, Op.cit

(5)

atas kematian jenderal Qassem Soleimani. Pengakuan Iran atas pesawat Ukraina disampaikan setelah Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan jajarannya untuk menginformasikan hasil investigasi secara eksplisit dan jujur.32

Berdasarkan ketentuan Pasal 31 ayat 1 Konvensi Wina 1961:

“Seorang agen diplomatik kebal dari yurisdiksi kriminal Negara penerima.

Dan dia juga kebal dari yurisdiksi sipil dan administrasif.”

Dapat ditegaskan bahwa sebagai akibat yang paling penting dari prinsip tidak dapat diganggu gugat seorang agen diplomatik adalah haknya untuk bebas dari yuridiksi negara penerima dalam kaitannya dengan masalah- masalah kriminal. Jadi dapat dikatakan bahwa kekebalan para diplomat bersifat mutlak dan dalam keadaan apapun mereka tidak boleh diadili ataupun dihukum.33 Namun hal ini tidak berarti bahwa seorang pejabat diplomatik tidak harus menghormati serta menghargai hukum negara penerima. Apabila seorang pejabat diplomatik membuat kesalahan yang dapat mengganggu keamanan atau ketertiban dalam negeri penerima, maka untuk menjaga agar tindakan-tindakannya itu tidak akan membawa akibat yang tidak diinginkan, negara penerima untuk sementara dapat menahan, walaupun kemudian ia masih harus dikirim pulang kembali ke negerinya. Dan menurut hukum kebiasaan internasional bahwa negara penerima tidak mempunyai hak, dalam keadaan yang bagaimana juga untuk menuntut dan menghukum seorang pejabat diplomatik.

32 Penahanan Dubes Inggris di Iran,

https://www.medcom.id/internasional/eropa/dN62VRPN-uni-eropa-kritik-penahanan- dubesinggris-di-iran

33 Syahmin, Hukum Diplomatik Kerangka Studi Analisis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008). hlm, 128-129

(6)

Pasal 45 Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik :

"Article 45 “If diplomatic relations are broken off between two States, or if a mission is permanently or temporarily recalled:

(a) The receiving State must, even in case of armed conflict, respect and protect the premises of the mission, together with its property and archives;

(b) The sending State may entrust the custody of the premises of the mission, together with its property and archives, to a third State acceptable to the receiving State;

(c) The sending State may entrust the protection of its interests and those of its nationals to a third State acceptable to the receiving State.”

Pasal 45 “Jika hubungan diplomatik terputus di antara dua Negara, atau jika suatu misi dipanggil kembali untuk sementara atau seterusnya : a) Negara penerima harus, bahkan pada saat terjadinya konflik bersenjata,

menghormati dan melindungi misi, bersama-sama dengan barangbarangnya dan arsip-arsipnya;

b) Negara pengirim boleh mempercayakan pemeliharaan gedung misi, bersama-sama dengan barang-barang dan arsip-arsipnya, kepada suatu Negara ketiga yang dapat diterima oleh negara pengirim;

c) Negara pengirim boleh mempercayakan pengiriman atas kepentingankepentingannya dan kepentingan-kepentingan warganegara- warganegaranya kepada suatu Negara ketiga yang dapat diterima oleh negara pengirim.”

Maksud dari pasal tersebut ialah bahwa tidak dapat diganggu- gugatnya gedung perwakilan asing sesuatu negara pada hakikatnya menyangkut dua aspek. Aspek pertama adalah mengenai kewajiban negara penerima memberikan perlindungan sepenuhnya bagi perwakilan asing di negara tersebut dari setiap gangguan. Bahkan bila terjadi keadaan luar biasa sepertinya putusnya hubungan diplomatik atau terjadinya konflik bersenjata antara negara pengirim dan negara penerima, kewajiban negara penerima untuk melindungi gedung perwakilan berikut harta milik dan arsip-arsip tetap harus dilakukan. Aspek kedua adalah kedudukan perwakilan asing itu sendiri yang dinyatakan kebal dari pemeriksaan

(7)

termasuk barang-barang miliknya dan semua arsip yang ada di dalamnya.34 Kelalaian dan kegagalan negara penerima dalam memberikan perlindungan terhadap kekebalan diplomatik merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan konvensi, oleh karenanya negara penerima wajib bertanggung jawab atas terjadinya hal yang tidak menyenangkan tersebut. Kelalaian dan kegagalan tersebutlah yang akhirnya memunculkan tanggung jawab tersendiri yang dikenal sebagai “pertanggungjawaban negara”.

Seorang pejabat diplomatik tidak dapat diganggu-gugat sehingga ia tidak dapat ditahan atau di tangkap oleh alat-alat Negara penerima.35 Negara penerima harus memberlakukan mereka semua secara terhormat, dan apabila perlu alat-alat Negara penerima wajib mengambil segala tindakan yang tepat untuk mencegah setiap serangan terhadap jiwa dan raga pejabat diplomatik, termasuk mencegah serangan yang berakibat pada pelecehan martabat dan penghambatan kebebasan.36

Perwakilan diplomatik dan konsuler diberikan hak kekebalan dan keistimewaan diplomatic agar mereka dapat menjalankan tugas dengan baik. Pemberian kekebalan dan keistimewaan diplomatic bagi para pejabat diplomatic didasarkan pada prinsip timbal balik (principle of reciprocity) antar Negara. Kekebalan dan keistimewaan diplomatic meliputi pula tidak

34 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, PT ALUMNI, Bandung, 2005,hlm. 71

35 Noe Cornago, Plural Diplomacies 2013 hal 162

36 The United States Departement of State Bureau of Diplomatic Security, URL:

http://www.state.gov/documents/organization/150546.pdf. (Diakses pada tanggal 22 Oktober 2020

(8)

diganggugugatnya para perwakilan diplomatic, tidak dapat ditahan dan ditangkap ketika sedang melaksanakan tugasnya di Negara penerima.

Pemerintah iran telah melakukan penahanan terhadap Duta Besar Inggris untuk Iran, penahanan tersebut dilakukan karena otoritas iran menuduh Duta Besar Inggris telah melakukan penghasutan masa sehingga menimbulkan Demonstrasi anti Pemerintah Iran. Atas penahanan tersebut Pemerintah Iran telah melakukan pelanggaran terhadap Duta Besar Inggris yang diatur dalam konvensi wina 1961 pasal 29 tentang hubungan diplomatik.

Article 29 : “The person of a diplomatic agent shall be inviolable. He shall not be liable to any form of arrest or detention. The receiving State shall treat him with due respect and shall take all appropriate steps to prevent any attack on his person, freedom or dignity”.

(Pasal29 : “Orang agen diplomatik tidak dapat diganggu gugat (inviolabel).

Ia tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk apapun dari penahanan atau penangkapan. Negara penerima harus memperlakukannya dengan hormat dan harus mengambil semua langkah yang tepat untuk mencegah setiap serangan terhadap badannya, kebebasannya atau martabatnya”).

C. Dampak Hubungan Diplomatik Antara Inggris Dan Iran Akibat Penahanan Dubes Inggris

Inggris dan Iran merupakan dua negara yang telah menjalin hubungan bilateral sejak masa lampau. Tercatat, Inggris telah menjalin hubungan diplomatik dengan Iran pada masa Kekaisaran Safavid.

Hubungan Inggris dengan Iran semakin terlihat jelas setelah terjadi pergantian kekuasaan dari Safavid menjadi Dinasti Qajar. Salah satu buktinya adalah bagaimana dominasi Inggris terhadap Iran dalam hubungan kedua negara di bawah Dinasti Qajar, namun setelah adanya pelanggaran prinsip tidak diganggu gugat (inviolability) oleh iran terhadap

(9)

inggris berdampak pada hubungan diplomatik kedua negara. Kegagalan dalam diplomasi akhirnya memaksa Inggris menggalang aksi internasional, dalam hal ini Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan UE (Uni Eropa) untuk memberikan sanksi terhadap Iran. Tercatat sejumlah sanksi pernah diberikan kepada Iran, diantaranya Resolusi tahun 1737, 23 Desember 2006, Resolusi tahun 1747, 24 Maret 2007, Resolusi tahun 1803, 3 Maret 2008, dan Resolusi tahun 1929, 9 Juni 2010. Propaganda Inggris terhadap isu nuklir Iran tidak berhenti hanya dengan keluarnya resolusi-resolusi tersebut, namun Inggris juga melalui Menteri Luar Negeri William Hague menyatakan bahwa Inggris akan melakukan apa saja agar Iran menghentikan program nuklirnya. Termasuk diantaranya menjatuhkan sanksi yang lebih berat. Inggris juga giat mengajak negara-negara Barat untuk mengikuti jejaknya dalam menghentikan program nuklir Iran.

Hasilnya seperti yang terlihat pada November 2011, Inggris dan AS mengumumkan sanksi baru berupa pemblokiran terhadap bank-bank dan memboikot minyak Iran. Kebijakan boikot tersebut menyebabkan hubungan diplomatik Inggris dan Iran turun ke titik terendah menyusul serangan terhadap kedutaan Inggris di Teheran.37

Serangan terhadap Kedutaan merupakan puncak akumulasi kekecewaan warga Iran terhadap intervensi Inggris. Serangan di kedutaan menandai berakhirnya hubungan diplomatik antara Inggris dengan Iran.

Dampak dari perseturan antara Inggris dengan Iran dalam kasus nuklir adalah semakin merosotnya hubungan diplomatik kedua negara. Terlebih Inggris dan Iran silang pendapat mengenai program tersebut. Iran yang

37 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. No. 2. Juni. 2016

(10)

bersikukuh bahwa program nuklirnya adalah untuk kepentingan damai harus berhadapan dengan Inggris yang menginginkan Iran menghentikan program nuklirnya. Dan bisa dikatakan, klimaks dari perseteruan tersebut adalah serangan oleh publik Iran pada fasilitas kedutaan Inggris di Tehran.

Ketiadaan hubungan diplomatik Inggris-Iran tentu memberikan konsekuensi tersendiri bagi kedua negara. Seperti terhambatnya pelaksanaan fungsi-fungsi diplomasi sebuah negara berupa negosiasi, observasi, dan perlindungan.38

Selain gangguan terhadap fungsi-fungsi di atas, pemutusan hubungan diplomatik juga berpengaruh terhadap kerjasama ekonomi dua negara yang hubungan diplomatiknya terganggu Lebih lanjut Barston mengatakan bahwa perekonomian sebuah negara menjadi pertimbangan tersendiri untuk membekukan, mempertahankan, atau menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara lain. 39

Hubungan diplomatik antara Inggris-Iran terhadap kedua negara.

Bagi Iran, Konsekuensi negatif dari pemutusan hubungan diplomatiknya dengan Inggris sudah dirasakan bahkan sebelum hubungan diplomatik tersebut benar-benar rusak pada tahun 2011. Tensi perselisihan yang meninggi menyebabkan Iran telah kehilangan sejumlah kerjasama potensial dengan Inggris. Misalnya, berhentinya kerjasama aliansi Inggris- Iran melawan Taliban dan kerjasama mencegah penyelundupan narkoba.

Selain itu, penutupan hubungan diplomatik dengan Inggris menyebabkan Iran kehilangan akses untuk bernegosiasi secara langsung dengan Inggris

38 Badri Jusuf, Kiat Diplomasi Mekanisme dan Pelaksanaannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakrata, 1993, hal. 132

39 Barston, R.P. Modern Dplomacy, Pearson Educated, London, 2006, hal. 58.

(11)

terkait permasalahan nuklir negaranya. Konsekuensi selanjutnya yang dirasakan Iran adalah menurunnya aktivitas ekonomi Iran.Sebagaimana yang diketahui bahwa perekonomian Iran menunjukkan penurunan drastis karena sejumlah sanksi internasional yang digalang Inggris. Selain itu, perekonomian Iran menghadapi tekanan karena bergantung kepada sektor energi. Sebagai negara dengan cadangan minyak bumi dan gas alam yang besar, Iran membutuhkan kucuran dana dan investasi hingga sebesar USD 300 miliar untuk sektor pertambangan dalam satu dekadenya, namun kebutuhan tersebut tidak bisa direalisasikan karena dibatasi oleh sejumlah sanksi yang salah satu inisiatornya adalah Inggris. Inggris juga menerima konsekuensi-konsekuensi yang tidak kalah pelik dibandingkan dengan Iran oleh sebab pemutusan hubungan diplomatik tersebut.

Pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran menyebabkan Inggris tidak memiliki akses dan kontak secara langsung untuk memahami pandangan Iran dan membangun hubungan diplomatik yang konstruktif.

Pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran juga menghilangkan peran Inggris sebagai penghubungan antara AS dengan Iran. Tidak hanya berkurangnya peran Inggris, pemutusan hubungan diplomatik juga secara politis melemahkan posisi dan pengaruh Inggris di Eropa. Pemutusan hubungan diplomatik Inggris terhadap Iran juga memberikan pengaruh bagi sektor energi Inggris. Menteri Perminyakan Iran, Rostam Qasemi mengumumkan bahwa Iran telah menghentikan ekspor minyaknya ke perusahaan-perusahaan minyak Inggris dan Perancis pada tahun 2012, sebagai lanjutan dari penghentian ekspor minyak Iran ke enam negara Eropa lainnya. Penghentian ekspor minyak mentah tersebut merupakan

(12)

serangan balik Iran terhadap Inggris karena berperan dalam lahirnya keputusan UE yang menjatuhkan embargo ekonomi kepada Iran (Iran Indonesia Radio). Dalam bidang perdagangan, kerjasama kedua negara juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dengan melihat konsekuensi konsekuensi yang telah dijelaskan baik dari sisi Iran maupun Inggris, maka pernyataan Barston yang mengatakan bahwa pemutusan hubungan diplomatik merupakan sebuah tindakan yang serius, kini menemukan titik kebenarannya. Penutupan hubungan diplomatik kedua negara membawa dampak-dampak tertentu mulai dari hilangnya fungsi diplomasi dari perwakilan diplomatik hingga berdampak terhadap berakhirnya kerjasama masing masing negara. Dengan adanya konsekuensi-konsekuensi tersebut, kedua negara, terutama Inggris berusaha untuk memperbaiki kembali hubungan diplomatiknya demi meminimalisir kerugian-kerugian yang dialami. Imbas Putusnya Hubungan Diplomatik Inggris-Iran: Hal ini berakibat pada konsekuensi yang diterima keduanya, baik hilangnya akses kerjasama, ekonomi, dan energi oleh iran, juga terganggunya peran, posisi, dan energi inggris di eropa.

Duta Besar Inggris untuk Iran, Rob Macaire, akhirnya kembali ke Tehran setelah sempat ditahan oleh otoritas setempat. Ia mengatakan bahwa hari ini adalah hari pertamanya kembali bertugas di Tehran. "Saya baru saja kembali ke Tehran dari London. Kepergian ke London adalah hal yang sudah direncanakan sejak lama," ujar Macaire sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 7 Februari 2020. Pada bulan Januari, Rob Macaire sempat ditahan oleh kepolisian Iran saat berkunjung ke unjuk

(13)

rasa mahasiswa di Tehran terkait insiden jatuhnya penerbangan Ukrainan International Airlines. Ia ditangkap karena dianggap telah memprovokasi mahasiswa untuk berdemo menentang pemerintah.

Dalam insiden itu, Rob Macaire sempat berupaya menjelaskan kenapa dirinya bisa berada di tengah para pengunjuk rasa. Ia membantah telah memprovokasi mahasiswa karena kedatangannya untuk berbela sungkawa terhadap korban Ukrainan International Airlines yang dirudal militer Iran dan menewaskan 176 orang. Untungnya, Rob Macaire tidak ditahan lama. Setelah beberapa jam di ruang tahanan, Ia dibebaskan.

Dalam keterangan pemerintah Iran, Macaire diberi label sebagai "elemen yang tidak diinginkan". Tak lama kemudian, Rob Macaire dipanggil kembali ke London. Kembali ke situasi sekarang, Rob Macaire menjelaskan bahwa kembalinya Ia ke Iran terkait kesepakatan nuklir antara Iran dengan negaranegara Eropa. Ia berkata, pemerintah Inggris berkomitmen untuk terus memastikan kesepakatan pembatasan nukilir antara Iran dan negara-negara Eropa terus berjalan walaupun Inggris sudah bukan lagi bagian dari Uni Eropa. Bulan lalu, Inggris, Prancis, dan Jerman mengaktifkan mekanisme sengketa nuklir yang pada intinya meminta Iran untuk segera menghentikan pengayaan nuklir mereka. Ketiganya menyakini bahwa Iran kembali mengaktifkan sebagian jika bukan keseluruhan program nuklirnya pasca pembunuhan Jenderal Qaseem Soleimani oleh Amerika.40

40 https://dunia.tempo.co/amp/1304762/dubes-inggris-kembali-ke-iran-setelah- sempatditangkap. Di akses pada 13 November 2020.

(14)

Dalam tinjauan yuridis normatif, Konvensi Wina tahun 1961 telah memberikan hak-hak kekebalan yang dalam hal ini ialah hak tidak dapat di ganggu gugat ( inviolability ) serta fungsi sebagai perwakilan diplomatik disuatu negara. Maka dalam hal kasus diplomat yang ditahan di Iran dapat diberikan justifikasi bahwa telah bertentangan dengan prinsip-prinsip diplomatik, dalam hal ini Rob Macaire sebagai diplomat yang ditugaskan oleh perwakilan negara Inggris memiliki hak dan kewenangan dalam menjalankan tugas sebagai diplomat di negara tujuan dalam hal Iran sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diberikan oleh Konvensi Wina tahun 1961.

Referensi

Dokumen terkait

There are similarities in the objectives of the School Health Business (UKS) program, between DKI Jakarta State Elementary School 02 (SDN 02 ) and DKI Jakarta

Berdasarkan uraian dari rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hasil Audit Manajemen