PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dan jual beli mu'athah dapat direalisasikan apabila ikatan tersebut mendapat persetujuan kedua belah pihak. Seperti yang dijelaskan oleh Imam Nawawi, jual beli mu'athah tetap salah di kalangan ahli fikah. Ulama fiqh yang membenarkan jual beli mu'athah ialah Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Hambali.
Pada hakikatnya kekeliruan yang terjadi dalam pembahasan jual beli mu'ath adalah sikap para ulama fiqih terhadap konsep 'an taradlin.
Fokus Penelitian
Tujuan Penelitian
Pandangan Imam Syafi'i dalam mengkonsep 'A Taradlin dalam jual beli MU'ATHAH dalam membeli MU'ATHAH. Sedangkan jual beli mu'athah yang transaksinya tidak menggunakan shigat ijab qabul tidak dapat dilakukan redaksi timbal balik. Pandangan Imam Hanafi Dalam Konsep 'Taradlin Dalam Jual Beli Mu'athah Membeli Mu'athah.
Semula jual beli mu'athah itu halal, dengan syarat barang yang diperjualbelikan adalah barang remeh.
Manfaat Peneltian
Definisi Istilah
Kata ini dijadikan istilah dalam jual beli, karena sahnya jual beli itu berdasarkan kemauan dua orang yang melakukan transaksi. Indikator yang dapat menunjukkan kemauan dalam suatu transaksi jual beli adalah shigat ijab qabul. Menurut Imam Syafi’i menolak keabsahan jual beli mu’athah, sedangkan menurut Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Hambali, jual beli dengan sistem mu’athah sah.
Di sebagian kalangan, para ulama fiqih beranggapan bahwa jual beli dengan sistem mu'atha hanya diperbolehkan terhadap barang-barang yang tidak penting atau barang-barang yang bernilai kecil dan tidak berlaku untuk barang-barang yang bernilai besar.
Sistematika Pembahasan
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Penelitian Terdahulu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas tentang keberadaan akad jual beli mu’athah dengan fokus pada studi kasus jual beli di supermarket. Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas penerapan jual beli mu'athah yang berlangsung di Suzuya Mall Banda Aceh berdasarkan khiyar dalam syariat Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkonsepkan khiyar dalam jual beli mu’athah di Suzuya Mall Banda Aceh agar sesuai dengan syariat Islam.
24 Agus Fausi dan Nur Ahmad Muntaqim, Kajian Legalitas Jual Beli Mu'athah di Toko Thayyibah Ma'had Aly Situbondo Perspektif Ma'had Syafi'i (Situbondo: Ma'had Aly Salafiyah Syafi'iyyah Situbondo, 2022).
Kerangka Konseptual
Para ulama fiqih sepakat bahwa hukum jual beli diperbolehkan jika transaksinya dilakukan dengan cara yang saling menguntungkan. Artinya, jual beli yang merupakan aktivitas manusia sehari-hari, tidak boleh dijadikan sebagai peluang untuk mengejar keuntungan pribadi sementara orang lain merasa dirugikan. Oleh karena itu, prinsip kerelaan bersama diterapkan dalam jual beli, agar tidak timbul kerugian di antara kedua belah pihak.
Shigat adalah pernyataan dalam transaksi jual beli yang menunjukkan perjanjian yang disertai dengan pertukaran penyerahan barang yang akan dijual dan dibeli dan harga nominal barang oleh penjual dan pembeli. Ma‟kud alejh ialah benda atau barang, berupa harta atau kemaslahatan, yang digunakan sebagai transaksi jual beli. Jadi, menurut Vehbah Zuhaili, prinsip utama dalam menjalankan jual beli ialah taradlin.36 Pada dasarnya semua jual beli yang menguntungkan adalah dibenarkan, tetapi ia mestilah berdasarkan kehendak pihak dalam urus niaga.
Prinsip dalam melakukan transaksi penjualan juga harus menunjukkan itikad baik, sebagaimana diperintahkan Allah SWT untuk menjaga hubungan baik antara penjual dan pembeli. Asas itikad baik dalam pelaksanaan transaksi penjualan mengacu pada maksud atau niat baik yang harus dimiliki oleh para pihak yang melakukan transaksi tersebut. Tujuan dari adanya “taradlin” dalam melakukan transaksi jual beli adalah untuk mencegah terjadinya penipuan yang dapat merugikan orang lain dengan memberikan keseimbangan yang dapat merangsang kreativitas seseorang untuk melakukan transaksi berdasarkan kesiapan.
Jual beli mu'athah berdiri atas dua kata yang berkaitan, yaitu jual beli dan mu'athah. Jual beli mu'athah adalah suatu jenis transaksi jual beli yang hanya melibatkan penyerahan barang dan penerimaan barang tanpa ada pertukaran kata-kata, atau boleh ada perkataan, tetapi hanya dari satu sisi saja. Praktek jual beli mu’athah dalam bentuk transaksi hanya didasarkan pada saling serah terima oleh pihak-pihak yang bertransaksi tanpa adanya shigat ijab qabul baik berupa lafadz maupun kitabah.
Dalam praktek jual beli mu’athah pelaksanaannya sangat sering terjadi dalam kehidupan masyarakat seperti di pasar, supermarket, toko dan lain-lain.
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Sumber Bahan Hukum
- Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Pandangan Imam Siafi dan Imam Hanafi dalam Konsep 'A Taradlin dalam Mu'athah Jual Beli Taradlin dalam Mu'athah Jual Beli. Menyikapi perkembangan tersebut, jual beli mengalami perubahan sistem yang disebut sistem mu'athah. Ada beberapa pendapat di kalangan ulama madzhab Syafi’i mengenai praktek transaksi jual beli mu’ath, yaitu: 73.
Menurut al-Rujaini dan Ibnu Suraij, diperbolehkannya transaksi jual beli mu'ath hanya terbatas pada transaksi yang nilainya kecil. Imam Hanafi membolehkan transaksi seperti jual beli mu'ath karena transaksi seperti itu sering terjadi di masyarakat. Standarisasi Karinah 'An Taradlin Menurut Imam Syafi' dan Imam Hanafi dalam jual beli Mu'athah Hanafi dalam jual beli Mu'ath.
Imam Syafi'i menghindari perbuatan yang tidak sesuai dengan kebenaran dengan mewajibkan jual beli berdasarkan prinsip 'a taradlin (saling menikmati). Pandangan ketiga: Menurut pandangan ini, transaksi jual beli mu'athah sudah menjadi kebiasaan di masyarakat luas khususnya di Indonesia. Beliau sepakat bahwa akad yang termasuk dalam jual beli mu'athah hanya dibatasi pada transaksi harga nominal kecil, dan tidak boleh transaksi besar.
Namun seiring berjalannya waktu, ia menyadari keabsahan jual beli mu'athah secara keseluruhan, baik dalam bentuk transaksi nominal kecil maupun besar. Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Permasalahan Sikap Imam Syafi’i dan Imam Hanafi dalam Standat ‘An Taradlin terhadap Transaksi Jual Beli Mu’athah’ adalah hasil penelitian sendiri, kecuali ada rujukan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pandangan Imam Syafi‟i dan Imam Hanafi dalam Mengkonsep „An
- Pandangan Imam Syafi‟I dalam Mengkonsep „An Taradlin pada
- Pandangan Imam Hanafi dalam Mengkonsep „An Taradlin pada
Sistem jual beli mu'athah adalah suatu bentuk transaksi dimana barang penukaran diserahkan dan diterima secara langsung tanpa pesan atau perkataan apapun, atau dalam beberapa hal hanya dengan perkataan salah satu pihak. Pengertian atau gambaran mu'athah jual beli di atas sering kita jumpai saat ini dimana penjual atau pembeli tidak memperdulikan shigat sebagai akad dalam jual beli. Keabsahan jual beli tergantung pada persetujuan kedua pihak yang bertransaksi, sedangkan persetujuan adalah perkara yang khafy (kabur).
Oleh karena itu, adanya shigat ijab kabul dalam jual beli merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan.70. Jika salah satu pihak yang melakukan transaksi menjadi gila sebelum mengucapkan kabul, maka transaksi penjualan tersebut dianggap tidak sah. Pendapat para ulama Syafi’i yang terkenal adalah mereka sangat mengecam transaksi jual beli mu’ath, karena transaksi mu’ath tidak termasuk dalam konsep jual beli.
Pandangan Imam Hanafi mengenai akad jual beli adalah adanya penyerahan antara penjual dan pembeli. Menurut Imam Hanafi, syarat sahnya transaksi jual beli tidak boleh diungkapkan dengan kata-kata tersendiri. Imam Hanafi menegaskan, transaksi penjualan dianggap sah bila penjual dan pembeli saling menyerahkan barang atau harta yang disepakati.
Begitu juga pada permulaannya, jual beli mu'ath hanya dianggap sah jika pembayaran tunai dilakukan oleh kedua belah pihak, tetapi kemudian dianggap memadai jika pembayaran tunai hanya dilakukan oleh salah satu pihak. Penyeragaman Qarinah 'An Taradlin menurut Imam Syafi'i dan Imam Hanafi dalam Jual Beli Mu'athah.
Standarisasi Qarinah „An Taradlin Menurut Imam Syafi'i dan Imam
Pendapat pertama, dalam memutuskan hukum, Imam Syafi’i dikenal sebagai ulama yang sangat ikhtiyat (berhati-hati) dalam memutuskan hukum, seperti dalam masalah jual beli mu’athah yang menjadi bahan pembahasan dalam hal ini. riset. Penolakan sahnya jual beli mu'ath ini didasarkan pada larangan memperoleh harta dengan batil, yang dijelaskan dalam ayat 29 Al-Qur'an Surat An-Nisa. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya ketidakadilan (dhalim), ketidakpastian (gharar) dan kebodohan (juhalah) Dalam transaksi jual beli, Imam Syafi'i menyadari pentingnya shigat ijab qabul sebagai unsur pokok (rukun) dalam jual beli.
Pendapat kedua, kriteria yang digunakan untuk menentukan sah atau tidaknya jual beli mu'athah menurut pandangan ini adalah jenis barang yang menjadi objek transaksinya, dan barang tersebut haruslah barang yang dianggap remeh. Imam Rafi’i berpendapat, jika sesuatu dianggap jual beli oleh para ahli ‘urf, maka suatu barang dianggap remeh. Dengan melihat kaidah-kaidah yang ada maka dapat kita simpulkan bahwa jika jual beli mu'athah hendak dilaksanakan dengan mempertimbangkan bahwa objek jual belinya haruslah barang yang remeh, dan jika dikaji lebih lanjut, maka kategori barang di atas dapat dijadikan patokan 'urf dalam menentukan standarisasi suatu barang.
Tujuan utama dari suatu transaksi jual beli adalah perpindahan barang dari dua orang yang melakukan transaksi tersebut. Karena adat istiadat dalam masyarakat khususnya di Indonesia sudah terbiasa dengan pelaksanaan transaksi jual beli mu’athah, hal ini menjadi bukti bahwa kesepakatan para pihak yang bertransaksi dapat menunjukkan kepuasan bersama. Dari syarat di atas jelas bahwa 'urf dapat dijadikan dalil dalam perkara jual beli mu'athah, karena Al-Qur'an dan hadis tidak menyebutkan perlunya membaca ijab qabul dalam jual beli. transaksi tidak. , dan jual beli mu'athah menjadi tradisi di masyarakat luas. Sebenarnya tradisi ini sudah ada sejak lama.
Sehingga tidak ada keraguan lagi apakah jual beli mu'ath boleh menimbulkan mafsade atau tidak, kerana masyarakat umum telah menerima transaksi mu'ath. Menurut Imam Syafi’i dalam jual beli mu’ath, “taradlin dibakukan dengan memenuhi prinsip jual beli, yang diciptakan dalam bentuk ijab kabu shigat berupa perkataan, tulisan atau isyarat yang jelas bagi orang tuli. Manakala menurut imam mazhab Hanafi dalam jual beli mu'ath, konsep "taradlin" merujuk kepada qarinah yang dikeluarkan oleh penjual dan pembeli, bukan sahaja dianggap oleh lafad atau seumpamanya.
Fausi, Agus, Nur Ahmad Muntaqim, Študija o zakonitosti nakupa in prodaje MU'ATHAH v Thayyibah Ma'had Aly Shop Situbondo Perspective of the Syafi'i Madzhab, Situbondo: Ma'had Aly Salafi Syafi'iyyah Situbondo, 2022.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Jadi, dalam melaksanakan akad berdasarkan taradlin, para ulama fiqih menawarkan standar akad yang berbeda-beda. Jadi, tidak ada kewajiban bagi para pihak yang bertransaksi untuk mengadakan perjanjian akad, karena akad tidak hanya mengikat suatu perjanjian saja, tetapi akad juga bergantung pada kebenaran, adat istiadat dan nash syari'at. Asy-Syafi'i, Muhammad bin Idris, Tafsir Al-Imam Asy-Syafi'i, Arab Saudi: Dar Al-Tadmuriyah, 2006.
Ash-Syinawi, Abdul Aziz, Biografi Empat Imam Mazhab Pemikiran (Al Aimmah Al Arba'ah: Hayatuhum Mawafiquhum Araa'ahum), Beirut: Beirut Publishing, [n.de]. Syabir, Muhammad Usman, Al-Muamalah Al-Maliyyah Al-Mu'asirah fi Al-Fiqh Al-Islami, Amma, Jordan: Dar Al-Nafa'is, 1996. Indrawati, Titis, Iza Hanifuddin, Keberadaan Akad di Dunia Bingkai Transaksi Bisnis Modern: Transaksi Bai’ MU'ATHAH di Supermarket Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2021.
Akmala, Nofan Bayu Rois, Implementasi Akad Jual Beli Pasca Revitalisasi di Pasar Tanjung Kabupaten Jember Jember: UIN KH Achamad Siddiq Jember, 2021. Basyiroh, Marwa Atina, Metode Istinbath Imam Syafi'I dan Imam Hanafi Lis dalam Menentukan Sehubungan Ba'I Al-MU'ATHAH, Sarjana: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018. Zahara, Rita, Khiyar Implementasi Transaksi Bai'MU'ATHAH di Suzuya Mall Banda Aceh Ditinjau Sesuai Hukum Islam, Banda Aceh: UIN Ar-Raniry , 2017.
Privacy Policy, Privacy & Terms, Google, Last Modified November 29, 2022, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Abdullah_Muhammad_asy-. Privacy Policy, Privacy and Terms, Google, Last Modified November 26, 2022, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Hanifah.