• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROCEEDINGS - Jurusan Sastra Jerman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROCEEDINGS - Jurusan Sastra Jerman"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROCEEDINGS

PENANAMAN KARAKTER DI ERA DISRUPSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD

Nur Samsiyah Universitas PGRI Madiun

nurssya08@gmail.com

Abstrak: Pembelajaran di era disrupsi ditandai dengan penggunaan teknologi dan jaringan internet dalam menyampaikan materi pada peserta didik. Dengan menggunakan teknologi semua materi dapat diakses dengan mudahnya, sehingga memunculkan keinginan siswa untuk melihat dan melaksanakan pembelajaran dengan mencari dalam aplikasi google. Namun moral yang ditanamkan pada peserta didik akan menjadikan setiap anak berusaha untuk memperoleh ilmu dengan belajar dan menaati aturan, karena dalam teknologi dan internet, moral tidak bisa diakses.

Kata Kunci: Pembelajaran bahasa Indonesia, Karakter, Era disrupsi

PENDAHULUAN

Era disrupsi ditandai dengan hal-hal baru yang bermunculan seperti teknologi dan informasi.

Era disrupsi telah lama ada dan dipopulerkan kembali oleh Clayton. Dalam perkembangannya era disprupsi telah banyak mengalami perubahan, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan, di mana pembelajaran yang semula konvensional harus berubah menjadi modern dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Terlebih lagi pada saat ini pendidikan merupakan sektor yang sedang mengalami perubahan kurikulum karena masa pandemi. Meskipun telah memasuki masa new normal, namun pembelajaran masih harus dilaksanakan secara virtual, jarak jauh atau daring.

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, harus dihadapi dengan penuh tanggungjawab.

Penggunaan teknologi khususnya komunikasi semakin berkembang tidak hanya di kalangan masyarakat dewasa, namun anak-anak usia sekolah dasar justru lebih mengenal teknologi dan internet daripada orang tua. Penggunaan teknologi seperti android di kalangan siswa bertambah meningkat dengan pelaksanaan pembelajaran di rumah selama masa pandemi hingga era new normal. Siswa dituntut belajar di hadapan komputer, laptop atau handphone setiap harinya. Namun pembelajaran secara jarak jauh tidak dapat dilaksanakan sama dengan waktu belajar secara langsung. Sehingga siswa lebih banyak menggunakan android untuk bermain game dan bermedia sosial, hingga menimbulkan berbagai perilaku bebas bergaul dengan dunia maya. Berbagai kasus yang terjadi yang dapat dilihat melalui berita di TV, berita di media sosial tentang kerusakan, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan bahkan berita yang sempat viral sekelompok siswa sekolah pun dapat mengakses dan membuat video porno melalui androidnya. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan pendidikan karakter melalui sekolah atau rumah dan lingkungan masyarakat.

(2)

PROCEEDINGS

Untuk membentengi agar siswa tidak berbuat dan bertindak asusila diperlukan pendidikan karakter sebagai pedoman hidup. Samani (2012) menjelaskan karakter sebagai dorongan pilihan untuk menentukan yang terbaik dalam hidup dan karakter merupakan sesuatu yang sangat vital bagi tercapainya tujuan hidup. Untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah dasar salah satunya dengan menanamkan dan mengimplementasi ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Penanaman karakter dalam pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan menempelkan karakter dalam mata pelajaran atau menuliskan ke dalam rencana pembelajaran, namun harus dilakukan secara bersungguh-sungguh. Sehingga dalam pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran harus disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi daerah.

Pembelajaran merupakan kegiatan transfer ilmu dari guru kepada siswa. Pembelajaran tidak hanya sekedar mengajar siswa untuk menerima ilmu, tetapi lebih dari itu mengajar sebagai proses menanamkan pengetahuan, nilai dan keterampilan kepada peserta didik (Sanjaya, 2005). Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip pengelolaan pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran sebagai warga yang baik. Sehingga diperlukan pembelajaran dalam pendidikan yang membentuk manusia memiliki kesadaran moral dan memiliki kesadaran terhadap aturan dan norma kemasyarakatan. Pembentukan moral merupakan tanggung jawab semua mata pembelajaran dan guru memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan manusia yang sadar dan penuh tanggung jawab sebagai seorang warga negara (Sanjaya, 2005). Dalam menanamkan nilai moral dilakukan dalam pembelajaran melalui bahasa sebagai alat komunikasi baik dalam dunia nyata maupun dalam dunia maya seperti media sosial dan sejenisnya.

Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan gagasan, keinginan dan tujuan kepada orang lain. Dalam menggunakan bahasa haruslah sesuai dengan aturan dan pedoman berbahasa agar tercermin kepribadiannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2015:46) yang menyatakan bahwa setiap penutur akan berhati-hati dalam memilih kata dan bentuk wacana yang berkaitan dengan konteks berbahasa dan berkomunikasi diantaranya situasi, tujuan, pelibat komunikasi, aksi, instrumen, kata kunci, norma dan genre. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk berkomunikasi dengan dengan baik harus memiliki etika dan kesantunan dalam bertutur kata. Dengan banyaknya pelanggaran norma berbahasa, maka berbahasa dengan baik tidak hanya dilakukan dalam forum resmi namun secara luas baik dengan siapapun di manapun dan kapanpun. Pelanggaran dalam berbahasa sering ditemui ketika berhadapan dengan piranti teknologi sebagai alat komunikasi.

Misalnya, pola berbahasa melalui media medsos yang sering dilakukan oleh siswa dengan mempersingkat kalimat atau penyingkatan yang tidak sesuai, bahkan kebiasaan membuat bahasa baru yang sering disebut ‘bahasa gaul’ dan penggunaan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa asing atau disebut dengan ‘bahasa alay’.

Berkembangnya teknologi di era disrupsi khususnya media sosial yang sangat luar biasa, menjadikan masyarakat mulai kalangan anak usia dini sampai orang tua mengikuti dan menggunakan media sosial. Namun penggunaan teknologi yang semakin luas tidak dibarengi dengan sikap atau moral dalam menggunakan media sosial. Sehingga sudah sewajarnya pendidikan

(3)

PROCEEDINGS

karakter menjadi tema dan tumpuan dalam pembelajaran sehingga terbentuk perilaku yang terpuji dan sesuai norma dan nilai-nilai luhur. Pendidikan karakter tidak hanya dilakukan dalam pembelajaran sebagai bagian dalam materi atau hanya dilakukan dalam pelajaran agama. Hal ini ditegaskan oleh Kemendiknas (2010b:i) yang menyatakan bahwa karakter sebagai suatu moral excellence dibangun di atas berbagai kebijakan yang akan memiliki makna ketika berlandasakan nilai dalam budaya bangsa. sehingga perlunya menanamkan kebiasaan tentang kebaikan sehingga siswa paham dan mampu melakukan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.

HAKIKAT KARAKTER

Karakter merupakan tabiat atau watak yang dimiliki oleh seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008a). Karakter diartikan sebagai sekumpulan kondisi yang dimiliki seseorang.

Menurut Scerenko (1997) karakter merupakan kpribadian yang positif yang didorong, dikembangkan dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian serta praktik emulasi atau usaha maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa yang dipelajari. Samani (2012) menjelaskan bahwa karakter memiliki dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Menurut Samani dan Hariyanto (2012) karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan perilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama dalam lingkup keleuarga, masyarakat bangsa dan negara. lebih lanjut dikatakan bahwa individu yang berkarakter baik dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Sedangkan lickona (2013) menjelaskan karakter sebagai nilai operatif, nilai dalam tindakan yang memiliki komponen karakter yang baik diantaranya pengetahuan moral,perasaan dan tindakan moral. Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan sebagai kurikulum menurut Character Counts (http://www.goodcharacter.com) diantaranya trustworthy atau amanah, recpect atau menghormati dan menghargai, responsibility atau tanggungjawab, fairness atau adil dan jujur, caring atau peduli dan citizenship atau kewarganegaraan.

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Tarigan (2002) menyatakan pembelajaran adalah pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses mencapai tujuan khusus pembelajaran. Lebih lanjut diungkapkan bahwa karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya (1) setiap pembelajaran berkaitan dengan kegiatan siswa, (2) setiap kegiatan pembelajaran berkaitan dengan kegiatan berbahasa, (3) setiap pembelajaran dimulai dengan kata kerja dan dapat dikembangkan secara kreatif, dan (4) setiap pembelajaran berkaitan dengan komponen PBM dan pendekatan CBSA, keterampilan proses serta pendekatan komunikatif. Pembelajaran bahasa terdiri atas aspek mendengarkan/menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Pembelajaran bahasa memiliki peranan penting karena dengan menggunakan bahasa siswa dapat menguasai pengetahuan yang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Santoso (2008) yang menyatakan bahwa sebagai alat komunikasi memiliki funsi informasi, .ekspresi diri, adaptasi dan integrasi, dan funsi kontrol sosial.

(4)

PROCEEDINGS

Menurut Abidin (2012) pembelajaran yang bermartabat adalah pembelajaran yang mencerminkan nilai-nilai moral dan norma budaya bangsa sehingga berbagai tradisi lama dalam pelaksanaan pembelajaran yang masih banyak dijumpai, seperti banyaknya guru yang melaksanakan pembelajaran secara konvensional atau tradisional dengan menyampaikan pengetahuan saja dan menggunakan teknik ceramah, penugasan secara berturut-turut harus dihilangkan.

PENANAMAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Dalam era disrupsi, siswa lebih mengenal dunia maya daripada dunia nyata, maka sudah seharusnya era disrupsi harus dihadapi dengan peningkatan sumber daya manusia khususnya guru dengan belajar tentang teknologi, membuat desain pembelajaran dengan teknologi sehingga guru tidak tertinggal dengan siswanya. Selain itu era disrupsi penuh dengan pembaruan teknologi sehingga tidak lagi mengenal tradisional, sehingga perlu melek teknologi agar pembelajaran menjadi lebih mudah, karena teknologi jika digunakan dengan benar akan membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia sebagai penghela semua mata pelajaran, sehingga penyajiannya dilaksanakan secara tematik integratif dan dilaksanakan secara luwes, tidak dipaksakan, melainkan bergulir saja keterpaduannya sehingga saling melengkapi, terkait dan tidak terpisahkan serta tidak membebani guru maupun peserta didik.

Kegiatan dalam pembelajaran dilaksanakan dengan observasi, bertanya, bernalar, serta mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Oleh karena itu, setelah menerima materi pelajaran para siswa akan lebih berkompeten, baik dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan atau yang lebih dikenal dengan pendidikan karakter. Penanaman pendidikan karakter diimplementasikan dalam mata pelajaran, namun tidak hanya berupa tulisan dalam rencana pembelajaran tetapi lebih pada pelaksanaannya dalam keseharian siswa. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai- nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku. Sehingga tidak ada lagi anggapan bahwa karakter hanya sebagai hafalan dan tempelan pada materi saja.

Penanaman karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan menggunakan teks cerita sebagai materi pelajaran, kemudian disesuaikan dengan kelas atau usia siswa. Dalam materi cerita siswa dapat mengambil pesan, kesan, amanat dan hikmah yang terkandung dalam cerita. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat menggunakan angket,

(5)

PROCEEDINGS

penilaian diri atau penilaian orang tua serta catatan (anekdot) untuk orang tua sebagai buku penghubung jika berada di rumah dan menetapkan aturan yang harus dilaksanakan. Jika memungkinkan pembelajaran dapat dilakukan dengan berkunjung ke rumah siswa secara bergantian. Selain itu, guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh, peserta didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain yang bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat mengundang konflik pada dirinya. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai.

Pembelajaran bahasa Indonesia selain menggunakan teks dapat dilakukan secara daring, dengan menyajikan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan dengan menggunakan media berbasis teknologi. Banyaknya aplikasi seperti wa group, google meet, zoom, kuis dan lain sebagainya, dapat digunakan untuk berdiskusi dan bertanya jawab pada siswa tentang kesehariannya dengan didampingi oleh orang tua, sehingga kecenderungan siswa tidak jujur sedikit.

Guru harus kreatif dalam meramu materi, menggunakan metode yang menyenangkan, dan memberikan tugas-tugas yang dapat menstimulasi siswa untuk bertanya kepada kepada guru, teman sekelas, maupun orang tua mereka. Hal itu dapat mendorong kolaborasi antara orang tua dan siswa dalam membantu kebutuhan belajar siswa, dan mendorong siswa untuk terus belajar dan berkarya.

Guru harus dapat mengontrol, memberikan umpan balik dan memastikan siswa melaksanakan tugasnya dengan baik.

SIMPULAN

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai- nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Penanaman karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan menggunakan teks cerita sebagai materi pelajaran, kemudian disesuaikan dengan kelas atau usia siswa. Selain itu, guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya. Pembelajaran bahasa Indonesia selain menggunakan teks juga dapat dilakukan secara daring, dengan menyajikan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan dengan menggunakan media berbasis teknologi.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Y. (2015). Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika Aditama.

(6)

PROCEEDINGS

Depdiknas. (2008). Kamus bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kemendiknas. (2010). Kerangka acuan pendidikan karakter. Jakarta: Kemendiknas.

Lickona, T. (2013). Educating for character (mendidik untuk membentuk karakter). Jakarta: Bumi Aksara.

Samani dan Hariyanto. (2012). Pendidikan karakter. Bandung: Remaja rosdakarya.

Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta:

Kencana.

Screrenko. (1997). Values and character education, education week. Georgia Departemen of Education.

Tarigan. (2002). Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah. Jakarta: Universitas Terbuka. http://www.goodcharacter.com)diakses pada tanggal 29 Oktober 2020

Referensi

Dokumen terkait

Aktualisasi nilai-nilai pendidikan karakter pada satuan pendidikan yaitu dengan mengejawantahkan nilai-nilai tersebut yang terintegrasi dalam kurikulum pembelajaran

1 Menguasai konsep teoretis keterampilan berbahasa Jerman dan unsur kebahasaannya untuk berkomunikasi secara efektif, spontan, dan sistematis dalam bahasa Jerman,

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan karakter, proses pengembangan nilai-nilai karakter dilakukan melalui proses yang

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam mata pelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan pengintegrasian nilai- nilai ke

Modul berbasis kontekstual terintegrasi pendidikan karakter perlu di terapkan dalam proses pembelajaran karna nilai-nilai pendidikan karakter perlu dimiliki oleh

Dalam program PPK yang terintegrasi dengan proses pembelajaran, pendidik melakukan penilaian secara kognitif dan afektif yang mengacu dalam nilai-nilai pendidikan karakter

Internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sastra melalui pengenalan karya klasik Jawa harus disajikan dengan memperhatikan kemampuan dan kebutuhan siswa

PENANAMAN KARAKTER DI ERA DISRUPSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD Nur Samsiyah - Universitas PGRI Madiun ...204 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN E-MODUL INTERAKTIF SEJARAH