• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prodi D3 Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Prodi D3 Keperawatan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Prodi D3 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

2020

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Izza Zulfana1, Martini Listrikawati2

1Mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Email: [email protected]

2Dosen D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Email: [email protected]

ABSTRAK

Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula d arah (KGD) atau hiperglikemia akibat kegagalan sekresi insulin dan atau penggunaan insulin dalam metabolism tidak adekuat.

Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah tinggi yang umum terjadi pada pengidap Diabetes Mellitus. Jenis metode penelitian yang digunakan penulis adalah studi kasus. Tujuan dalam penelitian ini yaitu memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus. Hasil dari studi kasus yaitu pada bagian pengkajian ditemukan masalah kadar gula darah tinggi dengan diagnose ketidakstabilan kadar glukosa. Intervensi yang digunakan pada kasus ini adalah manajemen hiperglikemia dan edukasi latihan fisik. Tindakan dalam studi kasus ini adalah melakukan relaksasi otot progresif (ROP), dilakukan 1 kali sehari dengan durasi 15 menit selama 3 hari. Hasil akhir pada studi kasus ini kadar gula darah dapat menurun dan keadaan pasien membaik.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Hiperglikemia, Kadar Gula Darah, Relaksai Otot Progresif.

.

(2)

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, akibat kegagalan sekresi insulin dan atau penggunaan insulin dalam metabolisme tidak adekuat

.

Pravalensi diabetes mellitus menurutInternational of Diabetic Federation (IDF, 2017)menyatakan bahwa Indonesia merupakan Negara yang menempati urutan ke 7 dunia dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita(2017).

menurut data RISKESDAS (2018) Jawa Tengah menempati urutan ke dua belas sebagai provinsi dengan penyakit DM terbanyak

Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia). Hal tersebut disebabkan karena menurunnya sekresi atau aktivitas dari insulin sehingga mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak (Tarwoto, 2012). Jumlah penderita diabetes mellitus tipe II di Indonesia akan meningkat drastis, yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor keturunan, faktor kegemukan, faktor demografi (Soegondo, 2013).

Penyakit DM dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan asupan makanan, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Asupan makanan tersebut yaitu meliputi karbohidrat, lemak, protein, dan energi. Semakin berlebihan asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkit penyakit DM (Linder, 2011)

Mekanisme hubungan konsumsi karbohidrat dengan kadar gula darah dimana karbohidrat akan

dipecah dan diserap dalam

monosakarida, terutama gula.

Penyerapan gula menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah dan meningkatkan sekresi insulin (Linder, 2011). Tingginya kadar glukosa darah dipengaruhi oleh tingginya asupan energi dari nutrisi yang dikonsumsi (Rimbawan, 2010).

Salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu latihan jasmani seperti senam, meditasi, yoga, olahraga dan relaksasi otot progresif (ROP), terapi relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi ketekunan dan sugesti. Pada teknik relaksasi otot progresif ini seseorang akan memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010)

Teknik relaksasi otot progresif adalah bentuk latihan jasmani atau fisik yang sudah tercantum di perkeni tahun 2015 yang terdiri dari 14 gerakan dengan cara merileks kan otot dan menegangkan otot (Dafianto, 2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhian &

supardoi (2017), menyatakan bahwa pemberian terapi relaksasi otot progresif terhadap kadar glukosa darah pada pasien dengan DM tipe II terjadi penurunan kadar gula darah dari yang sebelum diajarkan latihan relaksasi otot progresif pada semua responden dengan rata rata KGD: 252 mg/dl mengalami penurunan setelah diajarkan teknik tindakan relaksasi otot progresif menjadi : 180 mg/dl,

(3)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi otot progresif ini bisa menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II.

METODE PENELI TIAN

Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencangkup pengkajian satu unit penelitian secara intensif (Nursalam, 2013). Studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien diabetes mellitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Tempat penelitian di ruang Melati 3 RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 18 Februari 2019 sampai 25 Februari 2019.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengkajian didapatkan data pasien mengatakan mengeluh badan lemas dan luka pada tungkai kaki bagian bawah sebelah kanan yang tak segera sembuh. Selama dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Februari 2019, subyek mengatakan mengeluh lemas SMRS. Pasien mengalami tidak sadarkan diri saat beraktivitas dirumah sehingga keluarganya membawanya kee RSUD Dr Moewardi. Saat

pengkajian subyek mengeluhkan badannya lemas, dan nyeri karena ada luka bekas amputasi pada kaki bagian dengkul kanan yang

terpasang D40% 3 fls dan terpasang O2 nasal kanul 3 lpm, dengan tekanan darah : 130/90 mmHg, nadi : 88 x/mnt, RR : 22 x/mnt, suhu : 36,5 OC dan GDS : 274 mg/dL.

Pengkajian nutrisi dan metabolik pasien didapatkan pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 x sehari dan 1/4 porsi habis, dan selama sakit pasien makan 3 x sehari dan hanya habis 1/2 porsi habis.

Hasil laboratorium didapatkan data : albumin 2,6 g/dl nilai normal 3,2-4,6 g/dl, creatinin 0,9 nilai normal 0,6-1,2 mg/dl, protein total 6,4 mg/dl nilai normal 6,2-8 g/dl.

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diabetes mellitus ditandai oleh kadar glukosa sewaktu tidak normal, trias DM (polifagia, poliuria, dan polidipsia), penurunan berat badan, rasa lemah dan mengantuk (rasa lemah disebabkan karena glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan energi), dan efek jangka panjang DM meliputi perkembangan progresif komplikasi

spesifik retinopati yang berpotensi menimbulkan kebutaan, nephropati yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal, dan neuropati dengan risikoulkus diabetik, amputasi, sendicharcoat, serta disfungsi saraf autonom

meliputi disfungsi

(4)

seksual.Kesesuaian dengan tanda dan gejala yang muncul dengan pernyataan Nurarif & Kusuma (2013) bahwa pasien diabetes mellitus mengalami kadar glukosa darah sewaktu yang tidak normal dikarenakan adanya gangguan pad sekresi insulin.

Berdasarkan tanda dan gejala yang disebutkan diatas, terdapat persamaan antara teori dengan kasus yaitu subyek mengalami kadar gula darah sewaktu 274 mm/dL, disertai dengan keadaan umum lemah dan mengeluh badan lemas dan luka kaki sebelah kanan yang tak kunjung sembuh. Subyek sendiri sudah menderita penyakit DM tipe II kurang lebih 8 tahun terakhir.

Hasil pengkajian riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus ± 8 tahun yang lalu, pasien juga mengatakan ± 7 hariyang lalu pernah masuk rumah sakit untuk menjalani operasi amputasi karena luka pada pasien sudah memburuk. Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan pasien mengatakan bahwa ayah juga memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.

Terapi medis yang diberikan pada tanggal 18 Februari 2019 hingga 20 Februari 2019 yaitu infus D40%, metronidazole 500mg

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan diabetes mellitus. Berdasarkan dengan teori SDKI (2017) terdapat faktor yang berhubungan pada

diagnosa keperawatan

ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi kadar gula.

Intervensi keperawatan studi kasus ini yang berfokus pada diagnosa pertama ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi kadar glukosa (00179) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam masalah ketidakstabilan kadar gula darah dapat teratasi dengan kriteria hasil : GDS dalam batas normal, klien dapat mempertahankan kadar gula darah agar stabil, menambah pemahaman pasien tentang manajemen DM yang tepat.

Berdasakan tujuan dan kriteria hasil tersebut intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan SIKI (standar intervensi keperawatn indonesia) yaitu pertama monitor kadar glukosa dalam darah sesuai indikasi, kedua monitor tanda dan gejala hiperglikemia, ketiga ajarkan teknik non farmakologis (teknik relaksasi otot progresif), Keempat berikan insulin sesuai indikasi.

Hasil evaluasi yang telah dilakukan selama 3 hari. Hari pertama sebelum dilakukan tindakan relaksasi otot progresif didapatkan data pengukuran GDS : 274 mg/dL dan menurun menjadi 197 mg/dL.

Hari kedua didapatkan hasil pengukuran GDS dari 237 mg/dL menurun menjadi 180 mg/dL. Hari ketiga didapatkan hasil pengukuran

GDS dari sebelum

dilakukan tindakan relaksasi otot progresif 174 mg/dL menurun menjadi 137 mg/dL sesudah dilakukan tindakan relaksasi otot progresif, dapat dilihat seperti pada tabel 4.1

(5)

Tabel 4.1 Evaluasi kadar glukosa darah Tn. T mengalami penurunan

Hari Hasil pengukuran nilai GDS (mg/dL)

Pre Post

ke-1 274 mg/dL 197 mg/dL ke-2 237 mg/dL 180 mg/dL ke-3 174 mg/dL 137 mg/dL

Berdasarkan data tabel diatas dapat disimpulkan adanya penurunan kadar gula darah dari hari pertama sampai dengan hari ketiga. Hasil studi kasus yang dilakukan di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta diketahui bahwa sesudah dilakukan intervensi keperawatan dengan memberikan terapi relaksasi otot progresif ±15 menit selama 3 hari berturut-turut.

Intervensi ini dilakukan mulai hari pertama sampai dengan hari ketiga maka didapatkan hasil pengukuran kadar gula darah pada pasien mengalami penurunan dari skala 274 mg/dL menjadi skala 137 mg/dL

KESIMPULAN DAN SARAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan masalah keperawatan ketidakstabilan kadar gula darah tindakan yang dilakukan adalah pemberian teknik relaksasi otot progresif dengan durasi 3 kali dalam sehari dalam waktu ±15 menit selama 3 hari didapatkan hasil terjadi penurunan kadar glukosa darah dari 274 mg/dL menjadi 137 mg/dL.

Rekomendasi tindakan terapi relaksasi otot progresif efektif dilakukan pada pasien diabetes mellitus dengan ketidakstabilan kadar gula darah.

DAFTAR PUSTAKA

Al Fady, M, F (2015). Madu dan luka Diabetik Metode Perawatan Komplementer.

Yogyakarta : Goysen Publishing Black, M, J. & Hawks, H, J. (2014).

Keperawatan Medikal Bedah:

Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Singapore : Elsevier Dafianto, R (2016). Skripsi: pengaruh relaksasi

otot progresif terhadap resiko ulkus kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas kabupaten Jember. Jember:

Universitas Jember

Damayanti, Santi. (2016). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan keperawatan.

Yogyakarta : Nuha Medika

Data IDF (2015). International Diabetes Federation Atlas

Herodes, R. 2010. Anxiety and Depretion in Patient

Margareth TH, M, Clevo Rendy. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Yogyakarta : Nuha Medika

Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Padila. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta : Salemba Medika RISKESDAS (2018). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan

SDKI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Penerbit Pusat

Setiadi 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Setioadi & Kusharyadi (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa.

Jakarta : Salemba Medika

SIKI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Penerbit Pusat

(6)

SLKI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Jakarta : Dewan Penerbit Pustaka

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan deteksi dini DM dilakukan pada kedua anak pasien yang ada di rumah dan didapatkan hasil Gula darah puasa 88 mg/dL dan 88 mg/dl yaitu kadar gula

Percobaan penentuan kadar glukosa darah menggunakan sampel darah sapi yang memiliki kadar gula darah 3,04 mg/dL.. Kadar gula darah dalam sapi tersebut sangat rendah

Pada praktikum kedua dan ketiga terjadi anomali praktikum atau penyimpangan praktikum karena hasil dari pemeriksaan darah menunjukan gula darah setelah aktivitas naik yaitu 132

Pemeriksaan deteksi dini DM dilakukan pada kedua anak pasien yang ada di rumah dan didapatkan hasil Gula darah puasa 88 mg/dL dan 88 mg/dl yaitu kadar gula

Selanjutnya, penurunan kadar gula darah puasa (GDP) penderita Diabetes Mellitus yang mendapatkan diit tinggi serat (kelompok Eksperimen) adalah 82 mg/dl, sedangkan

Implementasi yang pertama pastikan rentan suhu bayi dalam keadaan normal yaitu 36,5-37,5 °c, suhu pasien saat diberikan tindakan selama 3 hari yaitu 37,1°c, 37°c, 36,5°c, mencuci

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, kadar gula darah puasa terendah pada sampel adalah 86 mg/dl dan kadar gula darah puasa tertinggi pada sampel adalah 399 mg/dl dengan rata-rata

Hasil pengukuran PANSS mengalami penurunan gejala negative klien dari hari pertama dengan jumlah skor 7 dalam kategori sangat berat, dengan tanda dan gejala yaitu; efek tumpul, tidak