• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM I"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

BASIC SCIENCE IN NURSING II

Disusun oleh :

Ade Rosi

220110140060

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM I GERAK REFLEKS

Nama : Ade Rosi NPM : 220110140060

Tanggal Praktikum : 1 Desember 2014

1. Tujuan Praktikum :

Untuk membuktikan adanya gerakkan – gerakkan refleks urat , dan urat gerakan pada mata serta gerakkan refleks muntah pada seseorang.

2. Hasil Praktikum

 Refleks kulit perut.

Terjadi kontraksi otot dinding perut dan sedikit gerakan refleks tangan (polisinaps)

 Refleks kornea

Terjadi kedipan mata secara cepat (monosinaps)

 Refleks cahaya

Pupil mata mengecil saat cahaya mendekat. (monosinaps)

 Refleks Periost Radialis

Terjadi fleksi lengan bawah terhadap siku dan supinasi tangan (pergelangan tangan berkontraksi ke atas). monosinaps

 Refleks Periost Ulnaris

Terjadi pronasi tangan (pergelangan tangan berkontraksi ke arah bawah). monosinaps

 Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)

Knee Pess Reflex (KPR)

Terjadi ekstensi tungkai kaki (tungkai kontraksi ke arah atas dengan cepat). monosinaps

 Achilles Pess Reflex (ACR)

Terjadi plantar fleksi (gerakan ke samping pada tungkai kaki dengan cepat). monosinaps

(3)

Terjadi fleksi lengan pada siku (monosinaps)

 Refleks triseps

Terjadi ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps. (monosinaps)

 Withdrawl Reflex

Semua badan merespon dengan sedikit teriakan (polisinaps).

3. Analisa Hasil Praktikum

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf, diterima oleh saraf penghubung tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot dan kelenjar.

 Pada percobaan refleks kulit perut, naracoba berbaring terlentang dengan kedua

lengan terletak lurus di samping badan. Kulit daerah abdomen yang digores dari lateral ke arah umbilicus terjadi respon kontraksi otot dinding perut dan sedikit gerakan refleks tangan. Hal ini terjadi karena pada saat daerah abdomen digores dari lateral ke arah umbilicus, ujung-ujung saraf (reseptor) meneruskan impuls melalui neuron afferent (sensoris) menuju medulla spinalis. Disinilah tempat impuls diteruskan melalui interneuron atau asosiasi ke neuron motorik. Kemudian neuron efferent (motorik) meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu meneruskan kembali ke otot perut (efektor). Sehingga terjadi kontraksi otot dinding perut dengan respon yang berlangsung cepat. Gerak refleks ini termasuk ke dalam refleks polisinaps karena melalui beberapa sinaps dan respon gerak refleksnya lebih dari satu. Secara singkat proses gerak refleks tersebut yaitu sbb:

Rangsangan → Neuron afferent → Interneuron afferent → Medula spinalis → Neuron efferent (N. 11 Obypogastrius) → Kontraksi otot perut.

(4)

 Pada percobaan refleks kornea, naracoba menggerakkan bola mata ke arah lateral

yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral kornea mata naracoba disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk silinder halus. Dari hasil percobaan yang dilakukan berdasarkan

percobaan refleks kornea tersebut, dapat diketahui bahwa respon yang terjadi berupa kedipan mata secara cepat. Hal ini terjadi karena mata merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap benda-beda asing. Jalannya impuls saraf pada refleks kornea yaitu : Rangsangan → Limbus kornea → N. Opthalmicus → Pons → N. Abducens →Palpebra superior.

 Pada percobaan refleks cahaya atau refleks pupil, ketika cahaya senter dijatuhkan,

respon berupa kontriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ternyata dari hasil

percobaan yang telah dilakukan berdasarkan percobaan refleks cahaya tersebut, dapat diketahui bahwa respon yang terjadi yaitu pupil mata mengecil saat cahaya mendekat. Hal ini terjadi karena intensitas cahaya yang lebih besar membuat pupil mata

mengecil. Pada saat cahaya masuk, terjadi proses akomodasi untuk menampilakn berkas sinar yang paling terbias pada layar dan memungkinkan pembentukan bayangan yang jelas pada retina. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N. Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N. Oculomotorius dan sampai ke spingter pupil, sehingga terbentuk respon berupa kontriksi pupil yang mengecil. Secara singkat jalannya impuls saraf pada pupil yaitu : Retina → N. Opticus → Mesencepalon → N. Occulomotoris → spingter pupil → M. Constrictor pupillae.

 Pada percobaan refleks periost radialis,yaitu lengan bawah naracoba setengah

(5)

Periosteum os radii → N. Radialis → L5-L6 → N. Radialis → M. Plexus.  Pada percobaan refleks periost ulnaris yaitu lengan bawah naracoba setengah

difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi. Periost prosessus stiloideus diketuk dan terjadi respon berupa pronasi tangan (pergelangan tangan berkontraksi ke arah bawah). Refleks tersebut adalah refleks monosinaps karena respon yang terjadi hanya berhubungan dengan satu sinaps. Jalannya impuls saraf berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian jalannya impuls melanjutkan ke N. cranialis 5-6 , masuk ke n. radialis dan menggerakkan m. brachioradialis.

P e r i o s t p r o c e s s u s s t i l o i d e u s → N . M e d i a n u s → C 5 - T h 1 → N . M e d i a n u s → p r o n a s i .

Stretch Reflex (Muscle Spindel Reflex = Myotatic Reflx)

 Knee pess Refleks ( KPR), Pada percobaan ini naracoba duduk pada tempat yang

agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau naracoba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Tendo patella di ketuk dengan hammer, respon yang terjadi yaitu ekstensi tungkai kaki (tungkai kontraksi kearah atas dengan cepat). Rangsangan diterima reseptor dari tendon patella yang diketuk oleh hammer lalu impulsnya ke medulla spinalis oleh neuron aferent lalu ke otot kuadriseps yang kemudian diteruskan oleh neuron motorik ke efektor sehingga terjadilah gerakan.

Tendo Patella → N. Femuralis → L2-L1 → N. Femuralis → M Quadriseps.

 Pada saat percobaan Achilles Pess Refleks (APR), tungkai naracoba yang difleksikan

pada sendi lutut dan kaki diketuk dengan hammer. Ternyata hasil percobaan

berdasarkan Achilles Pess Refleks (APR), dapat diketahui bahwa respon yang terjadi berupa fleksi dari kaki yang berupa plantar fleksi (gerakan ke samping pada tungkai kaki dengan cepat) dan kontraksi otot gastroknemius. Rangsangan diterima reseptor dari tendon achilles yang diketuk oleh hammer lalu impulsnya ke medulla spinalis oleh neuron aferent lalu ke otot gastronemius yang kemudian diteruskan oleh neuron motorik ke efektor sehingga terjadilah gerakan.

Tendo achilles → N. Tibia → S1-S2 → N. Tibia → M. Gastrocoemius.

 Pada saat pecobaan Refleks biseps, dilakukan pengetukan dengan hammer pada

(6)

kontraksi otot biseps. Jalannya impuls saraf pada refleks biseps ini yaitu Tendon otot biseps → N. Musculocutaneus → C5-C6 → N. Musculocutaneus →Otot biseps.

 Pada saat percobaan Refleks triseps, naracoba dalam keadaan difleksikan pada sendi

siku dan sedikit dipronasikan dilakukan pengetukan dengan hammer pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku,. Hasil percobaan yang dilakukan pada refleks triseps ini yaitu terjadi ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps. Hal ini terjadi karena pada saat ketukan tendo otot triseps (rangsangan), ujung – ujung saraf (reseptor) meneruskan pesan melalui neuron sensoris ke medulla spinalis. Disini impuls di teruskan melalui interneuron(n.asosiasi) ke neuron motorik. Neuron motorik pada selanjutnya

meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu ke otot triseps (efektor). Sehingga terjadi Respon yang berupa ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. Karena tidak diolah dalam otak maka berlangsung dengan cepat.

Tendo otot triseps → N. Radialis → C6-C8 → N. Radialis → Otot triseps.

 Pada percobaan terakhir yaitu Withdrawl Reflex, lengan naracoba diletakkan di atas

(7)

bagian tubuh yang menderita nyeri secara efektif sekali dari objek yang menyebabkan nyeri. Jalannya impuls saraf pada withdrwl refleks ini adalah :

Kulit lengan → Neuron afferen → Interneuron afferen → Medulla spinalis → Neuron efferen→ Efektor.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa gerak refleks adalah gerakan yang tidak disadari yang timbul karena adanya rangsangan dan merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang jauh lebih cepat dari biasa. Gerak refleks ada yang monosinaps dan polisinaps. Refleks monosinaps apabila gerakan yang terjadi hanya satu sedangkan polisinaps apabila gerakan yang terjadi terdiri dari dua atau lebih gerakan. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf, diterima oleh saraf penghubung tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot dan kelenjar. Pada praktikum ini membuktikan bahwa terjadi gerakan- gerakan refleks urat pada naracoba sehingga naracoba memiliki saraf normal karena ada gerakan refleks di setiap percobaan menggunakan ketukan hammer.

Reference :

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan Petrus Andrianto dari Human Physiology and Mechanisms of Disease. Jakarta: EGC.

Premolarp. Laporan Refleks. 14 Januari 2014.

https://www.scribd.com/doc/138490316/LAPORAN-REFLEKS.

LAPORAN PRAKTIKUM II GLUKOSA DARAH

1. Tujuan Praktikum :

(8)

2. Hasil Praktikum

Probandus toleransi glukosa : Hanifa Berat badan: 43 kg

Tinggi badan: 148 Usia : 18 tahun

 Probandus pengaruh aktivitas glukosa darah : Ilyana Berat badan : 67

Tinggi badan: 162 Usia : 18

A. Tes Toleransi Glukosa

1. Gula darah Puasa : 81 mg/dl

2. Gula darah setelah minum air gula : (pukul 10.45) gula darah 102 mg/dl 3. Gula darah setelah 1 jam ( pukul 11.48 ) 141 mg/dl , setelah 2 jam 111 mg/dl

B. Pengaruh Aktifitas pada Glukosa Darah

1. Gula darah sebelum latihan 108 mg/dl, darah keluar sedikit

2. Gula darah setelah latihan ( pukul 11.06 ) 132 mg/dl, darah keluar banyak.

3. Gula darah setelah 1 jam (pukul 12.12) : 138 mg/dl , setelah 2 jam (pukul 13.11): 117 mg/dl

4.Analisa Hasil Pengamatan

(9)

GD P

Dari percobaan kadar gula pada model setelah berpuasa selama 12-14 jam, kadar gula darahnya yaitu 81 mg/dl. Hal ini sesuai dengan teori ( Guyton,1990), bahwa kadar glukosa normal waktu puasa adalah 80 sampai 90 mg/100 ml. Pada saat puasa, tidak ada asupan makanan masuk ke dalam pencernaan sehingga kadar glukosa rendah,kadar glukosa rendah ini

menyebabkan kecepatan sekresi insulin minimum. Pada saat insulin menurun akan terjadi proses glikogenolisis pada hati atau pemecahan glikogen pada hati yang disebabkan oleh glukagon. Glukagon mempunya fungsi berlawanan dengan insulin. Jadi disaat insulin rendah maka

glukagon lah yang aktif untuk meningkatkan glukosa darah agar konsentrasi glukosa darah tidak turun terlalu rendah.

Ketika si model meminum air gula selama 5 menit, ternyata gula darahnya meningkat menjadi 102 mg/dl. Gula darah meningkat karena ada asupan air gula. Air gula ini termasuk karbohidrat jenis disakarida (sukrosa) yang dihidrolisis oleh enzim sukrase dalam usus halus menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa yang menyebabkan kadar gula darah kembali tinggi. Ketika minum air gula, terjadi peningkatan glukosa darah yang kemudian merangsang sel β dari pankreas untuk sekresi insulin. Pada dasarnya sekresi insulin terbagi menjadi dua fase , fase yang pertama bersifat cepat meningkat dan berakhir cepat pula. Hal ini diperlukan untuk

(10)

glukosa diambil alih oleh fase 2. Banyak tidaknya insulin yang disekresikan pada fase 2 tergantung dari berapa banyak jumlah glukosa darah pada akhir fase 1 (Brashers,2007). Dari teori tersebut jelas bahwa satu jam setelah minum air gula kadar gula darah mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu 141 mg/dl. Dan setelah sekresi insulin meningkat secara tajam maka

memasuki fase 2 yaitu insulin melakukan sekresi secara perlahan atau menurun sehingga kadar gula dalam darah kembali menuru yaitu 11 mg/dl.

Begitu seterusnya, glukosa darah yang tinggi akan mengaktifkan sekresi insulin yang berfungsi untuk menurunkaan konsentrasi glukosa darah ,sehingga glukosa masuk ke dalam sel khusunya sel hati dalam bentuk glikogen dan ketika didalam sel hati sudah penuh, glukosa ini mengisi jaringan otot. Ketika kadar glukosa darah turun baru hati mengeluarkan glikogen untuk di sekresi menjadi gula darah. Hal ini merupakan proses menyeimbangkan gula darah dalam tubuh (homeostasis).

Kesimpulan:

(11)

B. Pengaruh Aktivitas pada Glukosa Darah

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Pengaruh Aktivasi pada Gula Darah

Kadar Gula Darah (mg/dl) 0

02

Pada percobaan mengenai pengaruh aktifitas glukosa darah sebelum latihan yaitu 108 mg/dl. Pada percobaan ini glukosa darah masih dalam keadaan normal karena otot dalam keadaan istirahat. Hampir sepanjang hari, jaringan otot tak tergantung atas glukosa untuk energinya malahan atas asam-asam lemak. Alasan utama untuk ini adalah bahwa membran otot normal yang dalam keadaan istirahat hampir tak permeabel terhadap glukosa kecuali bila serat otot dirangsang oleh insulin. (Guyton, 1990). Dalam keadaan istirahat fosforilase berada dalam bentuk tidak aktif sehingga glikogen dapat disimpan dan tidak diubah kembali menjadi glukosa. Oleh karena itu, bila diperlukan untuk mengubah kembali glikogen menjadi glukosa, fosforilase harus diaktifkan terlebih dahulu. Pengaktifan fosforilase dilakukan oleh epinefrin dan glukagon.

(12)

krebs, dan transport elektron. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan penyimpangan ini bisa terjadi karena 1) hormon glukagon yang berlebihan dapat meningkatkan kadar glikogen yang terdapat didalam otot. Glukagon mendorong peningkatan konsentrasi gula darah 2) stress, ketika stress tubuh mengeluarkan banyak hormon adrenalin yang membantu metabolisme karbohidrat dengan cara menambah pengeluaran glukosa dalam hati. Sehingga gula darah akan tinggi. 3) kegemukan atau obesitas, karena model mempunyai IMT 25 yang menunjukan dia termasuk OB 1. Pertambahan volume lemak omentum akan mengganggu metabolisme gula. Lemak omentum menghisap insulin yang ada di sekitarnya sehingga aktivitas perubahan gula menjadi energi tidak dapat berlangsung dengan sempurna. Gula akan mengambang di dalam plasma sehingga terjadi resistansi insulin. Akhirnya, glukosa tidak dapat disalurkan ke dalam sel dan kadar gula darah meningkat. Singkatnya lemak omentum akan menghisap insulin sehingga pengubahan gula menjadi energi tidak sempurna.

Kesimpulan

Dari praktikum diatas didapatkan bahwa sebelum melakukan aktivitas kadar gula darah probandus adalah 108 mg/dl. Dan setelah melakukan aktivitas selama 30 menit kadar glukosa darah meningkat menjadi 141 mg/dl seharusnya aktivitas pada glukosa darah akan

menyebabkan penurunan kadar glukosa karena glukosa dibutuhkan dalam aktivitas otos dan pembentukan energi dalam tubuh. Kemungkinan beberapa penyebab yang dapat menimbulkan penyimpangan tersebut diantaranya yaitu hormon glukagon yang berlebihan, stress, atau bisa juga terjadi karena kegemukan atau obesitas karena dilihat dari data BMI nya probandus termasuk tingkat OB 1.

Reference

Guyton. 1990 . Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

(13)

LAPORAN PRAKTIKUM III SUHU TUBUH & PENGUAPAN

1. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak terhadap kehilangan panas.

2. Hasil Praktikum

A. Suhu Tubuh & Tata panas

Probandus : Reza Ahmad Fahrezi Usia : 18 tahun

Jenis kelamin: laki-laki Suhu Ruang: 30°C

1.Suhu pada Ketiak : 37,1°C 2.Suhu Mulut : 37°C

3.Pengaruh Penguapan : 5 menit pertama= 36.8°C, 5 menit kedua= 36.9°C 4..Pengaruh Luar terhadap Temperatur Mulut : 5 menit pertama= 36.2°C, 5 menit kedua 36,8 °C

B. Pengaruh Berbagai Penutup Terhadap Penguapan

Gelas I menghasilkan : 71°C ditutup menggunakan kain katun

(14)

Gelas II menghasilkan : 71°C ditutup menggunakn kain wol

¼ jam I (pukul 10.53) : 58°C ¼ jam v (pukul 11.53) :39.5°C ¼ jam II ( pukul 11.08): 51°C ¼ jam VI (pukul 12.08) : 37°C ¼ jam III (pukul 11.23 ): 45.5°C ¼ jam VII (pukul 12.23) : 35°C ¼ jam IV (pukul 11.38 ): 41.5°C ¼ jam VIII (pukul 12.38): 33°C Gelas III menghasilkan : 71°C ditutup menggunakan minyak

¼ jam I (pukul 10.53): 55°C ¼ jam v (pukul 11.53) : 35°C ¼ jam II (pukul 11.08): 47°C ¼ jam VI (pukul 12.08) :34°C ¼ jam III (pukul 11.23): 42.5°C ¼ jam VII (pukul 12.23): 33°C ¼ jam IV (pukul 11.38): 38.5°C ¼ jam VIII (pukul 12.38): 32°C

3. Analisa Hasil Praktikum

A. Suhu Tubuh dan Tata Panas

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pengukuran suhu di axilaris (ketiak) selama 10 menit dengan bagian atas tubuh terbuka dan mulut tertutup,suhu tubuh probandus adalah 37,1°C. Setelah itu dilanjutkan dengan percobaan kedua dengan pengukuran suhu di bagian bawah lidah selama 10 menit menghasilkan suhu tubuh sebesar 37°C.

Dari kedua percobaan tersebut diperoleh perbedaan suhu di axilaris dan di mulut, meskipun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan tetapi percobaan tersebut menunjukan bahwa suhu tubuh di bagian axilaris lebih besar daripada suhu tubuh dibagian mulut. Hal itu menunjukan bahwa kontak dengan udara mempengaruhi suhu tubuh. Axilaris yang mempunyai suhu tinggi disebabkan karena bagian axilaris jarang berhubungan dengan udara sehingga tubuh banyak memproduksi panas,untuk menyeimbangkan kejadian tersebut tubuh bagian axilaris banyak mengeluarkan keringat untuk menghilangkan atau menurunkan panas tubuh. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang selalu berkeringat di bagian axilaris. Sedangakan suhu tubuh

dibagian mulut lebih rendah karena mulut banyak berhubungan dengan udara sehingga ada perpindahan panas.

(15)

tubuh terbuka pada suhu kamar normal kehilangan panas kira-kira 60% dari kehilangan panas total (sekitar 15%) melalui radiasi. Kehilagan panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas infra merah, suatu jenis gelombang elektromagnetik. Kehilangan panas dengan cara radiasi dalam bentuk sinar panas infra merah, beradiasi dari tubuh ke sekelilingnya yang lebih dingin daripada tubuhnya sendiri. Kehilangan ini meningkat bila suhu sekelilingnya menurun. Hal tersebut sesuai dengan teori Kozier, 1991 bahwa perpindahan secara radiasi adalah perpindahan panas dari area permukaan benda yang satu dengan permukaan yang lain tanpa adanya kontak langsung antara dua buah benda. Pada praktikum kesatu ini perpindahan radiasi terjadi dari probandus ke dinding, gorden dan semua benda yang tidak tersentuh oleh probandus.

Pada percobaan kedua dengan pengukuran suhu di bagian bawah lidah selama 10 menit terjadi perpindahan secara konveksi, karena permukaan mulut berhubungan langsung dengan udara tanpa zat perantara. Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi sekitar tubuh karena kecenderungan udara yang dekat dengan kulit. Menurut teori Taylor 1997, ada dua macam konveksi yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah kehilangan panas akibat suhu udara sekitar lebih dingin dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan konveksi paksa terjadi dari pendingin ruangan AC dan kipas angin. Pada praktikum ini terjadi konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah karena suhu ruangan yaitu 30°C lebih kecil dibandinkan suhu tubuh yaitu 37°C, sedangkan konveksi paksa pada kasus ini terjadi karena pada saat percobaan AC di ruangan menyala.

Pada percobaan yang ketiga yaitu probandus berbaring sambil bernafas dengan tenang melalui mulut selama 2 menit, kemudian dipasang termometer di dalam mulutnya. Hasil

pengukuran suhu tubuh pada 5 menit pertama yaitu 36.8°C dan pada 5 menit kedua suhu tubuh berubah menjadi 36.9°C. Perbedaan suhu tersebut terjadi karena proses penguapan atau

(16)

dalam keadan tertutup sehingga tidak terjadi proses pernafasan, evaporasi, dan perpindahan suhu dengan udara luar.

Pada percobaan keempat probandus berkumur-kumur dengan air es selama satu menit setelah itu diukur suhu tubuhnya dengan menggunakan termometer oral. Hasil dari pengukuran suhu tubuh tersebut untuk 5 menit pertama yaitu 36.2°C dan pada 5 menit berikutnya suhu tubuh meningkat menjadi 36.8°C. Perubahan suhu yang terjadi pada kasus ini disebabkan karena perpindahan suhu secara konduksi. Konduksi adalah perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain yang disertai kontak langsung antara dua buah benda (Taylor,1997). Proses

perpindahan panas secara konduksi yaitu ketika panas pertama kali dibuang langsung dari mulut ke objek lain. Dalam kasus ini objek tersebut yaitu air es. Pemaparan air di mulut dapat

menyebabkan kehilangan panas lebih besar dari pada udara. Oleh sebab itu suhu pada saat setelah berkumur dengan air es lebih rendah karena air dapat menyebabkan kehilangan panas lebih besar. Pada 5 menit berikutnya suhu tubuh menjadi meningkat kembali karena adanya hubungan dengan suhu lingkungan. Sehingga terjadi lagi perpindahan secara konveksi,tetapi kecepatan kehilangan panas ke udara lebih kecil dibandingakan dengan kecepatan kehilangan udara karena pemaparan air meskipun suhunya sama.

Kesimpulan

Dari hasil praktikum suhu tubuh dan penguapan dapat disimpulkan bahwa di dalam tubuh kita terdapat mekanisme pengaturan suhu tubuh agar tetap seimbang. Mekanisme pengaturan suhu tubuh ini salah satunya yaitu mekanisme kehilangan panas. Mekanisme kehilangan panas tubuh ada empat yaitu konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi. Pada percobaan yang pertama dan kedua menunjukan bahwa suhu di axilaris lebih besar daripada di mulut karena ada

(17)

penguapan diperoleh hasil bahwa probandus memiliki suhu tubuh normal yaitu berkisar antara 36,5-37,5°C (Scheifele,1989 yang dikutip oleh Iskandar, 2002).

B. Pengaruh Berbagai Penutup terhadap Penguapan

Dari hasil praktikum pengaruh berbagai penutup terhadap penguapan dihasilkan penurunan suhu yang dipengaruhi berbagai penutup.

Pada gelas 1 diisi air mendidih dengan suhu awal 71°C yang kemudian ditutup

menggunakan kain katun ternyata penurunan suhunya cukup cepat hal ini di sebabkan karena kain katun tipis sehingga proses penguapan ke udara lebih cepat. Penguapan yang terjadi dapat mempengaruhi penurunan suhu. Semakin tipis penutupnya menyebabkan penguapan semakin cepat karena serat kain yang menutupi gelas tersebut terdapat banyak celah yang memungkinkan udara dari dalam menguap keluar oleh sebab itu penurunan suhu pada gelas 1 lebih cepat

dibandingkan dengan gelas 2. Data hasil praktikum dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

GELAS 1 YANG DITUTUPI KATUN

02 0

(18)

Pada gelas 2 juga sama diisi air panas dengan suhu awal 71°C ditutupi menggunakan kain wol penurunan suhunya sangat lambat dibandingkan dengan gelas pertama. Hal ini disebabkan karena kain wol mempunyai serat yang tebal sehingga dapat menghambat penguapan. Penguapan yang terhambat tersebut menyebabkan penurunan suhunya terjadi sangat lambat. Terbukti pada 2 jam terakhir suhu pada gelas 1 yaitu 32°C sedangkan pada gelas kedua suhu terakhirnya yaitu 33°C. Data hasil praktikum dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

GELAS II YANG DITUTUPI WOL

02 0

Gelas 2 (°C)

Pada gelas 3 yang berisi air panas dengan suhu awal 71°C ditutupi minyak terjadi anomali atau penyimpangan praktikum. Hal ini terjadi karena air panas yang ditutupi minyak penurunan suhunya cenderung cepat dibandingkan dengan gelas 1 dan 2 padahal berdasarkan teori Sloane (1994) lemak merupakan insulator panas untuk tubuh dan derajat insulasi yang bergantung pada jaringan adiposa. Jadi seharusnya lemak dapat menghambat proses penguapan sehingga penurunan suhunya lambat. Lemak merupakan senyawa organik yang larut dalam alkohol dan dalam larutan organik lainnya, tetapi tidak larut dalam air . fungsi dari lemak adalah:

1. Menghasilkan energi bagi tubuh

2. Memudahkan penyerapan vitami larut-lemak 3. Memasok asam lemak esensial

(19)

6. Melumasi jaringan tubuh

Dari data diatas fungsi lemak salah satunya yaitu membantu pengaturan suhu untuk menahan panas tubuh. Sebanyak 50% lemak terdistribusi di bawah lapisan kulit, hal inilah yang membuat tubuh tetap hangat meskipun kondisi di luar tubuh sedang dalam cuaca dingin, dengan demikian tubuh tidak kehilangan panas tubuh secara cepat sehingga terjadi retensi atau

penyimpanan panas. Retensi panas ini merupakan peran kulit dalam termoregulasi. Hal ini dicapai dengan mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan. Beberapa penyebab anomali praktikum ini diantaranya yaitu :

 Luas permukaan gelas III lebih besar dari gelas lainnya, karena semakin luas

permukaan suatu benda penguapannya semakin cepat.

 Tekanan didalam minyak kecil sehingga jarak antar molekul minyak renggang.

Akibatnya, molekul zat cair di permukaan dan udara dari luar dapat mengisi ruang kosong diantara molekul molekul minyak. Akhirnya penguapan pun dapat terjadi dengan cepat meskipun ditutupi minyak.

 Gelas III tidak memakai penutup lagi diatasnya sehingga dapat menyebabkan

(20)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

GELAS III YANG DITUTUPI MINYAK

02 0 Gelas III

Kesimpulan

Hasil praktikum menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan suhu yang

dipengaruhi berbagai penutup. Diantara ketiga gelas yang penurunan suhunya lebih lambat yaitu pada gelas II yang ditutup oleh kain wol. Hal ini disebabkan karena kain wol tebal sehingga menghambat proses penguapan. Pada gelas I yang ditutupi kain katun penguapannya lebih cepat karena kain katun lebih tipis dibandingkan wol sehingga penurunan suhunya lebih cepat.

Sedangkan pada gelas III terjadi penyimpangan praktikum. Seharusnya pada gelas yang ditutupi minyak penurunan suhunya lebih lambat dari keduanya karena minyak sulit larut dalam air dan salah satu fungsi lemak dalam tubuh yaitu mencegah penguapan, tetapi pada percobaan ini penurunan suhu pada gelas III hampir sama dengan gelas I yang ditutupi kain katun. Salah satu penyebab anomali praktikum ini salah satunya mungkin disebabkan karena luas permukaan pada gelas III lebih besar dari gelas lainnya, terjadi perenggangan molekul minyak, gelas III tidak memakai penutup lagi diatasnya sehingga udara bisa menembus minyak yang dapat

(21)

Reference

Sloane,Ethel. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

LAPORAN PRAKTIKUM IV

PENGARUH CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS TERHADAP JARINGAN TUBUH

1. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis yang berada dilingkungan sel.

2. Hasil pengamatan

Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45% menghasilkan :

 Cairan darahnya berwarna merah pekat dan lebih kental

 Di bawah tabung terdapat endapan berwarna hitam

 Di atas tabung terdapat buih yang cukup banyak.

(22)

 Cairan darah berwarna merah sedikit pekat dan agak kental

 Di bawah tabung terdapat sedikit endapan berwarna hitan

 Terdapat sedikit buih

Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan :

 Cairan darah berwarna segar dan encer

 Di bawah tabung terdpat lebih sedikit endapan berwarna hitam

 Diatanya terdapat buih yang cukup banyak.

3. Analisa percobaan

Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi nutrien, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk memenuhi fungsi normal sel. Kelangsungan hidup sel memerlukan lingkungan internal yang konstan ( homeostatis ). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi, dan keseimbangan asam-basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalitas, seperti penyakit atau trauma.

Dari percobaan yang dilakukan campuran darah dan NaCl mengalami perubahan dan perbedaan dari segi warna dan karakteristik.

a. Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45%

(23)

dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Disini berarti larutan garam berpindah ke sel darah merah, sifat dari sel darah merah ini pekat sehingga dalam tabung yang berisi cairan NaCl 0.45% ini lebih kental.

b. Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9%

Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9% menghasilkan larutan isotonis. Larutan disebut isotonis jika memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikelnya

(Sloane,2003). Pada larutan campuran darah dan NaCl ini menghasilkan cairan darah sedikit pekat dan agak kental. Ini karena volume darahnya konstan artinya air yang masuk dan keluar dari dinding sel akan seimbang. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Larutan isotonis mempunyai komposisi dan tekanan osmotik yang sama dengan cairan tubuh.

c. Campuran darah dengan cairan NaCl 3%

Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan larutan hipertonis, larutan darah berubah menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga berubah menjadi lebih muda. Pada larutan hipertonis, sel darah akan mengkerut atau krenasi (Sloane,2003). Kerutan yang terjadi pada darah dikarenakan NaCl dengan konsentrasi 3% tergolong pekat sehingga menyebabkan air yang ada di dalam sel darah merah akan banyak keluar dan akibatnya sel darah merah akan

mengkerut. Sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel darah merah mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air. Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan

berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

4. Kesimpulan

(24)

percobaan yang terakhir yaitu campuran darah dengan larutan NaCl 3% menghasilkan larutan yang hipertonis ditandai dengan larutan darah yang lebih cair dan warnanya yang lebih muda. Sel darah pada larutan hipertonis akan mengkerut atau krenasi karena air di dalam sel drah merah banyak yang keluar. Jadi sel-sel darah aka membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.

Sel darah merah yang digunakan dalam praktikum ini menunjukan hasil yang berbeda ketika dicampurkan dengan NaCl, konsentrasinya yang berpengaruh terhadap perubahan

kepekatan serta warna pada darah. Hal ini berarti menjelaskan bahwa konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap perubahan kepekatan serta warna pada darah. Hal ini berarti menjelaskan bahwa konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap osmosis.

Sumber

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

LAPORAN PRAKTIKUM V

PERHITUNGAN ANGKA KECUKUPAN GIZI

1. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung angka kecukupan gizi dan merancang diet hariannya.

2. Hasil Praktikum

Probandus : Arien Dwi Puteri

 Berat badan : 51 kg

 Tinggi badan : 165 cm= 1.65 m

 Skinfold caliper : 159.5 mm

a. Lengan atas (biseps) = 23 mm

(25)

c. Punggung = 21 mm

d. Betis = 49 mm

e. Paha = 29 mm

f. Perut bawah =19 mm

3. Analisa Hasil Praktikum

Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan kecukupan rata-rata gizi sehari bagi hampir semua orang sehat (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik dan keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kebutuhan gizi

(requirement), menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu sehingga ada yang rendah dan tinggi yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

Kegunaan penggunaan AKG yaitu :

1) untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan .

2) untuk perencanaan dalam pemberian makanan tambahan maupun perencanaan makanan . 3) untuk perencanaan penyediaan pangan.

4) Acuan pendidikan gizi; dan

5) Acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi.

1. IMT (Index Massa Tubuh )

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index ( BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Karena itu mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

Perhitunganindex MassaTubuh yaitu= BB (TB)2

Dari data percobaan pada naracoba didapatkan IMT sebesar :

BB

(TB)2=

51

(1.65)2=

51

(26)

IMT diinterpretasikan sebagai berikut (Lippincott Williams & Wilkins) :

 Orang yang underweight memiliki IMT kurang dari 18,5

 Orang yang berat badannya normal terhadap tingginya memiliki IMT 18,5 sampai

24,9

 Orang yang overweight memiliki IMT 25,0 sampai 29,9

 Orang yang termasuk dalam obesitas kelas 1 memiliki IMT 30,0 sampai 34,9;

obesitas kelas 2 memiliki IMT 35,0 sampai 39,9 ; dan obesitas abnormal memiliki IMT 40 atau lebih besar.

Dari data tersebut diperoleh bahwa naracoba memiliki berat badan normal, karena memiliki rentang antara 18,5 sampai 24,9.

2. Presentasi Lemak dengan Skinfold Caliper

Pengukuran skinfold sangat berhubungan dengan jumlah cairan penentu kepadatan tubuh. Pengukuran skinfold meliputi ketebalan ganda dari substansi lemak dengan caliper yang dirancang khusus.

Eston et al.(1995: 52-6), Housh et al.(1996: 1331-5), dan Brandon (1998:1155-61) telah melakukan uji validasi terhadap teknik skinfold dan menyimpulkan bahwa teknik skinfold mempunyai validitas yang cukup baik dalam memprediksi persentase lemak badan. Fungsi skinfold califer adalah untuk mengetahui presentasi lemak berdasarkan ketebalan kulit. Cara menghitung skinfold caliper yaitu :

¿Σ skinfold caliper 6

¿23+18,5+21+49+29+19

6 =26.58mm

Dari data di atas menunjukan bahwa probandus memiliki ketebalan kulit sekitar 26.58 mm

a. Kebutuhan Kalori

(27)

Tingkat metabolisme basal atau BMR dihitung dalam keadaan istirahat dan dalam ruang bersuhu normal. Energi yang dibutuhkan untuk setiap meter persegi permukaan tubuh. Faktor yang mempengaruhi tingkat metabolisme basal yaitu:

1. Jenis kelamin, laki-laki memiliki tingkat metabolisme basal lebih besar daripada wanita

2. Umur , seseorang dengan umur lebih muda akan memiliki tingkat metabolisme lebih besar daripada orang tua walaupun berat badan, tinggi badan, dan jenis kelaminnya sama.

3. Luas permukaan, seseorang yang memiliki luas permukaan lebih besar memiliki metabolisme basal lebih tinggi.

Rumus metabolisme basal yaitu :

Laki – laki = 66+{13,7(BB)}+{(5x TB)−(6.8x umur)}

Perempuan = 65,5 + {(9,6 x BB)} + {1,8 x TB – (4,7 x umur)}

Dari rumus diatas kita dapat menghitung kebutuhan kalori naracoba yaitu sebagai berikut :

Perempuan = 65,5 + {(9,6 x BB)} + {1,8 x TB – (4,7 x umur)}

= 65,5 + {(9,6 x 51)} + {1,8 x 165 – (4,7 x 18)} = 65,5 +{489,6} + { 297 – 84,6 }

= 555.1 + 212.4 = 767,5 kkal

b. Tentukan berat/ringan jenis aktivitas yang dilakukan probandus. Klien dengan aktivitas ringan harus dikurangi 10-20% dari jumlah kalori basal, sebaliknya klien dengan aktivitas berat harus menambahkan 10-20% dari jumlah kalori basal. Karena probandus termasuk pekerja sedang maka

Aktifitas fisik = 20% x BMR

= 20% x 767,5 = 153,5 kkal

(28)

SDA = 10% x (BMR)

= 10% x (767,5) = 76.75 kkal

o Total Energi/ kebutuhan kalori = BMR + Energi Aktifitas + SDA

= 767,5 + 153,5 + 76,75 = 997,75 kkal

Jadi kebutuhan kalori perhari naracoba yaitu 997,75 kkal.

Dari total kalori tersebut kita dapat memperoleh presentasi protein,lemak,dan karbohidrat yang dibutuhkan tubuh dalam sehari.

1. Protein 10%

2. Karbohidrat 60-70 %

3. Lemak 15%

4. Lain-lain 10 %

b. Kebutuhan protein

Protein merupakan kelompok dari makromolekul organik kompleks yang diantaranya terkandung hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon, fosfor dan sulfur serta terdiri dari satu atau beberapa rantai dari asam amino. Fungsi protein yaitu :

1. Sebagai sumber energi

2. Mengatur metabolisme tubuh

3. Menjaga keseimbangan antara asam basa dan keseimbangan cairan tubuh

4. Protein membantu proses pertumbuhan pada anak-anak dan remaja karena sel-sel tubuh mendapat cukup asupan zar pembangun.

Kebutuhan protein naracoba yaitu : 10% x 997,75 = 99,775 kkal

Jadi kebutuhan protein naracoba dalam sehari yaitu 99,775 kkal dalam sehari

(29)

Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen yang disimpan dalam otot dan hati, serta dapat diubah dengan cepat ketika tubuh memerlukan energi. Karbohidrat dibuat melalui fotosintesis- proses penggunaan energi matahari yang memungkinkan tanaman berklorofil untuk mengambil karbondioksida melalui akarnya dan melepaskan oksigen ke dalam udara. Karbon dan air yang tersisa dalam tanaman membentuk karbohidrat. Fungsi karbohidrat antara lain :

 Menghemat protein selama produksi energi.

 Membantu pembakaran lemak agar lebih efisien dan lebih sempurna.

 Menjadi sumber energi cepat (glukosa)

 Membantu fungsi normal usus (serat)

 Sebagai laksatif dan membantu absorpsi kalsium (laktosa).

Kebutuhan karbohidrat tubuh rata-rata adalah 65%. Sehingga dapat diperoleh hasil kebutuhan karbohidrat perhari yaitu 65% x 997,75 = 648,5 kkal. Jadi kebutuhan karbohidrat naracoba dalam sehari yaitu 648,5 kkal.

d. Kebutuhan lemak

Lemak adalah senyawa oerganik yang larut dalam alkohol dan dalam organik lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Lemak (lipid) terdiri dari trigliserida, fosfolipid, dan sterol yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia.

Fungsi lemak di dalam tubuh yaitu :

 Menghasilkan energi bagi tubuh

 Memudahkan penyerapan vitamin larut-lemak

 Memasok asam lemak esensial

 Menyokong dan melindungi organ dalam

(30)

 Melumasi jaringan tubuh.

Kebutuhan lemak dalam tubuh rata-rata 15% dari total kalori, sehingga kita dapat menghitung kebutuhan lemak perhari pada naracoba yaitu : 15% x 997,75 = 149,6.

Jadi kebutuhan lemak naracoba dalam sehari yaitu 149,6 kkal.

e. Lain-lain

Kebutuhan lain-lain disini yaitu vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral ini dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit.

10% x 997,75 = 99,775

Jadi, tubuh naracoba memerlukan 99,75 kkal dalam sehari.

3. Perhitungan BBI (Berat Badan Ideal)

Berat badan ideal diyakini sebagai berat badan maksimal untukorang dikatakan sehat, Cara menetapkan berat badan ideal yang sederhana dengan menggunakan rumus Brocca, yaitu :

BBI = (TB – 100) – 10% (Tinggi Badan – 100)

= (165 -100) – 10% (165 -100) = (65) – 6.5 = 58,5 kg

Untuk mencapai berat badan ideal maka : BB –BBI = 58,5- 51 =7,5

Jadi agar probandus mendapat berat badan ideal maka probandus harus menambah berat badan 7,5 kg.

Untuk menambah berat badan maka kita juga harus mengetahui kebutuhan kalori, karbohidrat, protein dan lemak perhari.

Kebutuhan kalori untuk mencapai berat badan ideal bisa dihitung menggunakan rumus :

 BMR Perempuan = 65,5 + {(9,6 x BB)} + {1,8 x TB – (4,7 x umur)}

= 65,5 + {(9,6 x 58,5)} + {1,8 x 165 – (4,7 x 18)} = 65,5 + 561,6 + {297 – 84,6}

= 839,5 kkal

 Aktifitas fisik = 20% x BMR

= 20% x 839,5 = 167,9 kkal

 SDA = 10% x (BMR)

(31)

Total Kebutuhan kalori = BMR + Energi Aktifitas + SDA

= 839,5 + 167,9 + 83,95

= 1091,35 kkal

Jadi, dari penghitungan total kebutuhan kalori perhari untuk mendapatkan berat badan ideal adalah 1091,35 kkal.

Kebutuhan protein : 10% x total kalori = 10% x 1091,35 = 109 kkal

Jadi, kebutuhan protein perhari naracoba untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu 109 kkal.

Kebutuhan karbohidrat : 65% x total kalori = 65% x 1091,35 = 709 kkal

Jadi, kebutuhan karbohidrat perhari naracoba untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu 709 kkal.

Kebutuhan lemak : 15% x total kalori = 15% x 1091,35 =163,7 kkal.

Jadi, kebutuhan lemak perhari naracoba untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu 163,7 kkal.

Kebutuhan lain-lain : 10% x lain-lain = 10% x 1091,35 = 109 kkal

Jadi, kebutuhan lain-lain seperti vitamin dan mineral perhari naracoba untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu 109 kkal.

4. Rancangan Diet Harian

Untuk mempertahankan berat badan, kita harus berada dalam keseimbangan kalori, kita berada dalam keseimbangan kalori apabila kilokalori dalam diet yang kita makan setara dengan pengeluaran energi harian. Secara ideal, kita harus berusaha mempertahankan berat yang sesuai untuk hidup sehat.

Dari data di atas dapat di ketahui bahwa untuk mendapatkan berat badan ideal naracoba harus menambah berat badan 7,5 kg. jadi rancangan diet disini yaitu untuk membentuk berat badan ideal. Dari data yang dihasilkan kita dapat membuat rancangan diet harian untuk membentuk berat badan ideal yaitu

Kebutuhan total kalori perhari yaitu 1091,35 kkal 1. Kebutuhan protein 190 kkal

2. Kebutuhan karbohidrat 709 kkal

3. Kebutuhan lemak 163,7 kkal

(32)

Rancangan diet nya yaitu :

Waktu Jenis makanan Berat (gr) Kalori

Pagi Nasi putih Siang Ikan mas pepes

Nasi putih Malam Bubur kacang ijo

Susu skim

100 gr 15

102 cal 54 cal

Data di atas merupakan sebagian contoh menu makan untuk memenuhi kebutuhan gizi naracoba agar memperoleh berat badan ideal.

Kesimpulan

Nilai angka kecukupan gizi pada setiap orang berbeda-beda. Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan kecukupan rata-rata gizi sehari bagi hampir semua orang sehat (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik dan keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk menghitung angka kecukupan gizi ini dapat dilihat dari kebutuhan kalori,karbohidrat, lemak dan protein yang ada pada tubuh kita.

Untuk dapat menghitung angka kecukupan gizi yaitu dengan cara menghitung indeks massa tubuh, berat badan ideal dan BMI ( boddy massa indeks ). Dari hasil semua perhitungan angka kecukupan gizi menyimpulkan bahwa naracoba memiliki berat badan normal tetapi tidak ideal, sehingga untuk membentuk berat badan ideal maka dibutuhkan 7,5 kg lagi. Pembentukan berat badan ideal ini dapat terwujud jika ada asupan makanan seimbang dan asupan gizi yang sesuai dengan angka kecukupan gizi selain itu aktivitas seperti berolahraga dapat mempengaruhi terbentuknya berat badan ideal.

Reference :

Dwijayanthi, Linda. 2011. Ilmu Gizi menjadi Sangat Mudah. Jakarta: EGC.

http://gizi.depkes.go.id/permenkes-tentang-angka-kecukupan-gizi (diakses pada tanggal 15 Desember 2014).

(33)
(34)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Percobaan penentuan kadar glukosa darah menggunakan sampel darah sapi yang memiliki kadar gula darah 3,04 mg/dL.. Kadar gula darah dalam sapi tersebut sangat rendah

Mampu melakukan pemeriksaan darah rutin (pemeriksaan kadar Mampu melakukan pemeriksaan darah rutin (pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, laju endap darah,

gula darah setelah perlakuan pemberian ekstrak etanol Morinda citrifolia L adalah.. 408,81 mg/dl lebih rendah daripada rata-rata kadar gula darah

Kadar gula darah pada tikus DM yang diberi ekstrak etanol Morinda citrifolia L.. dosis 10;20;40;80 mg/dl terbukti bermakna, yaitu 408,81 mg/dl

Dimana hasil pemeriksaan lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nilai normal yaitu < 180 mg/dL, maka dapat diperkirakan pasien ini sedang mengalami kenaikan kadar gula

Yang dimaksud kelompok non diabetes mellitus adalah apabila pada pemeriksaan gula darah acak < 200 mg/dl dan tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus sedangkan

Intervensi ini dilakukan mulai hari pertama sampai dengan hari ketiga maka didapatkan hasil pengukuran kadar gula darah pada pasien mengalami penurunan dari skala 218 mg/dL menjadi

Intervensi ini dilakukan mulai hari pertama sampai dengan hari ketiga maka didapatkan hasil pengukuran kadar gula darah pada pasien mengalami penurunan dari skala 210 mg/dL menjadi