• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1

Laporan praktikum biokimia klinik

Pemeriksaan glukosa darah

Disusun Oleh : Erine Febrian (1101027) Kelompok IV A GANJIL

Dosen Pembimbing : Dra. syilfia hasti, M , Farm Apt Asisten : Erma Yuni Putri

Rka Nur Frahesti

SEKOLAH TINGGIL ILMU FARMASI RIAU PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

PEKANBARU 2014

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya orang Indonesia tidak dapat meninggalkan kebiasaan makan nasi yang merupakan makanan pokok. Bahkan, ada yang merasa belum makan kalau belum makan nasi. Makanan yang mengandung atau terbuat dari tepung seperti nasi, ketan, mi, bihun, singkong, ubi, kentang, roti, serta berbagai kue juga merupakan sumber gula (glukosa). Karena itu, penderita diabetes harus waspada ketika mengkonsumsi makanan tersebut.

Kadar gula darah yang berlebihan disebabkan oleh tidak sempurnanya proses metabolisme zat makanan dalam sel tubuh. Zat gizi dan sari makanan diserap di usus halus dan dibawa darah ke dalam sel. Di dalam sel, sari-sari makanan tersebut diubah menjadi energi atau pun zat lain yang diperlukan tubuh.

Jika proses pengangkutan zat gula darah (glukosa) kedalam sel terganggu, maka glukosa tidak dapat terserap kedalam sel dan tertinggal di dalam darah. Inilah yang menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi. Penyerapan glukosa ke dalam sel dibantu oleh sejenis hormon yang disebut insulin.

Untuk memelihara kadar gula darah yang normal dalam tubuh di makanan yang dikonsumsi dengan membatasi konsumsi makanan yang manis-manis dan asupan karbohidrat.

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol, sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan

(3)

3 yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup yang cenderung mengacu pada gaya hidup tidak sehat. Konsumsi makanan siap saji (junk food) dan makanan instan semakin meningkat di kalangan masyarakat Indonesia terutama pada daerah-daerah yang mengalami akulturasi. Selain itu, karena terjadinya peningkatan kesibukan kerja menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengurangi aktivitas fisik seperti olah raga.

Perubahan pola hidup ini tidak hanya dapat kita jumpai pada masyarakat perkotaan saja tetapi sudah mulai merambah ke daerah pinggiran kota yang merupakan masyarakat semi-urban. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka dan memicu terjadinya berbagai penyakit kronis seperti DM. Selama ini diagnosis DM hanya diperoleh dari masyarakat/ pasien yang datang ke pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit. Upaya deteksi dini terhadap penyakit ini seperti skrining kadar gula darah belum pernah dilakukan. Perlunya deteksi dini dilakukan adalah untuk pengendalian dan mencegah terjadinya komplikasi.

Menyadari hal ini, deteksi dini terhadap penyakit-penyakit kronis seperti DM sangat perlu dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai faktor risiko baik karena pola hidup tidak sehat dan faktor keturunan. Deteksi dini terhadap DM dapat dilakukan melalui skrining dengan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. Selain itu, keberhasilan dalam pencegahan timbulnya DM dan pengendalian kadar gula darah pada penderita DM tergantung pada prilaku masyarakat. Perubahan prilaku menuju pola hidup sehat dalam rangka pencegahan dan pengendalian DM yang benar akan dapat diwujudkan apabila masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang DM. Oleh karena itu, selain melalui skrining untuk deteksi dini, juga dapat dilakukan penyuluhan DM sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang DM.

(4)

4

 Tujuan praktikum kali ini, adalah untuk menetapkan diagnosa, mengetahui adanya glukosa didalam darah, mengetahui penyebab penyakit DM serta mengetahui akibat dan gejala yang ditimbulkan apabila kadar gula darah tinggi atau rendah.

 Untuk mengetahui kadar hemoglobin didalam darah dengan menggunakan metode sahli

(5)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan ( Murray R. K. et al., 2003).

2.1.1 Metabolisme Glukosa

Glukosa, fruktosa dan galaktosa masuk melalui dinding usus halus kedalam aliran darah. Fruktosa dan galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa. Glukosa merupakan hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan sebagai karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan, akan menjadi lebih tinggi setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak ada makanan yang masuk selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat dengan bebas keluar dan masuk ke dalam sel dimana glukosa dapat digunakan semata mata sebagai sumber energi. Glukosa disimpan sebagai glikogen di dalam sel hati oleh insulin (suatu hormon yang disekresi oleh pankreas). Glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa oleh aksi dari glukogen (hormon lain yang disekresi oleh pankreas) dan adrenalin yaitu suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenalin. ( Jan Tambayong, 2001).

2.1.2 Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding

(6)

6 sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. (Nabyl, 2009).

2.1.3 Hipoglikemia

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009).

2.1.4 Cara Mengukur Tingkat Gula Darah

Ada tiga cara untuk mengukur tingkat gula darah: o Tes gula darah sewaktu

Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa memperhatikan waktu makan.

o Tes gula darah puasa

Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat perut kosong, setelah kita tidak makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya delapan jam.

o Tes toleransi glukosa

Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa. Kemudian kita diberikan minuman yang manis yang mengandung gula dengan ukuran tertentu. Tingkat gula darah lalu diukur dengan memakai beberapa contoh darah yang diambil pada jangka waktu yang tertentu.

(7)

7 Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara kimiawi maupun secara enzimatik. Secara umum metode penentuan glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara yaitu:

a. Metode kimia

1.) Metode oksidasi-reduksi

Metode ini, protein serum dan senyawa-senyawa pereduksi non glukosa diendapkan misalnya dengan penambahan larutan seng klorida dan barium hidroksida. Selanjutnya glukosa dioksidasi dalam suasana basa dan dengan pemanasan menggunakan suatu oksida, misalnya tembaga (II) hidroksida menghasilkan tembaga (I) oksida yang sebanding dengan konsentrasi glukosa. Tembaga (I) oksida yang dihasilkan akan mereduksi larutan asam dari arseno molibdat menjadi arseno molibdat biru, suatu senyawa berwarna dengan intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksi penentuan dengan memakai tembaga (II) oksida adalah :

Glukosa + Cu2+ campuran asam-asam gula + Cu2O

Cu2O + asam molibdat + 4H+ 2Cu2+ + arseno molibdat biru

2.) Metode kondensasi

Pada metode kondensasi, glukosa dikondensasikan dengan orto-toluidin dengan pemanasan dalam asam asetat glasial membentuk glukosilamin dan kemudian membentuk basa schiff yang mempunyai warna hijau. Basa schiff yang berwarna hijau tersebut serapannya sebanding dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksinya adalah sebagai berikut :

D-glukosa + orto-toluidin glukosilamin basa Schiff (-H2O warna hijau )

b. Metode enzimatis

(8)

8 Pada metode glukosa oksidase, glukosa dengan adanya oksigen akan dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase membentuk asam glukoronat dan hidrogen peroksida. Selanjutnya hidrogen peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi kromogen yang dikatalisis oleh enzim peroksidase sehingga membentuk kromogen teroksidasi yang berwarna. Jumlah produk berwarna yang terbentuk sesuai dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksinya sebagai berikut :

Glukosa + O2 + H2O →asam glukoronat + H2O2

H2O2 + kromogen → kromogen yang teroksidasi + H2O

Kromogen yang sering digunakan adalah orto-toluidin yang memberikan warna biru. 2.) Metode heksokinase

Pada metode heksokinase, glukosa dengan adanya ATP difoforilasi oleh enzim heksokinase menghasilkan glukosa-6-fosfat dan ADP. Selanjutnya glukosa-6-fosfat dengan NADP oleh enzim glukosa-fosfat dehidrogenase diubah menjadi 6-fosfoglukonat dan NADPH. NADPH yang terbentuk dapat diukur serapannya dan sebanding dengan kadar glukosa darah.

Glukosa + ATP → glukosa-6-fosfat + ADP

Glukosa-6-fosfat + NADP → 6-fosfoglukonat + NADPH

2.1.6 Tanda dan Gejala Diabetes mellitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang penderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula darah mencapai nilai 160-180 mg/dl dan air seni penderita kencing manis yang mengandung gula, sehingga urin sering dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita yaitu:

a. Jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) b. Sering atau cepat merasa haus (Polydipsia)

(9)

9 c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

d. Frekuensi urin meningkat (Glycosuria)

e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

f. Kesemutan atau mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki g. Cepat lelah dan lemah disetiap waktu

h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

i. Apabila luka atau tergores (korengan) lambat penyembuhannya j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama padaseorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

Penyebab Diabetes mellitus

Penyebab DM dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu: a. Ketidakseimbangan suhu

b. Ketidakseimbangan angin (misal faktor genetik, trauma, infeksi, tumor, kurang olah raga, stress psikis)

c. Toksoid (misal pola hidup dan pola makan yang salah). Toksoid, menjadi penyebab mayoritas DM di dunia. Ketiganya menyebabkan penurunan fungsi pankreas yang berakibat rendahnya kualitas dan kuantitas insulin yang dihasilkan.

2.1.7 Klasifikasi Diabets mellitus

DM diklasifikasikan menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. DM primer adalah penyebabnya tidak diketahui pasti, ada dua jenis:

1. DM tipe 1/ autoimun DM (ada dua jenis : DM tergantung insulin dan DM tak tergantung insulin)

(10)

10 2. DM tipe 2/ non autoimun DM (ada tiga jenis: yang tergantung insulin, yang tak tergantung insulin dan yang menyerang anak muda/MODY)

DM sekunder adalah DM yang disebabkan oleh berbagai gangguan seperti penyakit pankreas, abnormalitas hormon, obat-obatan.

abnormalitas reseptor insulin, genetis. Secara sederhana DM cukup dibagi 2 yang tergantung insulin serta yang tidak tergantung insulin dan 90% diabetes adalah tipe yang tidak tegantung insulin. Mulai terdeteksi rata-rata diatas umur 40 tahun, terutama pada orang-orang yang kelebihan berat badan dan memiliki pola makan yang salah

Komplikasi Diabetes mellitus

a) Nefropati Diabetik yakni penurunan fungsi ginjal dengan tanda awal ditemukannya protein di urin, bisa mencapai 200 mg/menit (normal 15 mg/menit).tekanan darah naik secara bertahap. Muncul gejala gagal ginjal kronis seperti mual, muntah, nafsu makan turun, gangguan konsentrasi hingga gangguan kesadaran hingga koma , anemia, kejang dan perdarahan selaput lendir mulut.

b) Neuropati Diabetik, kondisi rusaknya saraf dengan gejala kesemutan di kaki dan tangan, berkurangnya sensasi terhadap getaran dan nyeri hingga tidak sadar kalau kakinya tertusuk paku atau terluka, rasa panas seperti terbakar diujung tubuh misal di kantong zakar, rasa nyeri seperti disayat di ujung jari kaki, sulit membedakan temperatur panas dan dingin, otot lengan atas dan tungkai atas lemah, mata jereng, disfungsi ereksi sementara atau menetap. c) Retinopati Diabetik. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan mata

menjadi sembab. Penglihatan berangsur berkurang. Lensa mata menjadi keruh atau katarak, pandangan berkabut, retina mata rusak.

d) Hipoglikemi. Kondisi sangatrendahnya kadar gula dalam darah di bawah 50 mg/dl dengan gejala keringat dingin di wajah, gemetar, lemas, lapar, mual, tekanan darah turun, gelisah, jantung berdebar, sakit kepala, kesemutan di jari tangan dan bibir yang bila tak segera diatasi bisa menyebabkan kejang dan

(11)

11 koma. Penyebab hipoglikemi adalah pemakaian obat diabet dengan dosis tinggi, puasa terlalu lama, setelah minum obat tidak atau terlambat makan, penggunaan obat diabet jangka lama pada manula tua sedang sakit berat, gangguan fungsi ginjal, hepatitis berat, kadar insulin tinggi pada tumor. Mengatasinya mudah, cukup minum manis, minum madu atau 2 sendok makan glukosa murni.

e) Kelainan kulit. Indra perasa menjadi tumpul, tidak bisa merasakan merasakan sesuatu, pasokan darah dan oksigen menurun sehingga luka mudah meluas dan sulit sembuh. Muncul bentol kecil dimata kaki, kaki, lengan atas, timbul gelembung di punggung atau telapak kaki. Muncul jaringan granulasi merah di dada dan lengan atas.

2.1.8 Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Tes toleransi glukosa oral dilakukan pada kasus hiperglikemia yang tidak jelas, glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126 mg/dl atau bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada penderita yang gemuk dengan riwayat keluarga DM, pada penderita penyakit vaskular, atau neurologik atau infeksi yang tidak jelas sebabnya. TTGO juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan. Banyak diantara ibu-ibu yang sebelum hamil menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil. Penting untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme glukosa pada waktu hamil.

2.2 Pengertian Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi (Wikipedia, 2007).

(12)

12 Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.

Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini.

Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).

Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin (Shinta, 2005).

2.2.1 Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan

(13)

13 batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0

Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0

Pria dewasa 13,0

Ibu hamil 11,0

Wanita dewasa 12,0

Sumber : WHO dalam arisman 2002

Batas Normal Kadar Hb Setiap Kelompok Umur

kelompok Umur Hb (gr/ 100ml)

Anak 6 bulan sampai 6 tahun 11

6 – 14 tahun 12

Dewasa Laki-laki 13

Wanita 12

Wanita hamil 11

Sumer : Depkes RI. 1999 (Zarianis,2006) 2.2.2 Guna Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

2.2.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

(14)

14 1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).

(15)

15 BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan

 Alat -tes tube -blood lancet -kapas alcohol 70 % -penangas air -tabung reaksi

-alat glukotest (nesco) -haemometer  Bahan -zink sulfat 0,45 % -NaOH 0,1 N -k3Fe (CN)6 0,005 N -KI -asetil acid -amilum -Na2S2O3 0,005 N -tricloroacetat -serum sampel

-serum standar glukosa -darah kapiler

(16)

16 3.2 Cara kerja

 Pembuatan Larutan Standar Glukosa

1. Timbang 50 mg glukosa dan masukkan kedalam labu ukur 50 ml 2. Adkan dengan aquadest sampai tanda batas

 Pemeriksaan gula darah (Metode orthotoluidin)

Zat Sampel Standar Blanko

Larutan tricloroasetat 1,0 ml 1,0 ml -

Serum sampel 0,1 ml - -

Standar glukosa - 0,1 ml -

Campurlah baik-baik dan sentrifuge 10 menit /500 rpm filtratnya pipetkan kedalam tabung sebagai berikut :

Zat Sampel Standar Blanko

Filtrat serum sampel 0,5 ml - -

Filtrat standar glukosa - 0,5 ml -

Larutan tricloroasetat - - 0,5 ml

Pereaksi warna ortotoluidin

3,0 ml 3,0 ml 3,0 ml

Campurkan baik – baik dan panaskan dalam air mendidih, kemudian segera dinginkan , setelah dingin baca absorban dari sampel dan standar terhadap blanko. absorbance maxsimun 630 nm dan filter 578 nm.

(17)

17 1. Jari tangan yang akan ditusuk ( jari 2,3,4) dipilih salah satu dan bersihkan

dengan alkohol 70 %, biarkan kering

2. Tusuk ujung jari dengan blood lancet, darah yang keluar pertama dihapus dengan tissue dan darah selanjutnya dipakai untuk pemeriksaan dengan memasukkan darah pada strip glukotes nesco, biarkan beberapa menit dan alat akan terbaca secara otomatis.

 Pemeriksaan Hemoglobin (Metode Sahli)

1. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N kedalam tabung pengencer hemometer 2. Isaplah darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 µl 3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet

4. Masukkan darah kedalam tabung pengencer homogenkan dengan cara mengangkat pipet itu sedikit, lalu isap HCL yang jernih kedalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tertinggal didalam pipet

5. Tambahkan setetes demi tetes aquadest , tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia. dan warna yang terbentuk disamakan dengan standar warna yang ada

(18)

18 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

KEL Hb Ast As Cs Glukotest

1 12,3 g/dl 0,195 1,215 623,07 122 mg/dl 14 g/dl 118 mg/dl 2 9,2 g/dl 0,268 1,017 379,48 87 mg/dl 10,2 g/dl 90 mg/dl 3 9 g/dl 0,228 0,997 437,28 137 mg/dl 8,2 g/dl 74 mg/dl 4 9,8 g/dl 0,198 1,039 524,74 92 mg/dl 10,4 g/dl 118 mg/dl 5 12,6 g/dl 0,105 0,,785 747,61 112 mg/dl 9,6 g/dl 155 mg/dl

Kadar gula darah metode enzimatis dengan glukotest : kelompok IV:

Riyan Sulaiman ( 92 g/dl) Andi Halim ( 118 g/dl) Maulida Rahmi ( 118 g/dl) Aldillah Nasriana Putri (92 g/dl) Deswita Anggraini (91 g/dl) Erine Febrian (91 g/dl)

4.2 Perhitungan Cs = As/ Ast x (st) mg %

(19)

19 St = 50 ml/50 ml 100 ml/100ml 100 mg% Kelompok I = Cs = As/ Ast x (st) mg % Cs = 1,215/ 0,195 x 100 mg % = 623,07 mg % Kelompok II = Cs = As/ Ast x (st) mg % Cs = 1,017 / 0,268 x 100 mg % = 379,47 mg % Kelompok III = Cs = As/ Ast x (st) mg % Cs = 0,997/ 0,228 x 100 mg % = 524 ,74 mg % Kelompok IV = Cs = As/ Ast x (st) mg % Cs = 1,039 / 0,198 x 100 mg % = 524,74 mg % Kelompok V = Cs = As/ Ast x (st) mg % Cs = 0,785 / 0,105 x 100 mg % = 747,61 mg % 4.3 Pembahasan

Gula darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan monosakarida yang paling dominan dan digunakan sebagai bahan bakar. Kadar gula darah bergantung pada waktu pengukuran (sebelum atau sesudah makan), jenis makanan dan metode yang digunakan dalam pemeriksaanya.

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol, sistem

(20)

20 reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup yang cenderung mengacu pada gaya hidup tidak sehat.

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi percepatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada hati.

Pada praktikum dilakukan pemeriksaan glukosa darah dengan menggunakan sampel darah kapiler dan serum sampel darah yang telah ditambahkan dengan reagen kit glukosa. Kadar glukosa serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir) sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin.

Pada praktikum ini , kami menggunakan gula darah sewaktu sebagai pemeriksaan glukosa. Glukosa darah sewaktu adalah gula darah yang diambil pada waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode non enzimatis dan metode enzimatis. Metode non enzimatis salah satunya adalah dengan metode ortotoluidin dan metode enzimatis dengan menggunakan glukotest (nesco).

Pada pemeriksaan glukosa darah non enzimatis ( metode ortotoluidin) pada kelompok 4 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 524, 74 mg %. Sedangkan metode

(21)

21 enzimatis didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler yaitu 92 mg/dl dan 118 mg/dl. Berdasarkan pada literature, metode non enzimatis kurang efektif untuk menentukan kadar gula darah dikarenakan selain glukosa, zat-zat lain selain glukosa ikut terbaca seperti fruktosa, laktosa, galaktosa dan vitamin C. Sedangkan metode enzimatis spesifik untuk glukosa dan lebih teliti . Pada praktikum ini, metode enzimatis didapatkan kadar yang normal pada glukosa darah sewaktu dan adanya glukosa yang normal .Hal ini menunjukkan bahwa praktikan tersebut tidak ditemukan indikasi penyakit diabetes mellitus, karena kadar glukosa darah sewaktu tidak ≥ 200 mg/dl.

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan at as pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.

Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin . Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.

Pada praktikum ini, kami memeriksa hb dengan metode sahli, dan didapatkan kadar Hb yaitu Aldillah nasriana putri yaitu 9,8 g/dl dan erine febrian yaitu 10,4 g/dl. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan kadar Hb yang kurang normal. (pada wanita normal 12 -14 g/dl). Hal ini belum tentu bahwa kedua praktikan kekurangan hb. Faktor yang mempengaruhi adalah metode pemeriksaan yang digunakan bahwa metode sahli membuktikan bahwa ketelitian hanya ±10%. Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada

(22)

22 cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 d/dl, Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl, Pada keadaan fisiologik kadar hemoglobin dapat bervariasi.

Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat setinggi permukaan laut. Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah pada sore hari.

(23)

23 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol; sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan.

 Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme dengan kadar gula darah yang tinggi. Dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

 Pada pemeriksaan glukosa darah non enzimatis ( metode ortotoluidin) pada kelompok 4 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 524, 74 mg %. Sedangkan metode enzimatis didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler yaitu 92 mg/dl dan 118 mg/dl dan kadar yang normal pada glukosa darah sewaktu dan adanya glukosa yang normal .Hal ini menunjukkan bahwa praktikan tersebut tidak ditemukan indikasi penyakit diabetes mellitus, karena kadar glukosa darah sewaktu tidak ≥ 200 mg/dl.

 Cara sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metode ini berdasarkan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hemati asam itu bukanlah merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandarkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua macam hb diubah menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfahemoglobin.

(24)

24 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Buku Penuntun Praktikum Patologi Klinik. UHAMKA Press.

Ganong w. 2003. Fisiologi kedokteran edisi 14. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Girindra a. 1993. Biokimia. Jakarta: pt. Gramedia pustaka utama.

K. Murray dan robert, dkk. 2003. Biokimia harper. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Lehninger al. 1982. Dasar-dasar biokimia jilid 1. Suhartono mt, penerjemah. Jakarta: erlangga.

Ophart c.e. 2003 .virtual chembook. Jakarta: elmhurst college.

Poedjiadi a. 1994. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: penerbit ui-press.

Sloane e. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Penerbit buku. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Sudarmaji, s, dkk. 1989. Analisa bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta: penerbit liberty.

(25)

25 LAMPIRAN

Alat Hb metode sahli

(26)

26 Alat Glukotest (Nesco)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran Kadar glukosa darah (mg/dl) yang di peroleh dianalisis secara statistika menggunakan metode Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 18.00.

Maka penulis ingin melakukan penelitian untuk menguji validitas glukometer sebagai alat swa-monitor pengukur kadar glukosa darah terhadap hasil pengukuran kadar glukosa darah

Hasil penelitian yang didapatkan dari 31 responden pasien TBC yang berobat didapatkan pasien TBC sputum BTA positif yang belum minum obat rerata kadar glukosa darah sewaktu

Dimana hasil pemeriksaan lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nilai normal yaitu < 180 mg/dL, maka dapat diperkirakan pasien ini sedang mengalami kenaikan kadar gula

Hasil uji normalitas data dengan Saphiro-Wilk didapatkan distribusi data normal antara kadar glukosa darah puasa, kadar glukosa darah post-prandial 1 jam, dan kadar glukosa

Pada subjek dengan kadar glukosa darah kategori tinggi (≥ 90 mg/dl), ada perbedaan glukosa darah yang tidak signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok

Hasil pengukuran Kadar glukosa darah (mg/dl) yang di peroleh dianalisis secara statistika menggunakan metode Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 18.00.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah 2 jam post prandial manusia yang mengkonsumsi nasi siger sebesar 89 mg/dL lebih rendah dibandingkan dengan nasi putih 95