Kegiatan mengukir ditujukan untuk melatih motorik halus anak, khususnya melatih jari tangan anak. Penelitian ini difokuskan pada kegiatan pembelajaran memotong kertas berpola untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.
Kemampuan Motorik Halus
Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, ), h. Kajian yang dilakukan mengenai usia dan urutan perkembangan motorik menghasilkan 5 prinsip perkembangan motorik, yaitu sebagai berikut. Perkembangan motorik merupakan proses perolehan keterampilan dan pola gerak yang dilakukan anak, misalnya pada motorik kasar anak belajar bergerak.
Menggunting Kertas Berpola 1. Pengertian Menggunting
Sumantri menyatakan bahwa menggunting adalah memotong berbagai jenis kertas atau bahan lain sepanjang garis, garis atau bentuk tertentu, yang merupakan salah satu kegiatan yang mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Kegiatan memotong memerlukan keterampilan menggerakkan otot-otot tangan dan jari-jari untuk berkoordinasi saat memotong, sehingga dapat memotong kertas, kain atau benda lain sesuka hati; seperti pemotongan pola, pemotongan dan pelipatan untuk membuat gambar, bentuk pola atau yang lainnya. Anak yang kesulitan mempelajari gerak motorik memiliki koordinasi gerak visual motorik yang lemah, yaitu anak yang mengalami kesulitan mengkoordinasikan visual (penglihatan) dan motorik (gerakan tangan, jari atau kaki) secara bersamaan dan terarah pada satu tujuan, seperti yang dilakukan pada memasuki benang. ke lubang jarum atau saat mewarnai gambar atau memotong kertas.30.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan memotong merupakan salah satu rangsangan yang dapat dikembangkan oleh pendidik dalam pengembangan keterampilan motorik anak, khususnya keterampilan motorik halus anak.
Manfaat Kegiatan Menggunting
Anak-anak dapat mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan melalui aktivitas kliping. Keterampilan motorik halusnya tidak terlatih dengan baik sebagai seorang anak. Kegiatan menggunting lebih mengasah motorik halus anak, hal ini dikarenakan jari-jari anak lebih terlatih sehingga jari-jari anak menjadi lemas dan terbiasa, yang berdampak positif bagi perkembangan mobilitas motorik halusnya. Apalagi jika ada respon positif dari guru atau orang tua, sehingga anak termotivasi dan terstimulasi untuk melakukan aktivitas dengan lebih baik lagi.
Tidak jarang anak sekolah dasar memegang pensil dengan sangat kaku dan menulis tidak menentu, yang mungkin disebabkan oleh keterampilan motorik halus mereka yang tidak dilatih dengan baik sebagai anak-anak.
Langkah-langkah Kegiatan Menggunting
Cutting dapat digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan ekspresi dan emosi anak. lengkapi presentasi dengan gambar dan contoh guntingan yang ditempel di papan tulis. Beri anak alat dan bahan untuk memotong yaitu gunting, lem, pola dan media perekatan. Bimbing anak Anda untuk memotong dengan hati-hati. Setelah anak selesai menggunting, ajaklah ia untuk menempelkan hasil pemotongan pada media tertentu, misalnya buku bergambar. 33.
Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Indriyani berjudul “Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan memotong dengan media yang berbeda pada anak usia dini di TK Kelompok A ABA Gendingan Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta”. Dalam penelitian ini objek yang diteliti peneliti adalah kegiatan memotong dengan media yang berbeda dan hasil penelitiannya bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok A di TK ABA Gendingan Sleman dapat ditingkatkan pada kegiatan memotong dengan media yang berbeda. Peningkatan kemampuan motorik halus anak terlihat dari rata-rata skor kemampuan motorik anak pada kondisi awal sebesar 47,3%, meningkat pada siklus I menjadi 62,2%, dan pada siklus I mencapai 84,1.
Penelitian ini hanya membahas media yang digunakan, sedangkan aspek yang akan saya kaji belum dibahas dalam penelitiannya. Namun penelitian yang dilakukan oleh Fitria Indriyani memberikan informasi yang bermanfaat bagi saya dalam penelitian ini, yaitu terkait upaya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak usia dini.
Kerangka Berpikir
Stimulus yang dapat dikembangkan oleh pendidik untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak adalah dengan melakukan kegiatan pemotongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan menggunting kertas berpola, hal ini dilakukan dengan mengetahui kemampuan motorik halus anak Kelompok B di RA Nurhayati Dongkol Desa Asem Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon yang masih tergolong rendah. Dengan demikian, pada anak kelompok B masih terdapat 11 atau 73% siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam aspek perkembangan motorik halus.
Kegiatan pemotongan dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan, melatih koordinasi tangan-mata dan konsentrasi. Kegiatan pemotongan sangat bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan gerak otot tangan dan jari anak. Kami berharap kegiatan memotong kertas pola dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B di RA Nurhayati.
Hipotesis Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
DesainPenelitian
Penelitian Tindakan Kelas selalu dilandasi oleh kesadaran kritis guru terhadap masalah yang muncul pada saat praktik pembelajaran berlangsung, dan guru menyadari pentingnya mencari pemecahan masalah melalui tindakan atau tindakan yang terencana dan dilakukan dengan secermat mungkin secara ilmiah dan sistematis. . Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ada beberapa model atau desain penelitian yang digunakan peneliti saat melakukan PTK. Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan lembar penilaian hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
Tingkat pelaksanaan tindakan adalah tingkat dimana peneliti menggunakan atau melaksanakan segala sesuatu yang telah direncanakan pada tahap perencanaan, dan selama proses pembelajaran peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPPH yang dikembangkan. Pada tahap ini semua kegiatan pembelajaran diamati, kemudian data hasil observasi tersebut akan dijadikan bahan refleksi.Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pada tahap refleksi, peneliti melihat kembali hasil observasi yang dianalisis secara alamiah sebagai acuan refleksi terhadap apa saja.
- Waktu Penelitian
Subyek Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode yang dapat peneliti gunakan untuk mengumpulkan data.40 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional terhadap berbagai fenomena, baik dalam situasi nyata maupun situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.41 Dalam penelitian ini, kami mengamati perkembangan motorik halus anak terutama melalui kegiatan memotong kertas bermotif. Pengamatan ini dilakukan dengan bantuan lembar observasi yang telah disiapkan, instrumen lembar observasi disajikan pada tabel 3.3.
Metode dokumentasi mencakup cara mengumpulkan data dengan merekam data yang ada.42 Dokumentasi dalam penelitian ini berupa gambar-gambar pembelajaran yang dilakukan anak pada saat kegiatan pemotongan berlangsung. Pada penelitian ini didokumentasikan foto seorang anak ketika sang anak sedang menggunting kertas bermotif dengan menggunakan kamera handphone.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya bekerja dengan data, mengatur data, memilahnya menjadi unit-unit yang dapat dikelola, mensintesis dan mencari pola, menemukan apa yang penting dan dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat mengarah pada perbaikan, peningkatan dan perubahan menjadi lebih baik. Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini merupakan gambaran fakta atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mewujudkan peningkatan kemampuan motorik halus anak.
Untuk menentukan keberhasilan, dilakukan analisis perbandingan skor total yang diperoleh dengan skor ideal di kelas tersebut.
Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus
Pada tahap perencanaan ini peneliti juga menyiapkan format lembar observasi berupa format lembar penilaian hasil belajar. Berdasarkan perolehan data awal terlihat bahwa masih banyak siswa yang memiliki keterampilan rendah dalam pencapaian aspek perkembangan motorik halus. Berdasarkan tabel 4.1 sebagai data awal untuk aspek perkembangan motorik halus ternyata masih jauh dari tujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian, pada kelompok B masih terdapat 11 atau 73% siswa yang kemampuan perkembangan motorik halusnya rendah, sehingga total perkembangan motorik halus anak mendapat 92 poin atau 38%. Dari hasil observasi peneliti, sebagai penyebab kurang berhasilnya pembelajaran pada aspek perkembangan motorik halus anak. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aspek perkembangan motorik halus pada anak Kelompok B di RA Nurhayati Dongkol Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
- Siklus I
- Siklus II
- Siklus III
Belum berkembang (BB) dan menurun pada siklus I menjadi 4 anak atau 27%, anak mulai berkembang (MB) pada baseline ada 4 anak atau 27% dan menurun pada siklus I menjadi 3 anak atau 20%, anak yang berkembang sesuai harapan (BSH) pada data awal ada 3 anak atau 20% dan meningkat menjadi 5 anak atau 33% pada siklus I, sedangkan anak yang berkembang sangat baik (BSB) pada data awal hanya 1 anak atau 7 sudah % dan meningkat pada siklus I menjadi 3 anak atau 20% sehingga total hasil belajar dan perkembangan siswa memperoleh skor 125 atau 52%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar anak pada siklus I masih belum mencapai tujuan keberhasilan belajar. Hasil analisis pelaksanaan pembelajaran Siklus I untuk meningkatkan aspek perkembangan motorik halus melalui kegiatan gunting kertas dapat dikatakan bahwa perolehan hasil belajar anak pada Siklus I yaitu dari total 15 anak, 4 anak atau 27% yang belum berkembang (BB) pada pola kegiatan papercutting, 3 anak atau 20% sudah mulai berkembang (MB), 5 anak atau 33% berkembang sesuai harapan.
Berikut tabel penilaian hasil belajar siswa terhadap peningkatan aspek perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting kertas berpola pada Siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar anak pada siklus II juga belum mencapai tujuan keberhasilan. Beberapa analisis yang diperoleh dari hasil observasi pada proses perkembangan motorik halus dengan menggunakan metode kegiatan menggunting kertas berpola pada siklus II yaitu perolehan hasil belajar anak pada siklus II yaitu dari total 15 anak, 2 anak. anak atau 13% belum berkembang (BB) motorik halusnya, 2 anak atau 13% sudah mulai berkembang (MB), 6 anak atau 40% berkembang sesuai harapan (BSH) dan ada 5 anak atau 34% anak yang sedang berkembang sangat baik (BSB).
Berikut tabel evaluasi hasil belajar siswa untuk peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting kertas berpola pada III. Hasil analisis pelaksanaan pembelajaran siklus III pada kegiatan pembelajaran keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting kertas berpola dapat dikatakan bahwa perolehan hasil belajar anak kelas III. siklus yaitu dari total 15 anak, 0 anak atau 0%.
Pembahasan
Berdasarkan data perolehan hasil belajar anak yang telah dilengkapi, diketahui bahwa pada setiap siklus dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pemotongan menurut pola untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak selalu mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga penelitian dapat dikatakan telah selesai dengan sukses.
Simpulan
Saran
Kepala sekolah untuk mendukung implementasi yang inovatif dan kreatif dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Bersabarlah dalam melatih motorik halus anak, jangan terlalu memaksakan anak bias, agar anak tidak merasa tertekan. Sekolah hendaknya membuat kurikulum dengan memperhatikan standar kompetensi, kompetensi inti dan indikator yang diselaraskan dengan kegiatan pembelajaran.
Sekolah harus menyediakan media pembelajaran yang semakin bervariasi agar siswa tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menggunakan media pembelajaran.