• Tidak ada hasil yang ditemukan

profil bidang pengembangan belajar peserta didik

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "profil bidang pengembangan belajar peserta didik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL BIDANG PENGEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 KECAMATAN BUKIT BARISAN KABUPATEN 50 KOTA

JURNAL

Sukma Monalisa 10060120

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2014

(2)

PROFIL BIDANG PENGEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 KECAMATAN BUKIT BARISAN KABUPATEN 50 KOTA

Oleh:

Sukma Monalisa

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This researchis motivated by the presence of students who have alow learning outcomes are less active in class, participate less on learning activities, lack of paying attention, concentration and uncomfortable with the lessons inclass, talking with friends or day dreaming bench when learning take splace, less serious about the task, are less interested to learn, do not want and do not dare to speakup in class, do not want to changethe bad habits learned that despite having given assistance by the teacher BK. The purpose of this study describe 1) Profile motivation of learners 2) an interest profile of learners 3) impaired concentration profile of learners. This research is descriptive quantitative research. The population total enrollment in the District 1 Junior High School Bukit Barisan District 50 City there 172 students, and the sample amounted to 83 people.

Sampling using proportionate stratified random sampling technique. The technique used to analyze the data is the mean hipotetic formula. The result of this study found that: 1) Profile motivation of learners in middle category, 2) an interest profile of learners in middle category, 3) Profile impaired of learners in the middle category. Based on the finding of this study recommended tostudents, get solution of learners problems related to learning motivation, learning interest and learning impaired concent

Key word: Learning development, motivation, interest, impaired concentration

PENDAHULUAN

Coombs (Ihsan, 2005:41) membagi pendidikan ke dalam tiga bagian yaitu pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal, hal ini juga sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 13 Ayat 1 bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.

Mengenai pendidikan formal atau pendidikan sekolah, Ihsan (2005:43) mengemukakan bahwa, “Pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak

sampai perguruan tinggi”. Jadi pendidikan sekolah mulai Taman Kanak-kanak (TK) di usia 4 sampai 6 tahun, Sekolah Dasar (SD) usia 6 atau 7 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat pada usia 13-16 tahun dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat pada usia 16 – 19 tahun (Fatimah, 2003:12). Aturan oleh undang-undang dan ketentuan telah ditetapkan sehingga setiap komponen yang ada di sekolah bergerak di dalam tekanan peraturan yang diatur oleh pihak yang berwenang, termasuk tenaga kependidikan, bahan pelajaran yang diberikan, dan aturan untuk peserta didik seperti cara berpakaian.

Pendidik diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1

(3)

Pasal 1 Ayat (6) bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”.

Di sekolah terdapat konselor dan guru, yang mengabdikan diri sebagai pendidik yang masing-masing memiliki ruang lingkup kerja yang berbeda, seperti guru sebagai guru mata pelajaran yang mengajari tentang ilmu pengetahuan secara teori sedangkan seorang konselor sebagai pembimbing yang memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling sebagai bentuk upaya pendidikan karena dengan adanya layanan konseling menfokuskan pada pengembangan potensi diri peserta didik, berkepribadian baik, memiliki keterampilan dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Untuk mencapai perkembangan potensi yang optimal dan memiliki keterampilan dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat pesera didik sering menemukan masalah yang sulit sehingga ia tidak mampu mengatasi sendiri. Disinilah keberadaan BK dirasakan, yaitu membimbing dan membantu peserta didik di kehidupan sehari-hari.

Menurut Hamalik (2012:193) bimbingan merupakan “Suatu proses memberi bantuan kepada individu agar individu itu dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan masalah hidupnya sendiri sehingga ia dapat menikmati hidup dengan bahagia”. Jadi bimbingan merupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh pembimbing untuk mengentaskan masalah yang ada. Kemudian Prayitno (2009:58) menyatakan beberapa bidang pelayanan konseling pada aktifitas kehidupan sehari-hari yaitu: a. Bidang pengembangan pribadi, b. Bidang pengembangan sosial, c. Bidang pengembangan belajar, d. Bidang pengembangan karier.

Dari masing-masing bidang tersebut memiliki ruang lingkup layanan yang berbeda, menurut Kartaadinata, dkk (2007:7) dalam bidang pengembangan belajar yang harus dilakukan pembimbing adalah menunjukkan kepekaan dan kepedulian terhadap kegiatan

dan kemampuan belajar peserta didik, menyelenggarakan pelayanan konseling untuk meningkatkan kegiatan dan kemampuan belajar peserta didik dengan harapan agar pembimbing mampu mengenal secara mendalam kegiatan dan kemampuan belajar setiap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya, dengan menggunakan instrumen yang tepat. Karena “Bidang ini lebih khusus terfokus pada bagaimana individu melakukan kegiatan belajar” (Prayitno, 2009:59).

Beberapa aspek bidang pengembangan belajar yang memerlukan bimbingan diungkapkan Tohirin (2011:129) yaitu:

a. kemampuan belajar rendah, b.

motivasi belajar yang rendah, c. minat belajar yang rendah, d. tidak berbakat pada mata pelajaran tertentu, e. kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, f. sikap belajar yang tidak terarah, g. perilaku mal adaptif dalam belajar seperti mengganggu teman ketika belajar, h.

prestasi belajar yang rendah, i.

penyaluran kelompok belajar dan kegiatan belajar peserta didik lainnya, j.

pemilihan dan penyaluran jurusan, k.

pemilihan sekolah lanjutan, l. gagal ujian, m. tidak naik kelas, n. tidak lulus ujian dan lain sebagainya.

Dewasa ini banyak peserta didik yang bermasalah pada bidang pengembangan belajarnya, seperti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru Bimbingan dan Konseling pada tanggal 6 Maret 2014 di SMP Negeri 1 Kecamatan Bukit Barisan, bahwa masalah bidang bimbingan belajar yang terjadi diantaranya hasil belajar yang kurang memuaskan karena kebiasaan peserta didik yang acuh dengan pelajaran, masih ada peserta didik yang lalai atau kurang memperhatikan kegiatan belajar di kelas, tidak berani mengemukakan pendapat di depan kelas, kurang berpartisipasi terhadap kegiatan belajar, meskipun hasil belajar rendah dan telah diberikan pelayanan konseling tetap tidak ada perubahan sikap pada peserta didik, seperti yang telah dilakukan pembimbing yaitu, layanan informasi terkait motivasi dan minat belajar, pendisiplinan agar tidak duduk di kantin atau tempat lain saat jam belajar

(4)

berlangsung dengan memberikan punishment bagi yang melanggarnya.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru mata pelajaran pada tanggal 11 April 2014 yang bertugas di SMP Negeri 1 Kecamatan Bukit Barisan, bahwa masalah pada peserta didik di kelas adalah terdapat beberapa peserta didik yang memperoleh hasil belajar yang rendah, sedangkan teman lainnya memperoleh nilai yang jauh di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), disebabkan karena masih ada peserta didik ke luar masuk kelas pada mata pelajaran tersebut, meminta izin ke luar namun masuknya diakhir pelajaran, berbicara dengan teman saat guru menerangkan dan melamun. Itu semua merupakan ciri-ciri peserta didik yang kurang berminat belajar, sehingga tidak konsentrasi dengan pelajaran yang sedang diikuti.

Pada hari yang sama peneliti juga melakukan wawancara dengan salah seorang peserta didik yang memiliki hasil belajar yang memuaskan, bahwa peserta didik tersebut juga pernah merasakan tidak nyaman di kelas, tidak semangat belajar, membuat tugas tidak serius sehingga ia lebih memilih duduk di kantin atau keluar kelas bersama teman lain. Hasil wawancara dengan salah seorang peserta didik yang memperoleh hasil belajar yang rendah pada hari yang sama yaitu 11 April 2014 bahwa ia bersama temannya tidak memperhatikan guru mata pelajaran karena banyak hal lain yang lebih menarik dari pada materi pelajaran yang diikuti, seperti acara bola dan adanya teman untuk berbicara di kelas, kalau guru meminta melakukan tugas ia lebih memilih tugas yang mudah, jika terdapat soal yang susah ia meninggalkan soal tersebut atau tidak mengerjakan sama sekali, tapi ia menyontek dengan teman yang lebih menguasai pelajaran.

Berdasarkan observasi maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Profil motivasi belajar peserta didik 2. Profil minat belajar peserta didik 3. Profil gangguan konsentrasi dalam

belajar peserta didik

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi. Adapun populasi dalam penelitian ini sebanyak 172 orang peserta didik, teknik pengambilan sampel adalah proportionate stratified random sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 83 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval, sumberdata yang digunakan data primer yaitu peserta didik dan data sekunder dari lapangan, alat pengumpulan data berbentuk angket. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus mean hipotetic yang dikemukakan oleh Azwar (2010:108).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menemukan bahwa:

1. Profil motivasi belajar peserta didik di SMP Negeri 1 Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten 50 Kota berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 82,42. Sesuai dengan pendapat Djamarah (2002:115) bahwa motivasi terdapat dua jenis yaitu:

a. Motivasi instrinsik adalah Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsiannya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam setiap diri peserta didik sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, hasil penelitian ini diperoleh bahwa motivasi belajar instrinsik kategori sedang dengan rata-rata skor 46,4 b. Motivasi ekstrinsik adalah Motif-motif

yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. individu yang melakukan kegiatan didorong oleh faktor dari luar bahkan tidak berhubungan dengan kegiatan yang sedang dilakukan, misalnya individu ingin menjadi juara kelas sebagai syarat bergabung dalam geng yang diinginkannya. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa motivasi ekstrinsik berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 36.

(5)

2. Profil minat belajar peserta didik di SMP Negeri 1 Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten 50 Kota berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 137, Slameto (2003:67) memnyatakan bahwa minat belajar dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:

a. Bahan dan Alat Pelajaran

“Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar peserta didik, karena materi pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai oleh peserta didik untuk menerima bahan yang akan diajarkan itu”. Jika peserta didik dan guru memiliki pedoman dan bahan yang sama akan membantu proses belajar mengajar, karena peserta didik memiliki bantuan selain guru untuk memahami pelajaran, alat dan bahan belajar yang menarik perhatian dan tepat akan menumbuhkan minat belajar peserta didik untuk menguasai pelajaran. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa bahan dan alat pelajaran berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 34,6.

b. Metode belajar

Metode mengajar guru merupakan cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh peran guru dalam melakukan pengajaran, sehingga peserta didik memiliki semangat dan minat untuk berperan proses belajar. Berbagai jenis metode belajar dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2002:161) bahwa terdapat tiga jenis metode belajar yaitu pembelajaran individual, pembelajaran kelompok dan pembelajaran klasikal. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa minat terhadap metode belajar berada pada kategori tinggi dengan rata-rata skor 53,4.

c. Hubungan guru dengan peserta didik Proses pembelajaran terjadi antara guru dan peserta didik, proses tersebut juga dipengaruhi oleh hubungan antara guru dan peserta didik. Peserta didik cendrung akan berminat belajar jika guru yang mengajar mampu menarik perhatiannya untuk belajar, sehingga

dengan sendirinya akan menerima segala arahan, bahan pelajaran yang diajarkan, begitu juga sebaliknya, hasil penelitian ini diperoleh bahwa minat terhadap hubungan guru berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 48,5.

3. Profil gangguan konsentrasi peserta didik di SMP Negeri 1 Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten 50 Kota berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 51,6.

Thabrany (1995:32) mengemukakan bahwa gangguan konsentrasi belajar ada tiga jenis yaitu:

a. Internal

Aspek internal merupakan hal yang mempengaruhi konsentrasi yang berasal dari dalam diri sendiri, seperti tekad atau keinginan melakukan sesuatu, pengontrolan emosi sehingga agar mampu menciptakan konsentrasi yang baik untuk belajar, atau lapar, haus, kurang sehat, maslah pribadi yang membuat kita melamun. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa aspek internal berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 18,4

b. Eksternal

Aspek eksternal merupakan hal yang mmepengaruhi konsentrasi yang berasal dari luar diri. Aspek eksternal dapat berupa merasa terganggu karena pajangan, orang, gambar, tata ruang yang menarik perhatian sehingga mempengaruhi konsentrasi, terutama bagi peserta didik yang konsentrasinya mudah pecah sehingga butuh upaya agar menata ruang, tempat dan waktu belajar yang medukung. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa aspek eksternal berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 17,6

c. Kelelahan

Aspek kelelahan terbagi atas dua jenis yaitu kelelahan fisik dan kelehan psikis Kelelahan fisik terjadi karena kekurangan energi untuk melakukan kegiatan, seperti terus-terusan belajar

(6)

sehingga lupa makan dan kurang istirahat. Kelelahan psikis terjadi jika mental tidak ingin melakukan kegiatan, seperti jenuh, bosan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa aspek kelelahan berada pada sedang rendah dengan rata- rata skor 15,6.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang bagaimana profil bidang pengembangan belajar peserta didik di SMP Negeri 1 Kecamatan Bukit Barisan, dilihat secara keseluruhan berada pada kategori sedang, dapat diambil kesimpulan sesuai dengan batasan masalah sebagai berikut:

1. Profil motivasi belajar peserta didik pada aspek motivasi instrinsik berada pada kategori sedang dan motivasi eksternal berada pada kategori sedang.

2. Profil minat belajar peserta didik pada aspek alat dan bahan pelajaran berada pada kategori sedang, pada aspek metode belajar berada pada kategori tinggi dan aspek sikap guru berada pada kategori sedang.

3. Profil gangguan konsentrasi belajar peserta didik pada aspek internal tergolong sedang, pada aspek eksternal berada pada kategori sedang dan kelelahan tergolong rendah.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada pembaca, yaitu sebagai:

1. Guru Pembimbing, sebagai masukan dan pedoman untuk memberikan informasi atau layanan kepada peserta didik tentang minat, motivasi dan gangguan konsentrasi belajar, terutama pada motivasi ekstrinsik dan gangguan konsentrasi dari aspek kelelahan karena masih banyak peserta didik yang mengalaminya dan berada pada kategori rendah.

2. Guru Mata Pelajaran, supaya lebih memperhatikan kelemahan dan kelebihan kemampuan peserta didik, dan berusaha untuk menumbuhkan motivasi belajar, minat belajar dan mengurangi hal yang

mengganggu konsentrasi belajar peserta didik terutama pada aspek kelelahan.

3. Peserta didik, agar meningkatkan motivasi belajar, minat belajar dan meminimalisir gangguan konsetrasi belajarnya, sehingga bisa fokus pada kegiatan belajarnya, sebagai usaha untuk mengoptimalkan hasil belajar dan mencapai tujuan pembelajaran, terutama pada aspek motivasi esktrinsik dan gangguan konsentrasi pada kelelahan.

4. Pimpinan Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, sebagai pertimbangan untuk menciptakan pendidik yang mampu memotivasi, menumbuhkan minat dan mengurangi gangguan konsentrasi yang di alami peserta didik.

5. Peneliti selanjutnya, untuk menjadikan penelitian ini sebagai dasar atau panduan dalam penelitian selanjutrnya., terutama mengenai minat, motivasi dan konsentrasi belajar.

KEPUSTAKAAN

Azwar, Saifuddin. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Adi Mahasatya

Hamalik, Oemar. (2012). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Ihsan, Fuad. (2005). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Kartaadinata, Sunarya, dkk. (2007). Rambu- rambu Penyelenggara BK dalam Jalur Pendidikan Formal & Rambu- rambu Dasar Kegiatan Profesional Pelayanan Konseling di Sekolah/Madrasah. Jakarta: Dirjen PMPTK

Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada

(7)

Prayitno.(2009). Wawasan Profesional Konseling. Padang: UNP Press

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Thabrany, Hasbullah. (1995). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut (Arsyad, 2013), berpendapat bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, motivasi

Với các nghiên cứu trên có nhược điểm là thiếu tính linh động về khoảng thời gian theo dõi lũ lụt; tập trung phạm vi vào khu vực nhất định tại Việt Nam; tính ứng dụng của nghiên cứu