• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi pada Kelas VItr di SMP Muhammadiyah 6 Padang

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Studi pada Kelas VItr di SMP Muhammadiyah 6 Padang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTA}IG PELAKSANAAII LAYANAII INFORMASI DALAM BIDAFIG PENGEMBANGAN BELAJAR

(Studi

pada Kelas

VItr di SMP Muhammadiyah

6 Padang)

ARTIKEL

o'\oq

Oleh:

DODI MURDAI\I FIPM.

1106026s

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGT'RUAN DAN ILMU PENDIDIKAFT

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADAi\{G

2016

(2)

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DALAM BIDANG PENGEMBANGAN BELAJAR

(Studi pada Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 6 Padang)

Oleh:

Dodi Murdani

Ahmad Zaini, S.Ag., M.Pd.

Zulfikar, S.Pd. I., M.Pd

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research was motivated by the learners feel bored in class because the methods and media is less diverse and less according to the material provided. The purpose of this study to describe: 1) the perception of the students about the material information services in the field of development of learning, 2) perceptions of students about methods of information services in the field of development of learning, 3) perceptions of students about the media used in the delivery of information services development field study , This type of research is quantitative descriptive. The population of as many as 75 students. Sampling using total sampling technique, totaling 75 learners. The instrument used questionnaire. Analysis of data using techniques percentage. Results of the study revealed that: (1) the perception of the students about the material development of information services in the field of study that are in good enough category. (2) the perception of students about methods of information services in the field of development of learning are in the unfavorable category. (3) perceptions of students about the media used in the delivery of information services in the field of development of learning are unfavorable category.

Keywords: Perception, information services, the development of learning

PENDAHULUAN

Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan yang dilaksanakan dari manusia untuk manusia artinya pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaan, untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut diselenggarakan demi tujuan-tujuan yang yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan kemanusiaan menuju manusia yang seutuhnya, baik manusia sebagai individu maupun kelompok.

Dalam mewujudkan diri secara positif dan produktif tersebut maka sangat perlu dilaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah mampu membantu individu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan optimal sesuai dengan bakat

dan minat, kemampuan dan nilai-nilai serta terentaskannya masalah yang dialami individu. Serta memandirikan individu agar mampu menerima diri sendiri serta lingkungannya, mampu membuat rencana dan keputusan yang realistis kemudian mengarahkan diri pada rencana dan keputusan yang telah diambil pada akhirnya dapat mewujudkan diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan konseling terkait pada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi.

Peserta didik memerlukan persepsi yang lebih baik terhadap layanan yang diberikan oleh guru BK, agar layanan yang diberikan oleh guru BK dapat memotivasi peserta didik untuk mengikutinya. Walgito (2004:25) menjelaskan persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian, penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat

(3)

indera. Namun, proses tidak berhenti pada tahap ini. Pada umumnya stimulus diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, yaitu orang menyadari apa yang diinderanya. Oleh karena itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului proses persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu setiap individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera.

Selanjutnya Walgito (2003:53) menjelaskan persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organism atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Dengan demikian kesimpulannya adalah alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Seharusnya layanan informasi yang diberikan dapat memberikan wawasan kepada para individu sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk mencegah kesulitan yang dihadapinya serta merencanakan masa depan. Menurut Winkel (Tohirin 2011:147) “Layanan informasi adalah seperangkat kegiatan bimbingan dan memberikan keterangan-keterangan atau informasi kepada pihak yang memerlukan”.

Selanjutnya dikemukakan oleh Prayitno dan Amti (2013:259) ”Layanan informasi memberikan pemahaman kepada individu- individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan dan untuk menemukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan informasi merupakan kegiatan yang dapat memberikan keterangan-keterangan yang berupa informasi yang dapat diberikan kepada pihak yang memerlukan, karena layanan informasi mempunyai arti yang dinilai dan dirasakan dalam kenyataan serta layanan informasi memberikan pemahaman kepada individu- individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu rencana yang dikehendaki.

Layanan informasi dapat memberikan pelayanan mengenai bidang pengembangan belajar. Menurut Tohirin (2011:129) bidang pengembangan kegiatan belajar yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan

sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.

Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain itu dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri peserta didik secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya.

Menurut Prayitno (2004:7) bahwa untuk keperluan layanan informasi, yang menjadi isi layanan harus spesifik dan dikemas secara jelas dan rinci sehingga dapat disajikan secara efektif dan dipahami dengan baik oleh peserta layanan. Informasi yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan, aktual, sehingga tingkat kebermanfaatan layanan yang dilakukan benilai tinggi. begitu juga tentang materi tentang layanan informasi dalam bidang pengembangan kegiatan belajar.

Selanjutnya Prayitno (2003:42) mengemukakan materi bidang pengembangan belajar yang pokoknya adalah:

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar secara efektif dan efisien b. Pengembangan kemampuan

membaca dan menulis (meringkas) secara tepat

c. Pemantapan penguasaan materi pelajaran sekolah berupa remedial atau pengayaan

d. Pemahaman tentang pemanfaatan hasil teknologi seperti computer, internet dan lain-lain. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan e. Pemahaman kondisi fisik, sosial

dan budaya bagi pengembangan pengetahuan

f. Pemahaman tentang pemanfaatan perpustakaan

g. Orientasi belajar di perguruan tinggi, jenjang pendidikan yang lebih tinggi

Dalam penyampaian materi layanan informasi guru BK/Konselor harus berusaha semaksimal mungkin untuk menarik perhatian peserta didik dengan metode yang digunakan dalam penyampaian materi layanan informasi.

Metode biasa dikenal dengan sebutan teknik penyampaian, menurut Sudjana (2004:76) metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.

Selanjutnya menurut Sudjana (2009:155) ceramah adalah penuturan bahan

(4)

pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul- betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas- batas penggunaanya. (1) Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. (2) Metode diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

Metode ini akan berjalan dengan baik, apabila didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas penggunaanya.

Menurut Prayitno (2004:8) media dalam penyampaian informasi digunakan media pembantu berupa alat peraga, media tulis dan grafis serta perangkat dan program elektronik (seperti radio, televisi, komputer, OHP, LCD) papan informasi merupakan media yang cukup efektif apabila dikelola dengan baik dan bahan sajinya aktual.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMP Muhammadiyah 6 Padang pada tanggal 6-10 Oktober 2015 adanya peserta didik yang tidak serius dalam mengikuti layanan informasi yang diberikan guru BK/Konselor, adanya peserta didik meribut pada saat guru BK/Konselor menyampaikan layanan informasi, adanya peserta didik yang ke luar masuk kelas serta perhatian tidak tertuju pada guru BK/Konselor yang memberikan layanan informasi. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara pada tanggal 23 November 2015 dengan 3 peserta didik yang pertama, berinisial AI bahwa guru BK memberikan layanan informasi dengan materi yang diberikan kurang menarik sehingga peserta didik kurang berminat untuk memperhatikan materi yang diberikan belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 November 2015 dengan peserta didik yang kedua, berinisial RD bahwa dalam pemberian layanan informasi bidang pengembangan belajar oleh guru BK/Konselor, terasa kurang menarik bagi peserta didik dikarekan metode yang digunakan kurang beragam sehingga peserta didik kurang berminat untuk mendengarkan layanan informasi.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 November 2015 dengan peserta

didik yang ketiga WK bahwa peserta didik kurang berminat mengikuti layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar yang diberikan guru BK, karena bahasa guru BK/Konselor kurang jelas, dan kurang terampil dalam menunjang keberhasilan belajar. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang layanan informasi yang diberikan terhadap peserta didik apakah berguna dalam perkembangan belajar dan kehidupannya. Berdasarkan realita yang peneliti temukan di sekolah, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap masalah tersebut, dengan judul

Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi dalam Bidang Pengembangan Belajar”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat ditentukan batasan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Persepsi peserta didik tentang materi layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar.

2. Persepsi peserta didik tentang media yang digunakan dalam pelaksanaan layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar.

3. Persepsi peserta didik tentang metode penyampaian layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar.

Berdasarkan batasan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini

“Bagaimana persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar di SMP Muhammadiyah 6 Padang?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan:

1. Persepsi peserta didik tentang materi layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar.

2. Persepsi peserta didik tentang media yang digunakan dalam penyampaian layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar.

3. Persepsi peserta didik tentang metode penyampaian layanan informasi dalam pengembangan belajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Yusuf (2005:83)

“Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail”.

(5)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di SMP Muhammadiyah 6 Padang yang berjumlah 75 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 75 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Yusuf (2005: 133) menyebutkan bahwa

“Variabel interval adalah antara kategori dalam variabel ini dapat diketahui selisih atau jumlahnya dan satuan ukuran mempunyai unit sama”.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik, sedangkan data sekunder diperoleh guru BK.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Yusuf (2005: 252) menjelaskan bahwa

“Angket/kuesioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu, kemudian diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data”. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Sudijono (2014: 43) persentase dapat dihitung dengan rumus:

P = x 100%

Keterangan:

P : Persentase

f : Frekuensi Jawaban

N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu

100 : Bilangan tetap

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Bidang Pengembangan Belajar (Studi pada Kelas VIII di SMP Muhammadiah 6 Padang) Melalui Materi Layanan Informasi

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran secara umum dideskripsikan persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar pada kelas VIII di SMP Muhammadiah 6 Padang dilihat pada materi layanan informasi terdapat 2 dari 75 peserta didik (2,67%) yang termasuk kategori sangat baik, 47 dari 75 peserta didik (62,67%) termasuk kategori baik, 26 dari 75 peserta didik (34,66%) termasuk kategori cukup

baik, tidak terdapat peserta didik berada pada kategori sangat kurang baik.

Prayitno (2004:6) mengemukakan bahwa luas dan kedalaman informasi yang menjadi isi layanan informasi sangat bervariasi, tergantung pada kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini identifikasi keperluan penguasaan informasi oleh para peserta didik, konselor maupun pihak ketiga menjadi sangat penting. Pada dasarnya informasi yang dimaksud mengacu kepada seluruh bidang pelayanan konseling, yaitu bidang pengembangan pribadi, sosial, kegiatan belajar, perencanaan karir, kehidupan berkeluarga dan beragama.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa materi yang dapat diberikan pada layanan informasi dapat mengacu kepada seluruh bidang pengembangan pribadi, sosial, kegiatan belajar, perencanaan karir, kehidupan berkeluarga dan beragama.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar kelas VIII SMP Muhammadiyah Padang dilihat pada materi layanan sebagian besar tergolong baik, hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan peserta didik itu sendiri.

Agar persepsi peserta didik terhadap pelaksanaan layanan informasi ini dapat dikatakan sangat baik, maka sebaiknya materi layanan informasi yang diberikan oleh guru BK bisa di kembangkan lagi dan lebih bervariasi.

2. Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Bidang Pengembangan Belajar (Studi pada Kelas VIII di SMP Muhammadiah 6 Padang) Melalui Metode yang digunakan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran secara umum dideskripsikan persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar pada kelas VIII di SMP Muhammadiah 6 Padang dilihat pada metode layanan informasi terdapat 3 dari 75 peserta didik (4,00%) yang termasuk kategori sangat baik, 18 dari 75 peserta didik (24,00%) termasuk kategori baik, 20 dari 75 peserta didik (26,67%) termasuk kategori cukup

(6)

baik, 34 dari 75 peserta didik (45,33) termasuk kategori kurang baik, tidak terdapat peserta didik berada pada kategori sangat kurang baik.

Menurut Sudjana (2004:76) metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.

Selanjutnya Menurut Yamin (2007:138) metode yaitu sebuah cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberikan latihan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara umum yang dilakukan oleh pemberi materi terhadap peserta didik dalam penyajian materi untuk tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam tuntutan sebuah lembaga. Di samping penguasaan materi, metode mengajar dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan bahan.

Pertimbangan pokok dalam menentukan metode terletak pada keefektifan proses belajar mengajar.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar kelas VIII SMP Muhammadiyah Padang dilihat dari metode penyampaian layanan informasi sebagian besar tergolong kurang baik, hal ini akan memperlambat peserta didik dalam memahami materi layanan informasi yang diberikan. Agar persepsi peserta didik terhadap pelaksanaan layanan informasi ini dapat dikatakan sangat baik, maka sebaiknya metode yang digunakan dalam penyampaian layanan informasi bidang pengembangan belajar disesuaikan dengan materi yang diberikan oleh guru BK.

3. Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Bidang Pengembangan Belajar (Studi pada Kelas VIII di SMP Muhammadiah 6 Padang) Melalui Media yang digunakan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran secara umum dideskripsikan persepsi peserta didik

tentang pelaksanaan layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar pada kelas VIII di SMP Muhammadiah 6 Padang dilihat pada media yang digunakan dalam layanan informasi bidang pengembangan belajar, tidak ada satupun yang berada pada kategori sangat baik, termasuk kategori baik, 5 dari 75 peserta didik (6,67%) termasuk kategori cukup baik, 34 dari 75 peserta didik (45,33) termasuk kategori kurang baik 36 dari 75 peserta didik (6,67%) tidak terdapat peserta didik berada pada kategori sangat kurang baik.

Menurut Prayitno (2004:8) media dalam penyampaian informasi digunakan media pembantu berupa alat peraga, media tulis dan grafis serta perangkat dan program elektronik (seperti: radio, televisi, komputer, OHP, LCD) papan informasi merupakan media yang cukup efektif apabila dikelola dengan baik dan bahan sajinya aktual.

Senada dengan itu Arsyad (2013:16) menyatakan media yang akan digunakan haruslah sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi yang dibahas, metode pembelajaran yang dipakai, waktu yang tersedia, ketersediaan media itu

sendiri, kemampuan guru

menggunakannya, dan tingkat pengembangan peserta didik sesuai dengan keadaan yang ada di sekolahnya secara optimal. Apabila telah memenuhi kriteria pemilihan media, maka media tersebut boleh digunakan.

Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khusunya.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi dalam bidang pengembangan belajar (Stusi pada kelas VIII SMP Muhammadiyah Padang) dilihat dari media yang digunakan dalam layanan informasi bidang pengembangan belajar sebagian besar tergolong kurang baik, hal ini harus diperhatikan lagi oleh guru BK dalam memilih media yang tepat digunakan dalam penyampaian layanan informasi bidang pengembangan belajar.

Agar persepsi peserta didik terhadap pelaksanaan layanan informasi ini dapat dikatakan sangat baik.

(7)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi bidang pengembangan belajar (Studi pada kelas VIII SMP Muhammadiyah Padang) sebagai berikut:

1. Persepsi peserta didik tentang materi layanan informasi bidang pengembangan belajar (Studi pada kelas VIII SMP Muhammadiyah Padang) berada pada kategori cukup baik.

2. Persepsi peserta didik tentang metode penyampaian layanan informasi bidang pengembangan belajar (Studi pada kelas VIII SMP Muhammadiyah Padang) berada pada kategori kurang baik.

3. Persepsi peserta didik tentang media layanan informasi bidang pengembangan belajar (Studi pada kelas VIII SMP Muhammadiyah Padang) berada pada kategori kurang baik.

SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti mengemukakan saran, sebagai berikut:

1. Guru BK/ Konselor, agar dapat menggunakan media yang beragam dan metode yang tepat dan sesuai dengan materi layanan informasi bidang pengembangan belajar.

2. Kepala Sekolah

Untuk kepala sekolah agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang akan digunakan, agar mendukung tercapainya layanan informasi yang diberikan guru BK.

3. Pimpinan Program Studi BK, hendaknya

meningkatkan mutu dalam

mengembangkan dan meningkatkan kualitas calon guru BK yang akan mamasuki dunia kerja baik di lapangan maupun di sekolah secara profesional.

4. Peneliti selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan acuan untuk meneliti lebih lanjut khususnya mengenai Persepsi peserta didik tentang layanan informasi bidang pengembangan .

KEPUSTAKAAN

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prayitno. 2003. Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta UCY Press Yoyakarata.

Prayitno dan Amti, Erman. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudijono, Anas. 2014. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. 2004. Media Pengajaran.

Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi)/ Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tohirin. 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi.

Walgito, Bimo . 2004. Pengantar Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Andi.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan wawancara dengan guru di kelas VIII J SMP Negeri 1 Samarinda, diketahui bahwa terdapat peserta didik yang belum memiliki kesiapan belajar pada saat pembelajaran

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang hasil belajar IPA dan keterampilan berkomunikasi peserta didik, khususnya di kelas VIII D SMP Negeri 1 Padangan, setelah