PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Bagaimana profil kemampuan penalaran matematis pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel ditinjau dari gaya visualisasi visual siswa SMPIT Insan Cendikia kelas VIII. Untuk mengetahui profil kemampuan penalaran matematis pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel ditinjau dari gaya visualisasi visual siswa SMPIT Insan Cendikia Kelas VIII.
Tujuan Penelitn
Manfaat Penelitian
Batasan Istilah
Gaya kognitif visualizer adalah seseorang yang mempunyai kemampuan melihat yang memudahkan dalam menerima, mengolah, menyimpan dan menggunakan informasi dalam bentuk gambar. Gaya kognitif verbalizer adalah seseorang yang memiliki kemampuan mendengar normal, sehingga lebih mudah menerima, mengolah, menyimpan, dan menggunakan informasi dalam bentuk teks.
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan Penalaran Matematis
Merupakan kemampuan siswa dalam melakukan proses rekayasa matematika untuk memudahkan perhitungan dalam menyelesaikan permasalahan atau masalah. Merupakan kemampuan siswa dalam mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan sebagai solusi terhadap suatu permasalahan atau permasalahan.
Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer
Fokus penelitian yang ditentukan peneliti dalam penelitian ini adalah kemampuan penalaran matematis pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dengan memperhatikan gaya kognitif visualizer dan verbalizer. Teknik analisis digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel ditinjau dari gaya kognitif visualisasi dan verbalisasi siswa kelas VIII SMPIT Insan Cendikia. Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa pada materi aljabar ditinjau dari gaya kognitif visualisasi dan verbalisasi.
Pada bagian ini disajikan data hasil penelitian kemampuan penalaran matematis dalam kaitannya dengan gaya kognitif visualizer dan verbalizer. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap peneliti yang mempunyai gaya kognitif visualisasi ketika menyelesaikan. Subjek dengan gaya kognitif visualizer kemudian menemukan pola atau sifat gejala matematis dari permasalahan tersebut.
Profil penalaran logis dalam menyelesaikan masalah matematika siswa berupa gaya kognitif visualisasi dan verbalisasi. Untuk mengetahui profil kemampuan penalaran matematis pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dengan variabel ditinjau dari gaya kognitif verbalisasi siswa kelas VIII SMPIT Insan Cendikia.
Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan satu Variabel
Penelitian Relavan
Berikut beberapa penelitian yang relevan terkait dengan penelitian Ilma (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses berpikir analitis siswa dengan gaya kognitif visualizer dalam menyelesaikan masalah cenderung menggunakan gambar, sedangkan siswa dengan gaya kognitif verbalizer cenderung menggunakan gambar. menggunakan gambar. menggunakan kata-kata. Zuraidah (2019) menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif visualizer dalam mengolah informasi hanya menyebutkan beberapa hal, tidak menuliskannya secara lengkap, dalam merencanakan penyelesaian hanya menebak-nebak, tidak dapat menjelaskan argumen yang mendukung asumsi tersebut, dalam melaksanakan rencana sesuai Dengan adanya prosedur yang dibuat, siswa kedua lebih percaya diri dalam menarik kesimpulan karena dapat memberikan cara/alternatif jawaban lain untuk mendukung kebenaran jawabannya, selain untuk mengecek kembali uraian jawaban.
Kerangka Pikir
Kemampuan bernalar tidak hanya diperlukan pada mata pelajaran matematika atau mata pelajaran lainnya, namun kemampuan bernalar memang sangat diperlukan setiap individu ketika mengambil keputusan atau menyelesaikan suatu masalah. Jika siswa tidak melatih dan mengembangkan kemampuan penalaran, siswa matematika hanya akan mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh tanpa mengetahui maknanya. Penalaran logis sangat penting untuk dilatih dan dikembangkan secara optimal dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat mengambil keputusan yang benar dan rasional.
Gaya kognitif siswa yang berbeda-beda dapat mempengaruhi kemampuan berpikir dan bernalar siswa dalam memecahkan masalah. Gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam mengolah, mengolah informasi dari lingkungan yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Seseorang dengan gaya kognitif visualizer cenderung lebih mudah menerima, mengolah, menyimpan dan menggunakan informasi dalam bentuk gambar atau grafik.
Sedangkan seseorang dengan gaya kognitif verbalizing cenderung lebih mudah menerima, mengolah, menyimpan, dan menggunakan informasi dalam bentuk teks atau diskusi tertulis. Gaya kognitif setiap siswa yang berbeda-beda tentunya mempengaruhi strategi pemecahan masalah yang dipilihnya, sehingga perbedaan tersebut akan memicu perbedaan penalaran logis siswa.
Jenis Penelitian
Lokasi dan Subjek Penelitian
Fokus Penelitian
Prosedur Penelitian
Setelah melakukan penelitian, seluruh data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Instrumen Penelitian
Angket gaya kognitif merupakan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk dijawab, kemudian hasilnya digunakan untuk mengetahui gaya kognitif siswa, antara lain gaya kognitif verbalizer atau gaya kognitif visualizer. Angket tersebut terdiri dari 20 buah pernyataan dan berisi 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan positif negatif. Peneliti menggunakan jenis soal tes subjektif yaitu uraian (deskripsi) materi tentang sistem persamaan linear dengan satu variabel dan diberikan kepada dua orang subjek penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Soal tes terdiri dari dua soal yang seluruh indikatornya memenuhi syarat. kemampuan penalaran matematis. Instrumen terdiri dari dua pertanyaan tentang sistem pertidaksamaan satu variabel yang telah divalidasi oleh para ahli.
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur yang digunakan untuk memverifikasi hasil respon tes penalaran kemudian dianalisis untuk memperoleh kemampuan penalaran siswa dalam kaitannya dengan gaya kognitif visualisasi dan verbalisasi Sari, dkk. Dengan kata lain, dalam wawancara semi terstruktur, pertanyaan-pertanyaannya tidak dipersiapkan terlebih dahulu, melainkan disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik subjek. Catatan lapangan adalah catatan tertulis yang memuat apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan sehubungan dengan pengumpulan data dan refleksi data dalam penelitian kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan setelah melakukan tes terhadap siswa yang kemudian diseleksi untuk mengetahui seperti apa kemampuan penalaran matematis siswa. Pemilihan siswa dilakukan berdasarkan hasil angket gaya kognitif yang telah diberikan dan juga atas dasar pertimbangan guru matematika yaitu siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan dapat bekerja sama dengan baik.
Teknik Analisis Data
Skor yang diperoleh dijumlahkan dan dikalikan 2. Siswa dikatakan memiliki gaya kognitif visualisasi jika skor visualisasinya lebih dari 40 dan selisih skor visualisasi dan verbalisasi lebih dari sama dengan 20, sedangkan siswa dikatakan memiliki gaya kognitif visualisasi. gaya kognitif verbalisasi jika skor verbalizernya lebih besar dari 40 dan selisih skor visualizer dan verbalizer lebih besar dari 20. Jika skor yang diperoleh kurang dari 40 atau selisih skor visualizer dan verbalizer kurang dari 20 maka siswa tersebut termasuk dalam kategori verbalizer. gaya kognitif negatif, tidak memvisualisasikan atau verbalisasi. Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting, mencari tema dan . modelkan dan buang apa yang tidak diperlukan.
Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pengumpulan data selanjutnya bagi peneliti. Penyajian data dilakukan dengan menampilkan dan menampilkan kumpulan data atau informasi yang telah diorganisasikan dan dikategorikan, sehingga memungkinkan dilakukannya kesimpulan atau tindakan. Kesimpulan dari penelitian kualitatif adalah adanya wawasan baru yang belum ada sebelumnya dan diperoleh dari hasil tes dan wawancara siswa serta deskripsi kemampuan penalaran siswa pada soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dalam satu variabel.
Pengujian Keabsahan Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengkodean Subjek Penelitian
Untuk memudahkan analisis data pada bagian ini, setiap penggalan dialog diberi kode tertentu. Untuk kutipan dialog pewawancara diberi kode “P” dan untuk kutipan subjek kodenya adalah “SVe” untuk subjek dengan gaya kognitif verbalisasi, “SVi” untuk subjek dengan gaya kognitif visualisasi. Kemudian, masing-masing 1 digit setelah kode subjek dan pewawancara merupakan kode indikator, dan dua digit setelahnya merupakan kode urutan tanya jawab.
Misalnya kode “P-01” merupakan kode pewawancara untuk pertanyaan pertama dan contoh lainnya yaitu kode “SVi-02” merupakan kode subjek gaya visualisasi kognitif untuk jawaban pertanyaan kedua.
Paparan Data
Kemudian jawaban subjek selanjutnya menjelaskan informasi yang diperolehnya dari soal yang dibacanya. Gambar yang terlihat pada subjek menentukan pola atau sifat gejala. matematika dengan menuliskan inti permasalahan yang sedang dihadapinya. Berdasarkan kutipan wawancara di atas, subjek menentukan pola atau sifat fenomena matematika dimana subjek menentukan masalah dan solusi yang dicari dalam masalah yang sedang dikerjakannya.
Subjek seolah menyimpulkan dari jawaban yang ditemukannya dengan menyelesaikan model matematika yang dibuatnya. Subjek menjelaskan informasi yang ia temukan tentang masalah tersebut.. pertidaksamaan dari informasi yang ia temukan.. menjelaskan pada saat ia membuat model matematika yang ia temukan 3 Tentukan pola atau . sifat fenomena matematika .. mencari tahu apa yang dibutuhkan masalahnya. Berdasarkan kutipan wawancara di atas, subjek melakukan manipulasi matematis dengan mengumpulkan informasi yang ditemukannya dalam soal-soal.
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, subjek mengumpulkan bukti kebenaran penyelesaian dimana subjek menyelesaikan model matematika yang dibuatnya, menemukan apa yang dicarinya dalam soal tersebut yaitu Pak. Subjek juga yakin dengan jawabannya pada dengan alasan langkah yang diambilnya tidak salah. Subjek tampak mengambil kesimpulan dari jawaban yang ditemukannya dengan menyelesaikan model matematika yang dibuatnya. Subjek kemudian mencari solusi untuk menemukan jawaban yang diinginkan dari permasalahan tersebut, dan kemudian subjek mengumpulkan bukti-bukti keabsahan solusi yang ditemukannya.
Subjek kemudian mencari solusi untuk menemukan jawaban yang diinginkan dari permasalahan tersebut, dan kemudian subjek mengumpulkan bukti-bukti kebenaran solusi tersebut.
Analisis dan Pembahasan Data
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Tentukan model matematika dari soal tersebut dan berapa banyak topi SMA yang dapat dibeli Indah. Banyaknya topi SD yang dibeli = 2. Banyaknya topi SMA yang dibeli = 2. Berapa banyak topi SMA yang dapat Indah beli setelah membeli topi SD dan SMA. Sebelum kita dapat menentukan berapa banyak topi SMA yang dapat dibeli Indah setelah membeli topi SD dan SMA, kita harus memperhatikan terlebih dahulu variabel internalnya.
Kita dapat mengetahui berapa banyak topi SMA yang bisa dibeli dengan satu topi seharga Rp 20.000,- dengan menggunakan. Jumlah maksimal penumpang dengan berat 55 kg yang dapat diangkut dalam satu angkutan dan apa jadinya jika angkutan umum tersebut membawa lebih banyak penumpang dari daya angkutnya. Untuk dapat mengetahui berapa banyak penumpang dengan berat 55 kg yang dapat diangkut dalam satu angkutan, kita dapat menggunakan masalah ketimpangan.
Jadi jumlah maksimal penumpang dengan berat 55 kg yang dapat diangkut dalam satu gerbong adalah enam orang. Saya menuliskan cara yang digunakan untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut dan yang saya cari dalam pertanyaan tersebut adalah banyaknya topi SMA yang bisa dibeli Indah dan harga satu topi SMA tersebut adalah Rp 20.000 kakak. saya tulis mbak, yang saya cari dalam soal ini adalah banyaknya penumpang dengan berat 55 kg yang dapat diangkut oleh bus tersebut mbak.
Berat yang bisa diangkut angkutan umum adalah 555, dua orang berbobot 50 kg, dua orang juga 60 kg.