• Tidak ada hasil yang ditemukan

profil komunikasi remaja dalam keluarga di simpang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "profil komunikasi remaja dalam keluarga di simpang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

0

PROFIL KOMUNIKASI REMAJA DALAM KELUARGA DI SIMPANG RUMBAI JORONG II PASAR RAO NAGARI TARUNG-TARUNG

KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN TIMUR

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

NOVENI ALPINA WANSI NPM: 10060253

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

1

PROFIL KOMUNIKASI REMAJA DALAM KELUARGA DI SIMPANG RUMBAI JORONG II PASAR RAO NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO

KABUPATEN PASAMAN TIMUR Oleh:

Noveni Alpina Wansi Ahmad Zaini

Joni Adison

Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

This research a background by phenomena that researchers found in the field where the teenager have a bad communication with the family,The teenager less appreciate parents and brother when you talk.This study attempts to describe communication teenager in family focusing the communication research profile teenager in family in terms of verbal communication and nonverbal communication.This report is written with a qualitative approach that are descriptive.The research was an informant is: 2 the key informants it a teenager who have a problem communicate the family and 6 the family members who was an informant additional consisting of parents and brother of teenager.An instrument researchers used to collect data the research is interview guidelines. Researchers used technique the validity of data in this study consisting of trust, diversion, and trustworthy.An analysis of the data researchers used was reduction data, presenting of data, and the withdrawal of conclusion.The results of the study said, found teenager who have communication a less well in family seen from a teenager who use of language a less well and the tone high to speaking family members at home, teenagers cannot put themselves when talking with the family home, teenagers less appreciate family members when it looks of how the teenager communicate with members of a family as communicate with his friend course, so here a teenager unable to use good communication to speaking parents and brother at home.Based on the result of research, the researchers expected the teenager to use good communication to speaking family members at home.To a family member that could control communication teenagers and provide an example communicate good to teenager.

Keywords: teenager a communication, a family.

PENDAHULUAN

Setiap manusia di bumi ini pada umumnya berfitrah untuk melestarikan keturunan, mempunyai dan mewujudkan lingkungan kondusif yang tentram dan sejahtera.Secara umum lingkungan itu dinamakan keluarga. Menurut Murray, dkk (Silalahi dan Merinarno, 2010: 31)

“Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya, memiliki ikatan emosi, terlibat dalam posisi sosial, peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan, serta adanya rasa saling menyayangi dan memiliki”.

Sejalan dengan teori di atas, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 Bab I ayat 1, keluarga adalah

unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami-istri, atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Kemudian Vebrianto (Hasan, 2013: 21) juga mengemukakan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, dan adopsi.

Keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting bagi anggotanya seperti yang dikemukakan Yusuf (2009: 38) bahwa:

“Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek, dan keinginan untuk 1

(3)

2

menumbuhkembangkan anak yang dicintainya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan.Antara seorang suami dan istri yang sudah berjanji untuk hidup bersama mencapai hidup kekal dan abadi dengan rasa cinta, kasih sayang, saling melengkapi dan saling pengertian.Mempunyai tanggung jawab masing-masing di dalam keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Keluarga berfungsi sebagai pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya, sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis, sumber kasih sayang, serta model pola komunikasi yang tepat bagi anak untuk perkembangannya yang lebih baik di masa depan. Hubungan keluarga tidak bisa diputuskan dengan mudah, tidak seperti ketika memutuskan hubungan dengan kekasih.Oleh karena, itu komunikasi sangat penting dalam keluarga terutama untuk menjaga keharmonisan dan kehangatan dalam rumah tangga.

Keluarga juga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial dalam interaksi dengan kelompoknya. Oleh karena itu, keluarga adalah tempat dimana sebagian besar dari kita mempelajari komunikasi, keluarga menjadi panutan dan contoh yang akanditiru oleh anak dan kebiasaan yang dilakukan di dalam keluarga akan diaplikasikan juga oleh anak di dalam kehidupannya, baik di dalam keluarga itu sendiri maupun di lingkungan luar.Kebiasaan yang dilakukan remaja dalam keluarga akan dibawa kemanapun dia pergi, begitu juga dengan kebiasaan berbicaranya dirumah. Idealnya keluarga mempunyai peranan penting dalam proses perkembangan remaja dan wadah utama untuk membentuk sikap dan perilaku yang baik.

Sesuai dengan penjelasan Yusuf (2009: 37) bahwa:Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak

menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Melihat kondisi di atas apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang akan dialami oleh remaja. Oleh karena itu, peran keluarga sangatlah penting dalam perkembangan perilaku remaja dan keluarga harus menjadi contoh yang baik untuk remaja.

Menurut Fatimah ( 2006: 218) bahwa remaja sering menganggap dirinya serba mampu, sehingga sering terlihat “tidak memikirkan akibat” perbuatan mereka.

Tindakan implusif dilakukan karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja merupakan fase dimana seseorang lebih cenderung untuk melakukan suatu hal yang mana bisa mereka lakukan dan mereka kerjakan, tanpa ada pikiran panjang sehingga remaja sering disebut masa yang amat labil yang terkadang tidak bisa untuk mengontrol dirinya karena fase perubahan dan ketidaksiapan remaja tersebut. Hal ini diakibatkan kurangnya pemahaman remaja mengenai tugas perkembangannya, dan juga contoh yang kurang baik yang mereka lihat dilingkungan mereka sedikit banyaknya akan diserap dan dicontoh oleh remaja.

Terlepas dari itu, menurut Richmond dan Sklansky (Sarlito, 2012: 86) bahwa inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja adalah memperjuangkan kebebasan. Sedangkan menemukan bentuk kepribadian yang khas dalam periode itu belum menjadi sasaran utama.

Oleh sebab itu keluarga mempunyai peran dalam segala aspek perkembangan yang akan dialami remaja. Apabila keluarga gagal dalam mendidik remaja, maka remaja akan mengalami kegagalan dalam proses perkembangannya, serta remaja akan melakukan perilaku menyimpang, tidak menghargai keluarga dan orang dilingkungannya bahkan banyak remaja yang suka menentang orangtuanya.

Susanto (Suri, 2000: 2), menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu kegiatan usaha manusia untuk menyampaikan sesuatu

(4)

3

kepada orang lain tentang apa yang menjadi pikiran, harapan atau pengalaman. Pendapat lain tentang komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Lestari (2012: 11) menyatakan bahwa komunikasi merupakan aspek yang paling penting, karena berkaitan dengan hampir semua aspek dalam hubungan pasangan. Hasil dari semua diskusi dan pengambilan keputusan di keluarga, yang mencakup keuangan, anak, karir, agama bahkan dalam setiap pengungkapan perasaan, hasrat, dan kebutuhan akan tergantung pada gaya, pola, dan keterampilan berkomunikasi.

Suri (2000: 22) menyatakan bahwa dalam komunikasi terjadinya sistem pesan (massage) baik verbal (lisan dan tulisan) ataupun nonverbal (menyangkut gerak-gerik, sikap, ekspresi wajah, penampilan dan sebagainya) yang merupakan sinyal untuk menyatakan pikiran-pikiran, perasaan- perasaan, ide-ide dan konsep-konsep.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang baik adalah komunikasi yang terjalin dalam dua arah yang mana kita tidak hanya menerima pesan dari orang lain, namun juga memberikan respon dan tanggapan. Hubungan timbal balik seperti ini sangat penting untuk menghindari timbulnya kesalahpahaman.

Tentu dapat dipahami bahwa sangat jarang ada manusia yang bisa melihat jauh kedalam hati dan pikiran orang lain. Oleh karena itu, komunikasi dalam keluarga penting agar kita bisa saling mengetahui apa yang sedang terjadi, apa yang sedang dirasakan oleh masing masing anggota keluarga.

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 14-16 Januari 2015 di Simpang Rumbai Jorong II Pasar Rao Kenagarian Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Timur, penulis melihat bahwa di lingkungan tersebut adanya komunikasi satu arah antara remaja dan anggota keluarganya, terlihat ketika remaja tidak menjawab perkataan orangtua dan kakaknya bahkan ada remaja yang pergi ketika orangtua atau kakaknya sedang berbicara dengannya. Adanya remaja yang cenderung membantah perkataan anggota keluarganya dan tidak mau mendengarkan nasehat dari keluarganya, remaja cenderung merasa benar atas apa yang dilakukannya jadi remaja tidak terima

ketika anggota keluarga menasehati atau menegurnya.

Setelah melakukan wawancara dengan Bapak Wali Nagari pada tanggal 13 Februari 2015 terungkap bahwa adanya remaja yang tidak mempunyai sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua, remaja memperlakukan orang yang lebih tua seperti orang yang sebaya dengannya.

Adanya remaja yang tidak menghargai orang yang lebih tua.Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan bapak kepala jorong dan penulis menemukan bahwa adanya remaja yang mengolok-olok saat menanggapi perkataan orang yang lebih tua, remaja yang tidak menanggapi saat dinasehati dan bahkan adanya remaja yang menjadikan kata-kata nasehat tersebut sebagai bahan tertawaan dengan teman- temannya.

Wawancara juga peneliti lakukan dengan orangtua remaja pada tanggal 15 Februari 2015 terungkap adanya remaja yang sering berkata-kata kotor meluapkan kemarahannya ketika berdebat dengan anggota keluarganya. Adanya remaja yang mendongkol terlihat dari ekspresi wajahnya bahwa remaja tersebut marah saat orangtua dan kakak menasehatinya, adanya remaja yang cemberut menunjukkan kekesalannya saat keinginannya tidak terpenuhi dan saat dikasih uang belanja pas-pasan, adanya remaja yang marah-marah dan berteriak saat dilarang melakukan sesuatu yang dia inginkan.Hal ini menyebabkan hilangnya kebudayaan berkomunikasi yang baik dan tidak adanya batasan berkomunikasi yang saling menghargai dan yang sepantasnya antara orang yang kecil dengan orang yang lebih besar dalam artian orang yang lebih tua dengan orang yang lebih muda.

Oleh sebab itu hubungan keluarga dan remaja nampak tidak akur, karena komunikasi yang kurang baik tadi, kurangnya sopan santun berkomunikasi dalam keluarga, kurangnya rasa menghargai, kurangnya rasa kasih sayang dan kurangnya rasa pengertian antara satu dengan yang lain dalam berkomunikasi. Berdasarkan fenomena tersebut, perlu kiranya pengkajian yang mendalam melalui penelitian berkenaan dengan “Profil komunikasi remaja dalam keluarga di Simpang Rumbai Jorong II Pasar Rao Kenagarian Tarung-

(5)

4

tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Timur”.

Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari apa yang dimaksudkan oleh judul di atas, maka perlu adanya fokus penelitian yang dikemukan sebagai berikut:

1. Profil komunikasi remaja dalam keluarga di Simpang Rumbai Jorong II Pasar Rao Kenagarian Tarung-tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Timur ditinjau dari komunikasi verbal.

2. Profil komunikasi remaja dalam keluarga di Simpang Rumbai Jorong II Pasar Rao Kenagarian Tarung-tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Timur ditinjau dari komunikasi nonverbal.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Reni Aulia Kontesa (2015:50) dengan judul “Upaya guru BK dalam mengembangkan keterampilan komunikasi peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok”.

2. Kiki Ricardo (2013:46) dengan judul

“Pola Komunikasi Orangtua dengan Remaja dalam Keluarga di RT IV Kelurahan Mata Air Kecamatan Padang Selatan”.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.

Menurut Moleong (2010:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek-subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Informan penelitian adalah: 2 orang informan kunci yaitu remaja yang mempunyai masalah berkomunikasi dalam keluarga dan 6 orang anggota keluarga yang menjadi informan tambahan yang terdiri dari orangtua dan saudara dari masing-masing remaja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Komunikasi Remaja dalam Keluarga Ditinjau dari Komunikasi Verbal

Berdasarkan hasil penelitian bahwa remaja kurang mampu menggunakan komunikasi verbal yang baik di rumah, remaja kurang bisa menyesuaikan bahasa dan kata-kata yang baik kepada lawan bicaranya di rumah, seperti bicara kepada orangtua di rumah yang seharusnya remaja mendengarkan dan mematuhi nasehat orangtua ketika remaja melakukan kesalahan, sebaliknya remaja malah menentang dan melawan perkataan orangtuanya, merasa benar atas kesalahan yang dilakukannya sehingga remaja selalu tidak terima ketika di nasehati orangtuanya.

Selain itu, begitu juga dengan cara remaja berbicara dengan saudaranya yang lebih tua, bebicara seolah-olah dengan teman sebaya, melampiaskan kekesalannya kepada saudara, dan tidak mendengarkan nasehat saudaranya sebagai kakak dari remaja.

Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting dalam setiap individu di dalam kehidupan sehari-hari, karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan sangat membutuhkan orang lain dan saling ketergantungan. Komunikasi yang kurang baik akan menyebabkan masalah atau konflik bagi orang yang dekat dengan kita, karena komunikasi yang baik sangat penting dalam menjalin hubungan yang baik pula.

Ketidakmampuan dalam menjalin hubungan komunikasi yang baik di rumah dapat menyebabkan ketidak harmonisan di rumah, selalu mempunyai masalah, dan dapat merusak hubungan yang baik dalam keluarga. Seperti yang dikemukakan Harapan dan Ahmad (2014: 2) bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain melalui proses tertentu sehingga tercapai apa yang dimaksudkan atau diinginkan oleh kedua belah pihak. Di dalam komunikasi terkandung maksud atau tujuan yang jelas antara si pengirim pesan (komunikator) dengan si penerima pesan (komunikan). Maksud dan tujuan yang jelas antara kedua belah pihak akan mengurangi gangguan atau ketidakjelasan, sehingga komunikasi yang tejadi akan berjalan secara efektif.

(6)

5

2. Komunikasi Remaja dalam Keluarga Ditinjau dari Komunikasi Nonverbal

Sesuai dari hasil penelitian yang peneliti temukan, bahwa remaja kurang mampu menggunakan komunikasi nonverbal yang baik di rumah, remaja lebih sering menggunakan komunikasi nonverbal yang negatif dalam menyampaikan pesan yang negatif pula. Remaja sering menggunakan komunikasi nonverbal untuk melampiaskan kekesalannya, seperti saat sedang dimarahi atau dinasehati oleh orangtua atau saudara ketika remaja melakukan kesalahan, remaja menggunakan bahasa nonverbal menunjukkan kedongkolan atau ketidaksukaan hatinya saat dinasehati.

Komunikasi nonverbal yang digunakan remaja menunjukkan perlawanannya terhadap anggota keluarga yang sedang menasehatinya, di samping itu segala hal yang tidak disukai remaja dirumah sering diungkapkan melalui komunikasi nonverbal.Secara sederhana, komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa menggunakan kata-kata, penggunaan komunikasi nonverbal terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja, kebanyakan orang mengirim pesan nonverbal tanpa disengaja tetapi dimaknai oleh orang lain, inilah yang menyebabkan kesalahpahaman yang sering terjadi antara komunikator dan komunikan.Menurut Sudjana dan Rivai (2009: 57) komunikasi nonverbal memang tidak sebanyak komunikasi verbal dipergunakan di dalam kehidupan, namun perannya sangat penting, sebab kejelasan makna yang disampaikan dengan komunikasi verbal seringkali diperoleh melalui penggunaan komunikasi nonverbal. Dengan kata lain, komunikasi verbal akan lebih efektif dan efisien pemakaiannya bila disertai dengan penggunaan komunikasi nonverbal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Komunikasi remaja dalam keluarga ditinjau dari komunikasi verbal adalah remaja kurang mampu menggunakan komunikasi verbal yang baik di rumah, kurang bisa menyesuaikan bahasa dan kata-kata yang baik kepada lawan

bicaranya di rumah, seperti bicara kepada orangtua di rumah yang seharusnya remaja mendengarkan dan mematuhi nasehat orangtua ketika remaja melakukan kesalahan, sebaliknya remaja malah menentang dan melawan perkataan orangtuanya, merasa benar atas kesalahan yang dilakukannya sehingga remaja selalu tidak terima ketika di nasehati orangtuanya. Begitu juga dengan cara remaja berbicara dengan saudaranya yang lebih tua, bebicara seolah-olah dengan teman sebaya, melampiaskan kekesalannya kepada saudara, dan tidak mendengarkan nasehat saudaranya sebagai kakak dari remaja.

2. Komunikasi remaja dalam keluarga ditinjau dari komunikasi nonverbal adalah remaja kurang mampu menggunakan komunikasi nonverbal yang baik di rumah, lebih sering menggunakan komunikasi nonverbal yang negatif dalam menyampaikan pesan yang negatif pula. Remaja sering menggunakan komunikasi nonverbal untuk melampiaskan kekesalannya, seperti disaat sedang dimarahi atau dinasehati oleh orangtua atau saudara ketika remaja melakukan kesalahan, remaja menggunakan bahasa nonverbal menunjukkan kedongkolan atau ketidaksukaan hatinya saat dinasehati.

Komunikasi nonverbal yang digunakan remaja menunjukkan perlawanannya terhadap anggota keluarga yang sedang menasehatinya. Selain itu segala hal yang tidak disukai remaja dirumah sering diungkapkan melalui komunikasi nonverbal.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut:

1. Kepada Keluarga Remaja

Kepada keluarga remaja harap agar memperhatikan komunikasi yang digunakan oleh remaja, dan menjadi contoh yang baik bagi remaja. Apabila remaja hanya dibiarkan akan menjadi kebiasaan yang akan susah untuk dirubah, jadi ajarkan remaja untuk menggunakan komunikasi yang baik agar remaja bisa mengoreksi kesalahannya dalam berkomunikasi

(7)

6

2. Remaja

Kepada remaja peneliti diharapkan agar menggunakan komunikasi yang baik berbicara dengan siapapun, baik dengan keluarga maupun dengan lingkungan. Menghargai orang yang lebih tua, mendengarkan nasehat anggota keluarga. Menggunakan komunikasi yang baik akan menjalin hubungan yang baik dan harmonis.

3. Bagi peneliti

Bagi peneliti sendiri agar dapat meningkatkan komunikasi yang baik bagi remaja dalam keluarga dapat menggunakan layanan-layanan yang ada dalam bimbingan konseling, seperti layanan informasi mengenai komunikasi yang baik, saling menghargai, dan bisa juga menampilkan beberapa tayangan video tentang komunikasi dan hubungan yang baik dalam keluarga kepada remaja agar remaja termotivasi seteleh melihat tayangan tersebut.

4. Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai profil komunikasi remaja dalam keluarga dan mempedomaninya sebagai bahan masukan untuk menyusun skripsi karena penelitian ini sangat menarik.

KESIMPULAN

Fatimah, Enung. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia

Harapan, Edi dan Ahmad, Syarwani.(2014).

Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Moleong, Lexy.J. (2010).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Silalahi, Karlinawati dan Meinarno, Eko A.(2010). Keluarga Indonesia.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad.(2009).

Teknologi Pengajaran.Bandung:

Sinar Baru Algesindo Offset.Suri, Suri, Syofyan.(2000). Komunikasi Antar

Pribadi (Suatu Tinjauan).Padang:

FIP UNP.

Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Many African choirmasters in Kenya have a good basic knowledge of tonic-solfa notation, but if their capacity to read music is restricted to this system, they will be severely