• Tidak ada hasil yang ditemukan

2020 PROGRAM DOKTOR PAI MULTIKULTURAL PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA) OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "2020 PROGRAM DOKTOR PAI MULTIKULTURAL PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA) OLEH :"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Disertasi

OLEH :

MUHAMMAD KHAIRIL MUSTOFA NPM : 21603011035

PROGRAM DOKTOR PAI MULTIKULTURAL PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA)

2020

(2)
(3)

Disertasi Diajukan kepada

Pascasarjana Univeritas Islam Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Doktor

Pendidikan Agama Islam Multikultural

OLEH :

MUHAMMAD KHAIRIL MUSTOFA NPM : 21603011035

PROGRAM DOKTOR PAI MULTIKULTURAL PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA)

2020

(4)

Multikultural. Pascasarjana Universitas Islam Malang Promotor : Prof. Dr.

H. M. Djunaidi Ghoni. Co-Promotor : Prof. Dr. H. Ya’qub Cikusin, M.Si.

Kata Kunci : Implementasi, nilai endidikan Islam multikultural, budaya damai.

Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga non formal yang memberikan kontribusi adanya perdamaian. Namun untuk dapat mewujudkan adanya perdamaian tersebut membutuhkan proses, mulai dari perencanaan, implementasi sampai kepada evaluasi yang panjang.

Penelitian ini berhubungan dengan fenomena mendalam mengenai implementasi nilai-nilai budaya damai di pesantren yang dipandang sebagai salah satu tujuan kegiatan pembelajaran kepada para santri. Fokus utama penelitian ini didasarkan kepada fenomena implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan, yaitu : 1) Bagaimana nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan, 2) Bagaimana proses implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan, 3) Bagaimana model implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di pondok pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan.

Dalam rangka mendapatkan gambaran dari hasil penelitian, dilakukan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dan pendekatan yang digunakan adalah menggunakan pendekatan fenomenologi. Adapun tekhnik pengumpulan data melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara snowball sampling. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data skunder. Sedangkan analisis data menggunakan pendapat Miles dan Huberman.

Hasil kajian lapangan diperoleh temuan : Pertama; Nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural. Kedua; Proses implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural melalui kegiatan dipesantren. Ketiga; Model impelemtasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pesantren Ngalah dilakukan secara partisipatif.

Penelitian ini memberikan implikasi teoritis yaitu menguatkan teori yang dibangun oleh Grindle tentang implementasi yaitu Implementation as A Political and Administrative Procces. Dalam nilai pendidikan Islam multikultural, penelitian ini memberikan penguatan teori yang dibangun oleh Aly yang menemukan nilai demokrasi, kesetaraan, keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kedamaian, sikap mengakui, menerima dan menghargai keberagamaan. Dalam kehidupan harmoni di pesantren penelitian ini menguatkan teori yang dikemukakan oleh Asna Husin tentang harmoni holistik.

(5)

Malang. Promoter: Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghoni. Co-Promoter: Prof. Dr.

H. Ya'qub Cikusin, M.Si.

Keywords: Implementation, multicultural Islamic educational values, culture of peace.

Islamic boarding school is a non-formal institution that contributes to peace.

However, to be able to realize this peace requires a process, from planning to implementation to a long evaluation.

This research deals with a profound phenomenon regarding the implementation of peaceful cultural values in Islamic boarding schools which are seen as one of the objectives of learning activities for students. The main focus of this research is based on the phenomenon of implementing the value of multicultural Islamic education in caring for a culture of peace at the Ngalah Purwosari Pasuruan Islamic Boarding School, namely: 1) How is the value of multicultural Islamic religious education in caring for a culture of peace at Islamic boarding school Ngalah Purwosari Pasuruan, 2) How is the process of implementing values multicultural Islamic religious education in caring for a culture of peace at Islamic boarding school Ngalah Purwosari Pasuruan, 3) How is a model for implementing the value of multicultural Islamic religious education in caring for a culture of peace in the Ngalah Purwosari Pasuruan Islamic boarding school.

In order to get an overview of the research results, research was conducted using qualitative research types and the approach used was a phenomenological approach. The data collection techniques are through participant observation, in- depth interviews, and documentation. Retrieval of data in this study by means of snowball sampling. In this study, two types of data were used, namely primary data and secondary data. Meanwhile, data analysis used the opinion of Miles and Huberman.

The results of the field study found the following findings: First; The value of multicultural Islamic religious education. Second; The process of implementing the value of multicultural Islamic religious education through Islamic education activities. Third; The model of implementing the value of multicultural Islamic religious education in caring for a culture of peace in the Ngalah Islamic Boarding School is carried out in a participatory manner.

This research provides theoretical implications, namely strengthening the theory built by Grindle on implementation, namely Implementation as A Political and Administrative Process. In the value of multicultural Islamic education, this research provides a strengthening of the theory built by Aly which finds the values of democracy, equality, justice, humanity, togetherness, peace, acknowledgment, acceptance and appreciation of diversity. In the harmony life in the pesantren, this research strengthens the theory put forward by Asna Husin about holistic harmony.

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Pengantar

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan Islam yang mempraktekkan multikulturalisme dan memiliki karakter plural serta menyimpan potensi kesadaran multikultural. Selain itu, peneliti memilih budaya damai sebagai salah satu fokus kajian karena peneliti beranggapan lembaga pondok pesantren merupakan salah satu lembaga yang mengkaji dan menerapkan budaya damai khususnya pondok pesantren salafiyah.

Berbagai kajian tentang implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural telah banyak dilakukan oleh para pakar khususnya pada lembaga pendidikan formal, akan tetapi kajian khusus tentang implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di pondok pesantren jalur non formal belum banyak dilakukan. Penelitian ini akan menjawab originalitas kajian tentang proses implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan Jawa Timur .

B. Konteks Penelitian

Dari hasil studi pendahuluan di pondok pesantren Ngalah yang dilakukan melalui wawancara menunjukkan bahwa pesantren Ngalah berasal dari berbagai strata sosial karena Indonesia merupakan bangsa yang majemuk.

Kemajemukan tersebut ditandai dengan beragamnya etnis, suku, agama,

(7)

budaya, dan adat-istiadat yang terdapat di dalamnya. Beragam masyarakat dengan latar belakangnya yang berbeda dan unik tersebut menjadi sebuah keniscayaan dan realita bangsa Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke berbagai kebudayaan yang beragam mengenai penduduk Indonesia melingkupi kehidupan masyarakatnya. Kebudayaan bangsa Indonesia yang beragam dan unik tersebut, di satu sisi, berpotensi menjadi kekuatan yang bisa menyatukan dan memperkaya bangsa Indonesia itu sendiri. Sebaliknya kemajemukan dan kebudayaan yang beragam tersebut berpotensi pula menjadi bahaya laten yang dapat mengancam integrasi bangsa Indonesia apabila tidak dikelola dengan baik oleh karenanya pesantren ini tidak dikhususkan bagi kalangan tertentu tetapi bagi semua masyarakat (W.01.01 Maret 2018).

Pesantren memiliki budaya yang berbeda dengan lembaga pendidikan lainya. Budaya kesamaan, kesetaraan, kebersamaan, meskipun sebagian kalangan menganggap pesantren sumber radikalisme, mereka beralasan bahwa; Pertama, karena pesantren merupakan metode pendidikan yang di impor dari luar negeri khususnya di daerah Timur Tengah yang merupakan basis sumber Islam radikal. Kedua, corak pemikiran dunia pesantren cenderung tekstual skripturalistik, tidak memahami konteks di mana agama atau al-Quran dan Hadits itu berkembang. Tentu tuduhan itu meresahkan masyarakat Muslim Indonesia karena pesantren yang ada di Indonesia tidak begitu adanya. Jikalau yang disebutkan ciri di atas adalah itu merupakan ciri pesantren radikal yang jumlahnya tidak banyak di Indonesia. Pesantren- pesantren yang tersebar di Indonesia adalah pesantren yang murni memegang

(8)

paham moderat dan mengembangkan paham ahlussunnah wa al-jamaah (W.02.03 Maret 2018).

Dari hasil grand tour pertama yang dilakukan peneliti ke pondok pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan sejak September 2017, peneliti menemui salah satu menantu dari pengasuh, dan beliau mengatakan bahwa arti pondok pesantren Ngalah adalah nang Allah atau mencari ilmu karena Allah dan ingin mendekatkan diri kepada Allah. Makna ngalah sebenarnya memiliki arti ketabahan dan kesabaran. Ngalah dalam arti tidak kalah bertarung tetapi mengalah demi kebaikan. Dari perjalanan mendirikan pesantren tantangan demi tantangan, cobaan demi cobaan selalu beliau hadapi dengan kesabaran dan ketabahan (ngalah). Akhirnya kiai Sholeh memberikan nama dengan pondok pesantren Ngalah. Pada tahun 1977, KH. M. Bahruddin Kalam mendirikan Yayasan Darut Taqwa di Desa Carat, Gempol. Beliau adalah ayahanda dari pendiri dan pengasuh pondok pesantren Ngalah yakni, KH. M. Sholeh Bahruddin yang kemudian mendirikan pondok pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan pada bulan Agustus 1985 M atau bertepatan pada bulan Dzul Hijjah 1404 H. Tujuan didirikannya adalah turut serta mencerdaskan anak bangsa (W.6.15 Maret 2018).

Pondok pesantren Ngalah berada di tengah-tengah masyarakat Muslim pedesaan. Hubungan antara keluarga besar pondok pesantren Ngalah dengan masyarakat sekitarnya terjalin sangat harmonis. KH. Sholeh Bahrudin adalah putra pertama dari sebelas bersaudara, putra dari pasangan KH. Bahruddin dan Ny. Siti Shofurotun. Dilahirkan di Desa Carat Gempol Pasuruan, tanggal

(9)

09 Mei 1953 M. Selesai mendalami pendidikan agama di berbagai pondok pesantren, pada usia 22 tahun, tepatnya pada tahun 1975, beliau menikah dengan Ny. Hj. Siti Sa’adah dari Trenggalek. Hingga sekarang beliau dikaruniai sepuluh putra, yaitu Siti Muthoharah, Atik Hidayati, Ahmad Syaikhu, Siti Faiqoh, Luluk N, Siti Khurrotin, M. Faishal (Alm), M.

Busthomi (Alm), Siti Hajar dan Siti Nuronia (W.06.15 Maret 2018).

Secara sosio-geografis pesantren Ngalah terletak dipinggiran kota, sekitar 2 kilometer dari jalan raya kecamatan Purwosari yang terletak antara kecamatan Sukorejo dan kecamatan Purwosari. Dekat dengan jalan raya Malang-Surabaya dan dekat dengan stasiun kereta api. Karena terletak antara dua kecamatan maka, tidak jauh pula dengan pasar Sukorejo dan pasar Purwosari. (O.8 Desember 2017)

Kultur yang ada dipesantren dengan berbagai macam latar belakang santri membawa keunikan dan tantangan tersendiri. Keunikan yang ada dipesantren yaitu ada tradisi makan bareng dengan memakai layah (sejenis piring besar berasal dari anyaman bambu) yang biasanya dilakukan oleh pihak pesantren untuk menanamkan nilai-nilai persaudaraan, kesetaraan dan keguyuban. Saat makan bersama semua santri meninggalkan etnis, bahasa, ras, suku masing-masing, sehingga tercipta suasana yang damai dan tidak menimbulkan pertengkaran antar santri. Nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural yang nampak pada saat peneliti melakukan observasi ke pondok pesantren Ngalah adalah persaudaraan antara santri meskipun memiliki latar

(10)

belakang budaya, sosial dan ekonomi yang berbeda, selain itu nampak sekali nilai kebersamaan antara para santri di pesantren

(

O. 9 Desember 2017)

.

Hasil pengamatan peneliti bahwa kegiatan di pondok pesantren Ngalah sebelum kegiatan ngaji harian diawali dengan shalat subuh berjama’ah.

Terlihat sebagian santri putra menuju ke mushola. Terdengar lantunan sebuah puji-pujian dari pengeras suara yang ada di masjid dengan menggunakan bahasa Arab yaitu membaca shalawat kepada Nabi Muhammad yang dilantunkan secara berulang-ulang sampai imam datang. Ba’da shalat subuh berjama’ah, para santri melakukan kegiatan pengajian kitab kuning. Setelah usai mengaji santri mempersiapkan diri untuk makan dan berangkat ke sekolah. (O.7 Desember 2017)

Selain kegiatan yang membawa pada budaya damai di pesantren.

Menurut informan di pondok pesantren ngalah Sengonagung Purwosari ada kegiatan yang dilakukan bersama antara kelas MI, MTS, MA dan tidak terjadi perkelahian atau merasa saling bermusuhan. Ada kegiatan ngaji bersama yang dilakukan setiap hari atau ngaji harian. Kegiatan ngaji harian yang biasanya di sebut dengan madarasah al-Qur`an dan pengajian kitab kuning dimulai setelah shalat subuh yaitu 05.00 – 06.00. Kegiatan madrasah al-Qur`an wajib diikuti oleh semua santri. Sedangkan pengajian kitab kuning diikuti oleh santri dewasa. (W.03. 5 Maret 2018)

Budaya damai di pesantren hampir sudah merambah pada pesantren modern dan salafiyah. Meskipun dua istilah pesantren tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Pesantren salafiyah atau pesantren yang masih

(11)

mempertahankan nilai-nilai tradisional, menyimpan potensi kesadaran multikultural. Wacana lokal dan rasionalitas lokal selama ini sudah menjadi custom atau tradisi pesantren. Demikian pula, konsep kemajuan bagi pesantren

ini juga bertitik tolak dari tradisi sehingga tidak mengalami keterputusan sejarah. Keberadaan pesantren ini menjadi sangat langka saat ini. Eksistensi pesantren salafiyah yang makin lama makin tergerus oleh perubahan dan berubah menjadi pesantren khalaf (modern). Fenomena ini tentu tidak bisa dipungkiri bahwa lembaga pesantren harus eksis di tengah perubahan dunia global. (W.03.5 Maret 2018).

Di Pondok Pesantren Ngalah ada berbagai lembaga pendidikan formal mulai jenjang PAUD, RA, MI, MTs, SMP, MA, SMK dan SMA, bahkan Perguruan Tinggi yaitu universitas Yudharta Pasuruan. Selain itu ada pendidikan non formal madrasah diniyah jejang anak-anak, ula, wustho dan mu`allimin-mu’allimat (ulya). Selain itu di pesantren Ngalah ada kegiatan

pendidikan in formal yaitu thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah wal Mujahadah dan thariqah Qadariyah wa Naqsabandiyah. (W.09. 31 Maret 2018).

Pondok pesantren Ngalah memiliki sekitar 2.485 siswa. Jumlah tersebut dihitung yang mukim di pondok maupun yang pulang ke kediaman masing- masing. Berdasarkan data yang diperoleh dari yayasan pondok pesantren Ngalah , santri yang bertempat tinggal di pesantren ini 911 orang santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia antara lain: Jawa Barat, Bali, Riau, Kalimantan, Sulawesi, Jakarta, dan dari Jawa Timur. Total keseluruhan siswa siswi PPN yang ada di MTs berjumlah 349, SMP 320, MA 235, SMA 302, dan

(12)

SMK 368. Meneliti budaya damai dari perspektif multikultural pendidikan yang ada di pondok pesantren Ngalah menjadi penting untuk dikaji secara mendalam dan sungguh-sungguh. Agar terciptanya rasa persaudaraan, rasa kekeluargaan dalam menjalin keharmonisan, rasa persatuan apalagi sesama muslim sekalipun berbeda asal usul tempat tinggal mereka. (W.09.31 Maret 2018).

Berdasarkan pada konteks di atas penelitian ini mengakaji tentang fenomena pesantren salafiyah yang mengedepankan nilai-nilai tradisional dengan santri yang memiliki latar belakang yang beragam etnis, suku, ras dan ekonomi, keagamaan, bahasa serta kultur. Keragaman yang berbeda mampu disatukan dengan wadah kedamaian melalui nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural yang diimplementasikan dalam kegiatan di pesantren. Budaya perdamaian ini mampu memberikan pemahaman ke santri untuk meninggalkan strata sosial yang dibawa santri ke pesantren. Dari pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti maka sangat tepat peneliti mengangkat tema

”implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai dipesantren.”

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks di atas, maka dapat dirumuskan fokus penelitian tentang implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di pondok pesantren Ngalah dijabarkan dalam 3 permasalahan pokok, sebagai berikut :

(13)

1. Bagaimana nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan ? 2. Bagaimana proses implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam

multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan ?

3. Bagaimana model pengawasan implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu :

1. Memperoleh pemahaman secara mendalam dan menemukan temuan nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural yang ada di pesantren dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan.

2. Memperoleh pemahaman secara mendalam dan menemukan temuan proses implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan.

3. Memperoleh pemahaman secara mendalam dan menemukan temuan model pengawasan implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan.

(14)

E. Manfaat Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis antara lain dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Adanya kajian ilmiah terkait nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di pesantren.

b. Menghasilkan rumusan tentang proses implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di pesantren.

c. Menghasilkan rumusan tentang model implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di pesantren.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran tentang bentuk nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam membentuk budaya damai di pesantren.

b. Memberikan gambaran tentang proses implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam membentuk budaya damai di pesantren.

c. Memberi masukan kepada Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional, yayasan pendidikan, dan organisasi keagamaan yang menyelenggarakan pendidikan tentang pentingnya penanaman nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam rangka membentuk budaya damai.

(15)

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan interpretasi maka perlu dijelaskan arti istilah-istilah yang dipakai dalam judul dan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Implementasi

Menurut Maskuri (2017:23) implementasi memiliki makna tindakan- tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

2. Pendidikan Keagamaan Islam

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama No 55 tahun 2007 pendidikan keagaman merupakan pendidikan yang membuat peserta didik untuk mampu menjalankan perannya yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama atau menjadi ahli imu agama dan mengamalkan ilmu agamanya di masyarakat.

3. Pendidikan keagamaan Islam Multikultural

Fadlil (dikutip Arifin, 2004:18), memberikan pengertian “pendidikan keagamaan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya”.

Pendidikan keagamaan Islam multikultural merupakan proses pendidikan yang berprinsip pada dasar demokrasi, kesetaraan dan keadilan; berorientasi kepada kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian;

serta mengembangkan sikap mengakui, menerima dan menghargai

(16)

keragaman yang didasarkan pada hukum normatif agama yaitu berdasarkan al-Qur’an dan hadits. Dalam konteks penelitian ini, yaitu pendidikan keagamaan Islam yang dilakukan dengan memakai dasar Al- Qur`an dan Sunnah yang didalamnya terdapat ajaran tentang demokrasi, kebersamaan, kedamaian, keadilan dan sikap menerima dan menghargai keragaman.

4. Budaya Damai

Menurut UNESCO budaya damai ada enam yaitu rasa saling a).

Penghargaan terhadap kehidupan (Respect all life) b). Anti kekerasan (Reject violence) c). Berbagi dengan yang lain (Share with others) d).

Mendengar untuk memahami (listen to understand) e). Merawat kelestarian bumi (Preserve the planet) f. Menemukan kembali solidaritas (Rediscover solidarity).

5. Pondok Pesantren

Pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu. Sedangkan perkataan pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan ‘pe’ di awalnya dan ‘an’

pada akhirannya, maka artinya adalah tempat tinggal santri. Dhofier (2011:

41). Pengertian dalam konteks penelitian ini adalah sebuah asrama yang digunakan oleh para santri dalam belajar dan sekaligus sebagai tempat tinggal.

(17)

277 PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan fokus penelitian, paparan data, temuan data dan pembahasan, maka penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan dalam penelitian yaitu:

1. Nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di pesantren Ngalah yaitu melalui wejangan dan keteladanan. Kiai menjadi modeling dalam kehidupan di pesantren sehingga santri akan mengikuti apa yang menjadi pesan, harapan dan keinginan kiai. nilai- pendidikan keagamaan Islam tersebut disampaikan melalui kagiatan mengaji, pengajian, dan rapat di pesantren yang meliputi nilai Demokrasi (al musyawwir), Kesetaraan (al musyawa), Keadilan (al ‘adl), Kebersamaan (al ta’ruf), Kasih Sayang (al rahim) dan Persaudaraan (al ihwa).

2. Proses implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam dipesantren dalam bentuk kegiatan keagamaan maupun sosial, antara lain: (a) Nilai demokrasi dipraktikan dalam Kegiatan pengenalan lingkungan pesantren, Kegiatan pemilihan ketua asrama, Kegiatan rutinitas mengaji, Kegiatan muhadharah, Kegiatan fikih galak gampil. (b) Nilai kesetaraan (al musyawa) dan keadilan (al ‘adl), melalui : Kegiatan mengaji tiap hari, Kegiatan membaca manaqib dan diba’, Pengajian Thariqah, Ta’zir bagi santri. (c) Nilai kasih sayang (al rahim) dan persaudaraan (al ihwa),

(18)

Implementasi nilai kebersamaan (al ta’ruf), melalui Sholat berjama’ah dan dzikir, Ro’an mingguan dan akbar, Pembacaan dzikrul ghofilin.

3. Model pengawasan impelemtasi nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural dalam merawat budaya damai di pesantren Ngalah dilakukan secara internal dan eksternal. Pengawasan internal dipesantren dilakukan saat (a) Kegiatan Jamaah Shalat, (b) Kegiatan Mengaji Kitab Kuning, (c) Kegiatan Dibaiyyah, (d) Kegiatan Membaca Barzanji, (e) Kegiatan Manaqiban, (f) Kegiatan Muhadloroh, (g) Ro`an di Lingkungan Asrama, (h) Kegiatan Mendoakan Keselamatan bersama, (i) Kajian Fiqih Galak Gampil, (j) Melaksanakan Sholat Sunnah Malam Jumat.

sedangkan pengawasan eksternal yaitu pengawasa pesantren dan pengawasan dari luar pesantren. Masyarakat sebagai bagian dari pengawasan eksternal yang akan menilai secara langsung, baik berupa laporan maupun masukan tentang kegiatan santri di luar lingkungan pesantren. kegiatan yang menjadi pengawasan eksternal yaitu (a) Dialoq dengan Tokoh Lintas Agama, (b) Kegiatan Takjil dengan Lintas Agama GKJW Pandaan, (c) Kunjungan 100 Pendeta dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jawa Timur, (d) Menghadiri Undangan Perayaan Natal.

B. Implikasi Hasil Penelitian 1. Implikasi Teoritis

Penelitian ini memberikan implikasi teoritis yaitu menguatkan teori yang dibangun oleh Grindle tentang implementasi yaitu Implementation

(19)

fenomena yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, yaitu : Pertama, keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih. Kedua, keberhasilan sesuatu amat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).

Kiai memiliki peran sangat strategis dalam merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi sebuah kebijakan di pesantren.

Keberhasilan implementasi kebijakan tidak hanya tergantung pada kemampuan kiai memberikan amanah kepada bawahannya, namun juga memerlukan komunikator yang mampu menterjemahkan keinginan, ide dan gagasan yang diutarakan kiai. Pemahaman yang komprehensif akan konteks kebijakan sangat diperlukan khususnya yang menyangkut dengan implementor, penerima implementasi, dan arena konflik yang mungkin terjadi di antara para aktor implementasi, serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan.

Penelitian ini juga relevan dengan yang dikemukakan oleh Abd Rahman Mas`ud tentang tasyabbuh yaitu kiai merupakan contoh ideal yang selayaknya dan seterusnya diikuti dalam komunitas pesantren.

Konsep watashabbahu in lam takunu mithlahum innattashabbuhu birrijali fallahu dimana kiai menjadi model dalam bertindak yang

(20)

yang ideal.

Dalam penerapan nilai pendidikan Islam, penelitian ini memberikan penguatan teori yang dibangun oleh Aly yang menemukan nilai demokrasi, kesetaraan, keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kedamaian, sikap mengakui, menerima dan menghargai keberagamaan. Gagasan Arifin yang menemukan substansi dari pendidikan Islam multikultural adalah kesediaan menerima orang atau kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, agama. Serta konsep dalam al-qur’an yang memuat secara komprehensif tentang nilai pendidikan Islam multikultural.

Di pesantren Ngalah relasi antara minoritas dan mayoritas menjadi cerminan kehidupan persaudaraan, persamaan dan kasih sayang, antara beberapa tokoh agama dengan pihak pesantren. Relasi ini bukan berarti mengikuti keyakinan antar agama tetapi sebagai bentuk penerapan kehidupan rahmatan lil `alamin. Seperti yang dilakukan oleh pesantren Ngalah yaitu kunjungan beberapa tokoh agama GKJW dan biarawati ke pesantren dalam rangka melihat kultur para santri dan keteladanan kelauarga kiai. Bentuk kehidupan yang harmoni antar agama juga ditunjukkan oleh pesantren Ngalah terhadap agama lain yaitu memberikan ucapan natal pada perayaan natal umat Kristen. Selain itu, ada kegiatan pembagian takjil yang dilakukan oleh santri dengan pemuda Kristen. Relasi harmoni yang demikian menguatkan teori Law (2009)

(21)

kebersamaan setidaknya dalam tiga aspek: tujuan bersama (mutual goals), pencapaian tujuan yang saling menguntungkan (mutual benefits from achieving goals) dan saling menguatkan identitas (mutual identity).

Ketiga jenis saling ketergantungan yang positif perlu dilembagakan dalam institusi ekonomi, politik dan pendidikan masyarakat

Penelitian ini mengafirmasi teori Galtung mengenai positive peace dimana adanya kondisi-kondisi sejahtera dan hubungan yang adil (sosial, ekonomi, politik dan lingkungan). Dalam konteks hubungan sosial antara masyarakat, santri dan alumni tidak ada pertikaian atau konflik yang terjadi antara masyarakat sekitar baik berkenaan hidup sosial, lingkungan maupun keagamaan. Di pesantren hubungan santri dengan santri yang lain memang ada kalanya konflik, namun itu terjadi pada awal-awal santri baru sebagai komunikasi dilaogis dengan lingkungan. Hal ini sangat wajar terjadi antara santri dengan santri yang lain, namun demikian semakin lama santri akan saling mengenal dan terjadi hubungan yang harmoni.

Dalam kehidupan harmoni di pesantren penelitian ini menguatkan teori yang dikemukakan oleh Hasni tentang harmoni holistik yaitu harmoni dalam hubungan dengan Allah (hablumminallah), harmoni hubungan dengan manusia (hablum minannas), harmoni dengan diri sendiri dan harmoni dengan lingkungan. Tradisi ini yang kemudian di pegang erat dan dilestarikan oleh pesantren Ngalah dalam kegiatan

(22)

menginternalisasikan nilai-nilai dari tardisi mengaji, kemudian mampu diterapkan dalam kegitan sosial di lingkungan santri, kemudian mampu menerapkan dalalm lingkungan masyarakat. Tradisi demikian menguatkan kehidupan damai yang di kemukakan oleh UNESCO (2001) yaitu inner peace, social peace dan environmental peace.

Dalam konteks pesantren, inner peace dapat dilihat yaitu harmoni, kedamaian diri, kesehatan yang baik, tidak ada konflik batin, suka cita, rasa kebebasan, pemahaman, kedamaian ruhani, rasa kebaikan hati. Pada social peace munculnya rasa damai antara santri, resolusi, cinta, persahabatan, persatuan, saling pengertian, persaudaraan, toleransi, persatuan, demokrasi dan moralitas. Sedangkan pada environmental peace yaitu munculnya sikap damai dengan lingkungan sekitar.

2. Implikasi Praktis

Disertasi ini secara praktis dapat diadopsi dalam mengimplementasikan nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural pada lokus yang memiliki problem dalam merawat budaya damai.

Disertasi ini merekomendasikan konteks obyek yang heterogen. Nilai pendidikan keagamaan Islam multikultural harus d iimplementasikan secara holistik dan integratif.

Penelitian ini dilakukan karena pengelolaan pesantren dengan adanya keragaman kultur santri dalam rangka mewujudkan kedamaian sangat bervariasi. Di beberapa pesantren banyak ditemukan, dengan latar

(23)

pendidikan Islam multikultural sehingga terwujud hidup damai berdampingan.

Nilai pendidikan keagamaan Islam merupakan nilai yang sejak lama ada dalam kultur pesantren, sebab pesantren merupakan kumpulan santri yang memiliki kemajemukan ras, suku, bahasa, budaya, lingkungan. Karena pesantren sebagai bentuk kemajemukan, maka pesantren harus mampu memberikan rasa damai pada santri.

Proses implemetnasi nilai pendidikan keagaman Islam dalam merawat budaya damai di pesantren dapat dilaksanakan secara efektif dengan cara : Pertama, melalui peran kiai sebagai pengasuh dan pusat kebijakan yang memiliki kharisma dan kewibawaan mampu menggerakkan seluruh elemen di pesantren untuk melaksanakan nilai pendidikan Islam sebagai langkah merawat budaya damai yang telah ada di pesantren. Bagaimanapun pesantren tidak hanya sebagai lembaga tafaqquh fiddin namun harus mampu mencerminkan sikap toleransi, damai, kerukunan dan persudaraan sesama umat manusia.

Kedua, dalam implementasinya, khususnya di pesantren seluruh elemen yang ada di pesanstren menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam yaitu sebagai rahmatan lil alamin. Implementasi nilai-nilai demokrasi, keadilan, persamaan, persudaraan, kebersamaan akan menjadi pedoman dalam hidup yang rukun, harmoni dan penuh kedamaian.

(24)

C. Saran

Peneliti sangat berharap adanya penelitian lanjut mengenai nilai pendidikan Islam di pesantren. Dari temuan penelitian ini, terdapat beberapa saran sebagai berikut:

1. Pengasuh atau pengelola pondok pesantren Ngalah, hendaknya nilai pendidikan keagamaan Islam di pesantren didukung dengan bentuk kebijakan yang tertulis dan dapat dipedomani oleh semua elemen di pesantren. Selain itu pesantren hendaknya membuat kurikulum yang secara spesifik membahas tentang nilai pendidikan Islam di pesantren.

2. Pemerintah, Kemenag dan Kemendikbud

Implementasi nilai pendidikan keagamaan Islam di pesantren bersifat build in artinya semua elemen yang ada di pondok pesantren telah berpartisipasi aktif dalam menjalankan nilai multikultural dengan cara by action. Untuk itu pihak pemerintah diharapkan untuk menjaga kemudian menemukan model penerapan nilai pendidikan keagamaan Islam di pesantren atau lembaga pendidikan yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

3. Peneliti

Karena penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan, maka perlu untuk dilakukan penelitan lebih lanjut terutama tentang nilai-nilai dan kultur yang ada di pesantren. Point penting yang juga patut untuk diteliti yaitu budaya damai yang ada di pesantren, dimana pesantren sebagai lembaga

(25)

keberagaman dan keagamaan.

(26)

Aly, Abdullah, 2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren, Telaah terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Andrew F. Wood & Matthew J. Smith. (2005). Online Communication: Linking Technology, Identity and Culture New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc

Arifin, Imron, 2004. Kepemimpinan Kyai dalam Pengajaran Kitab Islam Klasik:

Kasus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang (Malang: Kalimasahada Pers.) Arifin, Imron, 2010. Kepemimpinan Kyai dalam Pelaksanaan Manajemen Pondok Pesantren: Kasus Pesantren Tebuireng Jombang (Yogyakarta: Aditya Media)

Arifin, Zainal, 2018. Pendidikan Multikultural Upaya Menumbuhkan Kesadaran Multikultural, Al-Insyiroh Volume 2, Nomor 2

Azra, Azyumardi, 1999 Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi MenujuMillenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu)

Baidhawy, Zakiyuddin, 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural.

(Jakarta: Erlangga)

Baker G.C. 1994. Planning dan Organizing for Multicultural Instruction (2nd).

California: Addison-Elsey Publishing Company

Bakri, Maskuri, 2017. Formulasi dan Implementasi Kebijakan Pendidikan Islam, (Surabaya: Visipress Media)

Belkaoui, Ahmad sebagaiman dikutip Syafri, Sofyan Harahap, 1992.

Akuntansi, Pengawasan dan Manajemen dalam Perspektif Islam (Jakarta: FE Universitas Trisakti)

Bikhu, Parekh, 2008. Rethinking Multiculturalism, Keragaman Budaya dan Teori Politik, Kanisius, (Yogyakarta)

Bogdan, Robert C. & Sari Knopp Biklen, 1998 Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods (Boston: Alyn and Bacon, Inc.

(27)

http://www.suaraguru.wordpress.com/.Diakses pada tanggal 27 September 2019

Cikusin, Yaqub, 2018. The Value Orientation of Multicultural Islamic Education in the Sipakatau Culture: Ethnographic Studies in Social Change IJoASER, Volume 1, Issue 3, November

Cikusin, Yaqub. 2006. Relasi BPD-Kepala Desa dan Transformasi Sosial.

Surabaya: Disertasi Program Studi Ilmu Sosial Program Pascasarjana Universitas Airlangga

Cikusin, Yaqub. 2016. Perkembangan Masyarakat Multikultural. (Malang:

Unisma)

Creswell, John W., 2002. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approachess (California: Sage Publications)

Denzin, K. Norman & Lincoln, S. Yonna, 2009 handbook of qualitative research, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar)

Departemen Agama RI. 2000. Al-Qur’am dan Terjemahan. (Surabaya: Mahkota) Departemen Pendidikan Nasional Pusat Perbukuan, 2003. Ensiklopedi Islam,

(Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve)

Dhofier, Zamakhsari, 1999 Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES)

Durkheim, Emile, 1990. Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Erlangga)

Emzir, 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Jakarta: Rajawali Pers)

Flippo, B. Edwin, 1996. Manajemen Personalia. Vol. 1 terj. Moh. Mas’ud (Jakarta: Erlangga)

Furnivall, J.S. 1939. Netherlands India. Cambridge, Massachusset: Harvard University Press

(28)

Studi Kultural (Jakarta: Indonesia Tera)

Hayadin, Peneliti pada Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag RI.

Hefner, Robert W., 2007. Politik Multikulturalisme; Menggugat Realitas Kebangsaan (Jogjakarta: Kanisius)

Hilmy, Masdar, 2002 Melembagakan Dialog (antar teks) Agama, Kompas, (5 April)

Husin, Asna, 2010. “Reviving Islamic Philosophy: Problems and Possibilities in Indonesia,” in Philosophia Islamica: The Journal of the International Society for Islamic Philosophy

Islamy, Irfan, 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara (Jakarta: Bina Aksara)

James A. Banks, 1993. An Introduction to Multicultural Education (Boston: Ally and Bacon Press)

James A. Banks, 1993. Multikultural Education: Historical Development (Boston:

Ally and Bacon Press)

James P. Spradley, 1980. Participant Observation (New York: Holt, Rinehard and Winston)

James P. Spradley, 1980. Participant Observation (New York: Holt, Rinehart and Winston)

Johan Galtung, dalam M. Salla (ed), 1995. Essays on Peace (Brisbane, University of Queensland Press)

Johnson, Charles E. et all. 1974. Psychologhy and Teaching (Bombay: D.B Taraporevala Sons & co. Private Limited)

Laily, Fitriani, 2015. Pendidikan Peace Building di Pesantren: Sebuah Upaya Mencegah Radikalisasi (Ulul Albab Volume 16, No.1)

Laws, K., 2009, Global awareness, global competence, global citizenship?

Changing our mental models to address a different future. Taipei Civil Service Development Institute. Address to senior civil servants, October

(29)

Applying ICT on Pesantren in South Sulawesi, Indonesia. ISSUE 8, vol 6.

Mahfud, Choirul, 2010. Pendidikan Multikultural (Jakarta: Pustaka Pelajar)

Marhumah, Ema. 2011. Konstruksi Sosial Gender di Pesantren; Studi Kuasa Kiai Atas Wacana Perempuan. (Yogyakarta: LKiS)

Mas`ud, Abd Rahman, 2010. Memahami Agama Damai Dunia Pesantren,”Peran Pesantren dalam Mengembangkan Budaya Damai” (Jakarta: Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan) Melalatoa, Junus (Ed.) 1997. Sistem Budaya Indonesia (Jakarta: Pamator) Miles & Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press)

Moleong, Lexy J., 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya)

Muchasan, Ali, 2018. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren Inovatif Volume 4, No. 1 Pebruari

Mudzhar, Atho’, Juni 2008. “Menimbang Pengembangan Pendidikan Islam Multikultural”, dalam Jurnal Edukasi

Muhaimin, 2001. Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya) Munawir AM., 2009 “Pandangan Guru Pendidikan Agama Islam tentang

Hubungan Antar Umat Beragama Perspektif Pendidikan Multikultural”, Tesis, Progam Studi Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Munif, 2016. Multikulturalisme dalam pendidikan Madrasah: Nilai, implikasi dan model pengembanganya. (Surabaya: Imstiyaz)

Naim, Ngainun dan Syauqi, Ahmad, 2008. Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media)

Ngainun, Nai’im & Ahmad Sayuqi, (2011 ) Pendidikan Multikultural konsep dan aplikasi cet. Ke-3; (Jogjakarta: Arruz Media)

Qayyim, Ibnul (2/133, 137, 138), an-Nihâyah fî Gharîbil-Hadîts wal-Atsâr

(30)

Sihab, Alwi, 1999. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka, dalam Beragama, (Bandung: Mizan)

Steubert, H.J & Crpenter, D.R (2003). Qualitative Research in Nursing Advaincing The numeristic imperative (3 ed). lippincott: Philadelphia

Subarsono, 2008. Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar)

Subarsono, AG., 2011. Analisis Kebijakan Publik : Konsep Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Tachan, 2006. Implementasi Kebijakan Publik (Bandung: AIPI)

Wahab, Abdul, Solichin, 2014. Analisis Kebijakan dari Reformasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik (Jakarta: Bumi Aksara)

Wahid, Abdurrahman. 2001. Menggerakkan Tradisi Esai- Esai Pesantren (Yogyakarta: LKIS)

Wattimena, Reza, A.A., 2010. Multikulturalisme untuk Indonesia (Yogyakarta:

Kanisius)

Wibawa, Samodra, 2002. Evaluasi Kebijakan Publik (Jakarta: Raja Grafindo Persada)

Winarno, Budi, 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik (Yogyakarta: Media Pressindo)

Winn, Robert. C. And Green, Robert. S. 1998. Applying Total QualityManagement to the Educational Process. Great Britain

Yaqin, M Ainul, 2005. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural Understanding (Yogyakarta: Nuansa Aksara)

Ziemek, 1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial (Jakarta: P3M)

Referensi

Dokumen terkait

Unisma Sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang dimaksud adalah salah satu kampus swasta bebasis islam di Malang, dalam pelaksanaan pendidikannya sangat ditekankan

Akan tetapi, penerapan pendidikan multikultural adalah hal yang mestinya di fikirkan oleh pihak pesantren dan madrasah di dalam mengelola lembaga pendidikan tersebut

Kesimpulan penelitian ini adalah: 1 Implementasi pendidikan agama Islam PAI berwawasan multikultural di SMAN 8 Malang, dilakukan melalui 2 tahap, yaitu: a Kegiatan pembelajaran

Terkait dengan diterapkannya strategi pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural pada Program Doktor S3 PAI ini adalah sebagai upaya untuk melahirkan

7 2013 Seminar Nasional: Kajian Implementasi Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Hukum Indonesia, bekerja

Volume 12 (1) Maret 2021|47 Internalisasi nilai pendidikan Islam berbasis multikultural juga dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan islam dengan berbagai strategi,

Perencanaan Pendidikan multikultural yang ada di SMKN 1 Ampelgading sudah cukup baik, hal itu terbukti dengan adanya keterangan yang dikemukakan oleh guru PAI di sekolah tersebut

ii PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG RELIGIUS DI SMP NEGERI 9 MALANG SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas