PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2022
GAMBARAN KEJADIAN CEDERA PADA PENCAK SILAT DI KOTA SOLONadia Reynata Putri1), Gatot Suparmanto2), Maria Wisnu Kanita3)
1)Mahasiswa Prodi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta
2)3)
Dosen Prodi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Pencak Silat merupakan olahraga yang melibatkan kontak fisik yang diciptakan untuk mempertahankan diri dari bahaya yang menggunakan unsur bertahan dan menyerang, sehingga tidak sedikit pesilat yang mengalami cedera saat bertanding atau berlatih.
Cedera olahraga suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada organ tubuh, yang terjadi sebelum, selama, dan setelah pertandingan atau saat berlatih, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian cedera pada pencak silat di Kota Solo. Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif pendekatan deskriptif. Sampel dalam Penelitian ini adalah 130 responden yang trebagi
3 organisasi besar yang tergabung dalam IPSI di kota solo
yang diperoleh dengan teknik sampling Insidental atau Accidental Sampling. Analisa data dalam penelitian ini adalah analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cedera yang di alami anggota pencak silat di Kota Solo adalah Memar (72,5%), Sprain (25%), Strain (12,5%), Patah Tulang (0,8%), Kram Otot (45,8%), Dislokasi (12,5%) Gegar Otak (2,5%). Sehingga perlumemberikan latihan dengan program yang tepat dengan mempertimbangkan aspek keselamatan pesilat.
Kata Kunci : Jenis, Cedera, Pencak Silat Daftar Pustaka : 21 (2011-2022)
NURSING STUDY PROGRAM OF UNDERGRADUATE PROGRAMS FACULTY OF HEALTH SCIENCES UNIVERSITY OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2022
THE DESCRIPTION OF INJURY TO PENCAK SILAT IN SOLO CITY
Nadia Reynata Putri
1), Gatot Suparmanto
2), Maria Wisnu Kanita
3)1)
Student of Nursing Study Program of Undergraduate Programs University of Kusuma Husada Surakarta
2) 3)
Lecturers of Nursing Study Program of Undergraduate Programs University of Kusuma Husada Surakarta
[email protected]
ABSTRACT
Pencak Silat is a sport that involves physical contact created to defend oneself from a danger that applies elements of defense and attack. As a result, many Silat fighters obtain injuries while competing or practicing. Sports injury is a condition of organ injury that appears before, during, and after a competition or practice. The study aimed to analyze the incidence of injury to Pencak Silat in Solo city. This type of research was quantitative with a descriptive approach. The research sample was 130 respondents. The respondents were selected from three (3) foremost organizations of IPSI members in Solo city through the Accidental Sampling technique. Data analysis used univariate analysis.
The results of the study on injuries to members of Pencak Silat in Solo City revealed bruises (72.5%), sprains (25%), strains (12.5%), fractures (0.8%), muscle cramps (45.8%), dislocation (12.5%) and concussion (2.5%). Thus, it is required to provide training with the right program considering fighters' safety aspects.
Keywords: Type, Injury, Pencak Silat.
Bibliography: 43 (2011-2022)
PENDAHULUAN
Pencak Silat merupakan olahraga yang melibatkan kontak fisik yang diciptakan untuk mempertahankan diri dari bahaya yang menggunakan unsur bertahan dan menyerang, sehingga tidak sedikit pesilat yang mengalami cedera saat bertanding atau berlatih (Halbatullah et al., 2019). Pencak silat adalah olahraga bela diri yang tidak lepas dari kontak badan, sehingga kemungkinan terjadinya cedera sangat tinggi (Satria, ALi dan Priyonoadi, 2012)
Nasri & Leni, (2021) mengungkapkan bahwa cedera atau trauma adalah segala sesuatu menurut kejadian yang telah terjadi, tentang jaringan tubuh yang datang secara tiba-tiba, Luka dapat terjadi pada bagian tubuh termasuk kulit berupa lecet, terkelupas, luka terpotong atau tertusuk, luka Cedera kepala meliputi gegar otak, cedera panas, cedera ligamen (keseleo), dan cedera tendon otot (regangan) dan terjadi pada tubuh bagian atas dan bawah, patah tulang dan cedera sendi.
Cedera atau injury adalah kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh dikarenakan cedera mengakibatkan rasa sakit, panas, kemerahan, bengkak, dan tidak dapat berfungsi dengan baik pada otot, tendon, ligamen, sendi, atau tulang akibat aktivitas gerakan yang berlebihan (Satria, ALi dan Priyonoadi, 2012).
Pesilat sering mengalami luka, baik ringan maupun berat. maka diperlukan pengetahuan yang baik dari pesilat, pelatih dan tim medis agar pencegahan cedera dapat dilakukan (Yudi, 2014).
Cedera yang dapat menyebabkan gangguan pada latihan dan kompetisi harus dihindari dan dicegah (Almeida &
Araújo, 2020). Cedera olahraga suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada organ tubuh, yang terjadi sebelum, selama, dan setelah pertandingan atau saat berlatih (Usra, 2012).
Dalam Penelitian (Aziz & George Mathew, 2020) yang dilakukan saat acara
SUKMA Games XIX 2018 antar atlet Sahabatan di Malaysia terdapat atlet pencak silat yang mengalami cedera sebesar 13%.Berdasarkan pada Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2018) presentase cedera di negara Indonesia sebesar 9,2%. Di Surakarta tercatat data pravelensi cedera sebesar 30.8%
(kemenkes RI, 2018). Proporsi bagian tubuh yang terkena cedera yaitu cedera kepala 11,9%, cedera Dada 2,6%, punggung 6,5%, Perut 2,2%, Anggota gerak atas 32,7%, dan dan anggota gerak bawah 67,9% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2019)
Hasil penelitia dari Artha, (2012) Dalam artikelnya mengungkapkan bahwa
“Macam cedera dan penyebab cedera yang sering terjadi yaitu: (1) Macam cedera pada saat pertandingan atlet pencak silat Daerah Istimewa Yogyakarta adalah cedera pada bagian tungkai dan kaki sebesar 84,28% atau sebanyak 59 atlet dari indikator cedera memar, indicator cedera lecet sebanyak 53 atlet atau sebesar 75,71 %, indikator cedera sparin sebanyak 46 atlet atau sebesar 32,85%, indikator cedera dislokasi sebanyak 39 atlet atau sebesar 27,85%, indikator cedera strain sebanyak 19 atlet atau sebesar 27,15% dan indikator cedera fraktur sebanyak 14 atlet atau sebesar 20%, penyebab utama cedera pada saat pertandingan pencak silat yang sering terjadi pada atlet pencak silat Daerah Istimewa Yogyakarta adalah faktor internal violence.
Berdasarkan Hasil dari Studi Pendahuluan yang peneliti lakukan dengan melibatkan 20 responden, Pada organisasi Pencak Silat di Kota solo bahwa tidak sedikit siswa atau pelatih pesilat mengalami cedera pada saat latihan. Contoh cedera ringan yang sering di alami adalah keseleo dan memar karena aktivitas gerak yang terlalu berlebihan. Pesilat melakukan latihan selama dua kali dalam satu minggu
latihan sering dilakukan pada malam hari dengan keadaan yang kurang dengan pencahayaan sangat mungkin terjadi resiko cedera, mereka melakukan penanganan cedera hanya menggunakan kemampuan yang mereka punya contoh dengan memijat atau memberi terapi pada bagian yang keseleo dan kurangnya pelatih memberikan pencegahan cedera pada saat latihan.
Cedera atau injury suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh dikarenakan cedera mengakibatkan rasa sakit, panas, kemerahan, bengkak, dan tidak dapat berfungsi dengan baik pada otot, tendon, ligamen, sendi, atau tulang akibat aktivitas gerakan yang berlebihan (Satria, ALi dan Priyonoadi, 2012).
Pesilat sering mengalami luka, baik ringan maupun berat. maka diperlukan pengetahuan yang baik dari pesilat, pelatih dan tim medis agar pencegahan cedera dapat dilakukan (Yudi, 2014).
Cedera yang dapat menyebabkan gangguan pada latihan dan kompetisi harus dihindari dan dicegah (Almeida &
Araújo, 2020).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 April 2022 di lapangan UTP, 21 Mei 2022 di Aula AUB dan 31 Mei di Masjid Al Wusto Mangkunegaran dengan sampel 130 responden yang terbagi menjadi 3 organisasi besar yaitu PSHT (70 Responden), IKSPI (35 Responden) dan PAGAR NUSA (15 Respoden) yang diperoleh dengan teknik Sampling Insidental atau Accidental Sampling.
Alat penelitian yang di gunakan adalah Cekhlist atau daftar chek. Cara pengambilan data dengan memberikan lembar cekhlist kepada responden dan meminta responden mengisi lembar tersebut. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat untuk
melihat distribusi data
seperti usia, jeniskelamin, lama menekuni silat dan kejadian cedera pada pencak silat di kota solo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah :
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (N=120) Jenis
kelamin
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Laki-laki 84 70
Perempuan 36 30
Total 120 100
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 17,98 tahun dengan usia terendah 13 tahun dan usia tertinggi 40 tahun.
Hal ini sejalan dengan Penelitian (Nawawi, 2018) dari atlet yang menjadi subjek penelitian 13 atlet masuk kategori umur 17-21 tahun, 6 atlet umur 22-26 tahun, dan 1 atlet masuk kategori umur 22-26 tahun. Sanusi et al., (2020) menambahkan bahwa usia anak anak dan remaja memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap cedera.
Menurut pendapat peneliti hal ini dikarenakan Responden yang terdaftar sebagai anggota adalah mayoritas usia 17 tahun. Atlet yang berusia di bawah 18 tahun lebih berpotensi mengalami cedera terutamadalam rentang 12-17 tahun. Saat memasuki masa puber, banyakperubahan yang terjadi pada tubuh seorang remaja muda. Tubuh mengalami pertumbuhan drastis pada tulang dan otot yang justru menyebabkan mereka lebih rentan terhadap cedera, Permasalahan cedera ini akan bertambah serius saat memasuki usia tua. Remaja yang sering mengalami cedera tulang akan lebih beresiko terkena ostheoarthritis, kecelakaanya beberapa pelatih olahraga justru memaksa porsi latihan yang besar.Tidak semua remaja dapat menahan beban latihan yang sama beberap anggota dapat mengatasi beban
latihan yang lebih tinggi dari pada yang lain namun perlu dipantau.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (N=120)
Jenis kelamin Frekuensi (f)
Persentase (%)
Laki-laki 84 70
Perempuan 36 30
Total 120 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 84 responden (70%) dan perempuan sebanyak 36 responden (30%).
Jenis kelamin merupakan bentuk, sifat, dan fungsi biologis antara perempuan dan laki-laki yang menentukan perbedaan peran (Syamsuddin et al., 2021). Menurut Iirwing (2020) setiap laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang sama karena akses untuk menerima ilmu pengetahuan atau pendidikan tidak hanya prioritas pada laki- laki melainkan memiliki prioritas yang sama baik perempuan maupun laki-laki dengan demikian apabila informasi dan pengetahuan yang didapatkan baik maka tingkat pengetahuan perempuan maupun laki laki akan relative sama dimana pengetahuan dan keterampilan mempunyai hubungan yang saling keterikatan satu sama lain,ketika pengetahuan seseorang kurang maka hal itu akan mempengaruhi dalam keterampilan seseorang dalam melakukan sesutau begitu pula jika pengetahuan seseorang itu baik maka akan berpengaruh pada keterampilang yang baik pula.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menekuni Silat
(N=120) Lama
menekuni silat
Mean Median Min Max SD
Jumlah 33,16 24 4 252 39,982
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata lama menekuni silat adalah 33,16 bulan dangan lama menekuni silat terendah 4 bulan dan lama mengikuti tertinggi selama 252 bulan.
Menurut Pendapat peneliti setalah melakukan penelitian anggota pencak silat semakin lama menekuni silat semakin potensi terjadinya cedera juga meningkat, mereka melakukan pemanasan,latihan fisik dan benturan fisik dan termasuk olahraga yang mengandalkan otot dan tulang. Olahraga pencak silat yang dilakukan malam hari berpotensi meningkatkan metabolisme membuat daya tahan tubuh melemah lantaran kehilangan banyak energi karena itu bisa mengurangi konsetrasi dan megakibatkan cedera, dikarenakan juga hal ini mayoritas responden adalah anggota yang baru bergabung mengikuti pencak silat dan belum bisa mengotrol diri.
2. Gambaran Kejadian Cedera Pada Pencak Silat Di Kota Solo
Tabel 4.4 Data Hasil Cedera Memar (N=120)
Cedera memar
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Mengalami 87 72,5
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami cedera memar dengan jumlah sebanyak 87 responden (72,5%)
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yudi, 2014) yang mengidentifikasi cedera pada atlet POPDA kabupaten nganjuk yang menunjukkan bahwa cedera memar paling banyak di alami dan mempunyai presentasi yang paling tinggi, yaitu sebesar 37,4% hal ini disebabkan dalam pertandingan dalam pencak silat tidak dibatasi seberapa besar tenaga yang boleh dikeluarkan oleh pesilat dalam melakukan serangan sehingga sering terjadi benturan yang dapat menyebabkan memar, meskipun sudah memakai
peralatan seperti body protector dan pelindung tulang.
Peneliti berpendapat bahwa memar terjadi kerana pembuluh darah dibawah kulit tanpa disertai dengan robekan kulit yang pada umumnya disebabkan oleh benturan pada saat latihan fisik pencak silat pada daerah tersebut. Hal ini akan menyebabkan darah terperangkap didalam kulit dan menyebabkan warna merah, biru, keunguan, dan disertai bengkak akibat akumulasi dari darah di bawah kulit. Saat melakukan latihan fisik tubuh akan terasa sakit atau pegal karena aktivitas yang dilakukan menyebabkan otot-otot mengalami kontraksi dan menyebabkan nyeri selain itu lokasi- lokasi yang mengalami benturan ditubuh juga dapat terjadi cedera di bawah kulit.
Tabel 4.5 Data Hasil Cedera Sprain (N=120)
Cedera sprain
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Mengalami 31 25,8
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa sebagian besar yang mengalami cedera sprain sebanyak 31 responden (25,8%). Cedera sprain yang paling sering terjadi adalah sprain angkel.
Hasil ini sesuai dengan penelitian (Artha, 2012) diketahui bahwa persentase cedera sprain mencapai 28,58% sedangkan yang tidak mengalami cedera sprain sebanyak 71,42%.
Dalam penelitian (Yuniar et al., 2021) Olahraga pencak silat membutuhkan fleksibilitas panggul dimana tungkai kaki yang akan mengarahkan tendangan agar tidak melenceng pada sasaran dan dapat mengukur seberapa besar kekuatan kaki yang digunakan. Dengan demikian diduga bahwa fleksibilitas panggul sangat berkontribusi dengan hasil kecepatan tendangan lurus. Hal ini berkaitan dengan pendapat (Harsono, 2018) yang berpendapat bahwa
“fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi”, Maka dari itu fleksibilitas panggul hanya membantu menyalurkan
power otot tungkai dalam melakukan kecepatan tendangan lurus dan dapat meminimalisisr terjadinya cedera sprain.
Menurut Peneliti cedera sprain yang terjadi pada pencak silat adalah sprain angkel dari ke 31 reponden tersebut tidak mengalami keluhan yang serius atau hanya cedera contohnya lecet dan memar pada pergelangan kaki. Cedera yang disebabkan adanya kurangnya pemanasan saat melakukan latihan atau gerakan seperti tendangan yang terlalu cepat maupun tidak sesuai dan peregangan yang berlebihan sehingga terjadi pada ligamen. Dan cedera sprain dapat menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakkan rasa sakit pada daerah cedera.
Tabel 4.6 Data Hasil Cedera Strain (N=120)
Cedera strain
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Mengalami 15 12,5
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukan yang mengalami cedera strain sebanyak 15 responden (12,5%).
Hal ini sejalan dengan penelitian (Artha, 2012) diketahui bahwa presentasi cedera strain mencapai 37,72% sedangkan yang tidak mengalami cedera strain sebanyak 64,28%.
Dalam penelitian Mega Widya Putri et al., (2021) cedera strain suatu kejadian melibatkan peregangan atau merobeknya sebuah otot atau tendon, cedera strain timbul karena melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba cedera ini juga bisa tejadi saat berlari ataupun saat melompat. Strain cedera yang terjadi secara berkala karena penggunaan yang berlebihan dan tekanan berulang-ulang dan mengahasilkan tendonitis atau peradangan pada tendon.
Hal ini dapat disimpulkan peneliti bahwa cedera yang terjadi pada otot dan tendon, strain biasanya disebabkan oleh adanya regangan yang berlebihan. Semua responden yang mengalami cedera strain berjumlah 15 orang dari 120 responden hanya mengalami cedera ringan Strain
tingkat 1 hal ini dikarenakan otot atau tendon terpelintir atau mengalami penarikan dikarenakan tekanan pada tubuh dipaksa melakukan gerakan yang cukup sulit seperti tendangan, pukulan, jatuhan dan responden belum siap atau melebihi lingkup gerak otot yang normal.
Tabel 4.7 Data Hasil Cedera Patah Tulang (N=120)
Cedera patah tulang
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Mengalami 1 0,8
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa yang mengalami cedera patah tulang sebanyak 1 responden (0,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian (artha, 2012) dapat diketahui bahwa persentase cedera fraktur mencapai 21,43% sedangkan yang tidak mengalami cedera fraktur sebanyak 78,57%.
Cedera olahraga berat yang terjadi pada olahragawan adalah patah tulang, terjadinya cedera olahraga dapat berasal dari luar seperti kontak keras dengan lawan. Dapat pula di sebabkan oleh keadaan lapangan yang tidak rata yang meningkatkan potensi olahragawan terjatuh, terkilir pada saat melakukan latihan (Novita & Tohidin, 2020).
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa cedera patah tulang atau fraktur jarang terjadi pada pencak silat, responden yang mengalami cedera patah tulang berjumlah 1 hal ini dikarenakan penggunaan fasilitas pencak silat yang tidak memadai dan belum sesuai pada saat melakukan pertandingan karena itu terjadi benturan yang kuat ke tulang atau benturan berulang hingga menyebabkan tulang retak.
Tabel 4.8 Data Hasil Cedera Kram Otot (N=120)
Cedera kram otot
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Mengalami 55 45,8
Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa yang mengalami
cedera kram otot sebanyak 55 responden (45,8%).
Hal ini sejalan dengan (Bahruddin, 2014) penelitian bahwa atlet pernah mengalami cedera kram otot yang di peroleh dari analisis PPLM dan UKM ikatan pencak silat seluruh Indonesia pada KEJURNAS 2013 rata rata pernah mengalami cedera kram otot dengan presentase 62% skala tergolong kuat pada jawaban kadang-kadang.
Dalam Penelitian (Mega Widya Putri et al., 2021) Kram Otot terjadi karena tertariknya atau kontraksi otot yang sangat hebat tanpa di sadari dengan relaksasi sehingga mengakibatkan rasa sakit yang sangat hebat dan dapat disebabkan dehidrasi, otot dalam keadaan kaku, kurangnya pemanasan, kadar dalam tubuh rendah, kadar karbohidrat rendah.
Dengan ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa kram otot banyak di alami oleh pesilat di kota solo, hal ini dikarenakan penggunaan otot yang berlebih pada saat latihan fisik, kurangnya pemanasan mengakibatkan tertariknya kontraksi otot secara tiba-tiba.
Kram otot ini juga bisa dikarenakan kondisi dimana tubuh kehilangan cairan atau kurangnya mineral saat melakukan latihan yang mengeluarkan banyak cairan.
Tabel 4.9 Data Hasil Cedera Dislokasi (N=120)
Cedera dislokasi
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Mengalami 15 12,5
Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa yang mengalami cedera kram otot sebanyak 55 responden (45,8%).
Hal ini sesuai dengan penelitian (Artha, 2012) dapat diketahui bahwa persentase cedera dislokasi mencapai 27,85% sedangkan yang tidak mengalami cedera dislokasi sebanyak 72,15%.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Damara & Rochmania, 2021) dari seluruh atlet yang pernah pernah
mengalami atau melihat cedera ini mengatakan penyebab dislokasi ini sangat bervariasi. Cedera dislokasi terjadi karena terjatuh, benturan dan kelelahan.
Disamping penyebab cedera secara umum di atas, ada beberapa jenis cedera olahraga dengan penyebab khusus seperti jatuh mengenai bagian tertentu, ganjalan, kesalahan pelaksanaan gerak, kena pukulan lawah latihan, tabrakan dengan lawan maupun kawan.
Dengan ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa cedera dislokasi termasuk cedera yang cukup berat, terjadi karena traumanya benturan keras saat latihan atau terjatuh saat melakukan teknik-teknik pencak silat seperti menendang, memukul, yang mengakibatkan kontak fisik yang telalu keras sehingga menyebabkan pindahnya tulang atau tergeser nya tulang pada tempatnya dan pada bagian tertentu.
Tabel 4.10 Data Hasil Cedera Gegar Otak (N=120)
Cedera gegar otak
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Mengalami 3 2,5
Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa yang mengalami cedera dislokasi sebanyak 15 responden (12,5%).
Hal ini sejalan dengan peneliti sebelumnya menurut (Sirait et al., 2020) dimana diperoleh dari 43 atlet, bahwa 20 atlet mengalami cedera gegar otak saat melakukan latihan dan bertanding.
Kemuadian sisanya 23 atlet tidak mengalami cedera gegar otak.
Menurut Penelitian (Marbun et al., 2021) Cedera kepala suatu masalah pada struktur kepala akibat mengalami benturan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada otak. Masalah ini dapat berupa luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak, pendarahan. Cedera kepala cenderung mengalami masalah yang komplit karena akan terjadi masalah pada otak dan saraf. Cedera kepala salah satu penyebab kecacatan pada kelompok usia produktif yang di sebabkan oleh
terjatuh, tertimpa benda, olahraga, korban kekerasan dan lain sebagainya.
Peneliti menyimpulkan gegar otak ringan yang di alami oleh pesilat di kota solo yang yang terjadi karena terjatuh atau disebabkan oleh serangan pukulan, benturan fisik dari luar saat melakukan latihan menyebabkan kepala bergerak secara cepat ke belakang dan depan akibat efek pantulan pada tulang tengkorak.
KESIMPULAN DAN SARAN
hasil penlitian ini menunjukkan bahwa Jenis-jenis cedera pada anggota pencak silat di kota solo adalah cedera memar sebanyak 87 responden (72,5%), jenis cedera sprain yang mengalami sebanyak 31 responden (25,8%) jenis cedera strain yang mengalami sebanyak 15 responden atau sebesar (12,5%) jenis cedera patah tulang yang mengalami sebanyak 1 responden atau sebesar (0,8%), jenis cedera kram otot yang mengalami sebanyak 55 responden atau sebesar (45,8%), jenis cedera dislokasi yang mengalami sebanyak 4 responden atau sebesar (3,3%), jenis cedera gegar otak yang mengalami sebanyak 3 responden atau sebesar (2,5%).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat :
1. Dijadikan oleh pesilat sebagai bahan baca atau literature untuk mengurangi resiko terjadinya cedera olahraga pencak silat menjadi terbatas.
2. Bagi tempat penelitian bisa memberikan latihhan dengan program
yang tepat dengan
mempertimbangkan aspek
keselamatan pesilat.
3. Dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dengan metode yang berbeda seperti memberikan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Almeida, T. F. De, & Araújo, A. R. De.
(2020). Factors That Influence Injuries Occurrence In Jiu-Jitsu
Competitors. International Journal Of Sports And Exercise Medicine,
6(2), 1–9.
Https://Doi.Org/10.23937/2469- 5718/1510164
Artha, Jeffry Tamala. (2012). Cidera Pada Atlit Pencak Silat Daerah Istimewa Yogyakarta. 10(9), 32.
Https://Dspace.Ups.Edu.Ec/Bitstrea m/123456789/5224/1/Ups-
Qt03885.Pdf
Aziz, M. A., & George Mathew, M.
(2020). Incidence Of Injuries And Illnesses Among Sabah Athletes During Sukma Xix 2018.
Malaysian Journal Of Movement, Health & Exercise, 9(1), 89–101.
Https://Doi.Org/10.15282/Mohe.V9 i1.404
Bahruddin, M. (2014). Penanganan Cedera Olahraga Pada Atlet (Pplm) Dan (Ukm) Ikatan Pencak Silat Indonesia Dalam Kegiatan Kejurnas Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Olahraga, 2(2), 1–11.
Http://Ejournal.Unesa.Ac.Id/Index.
Php/Jurnal-Kesehatan- Olahraga/Issue/View/633
Damara, Y. A., & Rochmania, A. (2021).
Tingkat Pengetahuan Pelatih Sepakbola Lisensi D Terhadap Cedera Olahraga. Jurnal Prestasi Olahraga, 04(7), 46–52.
Https://Ejournal.Unesa.Ac.Id/Index.
Php/Jurnal-Prestasi-
Olahraga/Article/View/40544 Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2019).
Profil Kesehatan Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 1999(December), 1–6.
Halbatullah, K., Astra, I. K. B., &
Suwiwa, I. G. (2019).
Pengembangan Model Latihan Fleksibilitas Tingkat Pemula Dalam Pembelajaran Pencak Silat. Jurnal Penjakora, 6(1), 57.
Https://Doi.Org/10.23887/Penjakor a.V6i1.17713
Harsono. (2018). Latihan Kondisi Fisik.
Pt Remaja Rosdakarya.
Kemenkes Ri. (2018). Laporan Riskesdas Nasional 2018.
Marbun, A. S., Evi, S., Bengi, N. S., &
Telambanua, S. (2021).
Pencegahan Resiko Cedera Kepala.
2, 266–271.
Mega Widya Putri, Gilang Nuari Panggraita, Idah Tresnowati, Ati Safitri, & Resty Agustryani. (2021).
Understanding On The
Management Of Sport Injuries Through Sport Massage And Rice Method For Ipsi Pencaksilat Athletes In Pekalongan District.
Gandrung: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 176–183.
Https://Doi.Org/10.36526/Gandrun g.V2i2.1316
Nasri, N., & Leni, A. S. M. (2021).
Pengetahuan Siswa Ekstrakurikuler Sekolah Menegah Atas Sederajat Kota Surakarta Tentang Pencegahan, Perawatan, Dan Pertolongan Pertama Cedera Olahraga. Jurnal Menssana, 6(1), 1–11.
Https://Doi.Org/10.24036/Menssan a.06012021.13
Nawawi, U. (2018). Identifikasi Cedera Pada Atlet Pencak Silat Dewasa Kabupaten Magelang Tugas. World Development, 1(1), 1–15.
Http://Www.Fao.Org/3/i8739en/i87 39en.Pdf%0ahttp://Dx.Doi.Org/10.1 016/J.Adolescence.2017.01.003%0a http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Childy outh.2011.10.007%0ahttps://Www.
Tandfonline.Com/Doi/Full/10.1080/
23288604.2016.1224023%0ahttp://
Pjx.Sagepub.Com/Lookup/Doi/10 Novita, W. A., & Tohidin, D. (2020).
Evaluasi Cedera Olahraga Pada Atlet Tarung Derajat Porprov Ke- Xv Padang Pariaman Sumatera Barat This Study Aims To Determine The Evaluation Of Sports Injury In The Tarung Derajat Porprov Athlete To Xv Padang Pariaman , West Sumatra . This Research Method. 3, 314–321.
Sanusi, R., Surahman, F., & Yeni, H. O.
(2020). Pengembangan Buku Ajar Penanganan Dan Terapi Cedera Olahraga. Journal Sport Area, 5(1), 40–50.
Https://Doi.Org/10.25299/Sportarea .2020.Vol5(1).4761
Satria, Ali Dan Priyonoadi, B. (2012).
Terapi Massage Frirage Penalatalaksanaan Cedera Pada Anggota Gerak Tubuh Bagian Bawah. 1–95.
Sirait, Z. A., Risfandi, M., Derita, S., Otak, G., Beladiri, A., &
Pendahuluan, A. (2020). Survey Cedera Gegar Otak Pada Atlet Beladiri Program Pelatda Pon Xx / 2020 Koni Sumatera Utara Tahun 2020.
Syamsuddin, W. N., Sari, F. S., &
Mardiyah, S. (2021). Pengaruh Pemberian Pelatihan Rice Terhadap Keterampilan Penanganan Cedera Strain Pada Atlet Pencak Silat Di Sragen. 002.
Usra, M. (2012). Cidera Dalam Cabang Olahraga Beladiri Dan Teknik Mengatasinya. In Aktivitas Pemotongan Dna Superkoil Oleh Fraksi-Fraksi Protein Daun Morinda Citrifolia (Pp. 1174–
179135).
Yudi, Eva W. Prasetya. (2014).
Identifikasi Cidera Pada Cabang Olahraga Pencak Silat Kategoro Tanding Pada Atlit Popda Kabupaten Nganjuk. 12(2007), 703–712.
Https://Hsgm.Saglik.Gov.Tr/Depo/
Birimler/Saglikli-Beslenme- Hareketli-Hayat-
Db/Yayinlar/Kitaplar/Diger-
Kitaplar/Tbsa-Beslenme-Yayini.Pdf Yuniar, Y., Setiawan, D., & Rahmat, A.
A. (2021). Kontribusi Power Otot Tungkai Dan Fleksibilitas Panggul Terhadap Kecepatan Tendangan Lurus Dalam Olahraga Pencak Silat. 1, 29–36.