• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

N/A
N/A
dark razor

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RS BUNDA

Jalan Raya Kandangan No. 23-24, Benowo, Surabaya

Tahun 2019

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Rahmat dan HidayahNya setelah mengalami proses penyempurnaan akhirnya Buku Program PPI di RS Bunda dapat diselesaikan sesuai dengan harapan.

Sangat disadari bahwa Buku Program PPI di RS Bunda ini masih jauh dari kesempurnaan, meskipun demikian dengan sangat keterbatasan program ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada semua staff yang terlihat dalam pelaksanaan program ini.

Saran dan kritik dari berbagai pihak sebagai bahan penyempurnaan Buku Program PPI di RS Bunda ini sangat diharapkan.

Pada kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih atas perhatian dan membangun pemikiran semua staff rumah sakit yang terlibat dalam pembuatan Buku Program PPI di RS Bunda ini dan semoga dapat bermanfaat.

Surabaya, 21 Januari 2019

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Depan Kata Pengantar Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

BAB II KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

A. Melaksanakan Surveilans 4

B. Melakukan Investigasi Outbreak 4

C. Membuat Infection Control Risk Assesment (ICRA) 5

D. Melakukan Monitoring Pada Unit Penunjang 5

E. Melakukan Program Kesehatan dan Keselamatan Staff 6

F. Program Pnedidikan dan Pelatihan PPI 6

G. Penggunaan Antibiotika 7

BAB III CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 8

BAB IV SASARAN 9

BAB V SKEDUL (JADWAL) PELAKSANAAN KEGIATAN 10

BAB VI EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN 12

BAB VII PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 13

BAB VIII PENUTUP 14

(4)

Dokumen RS Bunda 1 BAB I

PENDAHULUAN

Semakin pesatnya ilmu dan teknologi di bidang medis masa kini, maka semakin kompleks pula pelayanan kesehatan di rumah sakit, ditandai dengan meningkatnya prosedur- posedur invasive baik untuk terapi maupun untuk pemantauan kondisi pasien. Keadaan ini akan menimbulkan dampak meningkatnya kejadian infeksi di pusat pelayanan terutama rumah sakit yang dikenal dengan infeksi rumah sakit / healthcare associated infections (HAIs).

Infeksi rumah sakit akan berdampak menurunkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien karena akan meningkatkan angka kematian dan biaya perawatan akibat semakin lamanya hari rawat serta biaya pengobatan semakin besar. Disamping itu infeksi rumah sakit juga membahayakan petugas medis sendiri karena mereka beresiko tertular infeksi di tempat kerja yang penatalaksaan umumnya sulit dan mahal. Keluarga pasien dan pengunjung juga berpotensi menularkan penyakit dari komunitas kepada pasien yang sementara dirawat, namun mereka juga berpotensi tertular infeksi rumah sakit seperti tuberkolosis atau metisilin resisten stafilokokus aureus (MRSA).

Dalam rangka mencegah dan mengendalikan infeksi rumah sakit tersebut, maka Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyusun kebijakan dan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit yang harus dilaksanakan oleh semua rumah sakit yang ada di Indonesia. Sejalan dengan amanat tersebut Rumah Sakit Bunda Surabaya juga telah membentuk Komite PPIRS dan menyusun kebijakan serta pedoman PPIRS. Guna melaksanakan kebijakan dan pedoman tersebut perlu disusun program PPIRS untuk jangka waktu 1(satu) tahun yang wajib dilaksanakan oleh Komite PPIRS serta seluruh unit pelayanan baik medis maupun non medis di lingkungan rumah sakit.

A. Latar belakang

Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi rumah sakit mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi dapat menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama dirumah sakit. Penyebabnya oleh kuman yang berada di lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri,

(5)

Dokumen RS Bunda 2 yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah.

Salah satu hal yang perlu disadari bersama bahwa kualitas pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih sangat rendah, berdampak pada rendahnya mutu pelayanan rumah sakit maupun bertambahnya beban yang harus ditanggung oleh penderita. Suatu kejadian infeksi rumah sakit pada pasien akan mengakibatkan hal-hal seperti memperberat penyakit dan sangat mungkin menyebabkan terjadinya kematian ataupun kecacatan, perpanjangan waktu perawatan yang juga berdampak pada perpanjangan waktu tunggu bagi pasien lainnya, serta peningkatan biaya pengobatan yang ditanggung oleh pasien maupun rumah sakit.

Untuk meminimalkan terjadinya infeksi di Rumah Sakit Bunda Surabaya ini, maka Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) yang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Bunda Surabaya menyusun program kegiatan tahun 2019.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan yang meliputi kualitas pelayanan, manajemen risiko, clinical governance dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Bunda Surabaya.

2. Tujuan Khusus

a. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Bunda Surabaya.

b. Melindungi pasien dari penularan infeksi rumah sakit.

c. Melindungi tenaga kesehatan dari penularan infeksi rumah sakit.

d. Melindungi pengunjung rumah sakit dan masyarakat di lingkungan rumah sakit dari infeksi rumah sakit.

e. Melindungi lingkungan di dalam dan sekitar rumah sakit.

f. Melaksanakan surveilans infeksi rumah sakit meliputi surveilans Infeksi Daerah Operasi (IDO), Infeksi Saluran Kemih (ISK), Infeksi Luka Infus (ILI)/Phlebhitis.

g. Mewujudkan lingkungan Rumah Sakit yang bersih, rapi, bebas dari serangga atau binatang pengerat.

h. Mewujudkan tercapainya angka kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO) <2%.

i. Mewujudkan tercapainya angka kejadian ISK < 4,7 ‰

(6)

Dokumen RS Bunda 3 j. Mewujudkan tercapainya angka kejadian phlebitis < 1 ‰

k. Meningkatkan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene min. 75 % l. Meningkatkan kepatuhan petugas dalam pengelolaan limbah min 75%

(7)

Dokumen RS Bunda 4 BAB II

KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok dan rincian adalah langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Surveilans Rincian Kegiatan:

1. Pengumpulan data kejadian infeksi di rumah sakit meliputi infeksi saluran kemih terkait pemakaian kateter urine, phlebitis berkaitan penggunaan kateter intravena, infeksi daerah luka operasi.

2. Melakukan pemantauan penerapan bundle surveilans pada pasien yang terpasang alat kesehatan

3. Audit kepatuhan petugas untuk HH dan penggunaan APD.

4. Pengolahan data untuk menentukan insidens rate suatu infeksi rumah sakit, angka mortalitas, lama hari rawat.

5. Melaksanakan analisis hasil pengolahan data untuk menentukan prioritas resiko infeksi yang terjadi.

6. Menyusun strategi tindak lanjut berdasarkan prioritas angka resiko infeksi untuk mencegah terjadinya KLB internal.

7. Mengadakan kegiatan pelaporan evaluasi setiap bulan dengan seluruh kepala unit, dan melaporkan hasil evaluasi triwulan kepada Komite PMKP dan kepala Rumah Sakit Bunda Surabaya.

B. Investigasi Outbreak Rincian Kegiatan :

1. IPCN secara aktif melakukan analisis dan pemantauan angka resiko infeksi yang terjadi di Rumah Sakit Bunda Surabaya.

2. IPCN secara aktif mengikuti perkembangan issue penyakit yang sedang mewabah di kalangan masyarakat.

(8)

Dokumen RS Bunda 5 3. Komite PPI melakukan koordinasi dengan Komite PMKP dan Kepala Rumah Sakit bila ditemukan prioritas angka infeksi yang tinggi selama 3 bulan berturut-turut untuk diwaspadai menjadi kejadian berpotensi KLB.

4. Komite PPI melakukan koordinasi dengan Komite PMKP, Kabid, dan Kepala Rumah Sakit untuk menentukan rencana penanggulangan issue penyakit yang sedang mewabah di masyarakat.

C. Infection Control Risk Assesment (ICRA) Rincian Kegiatan :

1. Setiap unit melakukan identifikasi resiko infeksi yang terjadi di masing-masing unit.

2. Komite PPI melakukan rapat dengan seluruh kepala unit setiap setahun sekali untuk membahas hasil identifikasi resiko infeksi yang ada di unit dan menentukan rencana tindak lanjut dari hasil identifikasi tersebut.

3. Apabila Rumah Sakit berencana untuk melakukan pembangunan, maka IPCN melakukan analisis dampak renovasi dan konstruksi terhadap kualitas udara, tingkat kebisingan, dan resiko infeksi yang mungkin terjadi apabila pembangunan dilakukan di area dengan resiko tinggi atau resiko tertinggi.

4. Berkoordinasi dengan bagian kontraktor tentang hal-hal yang harus dilakukan selama proses renovasi.

5. Melakukan pemantauan pemasangan rambu-rambu apabila renovasi dilakukan di area ramai pasien/pengunjung, area dengan resiko tinggi maupun area dengan resiko tertinggi.

6. Berkoordinasi dengan Unit Kesehatan Lingkungan untuk melakukan uji swab ruangan dan uji kualitas udara sebelum ruangan yang telah direnovasi digunakan.

D. Monitoring Unit Penunjang Rincian Kegiatan :

1. Membuat form penilaian monitoring.

2. Menyusun jadwal kegiatan monitoring.

3. Melakukan monitoring untuk kegiatan : a. Sterilisasi

b. Pengelolaan linen dan laundry

c. Pengelolaan limbah padat dan cairan tubuh pasien d. Pengelolaan darah dan komponen darah

(9)

Dokumen RS Bunda 6 e. Pengelolaan benda tajam dan jarum

f. Penggunaan ruang isolasi dan kewaspadaan berdasarkan transmisi g. Kepatuhan Hand Hygiene

h. Kepatuhan penggunaan APD i. Penanganan jenazah

4. Membuat analisis serta evaluasi berdasarkan hasil kegiatan monitoring yang telah dilakukan dan menyusun strategi tindak lanjut dari hasil evaluasi.

5. Membuat laporan hasil analisis, evaluasi serta strategi tindak lanjut kepada seluruh kepala unit setiap bulannya dan setiap tiga bulan kepada Komite PMKP serta Kepala Rumah Sakit Bunda Surabaya.

6. Melakukan koordinasi dengan kepala unit pelayanan tentang kebutuhan fasilitas untuk menunjang kepatuhan Hand Hygiene dan APD

7. Membuat pengajuan cetak stiker Hand Hygiene dan Etika Batuk untuk menunjang keberhasilan kepatuhan Hand Hygiene dan APD

E. Program Kesehatan dan Keselamatan Staff Rincian Kegiatan :

1. Menyusun program kesehatan dan keselamatan staff di Rumah Sakit Bunda Surabaya.

2. Melakukan identifikasi staff yang bekerja di area dengan resiko tinggi infeksi.

3. Melakukan koordinasi dengan HRD untuk kegiatan screening pada calon staff baru.

4. Melakukan kegiatan pemeriksaan screening pada staff yang bekerja di area resiko tinggi infeksi secara berkala

5. Melakukan kegiatan pemberian vaksin kepada staff yang bekerja di area resiko tinggi infeksi

6. Membuat laporan hasil kegiatan screening dan pemberian vaksin pada staff yang bekerja di area resiko tinggi infeksi

F. Program Pendidikan dan Pelatihan PPI Rincian Kegiatan :

1. Menyusun program diklat untuk staff baru, program diklat untuk staff medis dan non medis.

2. IPCLN berkoordinasi dengan perawat ruangan untuk melakukan edukasi tentang Hand Hygiene dan Etika Batuk kepada pasien baru dan keluarga serta pengunjungnya.

(10)

Dokumen RS Bunda 7 3. Komite PPI secara aktif mencari informasi tentang pelatihan berkelanjutan yang

berbasis PPI untuk diikuti semua anggota Komite PPI.

G. Penggunaan Antibiotika Rincian Kegiatan :

1. Melakukan koordinasi dengan PPRA dalam hal pengawasan pemberian antibiotika kepada pasien

2. Berkoordinasi dengan PPRA dalam hal pemberian informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek yang ditimbulkan

(11)

Dokumen RS Bunda 8 BAB III

CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Adapun untuk melakukan kegiatan di atas maka dilakukan:

1. Audit kepatuhan Hand Hygiene dan penggunaan APD 2x dalam sebulan 2. Melakukan supervisi ke masing-masing unit 2x dalam sebulan

3. Melakukan kroscek pengisian bundle prevention surveilans 4. Rapat rutin setiap bulan dengan seluruh kepala unit

5. Pelaporan setiap tiga bulan kepada Komite PMKP dan Kepala Rumah Sakit 6. Berkoordinasi dengan PPRA dalam pengawasan pemberian antibiotika

7. Berkoordinasi dengan PPRA dalam hal pemberian informasi kepada pasien tentang efek yang mungkin didapat dari obat yang diberikan

8. Melakukan pemeriksaan screening setiap bulan kepada unit resiko tinggi secara bergiliran 9. Melakukan pemberian vaksin setiap bulan kepada unit resiko tinggi secara bergiliran 10. Berkoordinasi dengan unit kesehatan lingkungan dalam pemeriksaan air dan udara 11. Berkoordinasi dengan bagian umum dalam hal penyediaan sarana dan prasarana

12. Melakukan edukasi ke pasien baru dan keluarganya tentang Hand Hygiene dan etika batuk 13. Melakukan program diklat untuk staff baru

14. Melakukan program diklat untuk staff non medis dan staff medis

(12)

Dokumen RS Bunda 9 BAB IV

SASARAN

1. Seluruh staff RS

Seluruh staff Rumah Sakit dilibatkan dalam penerapan program PPI guna memberikan pelayanan kepada pasien baik secara langsung maupun tidak langsung di unitnya masing masing.

2. Pasien dan keluarga

Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut serta dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi diberikan secara langsung (face to face) ataupun dikumpulkan dalam suatu pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang berkaitan dengan PPI.

3. Pengunjung

Pengunjung pasien yang datang ke Rumah Sakit diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut pula dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit terutama tentang aturan yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika mengunjungi pasien-pasien dengan penyakit menular maupun tentang upaya lain yang berhubungan dengan PPI.

(13)

Dokumen RS Bunda 10 BAB V

SKEDUL (JADWAL) PELAKSANAAN KEGIATAN

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Revisi Pedoman Manajerial PPI

2. Berkoordinasi dengan seluruh kanit untuk identifikasi resiko infeksi di unitnya

3. Rapat dengan seluruh kanit membahas identifikasi resiko infeksi di unit serta menentukan strategi tindak lanjutnya

4. Evaluasi Pedoman Pelayanan PPI dan revisi bila ada yang tidak sesuai dengan program PPI

5. Evaluasi SPO dan revisi bila ada yang tidak sesuai dengan pedoman pelayanan PPI

6. Melaksanakan kegiatan surveilans meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis resiko infeksi, penentuan prioritas angka resiko infeksi serta strategi tindak lanjutnya

7. Melakukan audit ke masing-masing unit termasuk audit fasilitas HH 8. Melakukan monitoring ke masing-masing unit dengan menggunakan

form ceklist supervise

9. Melakukan rapat bulanan dengan seluruh kanit

(14)

Dokumen RS Bunda 11 10. Melakukan pelaporan kepada Komite PMKP dan Kepala Rumah

Sakit terkait hasil surveilans dan hasil kegiatan monitoring unit 11. Mengajukan pengadaan cetak stiker hand hygiene dan etika batuk 12. Mengajukan program screening

13. Mengajukan program pemberian vaksin hepatitis b 14. Pelaksanaan program screening (HbsAg dan Anti HIV) 15. Pelaksanaan program pemberian vaksin hepatitis b

16. Rapat dengan unit kesehatan lingkungan dan kontraktor terkait rencana pembangunan, identifikasi resiko, serta penatalaksanaannya 17. Pemantauan pemasangan rambu-rambu dan renovasi

18. Pengajuan program diklat eksternal dan internal 19. Pelaksanaan Diklat

20. Pelaporan evaluasi akhir tahun

(15)

Dokumen RS Bunda 12 BAB VI

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. Pelaporan dibuat setiap bulan dan dirapatkan bersama dengan seluruh kepala unit.

2. Pelaporan hasil surveilans dan hasil supervise dibuat setiap tiga bulan kepada Komite PMKP dan Kepala Rumah Sakit.

3. Pelaporan hasil dari kegiatan diklat internal.

4. Pelaporan hasil dari kegiatan screening dan pemberian vaksin hepatitis B kepada staff yang bekerja di area resiko tinggi infeksi.

(16)

Dokumen RS Bunda 13 BAB VII

PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. Pencatatan

Semua kegiatan PPI dicatat sesuai dengan jenis kegiatan dan SPOnya.

2. Pelaporan

a. Pelaporan hasil surveilans dan hasil supervise dibuat setiap bulan dan akan dibahas bersama dalam rapat bulanan dengan seluruh kepala unit.

b. Hasil surveilans dan hasil supervise setiap 3 bulan akan dilaporkan kepada Komite PMKP dan Kepala Rumah Sakit Bunda Surabaya.

3.Evaluasi

Evaluasi dari kegiatan PPI akan dilakukan setiap bulan dan akhir tahun sebagai bahan acuan untuk mengetahui kegiatan yang telah dilakukan dan yang belum dilaksanakan serta kendala yang mungkin muncul dalam pelaksanaan kegiatan sehingga pada program berikutnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

(17)

Dokumen RS Bunda 14 BAB VIII

PENUTUP

Program Komite PPI di Rumah Sakit Bunda Surabaya yang disusun untuk tahun 2019 meliputi kegiatan rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian infeksi dan kegiatan yang baru diterapkan atau bersifat pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.

Program Komite PPI tahun 2019 ini berisi tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Komite PPI Rumah Sakit Bunda Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

rekomendasi dari tim Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menggali lebih dalam tentang pelaksanaan program pencegahan dan

Walaupun demikian, rumah sakit juga dipandang perlu melakukan upaya lebih terhadap peningkatan kompetensi perawat, karena hasil pengamatan menunjukkan masih terdapat 23%

sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan pasien, atau pada keadaan gawat darurat/emergensi. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tsb adalah

Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di rumah sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT), mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai