Jurnal Diversita
Available online https://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita
Program Komunikasi BNN Kabupaten Batu Bara dalam Pencegahan dan Peredaran Narkoba Berbasis Nilai Kearifan Lokal
BNN Communication Program of Coal Regency in Drug Prevention and Circulation Based on Local Wisdom Values
Hasan Sazali(1*), Mailin(2) & Aidil Rizki Rangkuti(3)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
Disubmit: 09 Februari 2022; Diproses: 17 Juli 2022; Diaccept: 06 Juni 2023; Dipublish: 09 Juni 2023
*Corresponding author: [email protected] Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis terkait Komunikasi Kebijakan Publik BNN Kabupaten Batu Bara dalam Penanggulangan Peredaran Narkoba di Kawasan Pesisir Berbasis Nilai Agama dan Kearifan LokalJenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara (interview) dan dokumentasi (documentation). Hasil penelitian ini menunjukkan Komunikasi Kebijakan Publik yang dilakukan pihak BNN Kabupaten Batu Bara yaitu dengan menerapkan berbagai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan dan SOP yang telah ditetapkan. Selain itu juga menjalin hubungan baik atau bersinergi dengan berbagai pihak baik dengan pemerintah Kabupaten Batu Bara, Instansi Vertikal, pihak swasta, dan kelompok masyarakat umum lainnya guna kelancaran pelaksanaan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap narkotika. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan kegiatan penanggulangan peredaran Narkoba ini di karenakan letak wilayah pesisir, faktor lingkungan, dan juga termasuk faktor dari Narkoba itu sendiri. Peran Nilai Agama dan Kearifan Lokal dalam penanggulangan peredaran Narkoba di daerah pesisir sangatlah perlu ditingkatkan, karena dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui ibadah – ibadah keagamaan, dan juga melakukan aktifitas – aktifitas berkaitan dengan kearifan lokal maka seseorang akan selalu menghabiskan waktu dengan berbagai hal positif ini dan tidak akan ada waktu dan keinginan untuk melakukan penyalahgunaan Narkoba.
Kata Kunci: Komunikasi; Kebijakan Publik; Penanggulangan Narkoba; Kawasan Pesisir.
Abstract
The purpose of this study is to analyze the Public Policy Communication of the Batu Bara National Narcotics Agency (BNN) in Combating Drug Circulation in Coastal Areas Based on Religious Values and Local Culture. The type of research used in this research is descriptive qualitative research with data collection techniques through interviews (interviews) and documentation (documentation). The results of this study indicate that the Public Policy Communication carried out by the BNN Batu Bara Regency is by implementing various activities in accordance with established regulations and Standard Operating Procedure (SOP). In addition, it also establishes good relations or synergies with various parties, both with the Batu Bara Regency government, Vertical Agencies, the private sector, and other general public groups for the smooth implementation of the Prevention of Eradication of Narcotics Abuse and Illicit Trafficking. While the inhibiting factors for the implementation of drug trafficking prevention activities are due to the location of the coastal area, environmental factors, and also factors from the drug itself. The role of Religious Values and Local Culture in overcoming drug trafficking in coastal areas really needs to be improved, because by getting closer to God through religious worship, and also carrying out activities related to local Culture, someone will always spend time with these positive things. and there will be no time or desire to abuse Drugs.
Keywords: Communication; Public Policy; Drug Control; Coastal Areas.
How to Cite: Sazali, H., Mailin, M., & Rangkuti, A. R. 2023. Program Komunikasi BNN Kabupaten Batu Bara dalam Pencegahan dan Peredaran Narkoba Berbasis Nilai Kearifan Lokal, Jurnal Diversita, 9 (1):
18-27.
19 PENDAHULUAN
Negara Indonesia di masa sekarang memiliki berbagai macam permasalahan, di antaranya adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, karena narkoba menimbulkan berbagai efek. Dampak buruknya juga meliputi bidang pendidikan, kesehatan, kehidupan sosial, pekerjaan, dan keamanan. Sedangkan dampak buruknya untuk kesehatan adalah hipertensi ortostatik (turunnya tekanan darah saat seseorang pada posisi berdiri).
Ada juga gejala neorologik seperti tremor (bergetar), parkinsinisme (parkinson, atau langkah kecil-kecil, badan kaku) dyskinesia (terganggunya kendali gerakan) di antaranya pada gerak mata, lidah yang sering keluar tanpa terkendali, sulit menelan (Suprapti, 2003).
Maraknya peredaran narkoba sampai ke wilayah pesisir atau pinggiran seperti di Kabupaten Batu Bara, sebagai daerah pesisir. bersumber dari data dan perkembangan yang ada, setiap tahunnya di wilayah pesisir Kabupaten Batu Bara terutama sekitaran Tanjung Tiram me- ngalami peningkatan. Penanganan kasus peredaran gelap narkoba sudah seha- rusnya ditingkatkan bila dibandingkan dengan kasus penyalahgunaan narkoba yang ada di lapangan.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia dalam melawan penyalahgunaan dan juga peredaran gelap narkoba sudah sangatlah jelas, tegas dan juga keras. UU nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika menyatakan bahwa setiap orang yang tanpa hak ataupun melanggar hukum dalam penyalahgunaan dan peredaran narkoba maka akan diberikan sanksi pidana denda, penjara, sampai pidana mati. Namun pada
kenyataannya tindak pidana narkoba di masyarakat menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat, baik kuantitatif maupun kualitatif dengan korban dari bermacam latar belakang, terutama dikalangan anak–anak, remaja, dan generasi muda.
Dalam menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba ini, Pemerintah Republik Indonesia sudah sangat banyak mengupayakan berbagai tindakan di antaranya yaitu dalam mengatasi peredaran narkoba dengan mendirikan sebuah lembaga bernama BNN (Badan Narkotika Nasional).
BNN merupakan suatu lembaga Negara non kementerian yang bertugas untuk melakukan Pencegahan dan Pemberatasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). BNN saat ini sudah ada mulai dari BNN pusat, BNN Provinsi dan BNN Kabupaten / Kota dengan berbagai perpaduan antara unsur TNI, Polri dan PNS sebagai bentuk sinergitas semangat memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. BNN Kabupaten Batu Bara berdiri sejak Maret 2018 dengan Kepala BNN Kabupaten Batu Bara hingga saat ini yaitu AKBP. Zainuddin, S. Ag, S.H, M.H.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Program Komunikasi BNN Kabupaten Batu Bara dalam Pencegahan dan Peredaran Narkoba Berbasis Nilai Kearifan Lokal.
Nilai agama yang dimaksud di sini adalah nilai agama Islam, karena merupakan agama mayoritas di Kabupaten Batu Bara. Berbagai macam nilai agama menurut Nurcholis Madjid, ada beberapa nilai agama yang seharusnya
ditanamkan kepada anak dan juga kegiatan pendidikan yang merupakan inti dari pendidikan keagamaan. Diantara nilai - nilai dasar agama Islam yaitu: Iman, Islam, Ihsan, Ikhlas, Tawakkal, Taqwa, Sabar, Syukur (Nurcholis, 2000).
Sedangkan kearifan lokal ialah tentang gagasan yang timbul dan juga berkembang secara menerus pada sekelompok masyarakat yang berupa adat istiadat, budaya, bahasa, tata aturan/
norma, kebiasaan, dan kepercayaan (Haryanto, 2014).
Bentuk kearifan lokal pada masyarakat Batu Bara biisa berupa budaya (nilai, etika, kepercayaan, norma, adat istiadat, hukum adat, dan aturan khusus).
Nilai - nilai luhur berkaitan dengan kearifan lokal mencakup Cinta kepada Tuhan, alam semester dengan isinya, Jujur, Hormat, Tanggung jawab, disiplin, mandiri, santun, Kasih sayang, Percaya diri, kreatif, kerja keras, peduli, pantang menyerah, Keadilan, Toleransi, cinta damai, kepemimpinan, baik, rendah hati, dan persatuan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berjenis deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif, yaitu melakukan penelitian yang mengha- silkan data deskriptif melalui pengamatan langsung yang bersifat interaktif dan memaparkan sesuai dengan data yang diperoleh. Selain itu, penelitian kualitatif ialah penelitian yang menghasilkan data tertulis atau lisan. Data observasi, wawancara, dan makalah ujian tentang masalah penelitian (Soerjono, 1986).
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di daerah Tanjung Tiram yang memiliki tingkat peredaran dan penyalahgunaan
Narkoba. Hal ini dikarenakan daerah Tanjung Tiram merupakan daerah pesisir tempat banyaknya perahu bersandar di pelabuhan – pelabuhan kecil yang tidak dapat dipantau bawaan dari para nelayan yang datang dengan perahunya, dan juga daerah yang berbatas dengan selat malaka tempat dimana mudahnya masuk Narkoba jaringan Thailand, Singapura dan Malaysia.
Penelitian mulai dilakukan sejak Bulan Maret hingga Bulan Juli Tahun 2021.
Data primer diambil dari hasil wawancara. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kepala BNN Kabupaten Batu Bara serta Kasubbag Umum dan para perwakilan dari seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat, seksi Pemberantasan dan seksi Rehabilitasi, serta hasil wawancara terhadap masyarakat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, sebagaimana yang dijelaskan informan yakni Muhammad Zulfikar Syahrizal, SE selaku Kasubbag Umum BNN Kab. Batu Bara terkait Kebijakan Publik BNN Kabupaten Batu Bara yaitu:
“Kebijakan Publik BNN Kabupaten Batu Bara digunakan untuk memecahkan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang terjadi di masyarakat yang melibatkan banyak kepentingan, sehingga keputusan yang diambil haruslah bijak dan juga tepat, karena hal ini menyangkut masalah di masyarakat”
Dari wawancara di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa Keberhasilan pada kebijakan publik BNN Kabupaten Batu Bara bukan dikarenakan isinya saja yang membuat berhasil diterapkan, tetapi juga peran para pelaksana atau implementor. Kebijakan
21 publik juga sangatlah berpengaruh.
Adapun pelaksana kebijakan publik yang dimaksud antara lain (Suryati, 2015):
1. Birokrasi. Birokrasi dalam hal ini adalah Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Batu Bara, Bupati Batu Bara serta berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Batu Bara baik yang berupa Dinas, Badan, Kantor, maupun satuan tingkat Kecamatan hingga Kelurahan dan Desa.
2. Lembaga Legislatif. Menurut ber- bagai literatur administrasi publik menyatakan bahwa antara politik dan admisistrasi adalah kegiatan yang tidak sama. Politik berkaitan dengan perumusan kebijakan, yang harus ditangani oleh bidang - bidang
“politik” dari pemerintah, dalam arti bidang legislatif berupa Dewan Pimpinan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Batu Bara. Disisi lain, tata kelola kebijakan berkaitan dengan implementasi tentang keputusan yang dianut oleh banyak bidang politik dan ditangani oleh badan administratif.
3. Lembaga Peradilan. Dalam perma- salahan perundang-undangan publik, sistem politik modern diberlakukan oleh tindakan yudisial. Lembaga peradilan bisa terlibat langsung untuk mengelola sebuah kebijakan.
Begitu juga dalam hal penanganan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Kabupaten Batu Bara telah memiliki lembaga peradilan berupa Polres dan kejaksaan negeri. Sedangkan Pengadilan Negeri masih bergabung dengan Kabupaten Asahan.
4. Organisasi-Organisasi Masyarakat. Di tingkat lokal, berbagai organisasi di masyarakat sering terlibat pada implementasi berbagai program publik. Pada awalnya berbagai orga- nisasi yang terlibat ialah organisasi yang memiliki dampak baik langsung maupun tidak langsung terkait kebijakan yang diimplementasikan.
Berbagai organisasi tersebut memi- liki peran dalam hal pengawasan dan audit. Sehingga nantinya mampu meminimalisir penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Implementasi Komunikasi Kebijakan Publik di BNN Kabupaten Batu Bara sejalan dengan BNN RI dan juga BNN daerah lainnya yaitu berdasarkan Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang pada Pasal 4 undang – undang ini dalam setiap hurufnya di sebutkan bahwa (direktorat Advokasi, 2019): pada Hurup A berbunyi: menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan / atau pengembangan IPTEK. Huruf B:
mencegah, melindungi dan menye- lamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika. Huruf C:
Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.
Huruf D: menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika.
5. Komunikasi sosialisasi kebijakan sangat dibutuhkan guna menunjang keberhasilan dari implementasi kebijakan ini. Sosialisasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara di antaranya dengan media
masa, elektronik, sosial dll.
Muhammad Rafiq Daulay, S.K.M, selaku Penyuluh Narkoba BNN Kab.
Batu Bara terkait penyuluhan mekatakan bahwa:
“Salah satu akun program BNN yaitu Diseminasi atau sekarang disebut Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang tugasnya melakukan sosialisasi atau penyuluhan terkait bahaya narkoba dan program BNN lainnya. Adapun sosialisasi dari BNN selain sosialisasi tatap muka, juga dilakukan sosialisasi melalui media sosial”.
Media Sosial milik BNN Kabupaten Batu Bara terdiri dari: Facebook:
BNN batubara; Instagram:
Infobnn_kab_batubara; YouTube:
BNN Kabupaten Batu Bara; Website:
www.batubarakab.bnn.go.id; Gmail:
Whatsapp: 085260661951.
6. Dispoisisi, yaitu sebuah sikap dari pelaksana kebijakan, dalam hal ini Kepala BNN Kabupaten Batu Bara.
Bila pelaksana kebijakan mengi- nginkan efektif maka seharusnya para pelaksana kebijakan tidak sebatas harus mengetahui apa yang dilaksanakan tetapi harus pula mempunyai kemampuan guna melaksanakannya, sehingga pada praktiknya tidak akan terjadi bias.
Kompol Hendra, selaku Sub Koordinator Pemberantasan BNN Kab.
Batu Bara mengatakan bahwa (Hendra, 2021):
“Dalam mengantisipasi ancaman bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba, BNN Kabupaten Batu Bara berpedoman pada beberapa peraturan perundang- undangan dan payung hukum lainnya, di antaranya yaitu: UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. UU No. 8 Tahun (1996) tentang Penegasan Konvensi Tunggal
Narkotika (1961) beserta Protokol Perubahan–Perubahannya. UU No. 7 Tahun (1997) tentang Penegasan Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika (1998). UU No. 35 Tahun (2009) tentang Narkotika. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (RAN P4GN – PN) Tahun 2020 – 2024. Instruksi Bupati Batu Bara Nomor 188.5/3483/2021 Tentang Pelaksanaan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
Dalam hal mengatasi permasalahan Narkoba di daerah, BNN Kabupaten Batu Bara sama dengan BNN Kabupaten / Kota lainnya yang memiliki 3 Sub Koordinator atau seksi dan 1 Sub bagian, yaitu:
pertama, Sub Koordinator Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M), yang memiliki tugas dalam hal penyuluhan, sosialisasi, dan Pemberdayaan Masyarakat guna menghindari penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Kedua, Sub Koordinator Pemberantasan, yang memiliki tugas dalam hal penangkapan pengguna narkoba, kurir narkoba, pengedar narkoba, hingga bandar narkoba. Ketiga, Sub Koordinator Rehabilitasi, yang memiliki tugas dalam hal pemulihan (rehab) pengguna narkoba yang ingin berhenti secara mandiri ataupun pengguna narkoba yang tertangkap dan di hukum rehabilitasi.
Fakor pendukung penanggulangan peredaran narkoba terdiri dari beberapa hal yaitu:
1. Dukungan dari Bupati Batu Bara baik berupa pinjam pakai lahan bangunan, pemberian dana hibah setiap tahunnya, pemberian beberapa PNS Pemerintah
23 Kabupaten Batu Bara untuk di perbantukan di BNN Kabupaten Batu Bara, dan lainnya.
2. Sinergi BNN Kabupaten Batu Bara dengan instansi-instansi vertikal lainnya seperti dengan Polres Batu Bara dalam hal razia gabungan, Kejaksaan Negeri Kabupaten Batu Bara dan Lapas Klas II A Labuhan Ruku dalam hal tindak lanjut penangkapan yang dilakukan BNN Kabupaten Batu Bara, Kementerian Agama Kabupaten Batu Bara dalam hal pembinaan rohani mental personil, dan lainnya.
3. Sinergi BNN Kabupaten Batu Bara dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UIN SU Medan dalam hal pengembangan karakter masya- rakat terkait penanggulangan Narkoba. Dalam hal ini telah terlaksana kegiatan kerjasama seperti Penyuluh Narkoba BNN Kabupaten Batu Bara telah menjadi Narasumber di beberapa kegiatan Mahasiswa UIN SU medan yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di wilayah Kabupaten Batu Bara, Ketua LP2M UIN SU Medan, Bapak Dr. Hasan Sazali, MA menjadi Narasumber pada beberapa kegia- tan BNN Kabupaten Batu Bara.
4. Sinergi internal antara Sub koordinator atau seksi yang ada di BNN Kabupaten Batu Bara.
5. Sinergi BNN Kabupaten Batu Bara dengan pihak–pihak lainnya dianta- ranya dengan Wartawan dalam hal press release pengungkapan kasus, Lembaga Swadaya Masyarakat, hingga kelompok masyarakat
lainnya seperti Jema’ah Tabligh, Organisasi Keagamaan, Organisasi Kepemudaan, dan lainnya.
6. Masyarakat yang semakin terbuka dalam hal menyampaikan pereda- ran narkoba dan juga dalam hal rehabilitasi terhadap keluarga mereka.
Dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) BNN Kabupaten Batu Bara, disebutkan faktor penghambat pelaksanaan Program P4GN, yaitu:
1. Keterbatasan personil BNN Kabupaten Batu Bara yang sejak berdiri di pertengahan tahun 2018 hingga sekarang hanya terdiri atas 2 Polisi, 8 PNS, dan 14 PPNP (Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri) atau honor.
2. Sarana prasarana yang masih belum lengkap seperti belum adanya mobil penyuluhan, dan personil penyuluh hanya 2 Orang.
3. Personil Pemberantasan yang bertugas melakukan penyelidikan, penyidikan, penangkapan peng- guna hingga bandar narkoba hanya terdiri dari 1 orang Polisi selaku Kepala Seksi dan 3 Personil ASN, yang seharusnya sudah sangat membutuhkan tambahan personil Kepolisian namun sampai ssat ini belum ada penambahan.
4. Sebagai Kabupaten pesisir, wilayah Kabupaten Batu Bara memiliki garis pantai yang luas sehingga sulit mengontrol peredaran narkoba yang diselundupkan dari jalur laut.
5. Jumlah Penduduk Kabupaten Batu Bara yang cukup banyak menjadi pasar potensial peredaran gelap Narkoba.
6. Harga Narkoba yang semakin terjangkau dengan kemasan paket kecil sehingga membuat pengguna Narkoba mudah membelinya.
7. Peredaran Narkoba yang telah masuk hingga ke pelosok Desa dan bahkan pengedar Narkoba berada di pelosok Desa.
8. Lembaga Pemasyarakatan yang ternyata juga telah dimasuki pere- daran narkoba secara tersembunyi.
9. Adanya oknum penegak hukum yang turut terlibat dalam peyalah- gunaan dan peredaran narkoba.
10. Bentuk Narkoba yang semakin bermacam sehingga membuat orang biasa tidak tahu bahan yang ditawarkan orang sekitar ternyata Narkoba.
11. Masih adanya masyarakat yang merasa takut melaporkan adanya tindak kejahatan Narkoba.
12. Adanya masyarakat di tempat tertentu yang masih melindungi kurir, pengedar, bandar narkoba saat akan ditangkap aparat penegak hukum.
Penanaman nilai Agama Islam sebagai Agama mayoritas masyarakat di Kabupaten batu Bara sangatlah penting dalam upaya menumbuh kembangkan akhlak dan menangkal manusia untuk melakukan penyalahgunaan Narkoba.
Karena dalam Agama Islam sudah jelas bahwa Narkoba itu hukumnya haram karena disamakan dengan khamar atau hal yang memabukkan. Adapun beberapa dalil Al–Quran terkait haramnya Narkoba yang sering digunakan para penyuluh BNN Kabupaten Batu Bara dalam menyampaikan materi penyuluhan yaitu:
ُّ ل ِحُي َو
ُُّّ َثِئَََٰٰٓبَخ ۡلٱُُّمِهۡيَلَعُُّم ِ رَحُي َوُِّتََٰبِ يَّطلٱُُّمُهَلُّ
“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” (QS. Al A’raf: 157).
Setiap yang khobaits terlarang dengan ayat ini. Di antara makna khobaits adalah yang memberikan efek negatif dan Narkoba sudah jelas sangat banyak efek negatifnya.
َُّكُل ۡهَّتلٱُّىَلِإُّ ۡمُكيِدۡيَأِبُّْاوُقۡلُتُّ َلَ َو
ُِّة
ُُّّ
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al Baqarah: 195).
Dengan memakai narkoba sudah pasti kita berada pada kehidupan yang tak terarah, dan akhirnya jatuh dalam kebinasaan.
ُّا ٗمي ِح َرُّ ۡمُكِبَُّناَكَُّ َّللَّٱَُّّنِإُّ ۡۚۡمُكَسُفنَأُّْا َٰٓوُلُتۡقَتُّ َلَ َو
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An Nisa’: 29).
Bapak Abdullah, selaku salah seorang tokoh agama Islam dengan mengatakan (Abdullah, 2021):
“BNN Kabupaten Batu Bara dalam melakukan sosialisasi ataupun penyuluhan dengan sasaran peserta mayoritas Islam selalu memasukkan dalil Agama dalam pembahasan untuk menyatakan bahwa Narkoba itu hukumnya Haram”
Agama Islam merupakan agama mayoritas di Kabupaten Batu Bara.
Diantara nilai - nilai dasar agama Islam yaitu: Iman, Islam, Ihsan, Ikhlas, Tawakkal, Taqwa, Sabar, Syukur (Nurcholis, 2000).
Di Kabupaten Batu Bara juga terdapat pembelajaran Halaqah kitab yang tatacara pengajarannya tidak jauh berbeda dengan yang ada di Mekah. Yang berdasarkan sejarah, para ulama yang pernah belajar di Mekah berdakwah mengajarkan Islam di Kabupaten Batu
25 Bara termasuk dalam hal mengajarkan Halaqah, dan belakangan ini halaqah Kitab ini sudah mulai kurang diminati masyarakat Kabupaten Batu Bara (Hasbullah, 2007).
Maka sudah seharusnya kita mengembalikan halaqah ini guna menjaga masyarakat dari bahaya narkoba. Secara umum, fokus pembelajaran halaqah ini ada tiga cabang ilmu, yaitu:
1. Bidang Tauhid: Mempelajari intisari syahadatain, mencakup rukun Islam dan Rukun Iman.
2. Bidang Fiqh: Mempelajari cara thaharah, shalat dan puasa.
3. Bidang Tasawuf: mempelajari tentang sifat – sifat hati, baik yang terpuji (mahmudah) maupun yang tercela (mazmumah).
Semuanya ini juga di pelajari dalam kegiatan Jemaah tabligh saat berkeliling dari satu masjid ke masjid lain, dan Kepala BNN kabupaten Batu Bara juga mengutus personil secara bergantian dalam kegiatan Jemaah tabligh ini untuk turut menyampaikan pesan terkait bahaya narkoba saat bersilaturahmi bersama Jemaah Tabligh.
Selain Penanaman Nilai Agama, juga Kearifan lokal yang ada di kabupaten Batu Bara harus tetap di jaga / lestarikan sebagai sebuah identitas atau kepribadian budaya Batu Bara. Identitas dan Kepribadian ini tentu menyesuaikan dengan yang namanya pandangan hidup masyarakat sekitarnya agar tidak terjadi pergesaran nilai – nilai yang ada. Kearifan lokal yaitu salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan juga mempertahankan diri dari kebudayaan luar yang tidak baik.
Kearifan lokal berupa pandangan hidup dan juga ilmu pengetahuan serta berbagai strategi tentang kehidupan yang teraplikasi pada aktivitas yang dilaksanakan oleh masyarakat kabupaten Batu Bara untuk menjawab dan menangkal berbagai permasalahan dalam kehidupan termasuk dalam hal Narkoba.
Pada masyarakat, kearifan lokal bisa ditemui pada cerita rakyat, petuah, semboyan, nyayian, pepatah, dan kitab - kitab kuno yang melekat pada perilaku sehari - hari. Kearifan lokal ini akan terwujud jadi budaya tradisi, kearifan lokal akan tampil pada nilai - nilai yang berlaku di kelompok masyarakat tertentu.
Adapun Bentuk kearifan lokal pada masyarakat di Kabupaten Batu Bara yang merupakan masyakat muslim melayu diantaranya berupa (Robianti, 2016):
Tarian remaja melayu, melestarikan masakan dan makanan khas Melayu (Nasi Lada, Nasi Ulam, Nasi Lemak, Nasi Minyak, Bubur Pedas, Santan Durian / Santan Bacang, dimakan bersama nasi atau pulut ketan, Pongat / Kolak, seperti lazimnya di daerah lain, Kerabu dan Anyang, yang berbahan pakis dan serundeng kelapa, Haluwa/Manisan, buah-buahan yang dimaniskan, Pekasam, buah-buahan yang diasamkan, gulai dan Pais, baik gulai kari, gulai lemak, gulai asam, Singgang dan Sombam, yaitu singgang daging dan ikan sombam, beragam jenis kue Melayu Batu Bara seperti Kue Karas – Karas, Kue Lempeng Torah), Sepak Takraw yang merupakan olahraga yang biasa dilakukan masyarakat pesisir, atau juga olahraga lainnya sebagai wujud kegiatan positif sehingga menjauhkan warga dari penyalahgunaan narkoba, Belajar dan membaca Alquran bersama sehabis shalat
maghrib, Tatakrama dan sopan santun dalam bertutur, Langgam bahasa yang khas sebagai kekayaan bahasa, Melestarikan Teluk belango melayu, tutup kepala bertanjak, dan songket Batu Bara, Berpantun dan bernyanyi khas melayu.
Dalam hal peranserta Kepala Desa dan perangkat Desa untuk penanaman nilai agama dan kearifan lokal guna penanggulangan Narkoba ini berdasarkan pada (Puslitdatin, 2020): Pasal 68 ayat (1) bagian e: “Masyarakat desa berhak mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan ketenteraman dan ketertiban di Desa”, dan ayat (2) bagian c: “Masyarakat desa berkewajiban mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram di Desa. Pasal 26 ayat (2): “Kepala Desa berwenang sebagaimana disebutkan dalam bagian:
1. Membina kehidupan masyarakat desa;
2. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;
3. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa”.
Dengan tetap melestarikan berbagai nilai agama dan kearifan lokal yang ada, diharapkan masyarakat Kabupaten Batu Bara sebagai daerah pesisir selalu beraktifitas positif dan permasalahan narkoba yang ada di Kabupaten Batu Bara dapat teratasi secara kesadaran individu masyarakat, dan sesuai dengan pribahasa Melayu “Tak Hilang Melayu di Bumi”.
SIMPULAN
Komunikasi Kebijakan Publik yang dilakukan pihak BNN Kabupaten Batu Bara yaitu dengan menerapkan berbagai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan dan SOP yang telah ditetapkan.
Selain itu juga menjalin hubungan baik atau bersinergi dengan berbagai pihak baik dengan pemerintah Kabupaten Batu Bara, Instansi Vertikal, pihak swasta, dan kelompok masyarakat umum lainnya guna kelancaran pelaksanaan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap narkotika. Ada 4 Sektor sasaran kegiatan dari BNN yaitu: Instansi Pemerintah, Lingkungan Perusahaan, Lingkungan Pendidikan, dan Lingkungan Masyarakat.
BNN Kabupaten Batu Bara memiliki media sosial untuk mempermudah menyampaikan informasi ke masyarakat termasuk dalam hal kebijakan publik.
Faktor pendukung BNN Kabupaten Batu Bara dalam hal mengatasi permasalahan Narkoba secara garis besarnya dikarenakan terwujudnya sinergi internal antara seksi dan antara personil yang ada di BNN Kabupaten Batu Bara, serta sinergi eksternal dengan berbagai pihak dalam program
Pencegahan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan kegiatan penanggulangan peredaran Narkoba ini di karenakan letak wilayah pesisir, faktor lingkungan, dan juga termasuk faktor dari Narkoba itu sendiri. Dengan tetap menjaga nilai agama dan melestarikan kearifan lokal yang ada di Kabupaten Batu Bara, diharapkan masyarakat Kabupaten Batu Bara sebagai daerah pesisir selalu beraktifitas positif dan permasalahan narkoba yang ada di Kabupaten Batu Bara dapat teratasi
27 DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, wawancara dengan salah satu tokoh agama (informan 10), di rumah responden, pada tanggal 22 Juli 2021 pada pukul 09.00 s/d 10.30 wib.
Advokasi, Direktorat, (2019). Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Desa Bersih Narkoba, Jakarta: Direktorat Advokasi.
Haryanto, Triu Joko, (2014). Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan Beragama, Malang:
Jurnal Analisa.
Hasbullah, (2017). Potensi Halaqoh Kitab, Batu Bara: Dinas Perpustakaan Kabupaten Batu Bara.
Hendra, wawancara dengan Sub Koordinator Pemberantasan (informan 5), di ruangan Sub Koordinator Pemberantasan, pada tanggal 14 Juli 2021 pada pukul 09.00 s/d 10.30 wib.
Madjid, Nurcholis, (2000). Masyarakat Religious Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan Masyarakat, Jakarta:
Paramadina.
Markam, Suprapti Sumarmo, (2003). Pengantar Psikologi Klinis, Jakarta: UI Press.
Puslitdatin BNN RI, (2020). Potensi Desa Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta: Puslitdatin BNN RI.
Robianti, (2016). Serba Serbi Melayu Batu Bara, Batu Bara: Dinas Perpustakaan Kabupaten Batu Bara.
Setiyawati, dkk, (2015). Buku Seri Bahaya Narkoba Jilid 1, Surakarta, Tirta Asih Jaya.
Soekamto, Soerjono, (1986). Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.