DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER)
Mohon kerendahan hati saudara untuk mengisi kuesioner (angket) yang saya berikan.
Data ini diperlukan sebagai tambahan informasi dalam penyusunan skripsi saya yang
berjudul: “Efektivitas Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di SMA Methodist 1 Medan”.
Petunjuk Pengisian
a. Pilihlah dan berikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar sesuai menurut
anda.
b. Isilah titik-titik dengan baik dan benar sesuai dengan jawaban anda.
c. Berikan jawaban anda sesuai yang anda pikirkan.
A. Identitas Responden
No. Responden :
1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Agama :
5. Suku :
6. Uang saku :
a. Rp. 10.000 – Rp. 20.000/hari
b. Rp. 20.000 – Rp. 40.000/hari
107
B. Efektivitas Pelaksanaan Program Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).
I. Ketepatan Sasaran Program
7. Dalam rutinitas saudara sehari-hari, apakah saudara mengetahui tentang narkoba?
a. Tahu
b. Tidak Tahu
8. Jika ya, darimana saudara mengetahui tentang narkoba?
a. Teman
b. Keluarga
c. Media massa, media elektronik
d. Lainnya...
9. Apakah saudara pernah menggunakan narkoba?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
10.Jika pernah, jenis narkoba apakah yang saudara pernah gunakan?
a. Candu, misalnya heroin/putaw, kokain, morfin, lainnya...
b. Stimulan, misalnya shabu-shabu, pil ekstasi/ineks, lainnya...
c. Depresan, misalnya obat penenang, alkohol, lainnya...
d. Inhalan, misalnya ngelem
11.Darimana saudara mengenal Badan Narkotika Nasional (BNN)?
a. Keluarga
b. Media massa, media elektronik
c. Iklan/brosur
12.Apakah sebelumnya saudara sudah pernah mengikuti penyuluhan/sosialisasi
mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba?
a. Pernah, Sebutkan darimana...
b. Tidak Pernah
13.Apakah sebelumnya saudara sudah pernah mengikuti pembentukan kaderisasi dan
menjadi salah satu kader mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba?
a. Pernah, Sebutkan kapan dan darimana...
b. Tidak Pernah
II. Kepuasan Terhadap Program
14.Apakah saudara tertarik mengikuti kegiatan penyuluhan/sosialisasi yang diberikan
oleh BNN?
a. Ya, alasannya...
b. Tidak, alasannya...
15.Apakah saudara tertarik mengikuti kegiatan pembentukan kaderisasi yang diberikan
oleh BNN?
a. Ya, alasannya...
109
16.Bagaimana penyampaian materi yang diberikan oleh BNN dalam kegiatan tersebut
kepada saudara?
a. Memuaskan
b. Kurang memuaskan
17.Apakah saudara paham dengan materi yang diberikan dalam kegiatan tersebut?
a. Memahami
b. Kurang memahami
18.Apakah ada sesi pemberian kesempatan bertanya sehingga ada diskusi kecil antara
penanya dengan pemateri dari pihak BNN selama kegiatan berlangsung?
a. Ada
b. Tidak ada
19.Jika ada apakah saudara memanfaatkan kesempatan tersebut?
a. Iya,alasannya...
b. Tidak,alasannya...
III. Keberhasilan Pelaksanaan Program
20.Berapa lama BNN memberikan penyuluhan/sosialisasi mengenai pencegahan dan
pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?
...
21.Berapa lama BNN melakukan pembentukan kaderisasi dalam pencegahan dan
pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?
22.Apakah saudara bersungguh-sungguh selama kegiatan penyuluhan/sosialisasi
tersebut?
a. Sungguh-sungguh, alasannya...
b. Kurang sungguh-sungguh, alasannya...
23.Apakah saudara bersungguh-sungguh selama kegiatan pembentukan kaderisasi
tersebut?
a. Sungguh-sungguh, alasannya...
b. Kurang sungguh-sungguh, alasannya...
24.Apakah saudara merasa terpaksa dalam mengikuti kegiatan tersebut?
a. Terpaksa, alasannya...
b. Tidak terpaksa, alasannya...
25.Apakah saudara merasa bosan selama kegiatan tersebut berlangsung?
a. Ya, alasannya...
b. Tidak, alasannya...
26.Bagaimana menurut saudara mengenai perlakuan petugas BNN terhadap saudara
selama kegiatan tersebut berlangsung?
a. Baik
b. Kurang baik
27.Apakah menurut saudara petugas BNN sudah mempunyai kemampuan dalam
menjalankan tugasnya?
111
b. Kurang Mampu
28.Bagaimana menurut saudara mengenai kualitas kegiatan yang sudah dilaksanakan?
a. Bagus
b. Kurang bagus
III. Tujuan dan Manfaat
29.Apakah saudara mengerti tujuan kegiatan penyuluhan/sosialisasi yang diberikan oleh
petugas BNN?
a. Ya
b. Tidak
30.Apakah saudara mengerti tujuan kegiatan pembentukan kaderisasi yang diberikan
oleh petugas BNN?
a. Ya
b. Tidak
31.Apakah saudara merasakan manfaat dari kegiatan penyuluhan/sosialisasi yang
diberikan oleh petugas BNN?
a. Ya
b. Tidak
32.Apakah saudara merasakan manfaat dari kegiatan pembentukan kaderisasi yang
diberikan oleh petugas BNN?
a. Ya
b. Tidak
33.Apakah setelah mengikuti kegiatan penyuluhan/sosialisasi yang diberikan oleh BNN
mampu menambah pengetahuan saudara tentang pencegahan dan pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?
b. Tidak, alasannya...
34.Apakah setelah mengikuti kegiatan pembentukan kaderisasi yang diberikan oleh BNN
mampu menambah pengetahuan saudara tentang menjadi kader dalam pencegahan
dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?
a. Ya, alasannya...
b. Tidak, alasannya...
35.Apakah setelah mengikuti kegiatan yang telah diberikan dapat saudara jadikan
pedoman untuk menghadapi masa depan?
a. Ya, alasannya...
b. Tidak, alasannya...
36.Apakah setelah mengikuti kegiatan yang telah diberikan saudara menjadi kuat untuk
menjauhi narkoba dan mendukung agar Indonesia bebas narkoba khususnya di
lingkungan pelajar?
a. Ya, alasannya...
b. Tidak, alasannya...
37.Menurut saudara, apakah perlu kegiatan penyuluhan/sosialisasi mengenai pencegahan
dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di sekolah
dilakukan secara berkesinambungan?
113
b. Tidak, alasannya...
38.Menurut saudara, apakah perlu kegiatan pembentukan kaderisasi mengenai
pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di
sekolah dilakukan secara berkesinambungan?
a. Ya, alasannya...
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, R. 2008. Bahaya Narkoba di kalangan Remaja. Jakarta.
Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azhar, Ibnu A.D.S. 2009. Efektivitas Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan
Pemilihan Jurusan. Medan: Skripsi USU.
Badan Narkotika Nasional. 2006. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Badan Narkotika Nasional dan Puslitkes Universitas Indonesia. 2008. Anti Drugs Campaign
Goes to School. Jakarta.
Badan Narkotika Nasional. 2010. P4GN Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta.
Cambel, J. P. 1989. Riset dalam Efektivitas Organisasi; terjemahan Sahat Simamora. Jakarta:
Erlangga.
Fabanyo, Hidayat. 2010. P4GN Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta.
Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Bangsa. Jakarta: Forum Media Utama.
Karsono, Eddy. 2004. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. Bandung: CV
Yrama Widya.
Lin, M. S. 2007. Question About Sex. Surabaya: Java Pustaka Media Utama.
Roscoe, J. T. 1998. Fundamental Research Statistic for Behavioral Sciences. Holt, Rinehart
and Winston. New York.
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Singarimbun, M. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
104
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Thoha, Miftah. 2007. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tingkilisan. 2004. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: Bulairung
Dokumen-dokumen:
Bareskrim Polri, Direktorat IV. 2009. Tindak Pidana Narkoba. Jakarta: Direktorat IV/TP.
Narkoba dan K.T. Bareskrim Polri.
Jurnal Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2009.
Jurnal Data P4GN Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2010.
Jurnal Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008.
Konvensi PBB tahun 1961 tentang pembentukan The International Narcotic control Board.
Convention of Psychotropics and Substances of 1971 tentang Sikap Negara-negara beradab
pendukung PBB.
Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Kelembagaan BNN.
Strategi Nasional Lakhar BNN tentang Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). 2009.
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Sumber lain:
Ibnu Mukhilism, 2009. Defenisi atau pengertian efektivitas.
http://noebangetz.blogspot.com/2009/07/defenisi-atau-pengertian-efektivias.html.
http://nasional.kompas.com/read//Pengguna.Narkoba.5.8.Juta.Tahun.2012.
http://nasional.sindonews.com/read/persen-pengguna-narkoba-adalah-pelajar.
http://www.jpnn.com/read/2013/10/30/198235/50-Persen-Pengguna-Narkoba-Pelajar-SMA-.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/06/03/bnn-seribu-pelajar-indonesia-pengguna-narkoba.
http://regional.kompas.com/read/2013/03/07/03184385/Pengguna.Narkoba.di.Kalangan.Rem
aja.Meningkat.
39 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian dalam penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif, yaitu
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam
pelaksanaanya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol, peneliti memulai dengan subjek
yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau sampel dari objek tersebut
untuk menggambarkannya secara akurat (Silalahi, 2009: 28). Penelitian yang menggunakan
metode deskriptif merupakan penelitian yang sekedar hanya untuk menggambarkan atau
melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa
mempersoalkan hubungan antar variabel (Faisal, 2008:20).
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu
dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya yaitu data yang diperoleh di
lapangan dikumpulkan, diolah serta dianalisis. Oleh karena itu penelitian ini memusatkan
perhatian pada masalah-masalah yang terjadi pada saat penelitian sedang dilakukan yaitu
membuat gambaran secara menyeluruh tentang sejauh mana keefektifan pelaksanaan
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dimaksud dalam penelitian adalah tempat peneliti menangkap
keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti yaitu SMA Methodist 1 Medan. Alasan
peneliti memilih lokasi sekolah tersebut, karena sekolah ini merupakan sekolah yang
mendapat kegiatan penyuluhan hingga pembentukan kader kepada siswa-siswinya mengenai
program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
(P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara. Hingga sekolah ini
membentuk Satgas sekolah untuk mengetahui apakah di lingkungannya ada hal-hal yang
dapat dijadikan petunjuk awal penyalahgunaan narkoba ataupun peredaran narkoba.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda,
peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:155).
Pengertian lain mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007: 55).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perwakilan satgas sekolah Siswa
Methodist 1 Anti Narkoba (SMANK), perwakilan OSIS dan perwakilan Organisasi Sekolah
siswa-siswi SMA Methodist 1 seperti pramuka, PMR, PKS, Paskib yang mengikuti kegiatan
penyuluhan dan pembentukan kader oleh Badan Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara
41
Tabel 3.1. Klasifikasi Populasi Tiap Kelas
NO. KELAS JUMLAH SISWA
1. SMANK 60
2. OSIS 30
3. ORGANISASI SEKOLAH
Pramuka 7
PMR 8
PKS 5
PASKIB 10
TOTAL 120
Sumber: Sekolah SMA Methodist 1 Medan 3.3.2. Sampel
Dalam kaitannya dengan penelitian, Roscoe (1998) mendefenisikan sampel sebagai
sebagian dari obyek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil
datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel adalah
bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Hal ini
berarti bahwa sampel bukan sekadar bagian dari populasi melainkan bagian yang benar-benar
mewakili populasi (Siagian, 2011:156).
Menurut pendapat Arikunto, untuk menentukan sampel penelitian yang menyatakan
bahwa jika populasi lebih dari 100 orang maka disarankan untuk menentukan jumlah sampel
adalah antara 10% – 15% dan 20% – 25% dari jumlah populasi dan dan ini dianggap
representative (Arikunto, 1993: 149). Dalam penelitian ini penulis mengambil 20% dari
jumlah populasi untuk dijadikan sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:
Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan teknik penarikan sampel
proporsional stratified random sampling yang memungkinkan untuk memberi peluang
kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel. Oleh karena itu,
digunakan rumus dalam menentukan jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam
penelitian ini adalah:
nx = nl x n
N
Dimana: nx = jumlah sampel kelas x
nl =jumlah siswa tiap kelas
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Tabel 3.2. Klasifikasi Sampel Responden Tiap Kelas
NO. KELAS JUMLAH SISWA JUMLAH SAMPEL
1. SMANK 60 60/120 x 24 = 12
2. OSIS 30 30/120 x 24 = 6
3. ORGANISASI SEKOLAH
Pramuka 7 7/120 x 24 = 1
PMR 8 8/120 x 24 = 2
PKS 5 5/120 x 24 = 1
PASKIB 10 10/120 x 24 = 2
TOTAL 120 24
43 3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini digunakan beberapa
teknik sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan
Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti
dengan mempelajari dan menelaah buku, surat kabar, dan majalah yang ada kaitannya
dengan masalah yang diteliti.
b. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian
dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti, yaitu:
1. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebar
angket kepada siswa SMA Methodist 1 Medan yang menjadi responden penelitian
ini.
2. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka
dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.
c. Data sekunder
Data yang bersumber dari instansi pemerintah terkait.
3.5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu
analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka
merumuskan generalisasi menyeluruh. Dengan demikian kesimpulan pada analisis data
statistik deskriptif hanya berlaku bagi masing-masing tabel atau hanya berlaku pada satu tabel
tanpa generalisasi. Dalam analisis data statistik deskriptif akan digunakan tabel tunggal/yang
Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah:
a. Editing, yaitu meneliti kembali data-data yang telah diperoleh dari penelitian.
b. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut jenisnya.
c. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga jawaban yang
beraneka ragam menjadi singkat
d. Menghitung besarnya frekuensi data pada masing-masing kategori
e. Tabulasi, disini data dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam suatu tabel tunggal
45 BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis
Perguruan Kristen Methodist Indonesia (PKMI-1) merupakan Lembaga Pendidikan
dibawah naungan Yayasan Pendidikan Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI) Wilayah I.
PKMI-1 mengasuh 4 unit sekolah yaitu:
1. TK Methodist-1 Medan
2. SD Methodist-1 Medan
3. SMP Methodist-1 Medan
4. SMA Methodist-1 Medan
Semua sekolah tersebut berada dalam satu kompleks yaitu di Jl. Hang Tuah No. 4
Medan, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan. PKMI 1 didirikan
sejak tahun 1922 yang pada awalnya bernama Methodist English School (MES). Sesuai
dengan namanya MES merupakan sekolah bertaraf Internasional yang diasuh oleh
Missionaris Methodist, namun dalam perkembangannya telah menjadi sekolah nasional yaitu
PKMI-1. PKMI-1 saat ini terus di dorong untuk mengembalikan kejayaan MES dahulu.
SMA Methodist 1 berada di samping Gereja Methodist Indonesia (GMI) Kasih
Karunia, dimana gereja tersebut dapat digunakan para siswa dalam mengadakan kebaktian
pada hari-hari tertentu misalnya saat menjelang ujian dan hari besar keagamaan. Selain itu,
SMA Methodist 1 juga terletak di samping Universitas Methodist Indonesia (UMI) sehingga
lokasi ini dipenuhi oleh para pelajar dan mahasiswa untuk menuntut ilmu.
Letak yang strategis merupakan salah satu yang membuat SMA Methodist 1 menjadi
sekolah favorit. Letak SMA Methodist 1 juga tidak jauh dari lingkungan perkotaan atau
sekolah tersebut. Bagi siswa yang membawa kendaraan pribadi, disediakan lahan parkir
khusus yang berada di sebelah lapangan olahraga. Namun bagi yang tidak memiliki
kendaraan pribadi, dapat juga dengan mudah menjangkau lokasi SMA Methodist 1 Medan
dengan menggunakan alat transportasi lain seperti angkutan umum.
Meskipun lokasi sekolah SMA Methodist 1 banyak dilalui oleh angkutan umum atau
kendaraan lainnya, namun lokasi belajar mengajar siswa di SMA Methodist 1 ini terletak
agak menjorok ke dalam. Hal ini menjadikan proses belajar mengajar menjadi lebih hening
dan tertib tanpa adanya gangguan dari aktivitas di luar sekolah.
Luas tanah milik Yayasan Pendidikan Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI)
Wilayah I adalah 12.256 m2 dengan pembagian dan perincian sebagai berikut:
1. Pemanfaatan pekarangan sekolah (luas pekarangan 1545 m2)
2. Pemanfaatan gedung sekolah (luas bangunan 10.711 m2)
4.2. Keadaan Sekolah
4.2.1. Pemanfaatan Pekarangan Sekolah
Pekarangan sekolah yang ada di SMA Methodist 1 Medan dimanfaatkan menjadi
beberapa sarana yaitu taman sekolah, lapangan olah raga, lapangan olah raga basket, parkiran
dan kantin. Untuk lebih jelas dalam perinciannya dapat kita lihat pada tabel 4.1 pada halaman
47 Tabel 4.1.
Pemanfaatan Pekarangan Sekolah
No. Jenis Sarana Jumlah Luas
1. Taman Sekolah 1 90 m2
2. Lapangan Olahraga 1 300 m2
3. Lapangan Olahraga Basket 1 200 m2
4.
Lapangan Parkir Kendaraan Beroda
Empat
1 500 m2
5.
Lapangan Parkir Kendaraan Beroda
Dua
2 300 m2
6. Kantin 2 155 m2
Jumlah 8 1545 m2
Sumber: Kantor Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan
Dari tabel 4.1 di atas dapat kita lihat bahwa pemanfaatan pekarangan SMA Methodist
1 Medan adalah dengan sebuah lapangan olah raga yang digunakan untuk melakukan
aktivitas olahraga apa saja dan lapangan olah raga khusus olahraga basket dengan total luas
kedua lapangan adalah 500 m2. Lapangan parkir bagi pengguna kendaraan roda empat baik
untuk guru, orang tua murid maupun tamu disediakan di luar dengan luas 500 m2 dan
lapangan parkir kendaraan beroda dua juga disediakan yaitu untuk guru dan murid disediakan
khusus di bagian dalam sekolah dengan luas 150 m2 dan untuk tamu disediakan di luar
dengan luas 150 m2. Kantin atau warung di SMA Methodist 1 Medan ada dua yaitu kantin
yang menyediakan berbagai makanan ataupun jajanan lainnya dan kantin yang menyediakan
4.2.2. Pemanfaatan Gedung Sekolah
Selain dari pekarangan sekolah, juga ada bagian gedung sekolah yang terdiri dari
berbagai jenis ruangan dengan bermacam kegunaannya.
Tabel 4.2.
Pemanfaatan Gedung Sekolah
No. Ruangan Jumlah Luas
1. Kepala Sekolah 1 5 x 5 m2
2. Wakil Kepala Sekolah 1 4 x 3 m2
3. Guru 1 90 m2
4. Tata Usaha 1 35 m2
5. Ruangan Kelas Belajar 19 1216 m2
6. Laboratorium 3 192 m2
7. Perpustakaan 1 60 m2
8. Komputer 1 60 m2
9. UKS 1 48 m2
10. OSIS 1 48 m2
11. SMANK 1 48 m2
12. GAPALA & SIMPEL 1 48 m2
13. Ruangan Serbaguna 1 150 m2
14. Studio Band 1 60 m2
15. Gudang 1 60 m2
16. Warnet 1 48 m2
Jumlah 36 10.711 m2
49 4.2.3. Visi
SMA Methodist 1 memiliki visi untuk membangun sekolah yang berkualitas pilihan
masyarakat untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, berkarakter baik, berdisiplin tinggi
dan berwawasan global.
4.2.4. Misi
SMA Methodist 1 memiliki misi untuk mewujudkan siswa yang cerdas, beriman dan
berkarakter baik serta kompetitif memasuki perguruan tinggi pilihan.
4.2.5. Nilai-nilai
Adapun nilai-nilai yang dianut dan dijunjung tinggi sekolah dalam pelaksanaan
kegiatannya adalah:
a. Rohani yaitu nilai kekristenan berupa ketaqwaan, ketaatan dan keimanan.
b. Disiplin tinggi.
c. Akal budi yaitu kecerdasan intelektual dan perbuatan baik.
d. Prestasi yaitu keunggulan dalam berbagai bidang baik akademik, olahraga, seni
budaya.
e. Jasmani yaitu sehat jasmani (fisik).
4.2.6. Tujuan
SMA Methodist 1 memiliki tujuan:
a. Terlaksananya program pendidikan yang berorientasi kualitas untuk menghasilkan
siswa yang cerdas dan terampil.
b. Terwujudnya karakter siswa yang baik, beriman, ramah, sopan santun, dan peduli.
c. Terwujudnya disiplin peserta didik sehingga membentuk insan yang mandiri,
bertanggung jawab, dan mampu mengembangkan potensi diri.
d. Terwujudnya siswa yang mampu bersaing memasuki perguruan tinggi pilihan di
e. Terwujudnya siswa yang berwawasan global dan mampu berbahasa inggris.
4.2.7. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai SMA Methodist 1 adalah:
a. Meningkatnya kualitas standar isi dan standar lulusan.
b. Meningkatnya kualitas standar proses.
c. Meningkatnya standar pendidik dan tenaga kependidikan.
d. Meningkatnya standar penilaian pendidikan.
e. Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan yang berstandar baik.
f. Meningkatnya standar pengelolaan pendidikan.
g. Terpenuhinya standar pembiayaan.
4.3. Keadaan Siswa
Jumlah siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan adalah sebanyak 760 orang. Siswa yang
mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMA Methodist 1 Medan terdiri dari berbagai macam
agama, umur dan jenis kelamin. Pada tabel 4.3 di halaman berikutnya dapat kita lihat
keragaman kepercayaan dari para siswa di SMA Methodist 1 Medan.
Tabel 4.3.
Distribusi Siswa Menurut Agama
No. Agama Jumlah
1. Islam 6
2. Kristen Protestan 517
3. Kristen Khatolik 211
4. Hindu 26
Jumlah 760
51
Meskipun SMA Methodist 1 adalah salah satu sekolah yang berada di bawah Yayasan
Pendidikan Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI) yang berlandaskan ajaran dan moral
Kristen Protestan, namun tidak menutup kesempatan bagi umat beragama lain untuk
mengikuti setiap proses belajar-mengajar di SMA Methodist 1.
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.3 di atas, siswa yang beragama Islam
berjumlah 7 orang. Siswa yang beragama Kristen adalah sebanyak 517 orang sedangkan
siswa yang beragama Katholik berjumlah 211 orang. Dan siswa yang beragama Hindu
berjumlah 26 orang. Sementara untuk tahun ajaran 2012/2013 belum ditemukan siswa yang
beragama Budha dan Kong Hu Chu.
Dalam mengikuti kegiatan pendidikan di tingkat pendidikan SMA, tidak dibatasi oleh
umur atau usia seseorang. Usia bukanlah salah satu alasan seseorang tidak bisa mengikuti
proses belajar mengajar di sekolah menengah atas (SMA).
Tabel 4.4.
Distribusi Siswa Menurut Usia
No. Usia (Tahun) Jumlah (orang)
1. 14 tahun 20 orang
2. 15 tahun 234 orang
3. 16 tahun 263 orang
4. 17 tahun 243 orang
Jumlah 760 orang
Sumber: Kantor Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan
Dari data tabel 4.4 yang diperoleh penulis dari kantor kepala sekolah SMA Methodist
1 Medan, diketahui bahwa siswa berada pada usia 14 tahun berjumlah 20 orang. Siswa yang
berusia 15 tahun berjumlah 234 orang, siswa yang berusia 16 tahun berjumlah 263 orang dan
Sedangkan untuk jenis kelamin, jumlah siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat
dibuktikan pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5.
Distribusi Siswa Menurut Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Kelas X Kelas XI Kelas XII
1. Laki-laki 112 128 127
2. Perempuan 132 129 132
Total 246 257 259
Sumber: Kantor Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan
Dari tabel 4.5 di atas dapat kita lihat bahwa jumlah siswa berjenis kelamin perempuan
pada kelas X adalah 132 sedangkan yang berjenis kelamin laki -laki berjumlah 112. Pada
kelas XI, siswa laki-laki berjumlah 128 orang sedangkan siswa yang berjenis kelamin
perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu 129 orang. Kelas XII memiliki siswa
perempuan dengan jumlah 132 orang. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki yang hanya berjumlah 127 orang. Dari data di atas
jelas bahwa jumlah siswa perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 393 orang, sedangkan
yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 367 orang.
4.4. Struktur Organisasi 4.4.1. Aktivitas Organisasi
53 Tabel 4.6.
Aktivitas Organisasi di SMA Methodist 1 Medan
UNSUR AKTIVITAS KETERANGAN
Kepala
Sekolah
1. Mengkoordinasikan penyusunan rencana
strategis dan program tahunan.
2. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi KBM
dan seluruh kegiatan lainnya.
3. Melaksanakan pengawasan terhadap program
dan kegiatan.
4. Mengelola unsur pokok manajemen sekolah.
5. Mengadakan kerjasama dengan pihak luar.
6. Melaporkan pelaksanaan program dan
kegiatan kepada atasan.
Wakil
Kepala
Sekolah
1. Membantu kepala sekolah menurut bidang
masing-masing baik dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan dan evaluasi
program dan kegiatan.
2. Membuat program dan rencana kegiatan
menurut bidang masing-masing.
3. Berkoordinasi dengan unsur-unsur lain dalam
pelaksanaan kegiatan.
Guru-guru,
Laboran
1. Membuat rencana program kerja /
pengajaran.
2. Melaksanakan program kerja / pengajaran
kerja yang dibebankan.
3. Melakukan evaluasi secara berkala.
Tata Usaha
1. Membantu kepala sekolah menangani
administrasi seluruh bidang kegiatan.
2. Mendokumentasikan / mengarsipkan
administrasi kegiatan pendidikan.
Sumber: Kantor Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan 4.4.2. Struktur Organisasi
SMA Methodist 1 Medan adalah salah satu unit di PKMI-1 Medan. PKMI-1 Medan
berada dalam naungan Yayasan Pendidikan Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI) Wilayah
55
YP. GMI WILAYAH 1
Pelaksana Kegiatan Yayasan (PKY)
Pimpinan Perguruan (PKM-1)
KTU Perguruan
Bag. Keuangan, Umum
dan Adm
Sedangkan struktural di SMA Methodist 1 digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
1. _____________ = Garis Komando
2. - - - = Garis Koordinasi
4.5. Tenaga Pengajar
Adapun nama-nama lengkap staff pengajar SMA Methodist 1 Medan adalah: Wakil Kepala 1
Urusan Kurikulum
Wakil Kepala 2 Urusan Sarana / Keuangan
Wakil Kepala 3 Urusan
Kesiswaan
Wakil Kepala 4 Urusan Humas
KTU
KEPALA
SEKOLAH
Kepala Lab. Dan Laboran
GURU Wali Kelas GURU Guru BP / BK
Pegawai
57 Tabel 4.7.
Daftar Nama Staff Pengajar SMA Methodist 1 Medan
NONama Lengkap L/P Tempat/Tanggal
Lahir Jabatan
15-05-1976 PKY PKMI-1 S1-Theologia ---
3
26-06-1974 Chaplin S1-Theologia 1998Agama
5
Tek. Pend. 2010B. Indonesia
6 Drs. Bintoni
Pend. Kimia 2010Matematika
8 Drs. Robert
Sibarani L
Bandar Marihat,
15-8-1958 Guru
S1-
Pend. Sejarah 1984Sejarah
9 Drs. Ojahan Lumbangaol L
D.Sanggul,
13-10-1954 Guru
S1-
Pend. PPKn 1979PPKn
10 Drs. Janurdin Saragih L
Saribudolok,
27-3-1962 Guru
S1-
11 Drs. Horas
Pend. Fisika 1984Fisika
13 Drs. Pantas M.Si L Siborongborong, 1-10-1966 Guru
S2-
Pend. Kimia 2013Kimia
14 Drs. Marudut L B.Jambu,
Pend. Biologi 2013Biologi
16
Pend. Biologi 2003Biologi
59
Pend. PPKn 1991PPKn
22
Pend. Biologi 2013Ass.Lab.IPA
26 Meylin Sitorus,
S.Sos P
Medan,
04-05-1966 Guru
S2-
Pend. Sosial 2013Antropologi
27 Bistok Sianipar,
S.Pd. L
03-08-1962 Guru S2-Theologia 2011
BP/P.Konselin
31 Sahat S. Sinaga,
Tek. Pend 2010Fisika
35 Sere Rohani
Pend. Biologi 2009Biologi
37 Togi Pasaribu,
Bhs. Inggris 2004Bhs. Inggris
39 Lie Sia P Petumbukan,
61
Pend. Fisika 2009Fisika
42
Liberty
Sihombing,
S.Kom
L Medan,
28-07-1984 Guru S1-Komputer 2010Komputer
43
L Pematang Siantar,
13-02-1984 Guru S1-Komputer 2010Komputer
45 Roslinda
Damanik, SSP
Tebing Tinggi,
04-4-1973 Guru
S1-
Bhs. Inggris 2000Bhs. Inggris
46
47 Pdt. Rosmaulina Sinaga, S.ThP
Linokkal,
02-02-1974 Guru S1-Theologia 1998Agama
51 Poniman
52 Allen Sitohang,
S.Pd L
25-11-1981 Guru S1-Theologia 2004Agama
54
Guru S1-Theologia 1998Agama
56 Kusnady, BA L Medan,
22-05-1956 Guru
S1-
B. Mandarin 2004Bhs. Mandarin
57
63 4.6. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Saat ini kegiatan ekstrakurikuler tahun ajaran baru 2013/ 2014 diorganisir dalam 20
club belajar dan organisasi kesiswaan. Club belajar dikembangkan pada bidang sains,
misalnya English Club, Matematika Club, Fisika Club, Communication Club, Geografi Club,
dan Club remaja ilmiah; juga dikembangkan dibidang seni dan budaya seperti : Club Tari,
Club Melukis. Bidang Olah raga seperti : Karate, Futsal, Badminton, Basket; juga
dikembangkan dalam bidang profesi seperti : Fotografer Club, Jurnalis Club, Pecinta
Lingkungan (Gapala) , Siswa Anti Narkoba (SMANK), Palang Merah Remaja (PMR),
Paduan suara. Sedangkan dalam bidang organisasi kesiswaan kami kembangkan dalam
bentuk keprajaan seperti : Pramuka, Patroli Keamanan Sekolah (PKS), Pasukan Pengibar
Bendera (Paskibra). Semua kegiatan ektrakurikuler ini mendapat pembinaan dibawah
koordinasi Osis sebagai induk organisasi kesiswaan di sekolah.
Ekstrakurikuler dilakukan dalam bentuk pembinaan langsung dan tidak langsung
dengan bidang-bidang yang terorganisir. Sebagai organisasi setiap club atau organisasi
memiliki kepengurusan dan dibina oleh guru pembimbing/pembina. Dengan organisasi ini
siswa secara langsung telah dibimbing bagaimana membangun sebuah group/kelompok,
dimana siswa dibina mematuhi aturan dan dibangun jiwa kepemimpinan. Ilmu pengetahuan
dan skill berorganisasi ini tentu sebuah bekal penting bagi siwa kelak ketika mereka sudah
memasuki dunia kerja dan hidup bermasyarakat. Pelatihan ini akan menciptakan calon
pemimpin, baik dipemerintahan, lembaga, perusahaan, dll.
Selain mendapatkan pelatihan kepemimpinan, siswa juga mendapatkan skill dibidang
yang digeluti. Skill ini jika secara serius dikembangkan dapat menghasilkan prestasi, baik
semasa pelajar maupun ketika mereka telah tamat. Prestasi menonjol saat pelajar adalah
ketika mereka mengikuti berbagai kompetisi, misalnya kompetisi sains bidang matematika,
berdebat akan menciptakan kecerdasan intelektual dan mengasah kecerdasan bidang
komunikasi mereka. Ini sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang jurnalis,
hukum, dll.
Secara khusus bidang keprajaan akan membentuk sikap mentah yang tangguh,
karakter yang kuat, disiplin, kerja kelompok/tim, dll. Skill ini menjadi modal penting bagi
siswa yang bercita-cita di bidang militer, penegak hukum dan pemimpin pemerintahan. Skill
khusus dalam bidang seni, budaya, dan olah raga, akan membentuk karakter dan kecerdasan
65 BAB V ANALISA DATA
Pada bab ini akan dibahas tentang analisis data dengan menggunakan analisis tabel
tunggal, dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara
dan kuesioner. Dalam hal ini data hasil penelitian diperoleh langsung dari siswa SMA
Methodist 1 Medan sebagai respondennya.
Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan berdasarkan teori Arikunto, dimana
jika jumlah populasi lebih dari 100, maka disarankan untuk menentukan jumlah sampel
antara 10%- 25% dari jumlah populasi dan ini telah dianggap representatif (Arikunto,1993:
149). Maka diperoleh sampel yang berjumlah 24 orang atau 20% dari jumlah populasi
keseluruhan di SMA Methodist 1 Medan yang berjumlah 120 siswa. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab 3 mengenai populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Populasi dari penelitian ini adalah Satgas sekolah Siswa Methodist 1 Anti Narkoba
(SMANK), perwakilan OSIS dan perwakilan Organisasi Sekolah siswa-siswi SMA Methodist
1 seperti pramuka, PMR, PKS, Paskib yang mengikuti kegiatan penyuluhan dan
pembentukan kader oleh Badan Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara :
a) Siswa yang dijadikan sebagai sumber data dikumpulkan dalam satu ruang atau kelas.
b) Penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan ke sekolah.
c) Memberikan pengarahan dan menjelaskan tujuan diadakan pengisian angket dan
cara-cara pengisian angket tersebut.
d) Menyebarkan angket kepada siswa dan sekaligus menyampaikan batas waktu untuk
pengisian angket selama 1 jam.
f) Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, penulis menarik kembali angket yang
telah diisi oleh siswa untuk dianalisa dan dipersiapkan untuk pengolahan data.
g) Penulis mengucapkan terima kasih kepada siswa yang telah mengisi angket dan
kepada guru pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam penyebaran angket.
Pembahasan data dalam penelitian ini dilakukan penulis dengan membagi dalam dua
sub bab, agar penelitian tersusun secara sistematis, yaitu :
1. Analisis identitas responden, meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, dan jumlah
uang saku responden.
2. Analisis data pembahasan, meliputi efektivitas pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di SMA
Methodist 1 Medan.
5.1. Analisis Identitas Responden 5.1.1. Usia
Sebelum menganalisa data, sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu gambaran
responden secara umum. Berikut ini akan ditampilkan data usia dari responden pada tabel
5.1.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No. Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1. 15 tahun 6 25,00
2. 16 tahun 15 62.5,00
3. 17 tahun 3 12.5,00
Jumlah 24 100
67
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas responden adalah usia 16 tahun
sebanyak 15 orang (62.5%). Kemudian disusul dengan usia 15 tahun sebanyak 6 orang (25%)
dan usia 17 tahun sebanyak 3 orang (12.5%). Besarnya responden usia 16 tahun disebabkan
usia siswa-siswi di SMA Methodist 1 Medan paling banyak terdapat di usia 16 tahun sesuai
dengan data yang penulis dapatkan dari kantor kepala sekolah SMA Methodist 1 Medan pada
bab IV. Hal ini memungkinkan penulis mendapat responden paling banyak pada usia 16
tahun. Responden yang berusia 16 tahun ini diambil secara acak berdasarkan klasifikasi kelas
yang penulis paparkan pada bab sebelumnya yaitu perwakilan SMANK, perwakilan OSIS
dan perwakilan Organisasi Sekolah siswa-siswi SMA Methodist 1 seperti pramuka, PMR,
PKS, Paskib dengan syarat yang menjadi responden yakni yang telah mengikuti kegiatan
penyuluhan dan pembentukan kader program P4GN.
5.1.2. Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1. Laki-laki 10 42,00
2. Perempuan 14 58,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden perempuan
lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Hal ini bisa dilihat dari persentase diatas
dimana jumlah persentase responden perempuan sebanyak 14 orang (58%), sedangkan
jumlah persentase responden laki-laki sebanyak 10 orang (42%). Hal ini menjadi relevan
sesuai dengan data yang penulis dapatkan dari kantor kepala sekolah SMA Methodist 1
dengan jumlah siswa yang berjenis kelamin laki-laki sesuai dengan yang telah penulis
jelaskan di bab sebelumnya.
5.1.3. Agama
Siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan yang menjadi responden penelitian keseluruhan
beragama Kristen Protestan yaitu berjumlah 24 orang (100%). Hal ini dapat dipahami karena
agama ini merupakan agama mayoritas yang penganutnya paling banyak di SMA Methodist 1
Medan. Karena keseluruhan responden beragama Kristen Protestan maka penulis tidak
menampilkan dalam bentuk tabel.
5.1.4. Suku
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Suku
No. Suku Frekuensi Persentase (%)
1. Batak Toba 12 50,00
2. Batak Karo 7 29,00
3. Batak Simalungun 1 4,00
4. Lainnya 4 17,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat kita lihat bahwa suku terbanyak pada responden
adalah suku Batak Toba yaitu berjumlah 12 orang (50%), kemudian disusul oleh suku Batak
Karo sebanyak 7 orang (29%), suku Batak Simalungun sebanyak 1 orang (4%) dan suku
lainnya sebanyak 4 orang (17%). Suku lainnya yang penulis temukan adalah suku Ambon
dan Jawa. Adapun yang menjadi mayoritas suku responden adalah suku Batak Toba
dikarenakan suku ini merupakan suku mayoritas di SMA Methodist 1 Medan. Tidak hanya
69
mayoritas suku Batak Toba. Namun demikian siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan tidak
mendapatkan kesulitan di dalam membina hubungan sosial diantara mereka.
5.1.5. Uang Saku
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku
No. Uang saku Frekuensi Persentase (%)
1. 10.000-20.000 21 88,00
2. 20.000-40.000 3 12,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat kita lihat bahwa uang saku responden termasuk
kategori uang saku standart untuk seorang pelajar khususnya pelajar SMA. Hal ini dapat
dinyatakan berdasarkan tabel diatas dimana responden yang jumlah uang sakunya
10.000-20.000 sebesar 21 orang (88%) dan responden yang jumlah uang sakunya 10.000-20.000-40.000
sebesar 3 orang (12%). Uang saku yang dimiliki oleh responden yakni uang kebutuhan yang
digunakan untuk ongkos pergi dan pulang serta untuk uang jajan si responden. Jika kita lihat
dari jumlah uang saku yang dimiliki oleh responden, kecil kemungkinan para pelajar SMA
Methodist 1 Medan tersebut mampu untuk membeli narkoba. Dengan uang saku yang
dimiliki pelajar SMA Methodist 1 Medan yaitu kategori uang saku standart maka kecil
kemungkinan untuk membeli rokok yang jalan awal untuk menggunakan narkoba. Karena
dengan jumlah uang saku yang dimiliki responden sudah habis untuk ongkos dan untuk
5.2. Analisis data pembahasan, meliputi efektivitas pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di SMA Methodist 1 Medan.
Data mengenai efektivitas pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) yang akan disajikan terdiri dari
ketepatan sasaran program, kepuasan terhadap program, keberhasilan pelaksanaan program
serta tujuan dan manfaat program yang diterima oleh siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan
selaku responden penelitian.
Berdasarkan hal ini bisa kita lihat bagaimana efektivitas program tersebut berjalan di
sekolah SMA Methodist 1 Medan dimana program ini baru berjalan dan masih perlu
dilakukan secara bertahap.
5.2.1. Ketepatan Sasaran Program
A. Pengetahuan Responden Tentang Narkoba
Narkoba merupakan bukan hal yang baru lagi di tengah-tengah masyarakat khususnya
di kalangan generasi muda. Narkoba merupakan suatu trend yang mau tidak mau harus
diikuti oleh kalangan muda tanpa peduli bagaimana dampak yang ditimbulkan nantinya. Rasa
ingin tahu yang tinggi dan ingin coba-coba menyebabkan kalangan generasi ingin tahu untuk
mencoba apa itu narkoba.
Berdasarkan hasil data penelitian yang telah dilaksanakan bahwa pada umumnya
responden sudah mengetahui apa itu narkoba. Hal ini terjadi mengingat sekarang ini narkoba
merupakan topik yang sudah merakyat di seluruh negeri ini terlebih di kalangan generasi
muda pada umumnya dan di kalangan siswa pada umumnya. Mengetahui apa itu narkoba
merupakan suatu hal yang sangat penting sekarang ini mengingat dampak peredaran dan
penyalahgunaan narkoba yang sudah sangat memprihatinkan. Terkadang bagi generasi muda
71
Untungnya di SMA Methodist 1 Medan mempunyai organisasi ektrakurikuler mengenai
narkoba yaitu SMANK (Siswa Methodist 1 Anti Narkoba) sehingga para siswa mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk belajar mengenal tentang apa itu narkoba dan dampaknya.
Walaupun demikian dengan maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkoba ditambah
dengan sudah adanya organisasi siswa mengenai narkoba masih terdapat juga siswa yang
apatis dan belum memahami sepenuhnya apa itu narkoba. Adapun penjelasannya dapat kita
lihat pada tabel 5.6 di bawah ini.
Tabel 5.6
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Narkoba
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Tahu 13 54,00
2. Kurang tahu 11 46,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.6 di atas jelas terlihat bahwa pengetahuan responden tentang
narkoba cukup baik walaupun masih ada juga siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan yang
kurang mengetahui apa itu narkoba. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang
mengetahui apa itu narkoba sebanyak 13 orang (54%), sedangkan jumlah responden yang
kurang mengetahui apa itu narkoba hampir berimbang dengan yang mengetahui apa itu
narkoba yaitu sebanyak 11 orang (46%). Bisa dikatakan disini pengetahuan responden
mengenai apa itu narkoba masih minim atau belum sepenuhnya mengerti dan mengenal apa
itu narkoba.
B. Sumber Pengetahuan Responden Tentang Narkoba
Pengetahuan responden tentang narkoba bukan begitu saja diketahui langsung oleh
responden. Sudah pasti setiap responden memiliki sumber pengetahuan yang memberi tahu
Tabel 5.7
Distribusi Sumber Pengetahuan Responden Tentang Narkoba
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Teman 6 25,00
2. Keluarga 7 29,00
3. Lainnya 11 46,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat kita ketahui bahwa sumber pengetahuan responden
tentang narkoba paling banyak bersumber dari lainnya sebanyak 11 orang (46%), yaitu dari
media massa ataupun dari organisasi siswa sendiri yaitu SMANK. Sedangkan sumber
pengetahuan responden tentang narkoba bersumber dari keluarga sebanyak 7 orang (29%),
dan sumber pengetahuan responden dari teman sebanyak 6 orang (25%). Melihat hal ini
penulis dapat mengatakan bahwa sumber pengetahuan responden mengenai narkoba hanya
sekilas saja.
Jika dihubungkan dengan pengetahuan responden tentang narkoba wajar jika masih
ada responden yang kurang tahu apa itu narkoba. Jika dihubungkan dengan sumber
pengetahuan responden tentang narkoba yang bersumber dari lainnya yaitu media massa,
organisasi siswa (smank) bisa dilengkapi atau saling menopang dengan sumber pengetahuan
responden tentang narkoba yang bersumber dari keluarga, maka responden bisa lebih
mengetahui tentang narkoba. Menurut penulis sebenarnya peran keluargalah yang sangat
besar disini, karena pendidikan dini mengenai narkoba yang diberikan kepada anak ketika di
rumah merupakan hal yang sangat penting. Keluarga bisa lebih mengarahkan anak yang
sudah sedikit mendapat informasi mengenai narkoba dari media massa dan menanamkan
73
mereka hancur. Karena keluarga memiliki hubungan emosional yang lebih dekat kepada si
anak.
C. Sumber Pengetahuan Responden Tentang Badan Narkotika Nasional (BNN)
Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan suatu Badan Vertikal Non Kementrian
dan berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan
penyidikan tindak pidanan narkotika dan prekursor narkotika. Bidang yang ditangani BNN
merupakan permasalahan narkoba atau sering disebut dengan program pencegahan,
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Melalui program
inilah BNN menjalankan tugas dan fungsinya dalam memerangi permasalahan tentang
narkoba yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Data tentang sumber pengetahuan responden tentang Badan Narkotika Nasional
(BNN) diberikan dalam tabel 5.8.
Tabel 5.8
Distribusi Sumber Pengetahuan Responden Mengenai Badan Narkotika Nasional (BNN)
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Teman 3 12.5,00
2. Keluarga 7 29,00
3. Lainnya 14 58,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.8 di atas dapat kita lihat bahwa sumber pengetahuan responden
mengenai BNN paling banyak bersumber dari lainnya yaitu sebanyak 14 orang (58%). Disini
yang dimaksud dengan lainnya adalah media elektronik, media massa dan sekolah khususnya
organisasi siswa (smank). Kemudian yang mengetahui BNN dari keluarga sebanyak 7 orang
responden yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan termasuk cukup mengenal tentang
BNN walaupun hanya secara garis besarnya saja. Menurut penulis, BNN harus lebih
meningkatkan lagi jumlah pertemuan seperti penyuluhan, sosialisasi, kaderisasi yang
dilaksanakan oleh BNN agar semakin dikenal oleh masyarakat khususnya para generasi muda
yaitu para pelajar.
D. Pengetahuan Responden Mengenai Tahu Tidaknya Dampak Narkoba Terhadap Kesehatan
Kita sudah lihat bagaimana pengetahuan responden mengenai apa itu narkoba dan
darimana responden mengetahui narkoba tersebut. Karena itu bisa kita katakan bahwa
responden pastilah mengetahui juga bagaimana dampak narkoba tersebut. Disini peneliti akan
menguraikan pengetahuan responden mengenai dampak narkoba terhadap kehidupan manusia
yang dibagi dalam tiga bagian yaitu dampak narkoba terhadap kesehatan manusia, dampak
narkoba terhadap keadaan ekonomi manusia dan dampak narkoba terhadap sosial dan
pendidikan manusia. Hal ini penulis buat karena dari sini bisa terlihat bagaimana sasaran
program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
(P4GN), dimana sasaran program P4GN adalah memberikan dan meningkatkan seluruh
pengetahuan para generasi muda khususnya kepada para pelajar yaitu siswa-siswi SMA
Methodist 1 Medan mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba. Datanya bisa dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 5.9
Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Tahu Tidaknya Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Kesehatan
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Tahu 23 96,00
2. Kurang Tahu 1 4,00
75 Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Kita tahu bahwa dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan manusia baik
secara fisik maupun psikis sangatlah buruk. Berdasarkan tabel 5.9 dapat kita lihat bahwa
pengetahuan responden terhadap tahu tidaknya dampak penyalahgunaan narkoba terhadap
kesehatan, bisa dikatakan hampir seluruh responden tahu mengenai dampak narkoba itu
buruk bagi kesehatan tubuh karena hanya satu orang saja yang kurang tahu karena baginya
dampak narkoba itu biasa saja bagi kesehatan. Hal ini bisa dilihat dari tabel 5.8 yaitu
sebanyak 23 orang (96%) menjawab tahu, dan seorang responden lagi (4%) menjawab
kurang tahu.
Adapun jawaban yang diberikan oleh siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan
(responden) yang mengatakan tahu bahwa dampak narkoba bagi kesehatan manusia itu buruk
seperti yang tertulis di dalam angket, “dikarenakan narkoba itu bisa merusak saraf-saraf dan
organ tubuh bahkan otak manusia itu sendiri. Narkoba itu bisa menyebabkan kecanduan
sehingga semakin lama tubuhnya akan semakin membutuhkan narkoba atau pengguna
menjadi ketergantungan terhadap narkoba, narkoba menyebabkan halusinasi sehingga
merusak cara berpikir si pengguna narkoba dan dengan kata lain dapat merusak sistem otak
pengguna narkoba yang menyebabkan masa depan pengguna menjadi rusak dan hilang. Dan
besar kemungkinan seorang pengguna narkoba bisa ketularan penyakit lain seperti penyakit
HIV/AIDS melalui jarum suntik yang digunakan pengguna narkoba untuk menyuntikan
narkoba ke dalam tubuh si pengguna”. Melihat jawaban yang diberikan oleh responden,
penulis bisa menilai pengetahuan responden mengenai dampak narkoba bagi kesehatan sudah
E. Pengetahuan Responden Mengenai Tahu Tidaknya Dampak Narkoba Terhadap Keadaan Ekonomi
Semua responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 24 orang (100%) tahu bahwa
penyalahgunaan narkoba berdampak terhadap keadaan ekonomi. Adapun alasan siswa-siswi
SMA Methodist 1 Medan (responden) menjawab tahu seperti yang tertulis di dalam angket,
“bahwa dampak narkoba bagi keadaan ekonomi manusia itu buruk karena seseorang yang
menggunakan narkoba akan menyebabkan si pengguna menjadi ketergantungan. Dan kita
tahu bahwa harga narkoba itu mahal apalagi bagi seorang generasi muda khususnya
pelajar. Dengan demikian si pengguna narkoba akan melakukan segala cara untuk bisa
membeli dan mengkonsumsi narkoba. Misalnya, bagi pengguna narkoba yang bukan pelajar,
pengguna mau menghabiskan uangnya hanya untuk membeli dan mengkonsumsi narkoba,
bahkan ada yang sampai mau menjual barang-barang dan harta yang dimilikinya agar bisa
membeli narkoba. Sedangkan bagi pengguna narkoba yang di kalangan pelajar, pengguna
mau berbohong meminta uang kepada orang tua dengan alasan biaya keperluan sekolah
padahal nyatanya digunakan untuk membeli dan mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang
sampai mau mencuri agar bisa membeli narkoba”. Dengan melihat jawaban yang diberikan
oleh responden, penulis bisa menilai pengetahuan responden mengenai dampak narkoba bagi
keadaan ekonomi manusia sudah luas atau tidak minim lagi.
F. Pengetahuan Responden Mengenai Tahu Tidaknya Dampak Narkoba Terhadap Sosial dan Pendidikan
Semua responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 24 orang (100%) tahu bahwa
penyalahgunaan narkoba berdampak terhadap social dan pendidikan. Adapun alasan
siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) menjawab bahwa dampak narkoba itu buruk bagi
sosial dan pendidikan manusia seperti yang tertulis di dalam angket, “karena narkoba itu
77
bisa berpikir dengan benar, tidak bisa menerima ilmu pengetahuan yang diajarkan di
sekolah, kurang bisa bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar mereka, sering bolos
sehingga pendidikannya pun akan terganggu. Dan jika ketahuan oleh pihak sekolah maka
pengguna narkoba tersebut akan dikeluarkan dari sekolah karena takut menularkan pada
siswa lain dan dikucilkan oleh teman-teman sekolah sehinga pendidikannya sudah pasti
terganggu dan tidak bisa berjalan dengan baik”.
Dari ketiga bagian tersebut yaitu dampak narkoba terhadap kesehatan, dampak
narkoba terhadap keadaan ekonomi, dan dampak narkoba terhadap sosial dan pendiidkan,
penulis dapat menguraikan bahwa pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan
(responden) mengenai dampak narkoba sudah hampir maksimal. Hal ini cukup bagus karena
sasaran program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba (P4GN) sudah hampir mendekati sasaran atau belum sepenuhnya mendekati sasaran
yang diinginkan karena masih ada juga pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan
yang belum mengerti tentang hal ini.
5.2.2. Kepuasan Terhadap Program
A. Kepuasan Responden Setelah Mengikuti Kegiatan Penyuluhan
Data tentang distribusi responden berdasarkan kepuasan responden setelah mengikuti
kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk kegiatan dari program pencegahan dan
pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) diberikan ke dalam
Tabel 5.10
Distribusi Kepuasan Responden Setelah Mengikuti Kegiatan Penyuluhan
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Memuaskan 21 87.5,00
2. Kurang Memuaskan 3 12.5,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat kita lihat berdasarkan kepuasan responden
setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, hampir seluruh responden menjawab puas terhadap
kegiatan penyuluhan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan hasil responden yang menjawab
memuaskan sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab kurang
memuaskan sebanyak 3 orang (12.5%). Hal ini dapat dibuktikan ketika kegiatan penyuluhan
pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)
dilaksanakan, penulis kebetulan ikut terlibat di dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
tersebut yang dilaksanakan oleh BNN. Penulis melihat hampir seluruh peserta yaitu
siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan tertarik ketika kegiatan ini dilaksanakan sehingga hampir
seluruh para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan merasa puas terhadap
pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut.
Namun ada sedikit kekurangan ketika kegiatan penyuluhan ini berlangsung. BNN
tidak menyediakan contoh barang yang menjadi topik utama dalam materi yaitu narkoba,
sehingga peserta tidak melihat secara langsung bagaimana bentuk narkoba tersebut. Seperti
yang tertulis di dalam angket, “kegiatan penyuluhannya berjalan bagus, hanya saja maunya
BNN membawa contoh barang dari narkobanya, misalnya ganja, heroin, pil ekstasi, dll.
Karena dengan dibawa contoh narkobanya rasanya lebih puas saja karena bisa tahu
langsung gimana sih narkoba tersebut. Kalau nanti punya teman dekat dan ternyata teman
79
memakai narkoba, saya bisa langsung tahu kalau yang dia pakai narkoba dan saya tidak
mau ikut terlibat menggunakan narkoba”.
B. Kepuasan Responden Setelah Mengikuti Kegiatan Pembentukan Kader
Data tentang distribusi responden berdasarkan kepuasan responden setelah mengikuti
kegiatan pembentukan kader yang merupakan bentuk kegiatan dari program pencegahan dan
pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) diberikan ke dalam
tabel 5.11.
Tabel 5.11
Distribusi Kepuasan Responden Setelah Mengikuti Kegiatan Pembentukan Kader
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Memuaskan 20 83,00
2. Kurang Memuaskan 4 17,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Sedangkan berdasarkan tabel 5.11 di atas dapat kita lihat berdasarkan kepuasan
responden setelah mengikuti kegiatan pembentukan kader, responden yang menjawab puas
sebanyak 20 orang (83%), sedangkan responden yang menjawab kurang puas sebanyak 4
orang (17%). Jika dilihat berdasarkan data pada tabel 5.11 hampir seluruh responden merasa
puas setelah mengikuti kegiatan pembentukan kader sehingga hampir seluruh responden mau
untuk dikaderkan sebagai siswa-siswi yang berani untuk menolak narkoba dengan menjadi
kader untuk meminimalisasikan jumlah pengguna narkoba kategori pelajar melalui program
pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Hal
ini sangat membantu BNN dalam mencapai target pengurangan jumlah pengguna narkoba di
kalangan pelajar. Sedangkan sebagian kecil responden yang mejawab kurang memuaskan
mempunyai alasan tersendiri kenapa menjawab kurang memuaskan, seperti yang tertulis di
yang tahu tentang bahaya narkoba, tidak perlu menjadi kader anti narkoba. Kalau ada orang
lain yang terkena narkoba, yauda terserah mereka. Karena tidak terlalu ingin mencampuri
urusan orang lain. Yang penting saya tidak terjerumus ke dalam narkoba”.
C. Tahu Ada Tidaknya Sesi Pemberian Tanya Oleh Petugas BNN
Data tentang distribusi responden berdasarkan tahu ada tidaknya sesi pemberian tanya
oleh petugas BNN kepada para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan diberikan
ke dalam tabel 5.12.
Tabel 5.12
Distribusi Tahu Ada Tidaknya Sesi Pemberian Tanya Oleh Petugas BNN
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Tahu 21 87.5,00
2. Tidak tahu 3 12.5,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat kita lihat berdasarkan tahu ada tidaknya sesi
pemberian tanya oleh petugas BNN kepada peserta, responden yang menjawab tahu bahwa
ada sesi pemberian tanya sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab
tidak tahu sebanyak 3 orang (12.5%). Disini dapat kita lihat bahwa hampir seluruh responden
menjawab tahu bahwa ada sesi pemberian tanya yang diberikan oleh petugas BNN kepada
peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan.
Kegiatan penyuluhan berlangsung secara aktif dimana diberikan waktu dan
kesempatan kepada peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) untuk
bertanya mengenai materi yang disampaikan serta terjadi feed back antara petugas materi
yaitu BNN dengan peserta sehingga terjadi suatu diskusi panel kecil. Dengan demikian dapat
81
(responden) atas materi yang disampaikan menghasilkan persentase yang menuju ke arah
tinggi untuk hasil memahami.
D. Pemahaman Responden atas Materi Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)
Data tentang distribusi responden berdasarkan pemahaman responden terhadap materi
pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)
diberikan ke dalam tabel 5.13.
Tabel 5.13
Distribusi Pemahaman Responden atas Materi P4GN
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Memahami 21 87.5,00
2. Kurang Memahami 3 12.5,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat kita lihat bahwa pemahaman responden terhadap
materi pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
(P4GN), responden yang menjawab memahami ada sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan
responden yang menjawab kurang memahami hanya sebanyak 3 orang (12.5%). Disini dapat
kita lihat bahwa hampir seluruh responden yaitu para siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan
memahami materi yang disampaikan oleh petugas BNN selama kegiatan penyuluhan dan
pembentukan kader berlangsung. Ini dikarenakan menurut sebagian besar responden cara
penyampaian dari pemateri (petugas BNN) mampu memberikan pemahaman tentang materi
program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
(P4GN) kepada responden dengan jelas.
Pemahaman materi yang dimaksud adalah materi program pencegahan dan
dan bagaimana dampak dari narkoba tersebut ke dalam kehidupan masyarakat khususnya di
kalangan pelajar. Kemudian materi dilanjutkan dengan materi mengenai tugas dan fungsi,
visi dan misi dari Badan Narkotika Nasional (BNN) yang merupakan bagian dari materi
program P4GN. Sekarang para peserta yaitu para siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan sudah
bisa memahami materi program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba (P4GN) yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).
E. Kepuasan Responden Berdasarkan Cara Penyampaian Materi Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)
Data tentang distribusi kepuasan responden berdasarkan cara penyampaian materi
pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) oleh
Badan Narkotika Nasional (BNN) diberikan ke dalam tabel 5.14.
Tabel 5.14
Distribusi Kepuasan Responden Berdasarkan Cara Penyampaian Materi P4GN Oleh BNN
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Memuaskan 21 87.5,00
2. Kurang Memuaskan 3 12.5,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.14 di atas dapat kita lihat bahwa kepuasan responden terhadap
cara penyampaian materi pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), responden yang menjawab
memuaskan ada sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab kurang
memuaskan hanya sebanyak 3 orang (12.5%). Hal ini didasarkan karena cara penyampaian
83
mampu membuat peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) mengerti
tentang topik utama materi yaitu pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba (P4GN). Dengan hasil memuaskan inilah peserta bisa memahami
tentang narkoba dan bagaimana dampak dari narkoba tersebut ke dalam kehidupan dan
bagaimana mencegah peredaran narkoba tersebut di kalangan masyarakat khususnya di
kalangan pelajar.
5.2.3. Keberhasilan Pelaksanaan Program
A. Lama Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan dan Pembentukan Kader Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)
Kegiatan Penyuluhan dan Pembentukan Kader dalam rangka pelaksanaan program
pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) yang
dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di SMA Methodist 1 Medan hanya
berlangsung selama 2 hari. Dimana hari pertama untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba (P4GN) dan hari kedua untuk pelaksanaan kegiatan pembentukan
kader dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Masing-masing kegiatan baik penyuluhan dan
pembentukan kader dilaksanakan selama
±
5 jam.B. Kesungguhan Responden Selama Kegiatan Penyuluhan dan Pembentukan Kader Dilaksanakan
Data tentang distribusi responden berdasarkan kesungguhan responden selama
kegiatan penyuluhan dan pembentukan kader dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional
Tabel 5.15
Distribusi Kesungguhan Responden Selama Kegiatan Penyuluhan Dilaksanakan
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Sungguh-sungguh 21 87.5,00
2. Kurang Sungguh-sungguh 3 12.5,00
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel 5.15 dapat kita lihat bahwa kesungguhan responden selama
kegiatan penyuluhan dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN), responden yang menjawab
sungguh-sungguh ada sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab kurang
sungguh-sungguh ada sebanyak 3 orang (12.5%). Disini dapat kita lihat bahwa hampir
seluruh para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden)
bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan penyuluhan P4GN yang diberikan oleh BNN. Alasan responden
bersungguh-sungguh adalah karena ingin mengetahui tentang narkoba itu, bagaimana efek
yang ditimbulkan oleh narkoba, bagaimana dampak negatif dari narkoba, bagaimana
penyebaran dan penyalahgunaan dari narkoba. Jadi bisa dikatakan responden memiliki rasa
keingintahuan terhadap informasi narkoba dan menyadari bahwa informasi yang diberikan
adalah informasi yang sangat bermanfaat sehingga menarik perhatian dari para peserta untuk
mendengarnya. Seperti tertulis di dalam angket seorang responden yaitu “alasan saya
bersunggu-sungguh selama kegiatan penyuluhan program pencegahan dan pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dari BNN adalah ada informasi yang
sangat bermanfaat, kenapa saya tidak bersungguh-sungguh?”. Sedangkan bagi responden
yang menjawab kurang sungguh-sungguh memiliki alasan seperti yang tertulis di dalam
angket,”awalnya sungguh-sungguh sih tetapi lama kelamaan uda berkurang karena bosan