• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) BNN KABUPATENLAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) BNN KABUPATENLAMPUNG SELATAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EVALUATION PROGRAM FORPREVENTION, ERADICATION, ABUS AND ILLICIT DRUGS (P4GN) BNN IN SOUTH OF LAMPUNG

REGENCY

BY SUSILAWATI

Problems in the study of drug abuse still rampant in South Lampung. While the

purpose of this to evaluate the implementation and the constraints as well as the

extent to which the program Prevention, Eradication, abuse and illicit drugs

(P4GN) especially in the field of prevention BNN South Lampung Regency

.

This study used qualitative research method that is descriptive, the focus of the

Program Prevention, Eradication, Drug Abuse and illicit Trafficking BNN South

Lampung Regency. Collecting data using in-depth observation and documentation

study/library.

The results of the evaluation of research programs of prevention, eradication and

specialized field of Illicit drug trafficking prevention BNN South Lampung

Regency cannot be said to be optimal in terms of aspects inputs (human resources,

budget), process (program implemented) and out comes (effects produced). After

(2)

rampant drug abuse and illicit trafficking in South Lampung. Implementation of

the program P4GN encountered several obstacles including, dissemination of

information is low, human resources are society in running the program P4GN

caking, the potential minimum budget and the lack of a commitment between

government and society.

(3)

ABSTRAK

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

(P4GN) BNN KABUPATENLAMPUNG SELATAN

Oleh SUSILAWATI

Masalah dalam penelitian ini masih maraknya penyalahgunaan narkoba di

Lampung Selatan. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

pelaksanaan dan kendala-kendala yang dihadapi, serta sejauh mana kerberhasilan

dari program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkoba (P4GN) khususnya bidang pencegahan BNN Kabupaten Lampung

Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat diskriptif,

focus pelaksanaan program Pencegahan, Pemberantasan, penyalahgunaan dan

Peredaran gelap narkoba BNN Kabupaten Lampung Selatan. Pengumpulan data

dengan menggunakan metode wawancara mendalam interview, observasi dan

studi dokumentasi/pustaka

Hasil penelitian evaluasi program pencegahan, pemberantasan dan peredaran

gelap narkoba khusus bidang pencegahan BNN Kabupaten Lampung Selatan

(4)

(program yang dilaksanakan) serta outcome (dampak yang dihasilkan). Setelah

dianalisis dari subtansi kebijakan, belum bisa menjawab dan memecahkan

masalah maraknya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Lampung

Selatan. Pelaksanaan program P4GN dijumpai beberapa hambatan diantaranya,

penyebaran informas imasih rendah, sumberdaya manusia masih kurang, potensi

anggaran minimal serta belum terbentuknya komitmen antara pemerintah dan

masyarakat dalam menjalankan program P4GN

(5)

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

( Tesis )

Oleh SUSILAWATI

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Kupersembahkan Karya ini untuk:

Ibunda “Nuriyah” tercinta, yang dengan segala jerih payah, keringat,

tenaga yang telah melahirkanku, membesarkanku, yang selalu berdoa serta

memberikan kasih sayang yang sampai kapanpun tidak mungkin

terbalaskan.

Ayahanda “M.Habie (alm)” tersayang, yang selama ini tidak pernah

berhenti memberikan perhatian, dorongan kepada putrinya, semoga

keberhasilanku ini dapat membahagiakannya.

Suami “Asrul Hudaya” anak-anakku “Fathur Rahman, Firdaus Al

-Hafizd, Khalid Fadilah Ihsan” yang selalu mendampingi penulis dikala suka dan duka dan insya Allah akan terus menjadi teman hidup sampai

hayat dikandung badan.

 Almamaterku Universitas Lampung STIE Muhammadiyah Kalianda dan

(11)

Penulis, Susilawati, dilahirkan di Lampung

Barat, pada tanggal 21 Oktober 1967 sebagai putri ke

tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayanda

M.Habie dan ibunda Nuriah

Pendidikan dasar penulis di mulai di SDN 1 Batuberak Lampung Barat, lalu

melanjutkan ke SMP Muhammadiyah IV Bandar Lampung, kemudian penulis

melanjutkan ke jenjang SMAN 3 Bandar Lampung, kemudian penulis

melanjutkan ke jenjang S1 Universitas Muhammadiyah Lampung tahun 1990

selesai pada tahun1994. Selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang pascasarjana

pada program studi Magister Ilmu Pemerintah Universitas Lampung pada

tahun 2012 dan selesai pada tahun 2014.

Penulis memulai karier sebagai staf pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Muhammadiyah Kalianda tahun 2002 dan juga dari tahun 2012 sebagai tenaga

(12)

SANWACANA

Alhamdulillah hirobbil ‘alamin, Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat

Allah SWT, yang telah memberikan nikmat kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah tesis ini. Shalawat serta salam semoga tercurah

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang Insya Allah Syafaatnya penulis

nantikan di Yaumil Akhir nanti.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna sebagaimana yang

diharapkan, hal ini disebabkan penulis sebagai manusia biasa yang mempunyai

kemampuan terbatas, dan tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Sehubung

dengan itu, dalam kesempatan ini terlebih dahulu mohon maaf atas kekurangan

tersebut.

Dalam menyusun tesis ini, banyak tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh

penulis, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak yang mendukung, semua

permasalahan dapat diselesaikan. Sehubungan dengan itu, atas bantuan dan

bimbingan yang diberikan baik langsung maupun tidak langsung, perkenankan

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(13)

Universitas Lampung atas arahan serta dorongan dalam menyelesaikan karya

ilmiah tesis ini;

3. Drs. Yana Ekana, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Pascasarjana

Magister Ilmu Pemerintah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung, atas bimbingan dan arahan dalam serta kemudahan dalam

pelayanan administrasi selama ini;

4. Dr. Syarief Makhya, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, masukan dan transfer ilmu dalam penyelesaian tesis ini

dengan sabar;

5. Drs. Budi Harjo, M.I.P selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, masukan, dukungan kepada penulis sehingga sangat

membantu dalam penyelesaian tesis ini;

6. Dr. Feni Rosalia M.Si, selaku Dosen penguji tesis, yang telah memberikan

banyak koreksi, masukan untuk penyempurnaan isi tesis ini;

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Magister Ilmu pemerintahan para pegawai dan

petugas FISIP Universitas Lampung, atas bantuanya dalam memudahkan

penyelesaian tesis ini;

8. Rekan-rekan yang baik Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten

Lampung Selatan, atas dorongan serta pengertiannya sehingga penulis dapat

(14)

semoga hubungan kita tetap terjalin baik.

Akhirnya penulis mendo’akan semoga Allah SWT memberikan balasan berlipat

ganda atas perbuatan baik sebagaimana mestinya.

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN

SANWACANA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Evaluasi Program ... 10

2.1.1 Pengertian Evaluasi Program ... 10

2.1.2 Program ... 15

2.1.3 Evaluasi Program... 16

2.2 Konsep Narkoba... 19

2.2.1 Pengertian Narkoba ... 19

2.2.2 Cara kagunaan Narkoba ... 21

2.2.3 Pola Pemakai Narkoba ... 24

2.2.4 Akibat Penyalahgunaan Narkoba ... 26

(16)

2.3 Penelitian Terdahulu ... 32

2.4 Kerangka Pikir ... 33

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Fokus Penelitian ... 38

3.4 Instrumen Penelitian ... 40

3.5 Informan Dalam Penelitian ... 40

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 42

3.8 Teknik Analisis Data... 43

3.9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 47

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan ... 48

4.2 Gambaran Umum BNN ... 50

4.3 Dasar Hukum Organisasi ... 52

4.4 Visi Dan Misi BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 53

4.4.1 Visi BNN Kabupaten Lampung Selatan... 53

4.4.2 Misi BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 53

4.5 Arah Kebijakan Strategi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Lampung Selatan ... 54

4.5.1 Arah Kebijakan ... 54

4.5.2 Srategi Bidang Pencegahan ... 54

4.6 Tujuan Dan Sasaran Program P4GN BNN Kabupatan Lampung Selatan ... 54

4.6.1 Tujuan ... 54

4.6.2 Sasaran Program P4GN Bidang Pencegahan Kabupaten Lampung Selatan ... 56

4.7 Perencanaan Strategis BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 56

4.8 Penetapan Kinerja BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 57

(17)

V. HASIL DAN ANALISIS PEMBAHASAN

5.1 Evaluasi Pelaksanaan Program P4GN Bidang Pencegahan

BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 64

5.1.1 Evaluasi Input ... 64

1. Sumber Daya Manusia ... 64

2. Pendanaan ... 67

5.1.2 Evaluasi Proses Program P4GN Bidang Pencegahan BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 73

1. Program Diseminasi Informasi ... 74

2. Program Sosialisasi ... 84

3. Program Advokasi ... 87

4. Program Pengkaderan ... 91

5.1.3 Evaluasi Output Program P4GN BNN Lampung Selatan BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 95

5.2 Analisis Kebijakan Program P4GN Bidang Pencegahan BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 100

5.2.1 Substansi Program P4GN BNN Bidang Program P4GN Kabupaten Lampung Selatan ... 100

5.2.2 Implikasi Kebijakan Program P4GN BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 103

5.3 Kendala Oprasional Kebijakan Pencegahan Kabupaten Lampung Selatan ... 108

5.4 Strategi Program P4GN Bidang Pencegahan BNN Lampung Selatan ... 111

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 117

6.2 Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Pikir ... 36 Gambar 2 Setruktur Organisasi ... 61

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel1. Jumlah Penyalahgunadan Pengedar Narkoba Kab. Lampung Selatan Tahun 2010 –2012 ... 62

Tabel 2. Jumlah penyalahgunan narkoba berdasarkan pendidikan ... 62

Tabel 3. Barang Bukti Ungkap Kasus Narkoba Kab.Lampung Selatan

Tahun 2010-2012 ... 62

Tabel 4. Jumlah seluruh pegawai BNN Kab.Lampung SelatanBerdasarkan Jabatan dan golongan ... 66

Tabel 5. Jumlah pegawai BNN Lampung Selatan berdasarkan Pendidikan 66

Tabel 6. Rencana Program Anggaran Bidang Pencegahan ... 68

Tabel 7. Dana Program P4GN Kab.Lampung Selatan bidang Pencegahan 69

Tabel 8. Hasil Evaluasi Input ... 73

Tabel 9. Program Kegiatan BN N Kabupaten Lampung Selatan ... 74

Tabel 10. Program Kegiatan Desiminasi Informasi Kab. Lampung Selatan 75

Tabel 11. Kegiatan Sosialisasi / Penyuluhan BNN Kab.Lampung Selatan

Tahun 2013 ... 85

Tabel 12. Jumlah Instansi yang di Advokasi bidang Pencegahan BNN

Lampung Selatan... ... 89

Tabel 13. Kegiatan Pengkaderan lingkungan pendidikan /BNN Kab.

Lampung Selatan ... 92

Tabel 14. Kegiatan Pengkaderan pada Instansi Pemerintah dan Swasta ... 93

(20)

Tabel 17. Hasil Evaluasi Program P4GN bidang Pencegahan BNN

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat

global, regional dan nasional, sejak lama telah menjadi kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes) yang terus mengancam dan telah merusak sendi-sendi kehidupan manusia, berbangsa dan bernegara. Berbagai upaya telah dilakukan secara

bersama-sama dalam menanggulangi masalah tersebut, namun demikian

fenomena tersebut masih terus menyita fokus perhatian dari pemerintah untuk

dikurangi penurunannya hingga ke titik nol.

Istilah narkoba saat ini telah menjadi istilah yang akrab ditelinga dan lidah. Jika

dulu istilah ini hanya dikenal melalui media cetak dan elektronik, maka kini

masyarakat awampun telah fasih menggunakannya, meskipun mungkin mereka

sendiri tidak terlalu memahami artinya. Narkoba tergolong istilah baru karena baru

muncul sekitar tahun 1998, munculnya istilah ini dilatarbelakangi oleh banyaknya

peristiwa pnyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan obat-obatan adiktif

yang terjadi.

Narkoba diidentikkan dengan konotasi negatif. Narkoba lebih dikenal sebagai obat

(22)

bagi manusia. Sejak abad-abad lampau zat-zat yang akhirnya digolongkan jenis

narkotika dan psikotropika telah digunakan sebagai bahan penahan rasa sakit pada

pengobatan luka, terutama pada saat perang. Misalnya morphin, sejak abad ke-19

selalu menjadi bekal para tentara yang berangkat ke medan perang di Eropa dan

Amerika guna menghilangkan nyeri apabila mereka terluka.

Di dunia medis narkotika sangat diperlukan karena keampuhannya menghilangkan

rasa nyeri. Disamping memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia, zat ini

ternyata juga memiliki efek besar bagi kehidupan manusia, zat ini ternyata juga

memiliki efek samping yang berbahaya, yaitu menimbulkan ketagihan dan

ketergantungan terhadap pemakai, penggunaan narkotika mudah menimbulkan

ketagihan karena dalam keadaan kurang menentu dan depresi pemakai ingin

mengalami euphoria lagi. Oleh sebab itu, penggunanya harus di bawah

pengawasan dokter.

Dewasa ini penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi fenomena

di masyarakat, tanpa mengenal usia dan golongan sosial, masalah penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkoba telah muncul sebagai momok yang mengerikan, tidak

saja bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga bagi dunia Internasional.

Berdasarkan Laporan Badan Dunia Perserikatan Bangsa-bangsa untuk urusan

narkoba dan kejahatan (United Nations Office on Drugs Crimes/UNODC) Word Drugs Report 2011, upaya pengawasan narkoba yang ketat oleh negara-negara di

dunia telah dapat mengendalikan peredaran narkoba di Eropa, Amerika dan Asia.

Namun demikian transaksi dan perdagangan gelap narkoba yang dilakukan oleh

(23)

sehingga diperlukan berbagai macam upaya untuk melindungi rakyat dari bahaya

narkoba.

Menurut Laporan UNODC tahun 2012, diestimasikan bahwa sebanyak 149

sampai dengan 272 juta jiwa yang mengkonsumsi narkoba, pada tahun 2009,

dengan kelompok umur 15-64 tahun atau sebesar 3,3% dan diestimasikan

setengahnya sebagai pengguna narkoba hingga sekarang.

Sementara di Indonesia, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh BNN

bekerjasama dengan pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia (UI) pada

tahun 2011 tentang survey nasional perkembangan penyalahgunaan narkoba di

Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia

telah mencapai 2,2% atau sekitar 3,8 juta orang dari total populasi penduduk

(berusia 10-60 tahun). Data menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar

0,21% bila dibandingkan dengan angka prevalensi pada tahun 2008, yaitu sebesar

1,99% atau sekitar 3,3 juta orang, angka kematian pecandu 41 orang perhari.

Sementara itu, kejahatan narkoba juga terus mengancam keamanan dan ketertiban

masyarakat. Dari data tindak pidana narkoba di Indonesia periode 2007-2011

(Data BNN, Maret 2012), telah terjadi 139.199 kasus narkoba. Fenomena lain

yang cukup mengkhawatirkan bahwa ancaman bahaya narkoba juga telah

merambah kalangan generasi muda di lingkungan pendidikan mulai dari tingkat

pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dan

pendidikan agama. Tidak jarang banyak kasus tawuran pelajar dan mahasiswa

(24)

Dalam menanggulangi semakin maraknya kasus-kasus Narkoba, pemerintah

membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (1999) dengan tugas

melakukan koordinasi baik tingkat pusat maupun daerah tentang masalah

Narkoba. Kemudian pada tahun 2002 pemerintah mengganti BKNN menjadi

Badan Narkotika Nasional dengan tugas selain koordinasi juga operasionalisasi

satuan tugas dan penegakan hukum.

Sebagai upaya meneguhkan semangat bahwa narkoba adalah masalah bersama

bangsa, Presiden menerbitkan Inpres nomor 12 tahun 2011 tentang upaya

pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN) sebagai upaya yang komprenship dalam mengurangi permintaan dan

sediaan narkoba (demand & supply reduction). Sebagai lembaga forum dan vocal point P4GN BNN terus melakukan kordinasi dan membentuk Badan Narkotika

Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK).

Berdasarkan pasal 54 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

menjelaskan bahwa:

Ayat 1 : Pemerintah membentuk sebuah badan koordinasi narkotika tingkat

Nasional yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Ayat 2 : Badan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas

melakukan koordinasi dalam rangka ketersedian Pencegahan,

Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(25)

Ayat 3 : Ketentuan mengenai susunan, kedudukan organisasi dan tata kerja

BNN sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dalam keputusan

Presiden.

Penjelasan pasal 54 ayat (2) penanganan narkotika pada dasarnya menjadi tugas

dan tanggung jawab berbagai instansi pemerintah disamping keikutsertaan

masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Namun demikian penanganan masalah P4GN hendaknya dilakukan secara

terpadu, sehingga akan mencapai hasil yang maksimal, demikian pula diperlukan

koordinasi antara BNN dengan pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam

menetapkan kebijakan nasional dibidang narkotika, pelaksanaan koordinasi ini

sama sekali tidak mengurangi tugas dan tanggung jawab BNN dalam melakukan

pelaksanaan program P4GN.

Akibat meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan sesuai dengan keinginan

perundang-undangan yang berlaku, maka Presiden mengeluarkan Keputusan yaitu

Presiden Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 1999 tentang Badan Koordinasi

Narkotika Nasional yang bertugas membantu presiden dalam melaksanakan

koordinasi dalam rangka pelaksanaan program P4GN yang kemudian diganti

dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2002 tentang

Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bertugas membantu Presiden dalam:

1. Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dengan penyusunan kebijakan

pelaksanaan di bidang pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan

(26)

2. Melaksanakan pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika, psikotropika serta zat adiktif lainnya dengan membentuk

satuan-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait

sesuai dengan tugas, kewenangan dan fungsinya masing-masing.

Berdasarkan penjelasan keputusan Presiden di atas dijelaskan bahwa BNN dalam

proses pelaksanaan P4GN harus selalu melakukan koordinasi dengan institusi

pemerintah baik pusat maupun daerah, selain itu BNN juga harus melakukan

koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan P4GN dengan aparatur penegak

hukum sehingga dengan melakukan koordinasi program P4GN dapat

diimplementasikan secara optimal. Selain itu program P4GN dapat secara

langsung dievaluasi oleh aparatur terkait.

Di Provinsi Lampung khususnya Lampung Selatan perkembangan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba setiap waktu semakin berkembang

demikian pesat dan pada masa saat ini telah memasuki masa yang sangat

mengkhawatirkan terutama bagi perkembangan masa depan generasi penerus

bangsa.

Selanjutnya di Kabupaten Lampung Selatan Jumlah kasus narkoba, baik

pengguna maupun pengedar yang terungkap oleh pihak aparat keamanan

cenderung terus meningkat, dengan jumlah korban pengguna yang semakin

beragam, baik dari segi umur, latar belakang pendidikan ataupun latar belakang

pekerjaan, hal ini disebabkan Lampung Selatan, sebagai “pintu gerbang pulau

Sumatera”, di mana tempat keluar masuknya arus barang dan orang dari pulau

(27)

Jawa, selain Kabupaten Lampung Selatan sering dijadikan transit peredaran gelap

narkoba oleh para kurir dan bandar narkoba. Berdasarkan fakta tersebut, maka

harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah daerah untuk mencegah dan

memberantas peredaran gelap narkotika dengan tujuan untuk membebaskan

Kabupaten Lampung Selatan dari bahaya penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa tahun 2013 kasus

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di Kabupaten Lampung Selatan

mencapai 18.35% dari total keseluruhan kasus, dengan jumlah tersangka usia

remaja dan dewasa. Jenis narkoba yang paling banyak di pakai adalah jenis ganja,

ektasi dan shabu, dimana berdasarkan hasil pemetaan BNN Kabupaten Lampung

Selatan ada beberapa daerah kecamatan yang rawan narkoba yaitu daerah – daerah

yang padat penduduk dan tempat-tempat pariwisata.

Oleh sebab itu Badan Narkotika Nasional Lampung Selatan melihat dampak dari

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, tidak hanya mengancam

kelangsungan hidup dan masa depan penyalahguna saja, namun juga masa depan

bangsa dan negara, tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun

tingkat pendidikan. Selain itu sampai saat ini tingkat penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba sudah merambah pada berbagai level, tidak hanya pada

daerah perkotaan saja, melainkan sudah menyentuh komunitas pedesaan di

Lampung Selatan.

Berangkat dari permasalahan tersebut di atas pemerintah bersama melalui BNN

Kabupaten Lampung Selatan melaksanakan penanggulangan secara komprehensif

(28)

melaksanakan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba sebagai bentuk komitmen bersama

seluruh masyarakat bangsa dan negara melalui berbagai program yang

dilaksanakan.

Ketertarikan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan program Pencegahan,

Pemberantasan, Penyalahunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang

dilaksanakan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Lampung Selatan yang belum

pernah di lakukan selama ini, maka penulis merasa perlu dilakukan kajian

melalui evaluasi program P4GN yang dilaksanakan, namun penulis memfokuskan

pada program bidang Pencegahan.

Sasaran dari bidang pencegahan yaitu melakukan eksentifikasi dan intensifikasi

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Strateginya dengan

cara membangun dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai

berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan,

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) khususnya dibidang

(29)

2. Hambatan-hambatan apa saja yang membuat pelaksanaan program P4GN

bidang pencegahan BNN Kabupaten Lampung Selatan tidak berjalan dengan

baik.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan,

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) khususnya bidang

Pencegahan yang dilaksanakan BNN Kabupaten Lampung Selatan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkoba) Kabupaten Lampung Selatan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan bidang Pencegahan,

Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi BNN Kabupaten Lampung Selatan, untuk memahami

pentingnya evaluasi program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan

(30)
(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Evaluasi Program

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai

dengan evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pada dasarnya evaluasi

merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah

dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan

mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan

demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dengan mempelajari dan

melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan

kesempatan demi keberhasilan program.

Evaluasi program merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai

secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya,

dimana hasil evaluasi program tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk

perencanaan yang akan dilakukan di depan. Menurut O.Jones (1994:357), evaluasi

program adalah suatu aktifitas yang dirancang untuk menimbang manfaat

program dan semua proses pemerintahan. Program itu bervariasi dalam

(32)

spesifikasi mengacu pada identifikasi tujuan-tujuan serta kriteria yang harus

dievaluasi.

Berdasarkan kegiatan-kegiatan manajemen strategis yang meliputi perumusan atau perencanaan strategi, implementasi atau pelaksanaan, dan evaluasi, letak penelitian ini adalah pada evaluasi. Jauch dan Glueck (1999:405) mengemukakan bahwa ”Evaluasi adalah tahap proses manajemen strategis di

mana manajemen berusaha memastikan bahwa yang mereka pilih terlaksana dengan tepat dan mencapai tujuan”.

Penelusuran strategi dan pelakanaannya secara menyeluruh membutuhkan sistem pengendalian, sistem imbalan yang tepat, dan system yang efektif, yang dapat memberi balikan (feedback) yang lengkap dan tepat waktu sehingga mereka dapat bertindak atas dasar itu. Ini semuanya adalah unsur-unsur integral dari evaluasi untuk memastikan agar rencana akan berjalan dan sedang berjalan.

Sistem evaluasi juga diperlukan sebagai cara untuk mencari umpan balik sebagai masukan untuk perencanaan baru dan sebagai sarana untuk pengecekan/pengujian ganda bahwa yang dipilih sudah konsisten, tepat, dan dapat dijalankan dengan analisis internal dan eksternal serta rencana untuk melaksanakannya. Umpan balik tersebut juga digunakan untuk melakukan kegiatan perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan secara terus-menerus.

(33)

menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, menggunakan strategi dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan Suchman dalam Anderson (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) memandang “Evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”.

Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders dalam Anderson (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) yang mengatakan bahwa:

Evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari manfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

Kemudian seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi program bernama Stufflebeam dalam Fernandes (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) mengatakan bahwa “evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi keputusan dalam menentukan alternatif keputusan”.

(34)

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan juga dijelaskan bahwa:

Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang.

Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact) dari pelaksanaan rencana. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang sekurang-kurangnya indikator masukan, indikator keluaran, dan indikator hasil.

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:

1. Mengukur kemajuan.

2. Menunjang penyusunan rencana.

3. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali (Sudjono, 2005:8).

(35)

Bagi para manajer yang melakukan evaluasi atau penilaian akan menemukan satu dari tiga bentuk temuan, yaitu:

1. hasil yang dicapai melebihi harapan dan target, 2. hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target.

3. hasil yang dicapai kurang dari harapan dan target (Siagian, 2007:262).

ad.1. Hasil yang dicapai melebihi harapan dan target.

Dalam hal ini, manajemen harus waspada agar jangan sampai terlalu cepat merasa puas. Sikap proaktif tetap diperlukan dalam arti menumbuhkan kesadaran bahwa keberhasilan yang diraih perlu digunakan sebagai modal untuk meningkatkan kinerja organisasi dimasa depan. Dalam hal keberhasilan diperlukan penilaian tentang faktor-faktor organisasional yang mendukung keberhasilan tersebut dan atau masalah apa yang berhasil diatasi dan bagaimana cara mengatasinya.

ad.2. Hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target

Dalam hal ini yang harus dinilai adalah kinerja semua satuan, semua bidang fungsional dan semua satuan kerja operasional dan penjumlahan keseluruhan hasil itulah yang digunakan untuk melihat apakah hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target atau tidak. Manajemen puncak terhadap berbagai faktor organisasional, baik yang mendukung maupun yang menjadi sumber kendala sangat diperlukan.

ad.3. Hasil yang dicapai kurang dari harapan dan target.

(36)

perasaan demikian wajar, perasaan tersebut tidak menguasai cara berpikir dan cara bertindak sedemikian rupa, sehingga para pelaksana kegiatan operasional serta merta dituding tidak cakap, tidak terampil, tidak loyal, semangat kerja rendah dan berbagai predikat negatif lainnya. Manajemen puncak perlu dengan lebih jernih melihat faktor-faktor organisasional yang mungkin menjadi penyebab ketidak berhasilan itu.

Dengan demikian evaluasi dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi terhadap rencana dan standar serta untuk dapat mengetahui pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program.

2.1.2 Program

Program dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung pengertian yaitu : rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dalam, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan. Sedangkan Arikunto dan Jabar (2004:3) mendefinisikan program sebagai berikut:

suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang terjadi dalam suatu organisasi dan melibatkan sekelompok orang.

Pendapat berikutnya masih menurut Arikunto dan Jabar (2004:5) bahwa “program terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling

menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan”. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu:

(37)

2. Terjadi dalam waktu relatif lama bukan kegiatan jamak berkesinambungan

3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:3).

Sedangkan dalam PP No. 39 Tahun 2006 tentang tata pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan dijelaskanbahwa program adalah:

Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

Jadi program dalam penelitian ini adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan dalam rangka mencapai suatu tujuan.

2.1.3 Evaluasi Program

Dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach dan Stufflebeam (dalam dan Jabar, 2004:4) mengemukakan bahwa evaluasi program upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

Kemudian menurut Arikunto dan Jabar (2004:7), evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya. Dengan demikian, kegiatan evaluasi program pada tujuan, atau dengan kata lain, tujuan tersebut dijadikan ukuran keberhasilan.

(38)

dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan yaitu:

1. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

2. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

3. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

4. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat atau mengulangi lagi program di lain waktu,karena program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain (Arikunto dan Jabar, 2004:8-9).

Sudjana (2006:51) mengelompokkan model-model evaluasi program menjadi enam (6) kategori yaitu:

1. Evaluasi terfokus pada pengambilan keputusan.

2. Evaluasi unsur-unsur program.

3. Evaluasi jenis dan tipe kegiatan.

4. Evaluasi pelaksanaan program.

Fokus model-model yang termasuk dalam kategori ini adalah evaluasi berbagai proses pelaksanaan program. Sebagian model berhubungan dengan proses evaluasi lanjutan terhadap pelaksanaan program. Enam model yang termasuk ke dalam kategori ini adalah sebagai berikut :

a. Model Appraisal.

(39)

c. Model Proses secara alamiah.

d. Evaluasi Monitoring.

e. Evaluasi Perkembangan.

f. Evaluasi Transaksi.

5. Evaluasi pencapaian tujuan khusus program

6. Evaluasi hasil dan pengaruh program

Untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah/swasta maka seluruh aktivitas instansi/lembaga tersebut harus dapat diukur. Dalam rangka melakukan pengukuran kinerja instansi, perlu dibuat dulu rencana kinerja tahunan yang diambil dari strategik yang berjangka lima tahunan. Menurut Akdon (2007:174), “perencanaan tahunan dapat dibuat dengan membuat visi, misi, tujuan, sasaran, yang cara pencapaiannya memuat kebijakan dan program satu tahun yang akan dikerjakan”.

Dari rencana kinerja tahunan ini dibuat rencana pengukuran kinerja dengan menguraikan per-program ke dalam kegiatan tahunan, yang selanjutnya dapat dibuat indikator-indikatornya. Indikator kinerja kegiatan terdiri dari:

1. Indikator kinerja input (masukan) adalah indikator segala yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan; misal dana, SDM, kebijakan dan lain-lain.

2. Indikator kinerja output (keluaran) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dari suatu kegiatan yang dapat fisik maupun non fisik.

3. Indikator kinerja outcome (hasil) adalah segala sesuatu yangberfungsinya keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

4. Indikator kinerja benefit (manfaat) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

(40)

Akdon (2007:179) mengemukakan bahwa evaluasi terhadap program dilakukan untuk mencari jawaban akan outcome yang dihasilkan, evaluasi terhadap kebijakan mungkin saja sampai dampak (impact) yang terjadi.

Demikian evaluasi program dalam penelitian ini adalah adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat untuk mencari jawaban akan outcome yang dihasilkan. Sedangkan kinerja yang digunakan dalam penelitian ini mencakup masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome).

2.2 Konsep Narkoba

2.2.1. Pengertian Narkoba

Berdasarkan penjelasan Sasangka (2003:34) narkoba atau narkotika dan obat

(bahan berbahaya) merupakan istilah yang sering kali digunakan oleh penegak

hukum .dan masyarakat, narkoba dikatakan sebagai bahan berbahaya bukan hanya

karena terbuat dari bahan kimia tetapi juga karena sifatnya yang dapat

membahayakan penggunanya bila digunakan secara bertentangan atau melawan

hukum.

Sedangkan BNN (2005:41) narkotika, psikotropika dan zat adiktif adalah istilah

kedokteran untuk sekelompok zat yang jika masuk kedalam tubuh manusia dapat

menyebabkan ketergantungan (adiktif) dan mempengaruhi sistem kerja otak

(psikoaktif), termasuk di dalamnya jenis obat, bahan atau zat yang penggunaannya

diatur dengan undang-undang dan peraturan hukum lain maupun yang tidak diatur

tetapi sering disalahgunakan seperti alkohol, nikotin, kafein dan inhalansia/solven.

(41)

mempengaruhi sistem kerja otak ini adalah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan

Zat Adiktif) karena istilah ini lebih mengacu pada istilah yang digunakan dalam

undang-undang narkotika dan psikotropika.

Sedangkan menurut Supramono (2004:124) narkoba atau lebih tepatnya Napza

adalah obat bahan dan zat yang bukan termasuk jenis makanan, oleh sebab itu jika

kelompok zat ini dikonsumsi oleh manusia baik dengan cara dihirup, dihisap,

ditelan, atau disuntikkan maka ia akan mempengaruhi susunan saraf pusat (otak)

dan akan menyebabkan ketergantungan akibatnya sistem kerja otak dan fungsi

vital organ tubuh lain seperti jantung, pernafasan, peredaran darah dan lain-lain

akan berubah meningkat pada saat mengkonsumsi dan akan menurun pada saat

tidak dikonsumsi (menjadi tidak teratur).

Supramono (2004:12) narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu “narke” yang

berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa, sebagian orang berpendapat

bahwa narkotika berasal dari kata “narcissus” yang berarti sejenis

tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang dapat menyebabkan orang menjadi tidak

sadarkan diri. Selain itu, pengertian narkotika secara farmakologis medis menurut

Ensiklopedia adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri yang berasal dari

daerah viseral dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong atau kondisi sadar

tetapi harus digertak) serta adiksi. Efek yang ditimbulkan narkotika adalah selain

dapat menimbulkan ketidaksadaran juga dapat menimbulkan daya khayal

/halusinasi serta menimbulkan daya rangsang/stimulant.

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan

(42)

dibedakan secara jelas antara narkotika dan psikotropika sehingga seringkali

dikelompokkan menjadi satu. Narkotika ada dua macam yaitu narkotika alam dan

narkotika sintetis yang termasuk dalam kategori narkotika alam adalah berbagai

jenis candu, morphine, heroin, ganja, hashish, codein dan cocaine. Narkotika ala

mini termasuk dalam pengertian narkotika secara sempit sedangkan narkotika

sintetis adalah pengertian narkotika secara luas dan termasuk didalamnya adalah

hallucinogen (halusinogen), depressant (depresan) dan stimulant (stimulan).

Menurut Sasangka (2003:190) golongan obat yang sering disalahgunakan secara

klinik dapat dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:

a. Obat narkotik seperti candu, morphine, heroin dan sebagainya.

b. Obat hallusinogen seperti ganja, LSD, mescaline dan sebagainya.

c. Obat depresan seperti obat tidur (hynotika), obat pereda (sedativa) dan obat

penenang (tranquillizer).

d. Obat stimulant seperti amfetamine, phenmetrazine.

2.2.2 Cara Kerja Narkoba

Harlina (2005:27) menjelaskan bahwa narkoba yang dikonsumsi dengan cara

ditelan akan masuk kedalam lambung kemudian ke pembuluh darah, sedangkan

jika dihisap atau dihirup, maka narkoba akan masuk ke dalam pembuluh darah

melalui hidung dan paru-paru. Jika disuntikkan maka zat itu masuk ke dalam

aliran darah dan darah membawanya menuju otak (system saraf pusat). Semua

jenis narkoba merubah perasaan dan cara pikir orang yang mengkonsumsinya

(43)

Perubahan pada pikiran seperti stress menjadi hilang dan meningkatnya daya

khayal perubahan perilaku seperti meningkatnya keakraban dengan orang lain

tetapi lepas kendali perasaan-perasaan seperti inilah yang pada mulanya dicari

oleh pengguna narkoba.

Sedangkan menurut BNN (2004:45) narkoba menghasilkan perasaan ”high

dengan mengubah susunan biokimiawi molekul sel otak pada sistem limbus

(bagian otak yang bertanggungjawab atas kehidupan perasaan, dimana dalam

limbus ini terdapat hipotalamus yaitu pusat kenikmatan pada otak) yang disebut

neuro transmitter. Otak Manusia memang diperlengkapi dengan alat untuk memperkuat rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit dan rasa-rasa yang lain

yang tidak enak, guna membantu menusia untuk memenuhi kebutuhan dasar

seperti lapar, haus dan tidur.

Mekanisme kecanduan merupakan mekanisme pertahanan diri jika kita lapar, otak

akan menyampaikan pesan agar mencari makanan yang kita butuhkan. Sehingga

hal seperti inilah yang menjadi adiksi jika kita mengkonsumsi narkoba dan yang

terjadi pada adiksi adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada hipotalamus

(pusat kenikmatan), jika merasa nikmat maka otak mengeluarkan neuro-trasmitter

yang menyampaikan pesan bahwa zat ini berguna bagi mekanisme pertahanan

tubuh, jadi ulangi lagi pemakaiannya.

Bila kita memakai narkoba lagi maka kita kembali merekam nikmat dan otak akan

merekam hal itu hingga menjadikannya sebagai prioritas akibatnya otak akan

membuat ”program yang salah” seolah-olah kita memang memerlukan narkoba

(44)

Terlepas dari dampak buruknya harus diakui bahwa narkoba mampu memenuhi

sebagian kebutuhan manusia jika tidak tentu orang tidak akan berpaling kepada

narkoba dan mengambil resiko yang berat untuk kehilangan sekolah, pekerjaan,

keluarga, teman bahkan nyawa hanya untuk narkoba. Berdasarkan penjelasan

BNN (2005:61) pengaruh narkoba terhadap perubahan suasana hati dan perilaku

memang begitu drastis sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Bebas dari rasa kesepian

Masyarakat modern yang cenderung individualis, maka narkoba mampu

menjadi obat yang manjur karena pada tahap jangka pendek narkoba

menyebabkan keakaraban dengan sesama, serta hilangnya rasa kesepian.

Namun dalam jangka panjang narkoba justru menimbulkan efek sebaliknya

yaitu rasa terisolasi dan kesepian.

b. Bebas dari perasaan negatif lain

Kecanduan menyebabkan seseorang sibuk dengan kecanduannya, sehingga

merasa tidak perlu memperhatikan perasaan dan kekosongan jiwanya narkoba

akan menjauhkannya dari perasaan kekurangan kehilangan bahkan konflik.

c. Kenikmatan semu

Masyarakat yang berorientasi pada uang dan kekuasaan sebagai

tolukurkeberhasilan, narkoba menggantikan reaksi dengan memberikan

sensasi kebebasan dari perasaan tertekan dan ikatan waktu.

d. Pengendalian semua

(45)

Narkoba memberikan perasaan bergairah dan sekaligus ketegangan untuk

menggantikan perasaan yang sebenarnya mampu mengatasi situasi dan

memiliki kekuasaan.

f. Krisis yang menetap

g. Meningkatkan penampilan

Narkoba mampu menyembunyikan ketakutan atau kecemasan serta membius

seseorang dari rasa sakit dan tersinggung karena mendapatkan penilaian dari

orang lain.

h. Bebas dari perasaan waktu

i. Saat mengkonsumsi narkoba, seseorang merasa waktu seakan-akan terhenti

sehingga masa lalu tidak lagi menghantui dirinya, demikian juga dengan

masa depan karena yang ada baginya hanya kenikmatan pada saat itu.

2.2.3 Pola Pemakaian Narkoba

Harlina (2005:121) penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang

dilakukan tidak untuk maksud pengobatan tetapi karena ingin menikmati

pengaruhnya dan karena pengaruhnya tersebut sehingga narkoba banyak

disalahgunakan. Sifat pengaruh pada narkoba adalah sementara sebab setelah itu

akan timbul perasaan tidak enak untuk menghilangkan perasaan tidak enak

tersebut maka seseorang harus mengkonsumsi narkoba lagi, hingga terjadilah

kecanduan atas ketergantungan yang akan berakibat pada kesehatan berupa

gangguan kejiwaan, jasmani dan fungsi sosial dan ketergantungan memang tidak

berlangsung seketika tetapi melalui rangkaian proses penyalahgunaan ada

beberapa tahapan dan pola pemakaian narkoba hingga terjadinya ketergantungan

(46)

a. Pola coba-coba

Tahapan ini pengaruh kelompok sebaya memang sangat besar seperti teman

dekat atau orang lain yang menawarkan untuk menggunakan narkoba, ketidak

mampuan untuk menolak dan perasaan ingin tahu yang besar akan mendorong

seseorang untuk mengkonsumsi narkoba.

b. Pola pemakaian sosial

Pemakaian narkoba untuk kepentingan pergaulan dan keinginan untuk diakui

oleh kelompoknya.

c. Pola pemakaian situasional

Penggunaan pada situasi tertentu seperti pada saat kesepian dan stres, sehingga

pemakaian narkoba ditujukan untuk mengatasi masalah pada tahap ini biasanya

pengguna berusaha untuk mengkonsumsi secara aktif.

d. Pola habituasi (kebiasaan)

Tahap ini pemakaian sering dilakukan dan umumnya pada tahapan inilah

terjadinya proses ketergantungan.

e. Pola ketergantungan (kompulsif)

Gejala yang khas yaitu berupa timbulnya toleransi gejala putus zat dan

pengguna selalu berusaha untuk memperoleh narkoba dengan berbagai cara

seperti berbohong, menipu dan mencuri pengguna tidak lagi mampu

mengendalikan dirinya sebab narkoba telah menjadi pusat kehidupannya.

Sedangkan Supramono (2004:44) menjelaskan ketergantungan merupakan

sekumpulan gejala (sindroma) penyakit seseorang memiliki ketergantungan jika

paling sedikit ada 3 (tiga) atau lebih gejala sebagai berikut:

(47)

b. Kesulitan mengendalikan penggunaan narkoba baik dalam usaha

menghentikannya maupun untuk mengurangi tingkat pemakaiannya.

c. Adanya toleransi yaitu jumlah narkoba yang diperlukan akan semakin besar

untuk memperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh.

d. Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan meningkatnya waktu yang

dibutuhkan untuk memperoleh narkoba.

e. Terus memakai meski menyadari akibatnya akan sangat merugikan dan

menyakitkan.

Ketergantungan terhadap narkoba adalah penyakit kronis yang ditandai dengan

adanya gangguan fisik, psikologis dan sosial sebagai akibat pemakaian narkoba

secara terus-menerus dan berlebihan, jika pemakaian zat dihentikan atau dikurangi

secara tiba-tiba maka akan muncul gejala putus zat dan berat ringannya gejala

putus zat ini akan sangat tergantung pada jenis, dosis dan lamanya pemakaian

narkoba yang dikonsumsi, semakin tinggi dosis yang digunakan dan semakin

lama pemakaian maka menimbulkan rasa sakit yang hebat.

Disamping itu juga pengguna narkoba akan merasakan sakit demam ringan serta

tekanan darah dan denyut nadi semakin meningkat, gejala sakit karena sakauw

dimulai 3-4 jam dari pemakaian terakhir dan berlangsung selama 4-5 hari,

sehingga jika berhenti minum alkohol atau pil penenang/obat tidur akan timbul

rasa mual, muntah, lemah, letih, denyut jantung meningkat, tekanan darah naik,

tangan, lidah dan kelopak mata bergetar, berkeringat, menggigil, mudah

tersinggung dan cenderung melakukan kekerasan. Gejala ini dapat berlangsung 24

jam setelah pemakaian terakhir hingga 3-10 hari kemudian jika pemakaian

(48)

mudah tersinggung, cemas, gangguan tidur, nafsu makan turun dan timbul pikiran

untuk bunuh diri. Gejala ini muncul 24 jam setelah pemakaian terakhir dan

mencapai puncaknya setelah 2-4 hari.

2.2.4 Akibat Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba memang sangat kompleks karena merupakan interaksi

dari 3 (tiga) faktor yang menjadi penyebabnya yaitu narkoba, individu dan

lingkungan. Faktor pertama yaitu narkoba adalah berbicara tentang farmakologi

zat meliputi jenis, dosis, cara pakai, pengaruhnya pada tubuh serta ketersediaan

dan pengendalian peredarannya. Sementara itu dari sudut individu,

penyalahgunaan narkoba harus dipahami dari masalah perilaku yang kompleks

yang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Berdasarkan penjelasan BNN (2005:128) ada 5 (lima) faktor utama yang

menyebabkan seseorang menjadi rawan terhadap narkoba yaitu:

a. Keyakinan adiktif

Keyakinan tentang diri sendiri dan tentang dunia sekitarnya semua keyakinan

itu menentukan perasaan, perilaku dan kepribadian sehari-hari. Contoh dari

adiktif adalah bila seseorang merasa harus tampil sempurna dan berkeinginan

untuk menguasai atau mengendalikan orang lain, meskipun pada

kenyataannya hal itu tidak mungkin tercapai.

b. Kepribadian adiktif

Beberapa ciri dari kepribadian ini adalah terobsesi pada diri sendiri sehingga

seseorang cenderung senang berkhayal dan melepaskan kenyataan.

(49)

Kurang terpenuhinya kebutuhan emosional, sosial dan spiritual sehingga akan

muncul keyakinan yang keliru, kurangnya dukungan sosial yang memadai

dari keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga ketidakmampuan masalah

yang timbul membuat seseorang mencari penyelesaian dengan suasana

hatinya.

Bila seseorang telah sangat tergantung pada narkoba, maka akibat yang

ditimbulkannya bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga keluarga, sekolah

serta bangsa dan negara. Akibat penyalahgunaan narkoba bagi diri sendiri dapat

berupa:

a. Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja.

b. Intoksikasi (keracunan) yakni gejala yang timbul akibat penggunaan narkoba

dalam jumlah yang cukup berpengaruh pada tubuh.

c. Overdosis (OD) yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya

pernafasan atau perdarahan otak, overdosis terjadi karena adanya toleransi

sehingga perlu dosis yang lebih besar.

d. Gejala putus zat yaitu gejala penyakit badan yang timbul ketika dosis yang

dipakai berkurang atau dihentikan pemakaiannya.

e. Gangguan perilaku mental dan sosial.

f. Gangguan kesehatan berupa kerusakan organ tubuh dan penyakit kulit dan

kelamin.

g. Masalah ekonomi dan hukum yakni ancaman penjara bagi pengguna narkoba.

Kerugian lainnya sangat dirasakan oleh negara dan masyarakat karena mafia

(50)

narkoba. Terjalinnya hubungan antara bandar, pengedar dan pemakai menciptakan

pasar gelap peredaran narkoba sehingga sekali pasar gelap tersebut terbentuk

maka sulit untuk memutus mata rantai sindikat perdagangan narkoba. Masyarakat

yang rawan narkoba tidak memiliki daya ketahanan sosial sehingga

kesinambungan pembangunan akan terancam dan negara akan menderita kerugian

akibat masyarakatnya tidak produktif, angka tindak pidana pun akan meningkat.

2.2.5 Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Pencegahan Penyalahgunaan narkoba adalah seluruh usaha yang ditujukan untuk

mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap narkoba. Berdasarkan prinsip dasar

ekonomi tentang permintaan (demand) dan persediaan (supply), selama ada

permintaan itu ada, persediaan akan selalu ada, dan apabila permintaan itu

berhenti atau berkurang, persediaan akan berkurang, termasuk .pasarnya, inilah

artinya pencegahan. Melalui program pencegahan yang komprehenssif serta peran

aktif masyarakat, anak-anak dan remaja dapat dibantu menolak penawaran dan

mencegah diri dari masalah penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan ungkapan Padmohoedejo (2003:23) upaya yang perlu dilakukan

terhadap institusi pemerintah dan swasta, kelompok remaja/generasi muda dan

masyarakat dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba dilakukan

dengan 3 (tiga) cara intervensi yaitu:

1. Pencegahan primer, upaya pencegahan yang dilakukan sebelum

penyalahgunaan terjadi dan biasanya dalam bentuk pendidikan, kampanye atau

(51)

keluarga dan lain-lain, cara ini bisa dilakukan oleh berbagai kelompok

masyarakat dimanapun seperti sekolah, tempat tinggal, tempat kerja dan

tempat-tempat umum

2. Pencegahan sekunder, dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan

diperlukan upaya penyembuhan (treatment) cara ini biasanya ditangani oleh lembaga professional dibidangnya yaitu lembaga medis seperti klinik, rumah

sakit dan dokter. Tahap pencegahan sekunder meliputi tahap penerimaan awal

dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental dan tahap ditoksikasi dan

terapi komplikasi medik dilakukan dengan cara pengurangan ketergantungan

bahan-bahan adiktif secara bertahap.

3. Pencegahan tersier, upaya yang dilakukan untuk merehabilitas mereka yang

sudah memakai dan dalam proses penyembuhan, upaya ini dilakukan cukup

lama oleh lembaga khususnya seperti klinik rehabilitas dan kelompok

masyarakat yang dibentuk khusus (therapeutic community). Tahap ini dibagi menjadi dua bagian yaitu fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan

pengguna kembali ke masyarakat, dan fase sosial dalam masyarakat agar

mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang

bermakna di masyarakat.

Sedangkan menurut G. Costigan (2009:34) upaya penanggulangan terhadap

bahaya narkoba dilingkungan kerja, sekolah ataupun ditempat umum dilakukan

dengan beberapa cara antara lain:

1. Upaya preemtip, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta bimbingan

untuk taat beragama serta patuh terhadap hukum kepada semua lapisan

(52)

menyalurkan kegiatan masyarakat terutama generasi muda yang ada kepada

kegiatan positif seperti olahraga, kesenian dan lain-lain. Melaksanakan

kegiatan edukatif dengan sasaran menghilangkan faktor-faktor peluang, pola

hidup bebas narkoba dan penerangan secara dini terhadap penyalahgunaan

narkoba.

2. Upaya preventif, melaksanakan pengawasan secara berjenjang oleh orang tua

maupun tenaga pendidik terhadap putra-putri dan keluarga baik di lingkungan

rumah sampai lingkungan yang lebih luas. Mengadakan penertiban/lokalisir

pengguna minuman keras pada tempat keramaian termasuk pada ijin penjualan.

Memperketat pengawasan, patroli pada tempat rawan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba, penanaman/pengolahan serta jalur peredaran secara

ilegal ke wilayah Indonesia khususnya wilayah Kabupaten Lampung Selatan.

3. Upaya penegakan hukum, melakukan penyelidikan dan menindak dengan

melibatkan instansi terkait dan partisipasi masyarakat secara swakarsa dan

terkoordinasi. Melakukan proses hukum bagi pelaku penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba secara obyektif, transparan, cepat, tepat tuntas dan

adil oleh penegak hukum yang profesional dan bertanggung jawab.

4. Memutuskan jalur peredaran gelap narkoba diwilayah.

5. Mengungkapkan jaringan peredaran gelap narkoba.

6. Melaksanakan terapi dan rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkoba.

Peran orang tua dalam upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba orang tua

sebagai pengawas untuk menghidari anak dari bahaya narkoba, orangtua juga

(53)

yang jelas dengan peraturan rumah yang jelas, anak tahu mana yang boleh dan

mana yang tidak boleh dilakukan. Peraturan rumah tersebut selain harus diketahui

juga harus dimengerti sehingga yang melanggar dihukum sesuai kesepakatan.

Peranan orang tua sebagai pembimbing anak terutama dalam membantu anak

mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan memberikan pilihan-pilihan saran

yang realitias bagi anak. Orang tua harus dapat membimbing anaknya secara

bijaksana dan jangan sampai menekan harga diri anak, anak harus dapat

mengembangkan kesadaran, bahwa ia adalah seorang pribadi yang berharga, yang

dapat mandiri, dan mampu dengan cara sendiri menghadapi

persoalan-persoalannya. Bila si anak tidak mampu menghadapi persoalan-persoalannya yang

susah seperti masalah narkoba, orangtua harus dapat membantu membahas

masalah tersebut dalam bentuk dialog dalam hal ini termasuk bantuan bagi anak

untuk mengatasi tekanan dan pengaruh negatif teman sebayanya sehingga si anak

akan memiliki pegangan dan dukungan dari orangtuanya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Aminah (2008) dengan judul Evaluasi Program Pencegahan Pemberantasan,

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Badan Narkotika Kota

Pekanbaru. Sesuai hasil penelitian diperoleh bahwa Evalasi Program Pencegahan

Penyalahgunaan dan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Badan

Narkotika Kota Pekanbaru dalam melaksanakan kebijaksanaannnya adalah “tidak

relevan” dengan acuan dengan visi misi serta tujuan program tersebut, yang mana

indikatornya adalah menyediakan media informasi, tepat sasaran dan menjangkau

seluruh lapisan masyarakat, tetapi tidak konsisten dengan program yang

(54)

Dalam pemecahan masalah Badan Narkotika Kota Pekanbaru “tidak maksimal”

sehingga mengganggu kelancaran program yang telah ditetapkan sebelumnya,

selain itu tujuan pelaksanaan program tidak tercapai ini dilihat dari visi dan misi

Badan Narkotika Kota Pekanbaru terutama dalam membantu mewujudkan

masyarakat Pekanbaru bebas penyalahgunaan Narkoba tahun 2015.

Rusfian Efendi (2010) tesis dengan judul Implementasi Kebijakan Pencegahan,

Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di

Provinsi Lampung. Hasil dari penelitian adalah, secara formal fungsi dari lembaga

Badan Narkotika Nasional belum optimal, masih minimnya sosialisasi

kelembagaan. Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan intensitas masih terbatas dan

cakupan masyarakat yang begitu luas, maka pengetahuan dan kesadaran tentang

bahaya narkoba belum merata. Pengawasan dan razia yang dilakukan aparat

penegak hukum belum dilakukan secara konsisten.

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu maka penelitian ini terdapat

beberapa persamaan, yaitu seluruhnya melakukan penelitian terhadap pelaksanaan

program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkoba (P4GN).

Pada penelitian ini terdapat perbedaan maupun kekhususan yaitu, penelitian ini

memfokuskan kepada evaluasi program bidang Pencegahan, dimana indikator

yang dianalisis adalah, program diseminasi informasi yaitu penyebaran informasi

kepada masyarakat, sosialisasi/penyuluhan kepada pelajar SLTA dan mahasiswa,

Instansi pemerintah dan swasta, bidang advokasi yaitu kegiatan dalam usaha

(55)

melaksanakan program P4GN, kemudian bidang pengkaderan yaitu dalam usaha

melatih para pelajar/mahasiswa, pegawai pemerintah maupun swasta untuk

menjadi agen – agen penyuluh anti narkoba.

2.4 Kerangka Pikir

Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu

program yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan,

memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar

jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan

daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya

peningkatan kesempatan demi keberhasilan program.

Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan di dalam memperoleh dan

menginterpretasikan informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan

seperti halnya peserta didik mencapai tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku.

Sedangkan evaluasi program merupakan sebuah upaya untuk mengetahui tingkat

keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas

masing-masing komponennya.

Persoalan penyalahgunaan narkoba sudah cukup memprihatinkan, kalau tidak ada

upaya yang sungguh-sungguh akan menggangu kelangsungan kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu perlu upaya yang sistematis,

konsepsional, terorganisir, terpadu dan berkesinambungan. Berbagai program

(56)

Sebagai tindak lanjut dari Kebijakan dan Strategi Nasional, BNN Kabupaten

Lampung Selatan melaksanakan beberapa program dalam rangka pencegahan,

pemberantasan, penyalahgunaan narkoba ( P4GN ) di wilyah Kabupaten Lampung

Selatan.

Kemudian dampak program yang dilaksanakan BNN Kabupaten Lampung

Selatan dalam pelaksanaan program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan

dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) khusus bidang Pencegahan BNN

Kabupaten Lampung Selatan dapat diketahui melalui indikator sebagai berikut :

1. Diseminasi Informasi

Meningkatnya penyebaran informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba

kepada semua lapisan masyarakat

2. Sosialisasi / penyuluhan

Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, pelajar/mahasiswa, pegawai

pemerintah dan swasta terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba.

3. Meningkatnya jumlah instansi pemerintah daerah Kabupaten Lampung

Selatan yang melaksanakan kebijakan Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

4. Meningkatnya jumlah agen penyuluh narkoba bagi pelajar dan mahasiswa,

instansi pemerintah dan instansi swasta.

Berdasarkan deskripsi di atas maka dapat penulis gambarkan dalam bentuk

(57)
[image:57.595.153.480.83.685.2]

Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

Program P4GN Bidang Pencegahan

BNN

Kabupaten Lampung Selatan

Proses : a. Diseminasi informasi b. Sosialisasi/penyuluhan c. Advokasi P4GN d. Pembentukan kader

penyuluh anti narkoba

Input :

1. Sumber Daya Manusia 2. Anggaran

Output Program:

pemahaman dan kesadaran siswa/mahasiswa, pegawai pemerintah dan swasta tentang bahaya

penyalahgunaan narkoba

Outcome Program : Masyarakat

(58)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, jenis

ini digunakan untuk meneliti suatu kondisi obyek yang alamiah, objek yang

alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh penulis sehingga

kondisi pada saat peneliti memasuki objek dan setelah peneliti berada di obyek

dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah.

Bertolak dari pembahasan di atas, secara ringkas penelitian kualitatif merupakan

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah (sebagai lawanya adalah eksperimen) peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisi

data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi, (Sugiyono, 2009:1) Sedangkan alasan penulis menggunakan

metode kualitatif adalah :

1. Ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena dilapangan secara

mendalam.

2. Masalah-masalah yang akan dipecahkan oleh penulis dapat didekati sesuai

dengan substansinya.

(59)

dan kategori dapat secara langsung untuk dijadikan kepentingan pengembangan

kebijakan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Berd

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2. Struktur Organisasi
Tabel 2. Pelaku penyalahguna narkoba berdasarkan pendidikan Tahun2011-2013

Referensi

Dokumen terkait

Lima dari 17 aksesi terpilih (B3570, Mlg2521, Engopa 305, UFV-10, dan Taichung) bereaksi tahan menurut ha- sil analisis Dot-ELISA, tidak memperlihatkan ge- jala serangan virus

Pendekatan konseptual digunakan peneliti untuk dapat menemukan serta memberi jawaban atas permasalahan-permasalahan hukum, terutama yang terkait dengan akibat hukum

Penelitian bertujuan menganalisa penyebab munculnya persamaan nomor sertipikat pada obyek tanah yang berbeda dan mengetahui upaya perlindungan hukum terhadap

dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan kecerdasan emosional siswa terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas melalui

Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa bentuk atau model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang wajib dilakukan oleh perusahaan diserahkan pada

Retribusi Daerah di Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemberian izin

Diceritakan mereka yang sudah berhasil menjadi pemimpin daerah Panji, yang bernama Ki Pungakan Gendis, beristana di Desa Gendis, semua orang yang masuk ke daerah

Pelapor yang selanjutnya disebut Whistleblower adalah masyarakat dan/atau Pegawai Aparatur Sipil Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang