ABSTRACT
EVALUATION PROGRAM FORPREVENTION, ERADICATION, ABUS AND ILLICIT DRUGS (P4GN) BNN IN SOUTH OF LAMPUNG
REGENCY
BY SUSILAWATI
Problems in the study of drug abuse still rampant in South Lampung. While the
purpose of this to evaluate the implementation and the constraints as well as the
extent to which the program Prevention, Eradication, abuse and illicit drugs
(P4GN) especially in the field of prevention BNN South Lampung Regency
.
This study used qualitative research method that is descriptive, the focus of the
Program Prevention, Eradication, Drug Abuse and illicit Trafficking BNN South
Lampung Regency. Collecting data using in-depth observation and documentation
study/library.
The results of the evaluation of research programs of prevention, eradication and
specialized field of Illicit drug trafficking prevention BNN South Lampung
Regency cannot be said to be optimal in terms of aspects inputs (human resources,
budget), process (program implemented) and out comes (effects produced). After
rampant drug abuse and illicit trafficking in South Lampung. Implementation of
the program P4GN encountered several obstacles including, dissemination of
information is low, human resources are society in running the program P4GN
caking, the potential minimum budget and the lack of a commitment between
government and society.
ABSTRAK
EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA
(P4GN) BNN KABUPATENLAMPUNG SELATAN
Oleh SUSILAWATI
Masalah dalam penelitian ini masih maraknya penyalahgunaan narkoba di
Lampung Selatan. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
pelaksanaan dan kendala-kendala yang dihadapi, serta sejauh mana kerberhasilan
dari program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) khususnya bidang pencegahan BNN Kabupaten Lampung
Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat diskriptif,
focus pelaksanaan program Pencegahan, Pemberantasan, penyalahgunaan dan
Peredaran gelap narkoba BNN Kabupaten Lampung Selatan. Pengumpulan data
dengan menggunakan metode wawancara mendalam interview, observasi dan
studi dokumentasi/pustaka
Hasil penelitian evaluasi program pencegahan, pemberantasan dan peredaran
gelap narkoba khusus bidang pencegahan BNN Kabupaten Lampung Selatan
(program yang dilaksanakan) serta outcome (dampak yang dihasilkan). Setelah
dianalisis dari subtansi kebijakan, belum bisa menjawab dan memecahkan
masalah maraknya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Lampung
Selatan. Pelaksanaan program P4GN dijumpai beberapa hambatan diantaranya,
penyebaran informas imasih rendah, sumberdaya manusia masih kurang, potensi
anggaran minimal serta belum terbentuknya komitmen antara pemerintah dan
masyarakat dalam menjalankan program P4GN
EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
( Tesis )
Oleh SUSILAWATI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
Kupersembahkan Karya ini untuk:
Ibunda “Nuriyah” tercinta, yang dengan segala jerih payah, keringat,
tenaga yang telah melahirkanku, membesarkanku, yang selalu berdoa serta
memberikan kasih sayang yang sampai kapanpun tidak mungkin
terbalaskan.
Ayahanda “M.Habie (alm)” tersayang, yang selama ini tidak pernah
berhenti memberikan perhatian, dorongan kepada putrinya, semoga
keberhasilanku ini dapat membahagiakannya.
Suami “Asrul Hudaya” anak-anakku “Fathur Rahman, Firdaus Al
-Hafizd, Khalid Fadilah Ihsan” yang selalu mendampingi penulis dikala suka dan duka dan insya Allah akan terus menjadi teman hidup sampai
hayat dikandung badan.
Almamaterku Universitas Lampung STIE Muhammadiyah Kalianda dan
Penulis, Susilawati, dilahirkan di Lampung
Barat, pada tanggal 21 Oktober 1967 sebagai putri ke
tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayanda
M.Habie dan ibunda Nuriah
Pendidikan dasar penulis di mulai di SDN 1 Batuberak Lampung Barat, lalu
melanjutkan ke SMP Muhammadiyah IV Bandar Lampung, kemudian penulis
melanjutkan ke jenjang SMAN 3 Bandar Lampung, kemudian penulis
melanjutkan ke jenjang S1 Universitas Muhammadiyah Lampung tahun 1990
selesai pada tahun1994. Selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang pascasarjana
pada program studi Magister Ilmu Pemerintah Universitas Lampung pada
tahun 2012 dan selesai pada tahun 2014.
Penulis memulai karier sebagai staf pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Muhammadiyah Kalianda tahun 2002 dan juga dari tahun 2012 sebagai tenaga
SANWACANA
Alhamdulillah hirobbil ‘alamin, Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan nikmat kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah tesis ini. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang Insya Allah Syafaatnya penulis
nantikan di Yaumil Akhir nanti.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna sebagaimana yang
diharapkan, hal ini disebabkan penulis sebagai manusia biasa yang mempunyai
kemampuan terbatas, dan tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Sehubung
dengan itu, dalam kesempatan ini terlebih dahulu mohon maaf atas kekurangan
tersebut.
Dalam menyusun tesis ini, banyak tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh
penulis, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak yang mendukung, semua
permasalahan dapat diselesaikan. Sehubungan dengan itu, atas bantuan dan
bimbingan yang diberikan baik langsung maupun tidak langsung, perkenankan
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Universitas Lampung atas arahan serta dorongan dalam menyelesaikan karya
ilmiah tesis ini;
3. Drs. Yana Ekana, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Pascasarjana
Magister Ilmu Pemerintah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung, atas bimbingan dan arahan dalam serta kemudahan dalam
pelayanan administrasi selama ini;
4. Dr. Syarief Makhya, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, masukan dan transfer ilmu dalam penyelesaian tesis ini
dengan sabar;
5. Drs. Budi Harjo, M.I.P selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, masukan, dukungan kepada penulis sehingga sangat
membantu dalam penyelesaian tesis ini;
6. Dr. Feni Rosalia M.Si, selaku Dosen penguji tesis, yang telah memberikan
banyak koreksi, masukan untuk penyempurnaan isi tesis ini;
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Magister Ilmu pemerintahan para pegawai dan
petugas FISIP Universitas Lampung, atas bantuanya dalam memudahkan
penyelesaian tesis ini;
8. Rekan-rekan yang baik Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten
Lampung Selatan, atas dorongan serta pengertiannya sehingga penulis dapat
semoga hubungan kita tetap terjalin baik.
Akhirnya penulis mendo’akan semoga Allah SWT memberikan balasan berlipat
ganda atas perbuatan baik sebagaimana mestinya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Evaluasi Program ... 10
2.1.1 Pengertian Evaluasi Program ... 10
2.1.2 Program ... 15
2.1.3 Evaluasi Program... 16
2.2 Konsep Narkoba... 19
2.2.1 Pengertian Narkoba ... 19
2.2.2 Cara kagunaan Narkoba ... 21
2.2.3 Pola Pemakai Narkoba ... 24
2.2.4 Akibat Penyalahgunaan Narkoba ... 26
2.3 Penelitian Terdahulu ... 32
2.4 Kerangka Pikir ... 33
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
3.3 Fokus Penelitian ... 38
3.4 Instrumen Penelitian ... 40
3.5 Informan Dalam Penelitian ... 40
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.7 Teknik Pengolahan Data ... 42
3.8 Teknik Analisis Data... 43
3.9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 47
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan ... 48
4.2 Gambaran Umum BNN ... 50
4.3 Dasar Hukum Organisasi ... 52
4.4 Visi Dan Misi BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 53
4.4.1 Visi BNN Kabupaten Lampung Selatan... 53
4.4.2 Misi BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 53
4.5 Arah Kebijakan Strategi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Lampung Selatan ... 54
4.5.1 Arah Kebijakan ... 54
4.5.2 Srategi Bidang Pencegahan ... 54
4.6 Tujuan Dan Sasaran Program P4GN BNN Kabupatan Lampung Selatan ... 54
4.6.1 Tujuan ... 54
4.6.2 Sasaran Program P4GN Bidang Pencegahan Kabupaten Lampung Selatan ... 56
4.7 Perencanaan Strategis BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 56
4.8 Penetapan Kinerja BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 57
V. HASIL DAN ANALISIS PEMBAHASAN
5.1 Evaluasi Pelaksanaan Program P4GN Bidang Pencegahan
BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 64
5.1.1 Evaluasi Input ... 64
1. Sumber Daya Manusia ... 64
2. Pendanaan ... 67
5.1.2 Evaluasi Proses Program P4GN Bidang Pencegahan BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 73
1. Program Diseminasi Informasi ... 74
2. Program Sosialisasi ... 84
3. Program Advokasi ... 87
4. Program Pengkaderan ... 91
5.1.3 Evaluasi Output Program P4GN BNN Lampung Selatan BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 95
5.2 Analisis Kebijakan Program P4GN Bidang Pencegahan BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 100
5.2.1 Substansi Program P4GN BNN Bidang Program P4GN Kabupaten Lampung Selatan ... 100
5.2.2 Implikasi Kebijakan Program P4GN BNN Kabupaten Lampung Selatan ... 103
5.3 Kendala Oprasional Kebijakan Pencegahan Kabupaten Lampung Selatan ... 108
5.4 Strategi Program P4GN Bidang Pencegahan BNN Lampung Selatan ... 111
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 117
6.2 Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Kerangka Pikir ... 36 Gambar 2 Setruktur Organisasi ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel1. Jumlah Penyalahgunadan Pengedar Narkoba Kab. Lampung Selatan Tahun 2010 –2012 ... 62
Tabel 2. Jumlah penyalahgunan narkoba berdasarkan pendidikan ... 62
Tabel 3. Barang Bukti Ungkap Kasus Narkoba Kab.Lampung Selatan
Tahun 2010-2012 ... 62
Tabel 4. Jumlah seluruh pegawai BNN Kab.Lampung SelatanBerdasarkan Jabatan dan golongan ... 66
Tabel 5. Jumlah pegawai BNN Lampung Selatan berdasarkan Pendidikan 66
Tabel 6. Rencana Program Anggaran Bidang Pencegahan ... 68
Tabel 7. Dana Program P4GN Kab.Lampung Selatan bidang Pencegahan 69
Tabel 8. Hasil Evaluasi Input ... 73
Tabel 9. Program Kegiatan BN N Kabupaten Lampung Selatan ... 74
Tabel 10. Program Kegiatan Desiminasi Informasi Kab. Lampung Selatan 75
Tabel 11. Kegiatan Sosialisasi / Penyuluhan BNN Kab.Lampung Selatan
Tahun 2013 ... 85
Tabel 12. Jumlah Instansi yang di Advokasi bidang Pencegahan BNN
Lampung Selatan... ... 89
Tabel 13. Kegiatan Pengkaderan lingkungan pendidikan /BNN Kab.
Lampung Selatan ... 92
Tabel 14. Kegiatan Pengkaderan pada Instansi Pemerintah dan Swasta ... 93
Tabel 17. Hasil Evaluasi Program P4GN bidang Pencegahan BNN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat
global, regional dan nasional, sejak lama telah menjadi kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes) yang terus mengancam dan telah merusak sendi-sendi kehidupan manusia, berbangsa dan bernegara. Berbagai upaya telah dilakukan secara
bersama-sama dalam menanggulangi masalah tersebut, namun demikian
fenomena tersebut masih terus menyita fokus perhatian dari pemerintah untuk
dikurangi penurunannya hingga ke titik nol.
Istilah narkoba saat ini telah menjadi istilah yang akrab ditelinga dan lidah. Jika
dulu istilah ini hanya dikenal melalui media cetak dan elektronik, maka kini
masyarakat awampun telah fasih menggunakannya, meskipun mungkin mereka
sendiri tidak terlalu memahami artinya. Narkoba tergolong istilah baru karena baru
muncul sekitar tahun 1998, munculnya istilah ini dilatarbelakangi oleh banyaknya
peristiwa pnyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan obat-obatan adiktif
yang terjadi.
Narkoba diidentikkan dengan konotasi negatif. Narkoba lebih dikenal sebagai obat
bagi manusia. Sejak abad-abad lampau zat-zat yang akhirnya digolongkan jenis
narkotika dan psikotropika telah digunakan sebagai bahan penahan rasa sakit pada
pengobatan luka, terutama pada saat perang. Misalnya morphin, sejak abad ke-19
selalu menjadi bekal para tentara yang berangkat ke medan perang di Eropa dan
Amerika guna menghilangkan nyeri apabila mereka terluka.
Di dunia medis narkotika sangat diperlukan karena keampuhannya menghilangkan
rasa nyeri. Disamping memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia, zat ini
ternyata juga memiliki efek besar bagi kehidupan manusia, zat ini ternyata juga
memiliki efek samping yang berbahaya, yaitu menimbulkan ketagihan dan
ketergantungan terhadap pemakai, penggunaan narkotika mudah menimbulkan
ketagihan karena dalam keadaan kurang menentu dan depresi pemakai ingin
mengalami euphoria lagi. Oleh sebab itu, penggunanya harus di bawah
pengawasan dokter.
Dewasa ini penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi fenomena
di masyarakat, tanpa mengenal usia dan golongan sosial, masalah penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba telah muncul sebagai momok yang mengerikan, tidak
saja bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga bagi dunia Internasional.
Berdasarkan Laporan Badan Dunia Perserikatan Bangsa-bangsa untuk urusan
narkoba dan kejahatan (United Nations Office on Drugs Crimes/UNODC) Word Drugs Report 2011, upaya pengawasan narkoba yang ketat oleh negara-negara di
dunia telah dapat mengendalikan peredaran narkoba di Eropa, Amerika dan Asia.
Namun demikian transaksi dan perdagangan gelap narkoba yang dilakukan oleh
sehingga diperlukan berbagai macam upaya untuk melindungi rakyat dari bahaya
narkoba.
Menurut Laporan UNODC tahun 2012, diestimasikan bahwa sebanyak 149
sampai dengan 272 juta jiwa yang mengkonsumsi narkoba, pada tahun 2009,
dengan kelompok umur 15-64 tahun atau sebesar 3,3% dan diestimasikan
setengahnya sebagai pengguna narkoba hingga sekarang.
Sementara di Indonesia, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh BNN
bekerjasama dengan pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia (UI) pada
tahun 2011 tentang survey nasional perkembangan penyalahgunaan narkoba di
Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia
telah mencapai 2,2% atau sekitar 3,8 juta orang dari total populasi penduduk
(berusia 10-60 tahun). Data menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar
0,21% bila dibandingkan dengan angka prevalensi pada tahun 2008, yaitu sebesar
1,99% atau sekitar 3,3 juta orang, angka kematian pecandu 41 orang perhari.
Sementara itu, kejahatan narkoba juga terus mengancam keamanan dan ketertiban
masyarakat. Dari data tindak pidana narkoba di Indonesia periode 2007-2011
(Data BNN, Maret 2012), telah terjadi 139.199 kasus narkoba. Fenomena lain
yang cukup mengkhawatirkan bahwa ancaman bahaya narkoba juga telah
merambah kalangan generasi muda di lingkungan pendidikan mulai dari tingkat
pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dan
pendidikan agama. Tidak jarang banyak kasus tawuran pelajar dan mahasiswa
Dalam menanggulangi semakin maraknya kasus-kasus Narkoba, pemerintah
membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (1999) dengan tugas
melakukan koordinasi baik tingkat pusat maupun daerah tentang masalah
Narkoba. Kemudian pada tahun 2002 pemerintah mengganti BKNN menjadi
Badan Narkotika Nasional dengan tugas selain koordinasi juga operasionalisasi
satuan tugas dan penegakan hukum.
Sebagai upaya meneguhkan semangat bahwa narkoba adalah masalah bersama
bangsa, Presiden menerbitkan Inpres nomor 12 tahun 2011 tentang upaya
pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) sebagai upaya yang komprenship dalam mengurangi permintaan dan
sediaan narkoba (demand & supply reduction). Sebagai lembaga forum dan vocal point P4GN BNN terus melakukan kordinasi dan membentuk Badan Narkotika
Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK).
Berdasarkan pasal 54 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
menjelaskan bahwa:
Ayat 1 : Pemerintah membentuk sebuah badan koordinasi narkotika tingkat
Nasional yang bertanggung jawab kepada Presiden.
Ayat 2 : Badan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
melakukan koordinasi dalam rangka ketersedian Pencegahan,
Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
Ayat 3 : Ketentuan mengenai susunan, kedudukan organisasi dan tata kerja
BNN sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dalam keputusan
Presiden.
Penjelasan pasal 54 ayat (2) penanganan narkotika pada dasarnya menjadi tugas
dan tanggung jawab berbagai instansi pemerintah disamping keikutsertaan
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Namun demikian penanganan masalah P4GN hendaknya dilakukan secara
terpadu, sehingga akan mencapai hasil yang maksimal, demikian pula diperlukan
koordinasi antara BNN dengan pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam
menetapkan kebijakan nasional dibidang narkotika, pelaksanaan koordinasi ini
sama sekali tidak mengurangi tugas dan tanggung jawab BNN dalam melakukan
pelaksanaan program P4GN.
Akibat meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan sesuai dengan keinginan
perundang-undangan yang berlaku, maka Presiden mengeluarkan Keputusan yaitu
Presiden Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 1999 tentang Badan Koordinasi
Narkotika Nasional yang bertugas membantu presiden dalam melaksanakan
koordinasi dalam rangka pelaksanaan program P4GN yang kemudian diganti
dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2002 tentang
Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bertugas membantu Presiden dalam:
1. Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dengan penyusunan kebijakan
pelaksanaan di bidang pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan
2. Melaksanakan pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika serta zat adiktif lainnya dengan membentuk
satuan-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait
sesuai dengan tugas, kewenangan dan fungsinya masing-masing.
Berdasarkan penjelasan keputusan Presiden di atas dijelaskan bahwa BNN dalam
proses pelaksanaan P4GN harus selalu melakukan koordinasi dengan institusi
pemerintah baik pusat maupun daerah, selain itu BNN juga harus melakukan
koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan P4GN dengan aparatur penegak
hukum sehingga dengan melakukan koordinasi program P4GN dapat
diimplementasikan secara optimal. Selain itu program P4GN dapat secara
langsung dievaluasi oleh aparatur terkait.
Di Provinsi Lampung khususnya Lampung Selatan perkembangan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba setiap waktu semakin berkembang
demikian pesat dan pada masa saat ini telah memasuki masa yang sangat
mengkhawatirkan terutama bagi perkembangan masa depan generasi penerus
bangsa.
Selanjutnya di Kabupaten Lampung Selatan Jumlah kasus narkoba, baik
pengguna maupun pengedar yang terungkap oleh pihak aparat keamanan
cenderung terus meningkat, dengan jumlah korban pengguna yang semakin
beragam, baik dari segi umur, latar belakang pendidikan ataupun latar belakang
pekerjaan, hal ini disebabkan Lampung Selatan, sebagai “pintu gerbang pulau
Sumatera”, di mana tempat keluar masuknya arus barang dan orang dari pulau
Jawa, selain Kabupaten Lampung Selatan sering dijadikan transit peredaran gelap
narkoba oleh para kurir dan bandar narkoba. Berdasarkan fakta tersebut, maka
harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah daerah untuk mencegah dan
memberantas peredaran gelap narkotika dengan tujuan untuk membebaskan
Kabupaten Lampung Selatan dari bahaya penyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa tahun 2013 kasus
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di Kabupaten Lampung Selatan
mencapai 18.35% dari total keseluruhan kasus, dengan jumlah tersangka usia
remaja dan dewasa. Jenis narkoba yang paling banyak di pakai adalah jenis ganja,
ektasi dan shabu, dimana berdasarkan hasil pemetaan BNN Kabupaten Lampung
Selatan ada beberapa daerah kecamatan yang rawan narkoba yaitu daerah – daerah
yang padat penduduk dan tempat-tempat pariwisata.
Oleh sebab itu Badan Narkotika Nasional Lampung Selatan melihat dampak dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, tidak hanya mengancam
kelangsungan hidup dan masa depan penyalahguna saja, namun juga masa depan
bangsa dan negara, tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun
tingkat pendidikan. Selain itu sampai saat ini tingkat penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba sudah merambah pada berbagai level, tidak hanya pada
daerah perkotaan saja, melainkan sudah menyentuh komunitas pedesaan di
Lampung Selatan.
Berangkat dari permasalahan tersebut di atas pemerintah bersama melalui BNN
Kabupaten Lampung Selatan melaksanakan penanggulangan secara komprehensif
melaksanakan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba sebagai bentuk komitmen bersama
seluruh masyarakat bangsa dan negara melalui berbagai program yang
dilaksanakan.
Ketertarikan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan program Pencegahan,
Pemberantasan, Penyalahunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang
dilaksanakan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Lampung Selatan yang belum
pernah di lakukan selama ini, maka penulis merasa perlu dilakukan kajian
melalui evaluasi program P4GN yang dilaksanakan, namun penulis memfokuskan
pada program bidang Pencegahan.
Sasaran dari bidang pencegahan yaitu melakukan eksentifikasi dan intensifikasi
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Strateginya dengan
cara membangun dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) khususnya dibidang
2. Hambatan-hambatan apa saja yang membuat pelaksanaan program P4GN
bidang pencegahan BNN Kabupaten Lampung Selatan tidak berjalan dengan
baik.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) khususnya bidang
Pencegahan yang dilaksanakan BNN Kabupaten Lampung Selatan.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba) Kabupaten Lampung Selatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan bidang Pencegahan,
Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi BNN Kabupaten Lampung Selatan, untuk memahami
pentingnya evaluasi program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Evaluasi Program
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai
dengan evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pada dasarnya evaluasi
merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah
dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan
mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan
demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dengan mempelajari dan
melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan
kesempatan demi keberhasilan program.
Evaluasi program merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai
secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya,
dimana hasil evaluasi program tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk
perencanaan yang akan dilakukan di depan. Menurut O.Jones (1994:357), evaluasi
program adalah suatu aktifitas yang dirancang untuk menimbang manfaat
program dan semua proses pemerintahan. Program itu bervariasi dalam
spesifikasi mengacu pada identifikasi tujuan-tujuan serta kriteria yang harus
dievaluasi.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan manajemen strategis yang meliputi perumusan atau perencanaan strategi, implementasi atau pelaksanaan, dan evaluasi, letak penelitian ini adalah pada evaluasi. Jauch dan Glueck (1999:405) mengemukakan bahwa ”Evaluasi adalah tahap proses manajemen strategis di
mana manajemen berusaha memastikan bahwa yang mereka pilih terlaksana dengan tepat dan mencapai tujuan”.
Penelusuran strategi dan pelakanaannya secara menyeluruh membutuhkan sistem pengendalian, sistem imbalan yang tepat, dan system yang efektif, yang dapat memberi balikan (feedback) yang lengkap dan tepat waktu sehingga mereka dapat bertindak atas dasar itu. Ini semuanya adalah unsur-unsur integral dari evaluasi untuk memastikan agar rencana akan berjalan dan sedang berjalan.
Sistem evaluasi juga diperlukan sebagai cara untuk mencari umpan balik sebagai masukan untuk perencanaan baru dan sebagai sarana untuk pengecekan/pengujian ganda bahwa yang dipilih sudah konsisten, tepat, dan dapat dijalankan dengan analisis internal dan eksternal serta rencana untuk melaksanakannya. Umpan balik tersebut juga digunakan untuk melakukan kegiatan perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan secara terus-menerus.
menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, menggunakan strategi dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan Suchman dalam Anderson (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) memandang “Evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”.
Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders dalam Anderson (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) yang mengatakan bahwa:
Evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari manfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Kemudian seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi program bernama Stufflebeam dalam Fernandes (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) mengatakan bahwa “evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi keputusan dalam menentukan alternatif keputusan”.
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan juga dijelaskan bahwa:
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang.
Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact) dari pelaksanaan rencana. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang sekurang-kurangnya indikator masukan, indikator keluaran, dan indikator hasil.
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:
1. Mengukur kemajuan.
2. Menunjang penyusunan rencana.
3. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali (Sudjono, 2005:8).
Bagi para manajer yang melakukan evaluasi atau penilaian akan menemukan satu dari tiga bentuk temuan, yaitu:
1. hasil yang dicapai melebihi harapan dan target, 2. hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target.
3. hasil yang dicapai kurang dari harapan dan target (Siagian, 2007:262).
ad.1. Hasil yang dicapai melebihi harapan dan target.
Dalam hal ini, manajemen harus waspada agar jangan sampai terlalu cepat merasa puas. Sikap proaktif tetap diperlukan dalam arti menumbuhkan kesadaran bahwa keberhasilan yang diraih perlu digunakan sebagai modal untuk meningkatkan kinerja organisasi dimasa depan. Dalam hal keberhasilan diperlukan penilaian tentang faktor-faktor organisasional yang mendukung keberhasilan tersebut dan atau masalah apa yang berhasil diatasi dan bagaimana cara mengatasinya.
ad.2. Hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target
Dalam hal ini yang harus dinilai adalah kinerja semua satuan, semua bidang fungsional dan semua satuan kerja operasional dan penjumlahan keseluruhan hasil itulah yang digunakan untuk melihat apakah hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target atau tidak. Manajemen puncak terhadap berbagai faktor organisasional, baik yang mendukung maupun yang menjadi sumber kendala sangat diperlukan.
ad.3. Hasil yang dicapai kurang dari harapan dan target.
perasaan demikian wajar, perasaan tersebut tidak menguasai cara berpikir dan cara bertindak sedemikian rupa, sehingga para pelaksana kegiatan operasional serta merta dituding tidak cakap, tidak terampil, tidak loyal, semangat kerja rendah dan berbagai predikat negatif lainnya. Manajemen puncak perlu dengan lebih jernih melihat faktor-faktor organisasional yang mungkin menjadi penyebab ketidak berhasilan itu.
Dengan demikian evaluasi dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi terhadap rencana dan standar serta untuk dapat mengetahui pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program.
2.1.2 Program
Program dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung pengertian yaitu : rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dalam, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan. Sedangkan Arikunto dan Jabar (2004:3) mendefinisikan program sebagai berikut:
suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang terjadi dalam suatu organisasi dan melibatkan sekelompok orang.
Pendapat berikutnya masih menurut Arikunto dan Jabar (2004:5) bahwa “program terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling
menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan”. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu:
2. Terjadi dalam waktu relatif lama bukan kegiatan jamak berkesinambungan
3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:3).
Sedangkan dalam PP No. 39 Tahun 2006 tentang tata pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan dijelaskanbahwa program adalah:
Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
Jadi program dalam penelitian ini adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan dalam rangka mencapai suatu tujuan.
2.1.3 Evaluasi Program
Dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach dan Stufflebeam (dalam dan Jabar, 2004:4) mengemukakan bahwa evaluasi program upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Kemudian menurut Arikunto dan Jabar (2004:7), evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya. Dengan demikian, kegiatan evaluasi program pada tujuan, atau dengan kata lain, tujuan tersebut dijadikan ukuran keberhasilan.
dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan yaitu:
1. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.
2. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).
3. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.
4. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat atau mengulangi lagi program di lain waktu,karena program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain (Arikunto dan Jabar, 2004:8-9).
Sudjana (2006:51) mengelompokkan model-model evaluasi program menjadi enam (6) kategori yaitu:
1. Evaluasi terfokus pada pengambilan keputusan.
2. Evaluasi unsur-unsur program.
3. Evaluasi jenis dan tipe kegiatan.
4. Evaluasi pelaksanaan program.
Fokus model-model yang termasuk dalam kategori ini adalah evaluasi berbagai proses pelaksanaan program. Sebagian model berhubungan dengan proses evaluasi lanjutan terhadap pelaksanaan program. Enam model yang termasuk ke dalam kategori ini adalah sebagai berikut :
a. Model Appraisal.
c. Model Proses secara alamiah.
d. Evaluasi Monitoring.
e. Evaluasi Perkembangan.
f. Evaluasi Transaksi.
5. Evaluasi pencapaian tujuan khusus program
6. Evaluasi hasil dan pengaruh program
Untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah/swasta maka seluruh aktivitas instansi/lembaga tersebut harus dapat diukur. Dalam rangka melakukan pengukuran kinerja instansi, perlu dibuat dulu rencana kinerja tahunan yang diambil dari strategik yang berjangka lima tahunan. Menurut Akdon (2007:174), “perencanaan tahunan dapat dibuat dengan membuat visi, misi, tujuan, sasaran, yang cara pencapaiannya memuat kebijakan dan program satu tahun yang akan dikerjakan”.
Dari rencana kinerja tahunan ini dibuat rencana pengukuran kinerja dengan menguraikan per-program ke dalam kegiatan tahunan, yang selanjutnya dapat dibuat indikator-indikatornya. Indikator kinerja kegiatan terdiri dari:
1. Indikator kinerja input (masukan) adalah indikator segala yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan; misal dana, SDM, kebijakan dan lain-lain.
2. Indikator kinerja output (keluaran) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dari suatu kegiatan yang dapat fisik maupun non fisik.
3. Indikator kinerja outcome (hasil) adalah segala sesuatu yangberfungsinya keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
4. Indikator kinerja benefit (manfaat) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
Akdon (2007:179) mengemukakan bahwa evaluasi terhadap program dilakukan untuk mencari jawaban akan outcome yang dihasilkan, evaluasi terhadap kebijakan mungkin saja sampai dampak (impact) yang terjadi.
Demikian evaluasi program dalam penelitian ini adalah adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat untuk mencari jawaban akan outcome yang dihasilkan. Sedangkan kinerja yang digunakan dalam penelitian ini mencakup masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome).
2.2 Konsep Narkoba
2.2.1. Pengertian Narkoba
Berdasarkan penjelasan Sasangka (2003:34) narkoba atau narkotika dan obat
(bahan berbahaya) merupakan istilah yang sering kali digunakan oleh penegak
hukum .dan masyarakat, narkoba dikatakan sebagai bahan berbahaya bukan hanya
karena terbuat dari bahan kimia tetapi juga karena sifatnya yang dapat
membahayakan penggunanya bila digunakan secara bertentangan atau melawan
hukum.
Sedangkan BNN (2005:41) narkotika, psikotropika dan zat adiktif adalah istilah
kedokteran untuk sekelompok zat yang jika masuk kedalam tubuh manusia dapat
menyebabkan ketergantungan (adiktif) dan mempengaruhi sistem kerja otak
(psikoaktif), termasuk di dalamnya jenis obat, bahan atau zat yang penggunaannya
diatur dengan undang-undang dan peraturan hukum lain maupun yang tidak diatur
tetapi sering disalahgunakan seperti alkohol, nikotin, kafein dan inhalansia/solven.
mempengaruhi sistem kerja otak ini adalah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif) karena istilah ini lebih mengacu pada istilah yang digunakan dalam
undang-undang narkotika dan psikotropika.
Sedangkan menurut Supramono (2004:124) narkoba atau lebih tepatnya Napza
adalah obat bahan dan zat yang bukan termasuk jenis makanan, oleh sebab itu jika
kelompok zat ini dikonsumsi oleh manusia baik dengan cara dihirup, dihisap,
ditelan, atau disuntikkan maka ia akan mempengaruhi susunan saraf pusat (otak)
dan akan menyebabkan ketergantungan akibatnya sistem kerja otak dan fungsi
vital organ tubuh lain seperti jantung, pernafasan, peredaran darah dan lain-lain
akan berubah meningkat pada saat mengkonsumsi dan akan menurun pada saat
tidak dikonsumsi (menjadi tidak teratur).
Supramono (2004:12) narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu “narke” yang
berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa, sebagian orang berpendapat
bahwa narkotika berasal dari kata “narcissus” yang berarti sejenis
tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang dapat menyebabkan orang menjadi tidak
sadarkan diri. Selain itu, pengertian narkotika secara farmakologis medis menurut
Ensiklopedia adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri yang berasal dari
daerah viseral dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong atau kondisi sadar
tetapi harus digertak) serta adiksi. Efek yang ditimbulkan narkotika adalah selain
dapat menimbulkan ketidaksadaran juga dapat menimbulkan daya khayal
/halusinasi serta menimbulkan daya rangsang/stimulant.
Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan
dibedakan secara jelas antara narkotika dan psikotropika sehingga seringkali
dikelompokkan menjadi satu. Narkotika ada dua macam yaitu narkotika alam dan
narkotika sintetis yang termasuk dalam kategori narkotika alam adalah berbagai
jenis candu, morphine, heroin, ganja, hashish, codein dan cocaine. Narkotika ala
mini termasuk dalam pengertian narkotika secara sempit sedangkan narkotika
sintetis adalah pengertian narkotika secara luas dan termasuk didalamnya adalah
hallucinogen (halusinogen), depressant (depresan) dan stimulant (stimulan).
Menurut Sasangka (2003:190) golongan obat yang sering disalahgunakan secara
klinik dapat dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a. Obat narkotik seperti candu, morphine, heroin dan sebagainya.
b. Obat hallusinogen seperti ganja, LSD, mescaline dan sebagainya.
c. Obat depresan seperti obat tidur (hynotika), obat pereda (sedativa) dan obat
penenang (tranquillizer).
d. Obat stimulant seperti amfetamine, phenmetrazine.
2.2.2 Cara Kerja Narkoba
Harlina (2005:27) menjelaskan bahwa narkoba yang dikonsumsi dengan cara
ditelan akan masuk kedalam lambung kemudian ke pembuluh darah, sedangkan
jika dihisap atau dihirup, maka narkoba akan masuk ke dalam pembuluh darah
melalui hidung dan paru-paru. Jika disuntikkan maka zat itu masuk ke dalam
aliran darah dan darah membawanya menuju otak (system saraf pusat). Semua
jenis narkoba merubah perasaan dan cara pikir orang yang mengkonsumsinya
Perubahan pada pikiran seperti stress menjadi hilang dan meningkatnya daya
khayal perubahan perilaku seperti meningkatnya keakraban dengan orang lain
tetapi lepas kendali perasaan-perasaan seperti inilah yang pada mulanya dicari
oleh pengguna narkoba.
Sedangkan menurut BNN (2004:45) narkoba menghasilkan perasaan ”high”
dengan mengubah susunan biokimiawi molekul sel otak pada sistem limbus
(bagian otak yang bertanggungjawab atas kehidupan perasaan, dimana dalam
limbus ini terdapat hipotalamus yaitu pusat kenikmatan pada otak) yang disebut
neuro transmitter. Otak Manusia memang diperlengkapi dengan alat untuk memperkuat rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit dan rasa-rasa yang lain
yang tidak enak, guna membantu menusia untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti lapar, haus dan tidur.
Mekanisme kecanduan merupakan mekanisme pertahanan diri jika kita lapar, otak
akan menyampaikan pesan agar mencari makanan yang kita butuhkan. Sehingga
hal seperti inilah yang menjadi adiksi jika kita mengkonsumsi narkoba dan yang
terjadi pada adiksi adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada hipotalamus
(pusat kenikmatan), jika merasa nikmat maka otak mengeluarkan neuro-trasmitter
yang menyampaikan pesan bahwa zat ini berguna bagi mekanisme pertahanan
tubuh, jadi ulangi lagi pemakaiannya.
Bila kita memakai narkoba lagi maka kita kembali merekam nikmat dan otak akan
merekam hal itu hingga menjadikannya sebagai prioritas akibatnya otak akan
membuat ”program yang salah” seolah-olah kita memang memerlukan narkoba
Terlepas dari dampak buruknya harus diakui bahwa narkoba mampu memenuhi
sebagian kebutuhan manusia jika tidak tentu orang tidak akan berpaling kepada
narkoba dan mengambil resiko yang berat untuk kehilangan sekolah, pekerjaan,
keluarga, teman bahkan nyawa hanya untuk narkoba. Berdasarkan penjelasan
BNN (2005:61) pengaruh narkoba terhadap perubahan suasana hati dan perilaku
memang begitu drastis sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Bebas dari rasa kesepian
Masyarakat modern yang cenderung individualis, maka narkoba mampu
menjadi obat yang manjur karena pada tahap jangka pendek narkoba
menyebabkan keakaraban dengan sesama, serta hilangnya rasa kesepian.
Namun dalam jangka panjang narkoba justru menimbulkan efek sebaliknya
yaitu rasa terisolasi dan kesepian.
b. Bebas dari perasaan negatif lain
Kecanduan menyebabkan seseorang sibuk dengan kecanduannya, sehingga
merasa tidak perlu memperhatikan perasaan dan kekosongan jiwanya narkoba
akan menjauhkannya dari perasaan kekurangan kehilangan bahkan konflik.
c. Kenikmatan semu
Masyarakat yang berorientasi pada uang dan kekuasaan sebagai
tolukurkeberhasilan, narkoba menggantikan reaksi dengan memberikan
sensasi kebebasan dari perasaan tertekan dan ikatan waktu.
d. Pengendalian semua
Narkoba memberikan perasaan bergairah dan sekaligus ketegangan untuk
menggantikan perasaan yang sebenarnya mampu mengatasi situasi dan
memiliki kekuasaan.
f. Krisis yang menetap
g. Meningkatkan penampilan
Narkoba mampu menyembunyikan ketakutan atau kecemasan serta membius
seseorang dari rasa sakit dan tersinggung karena mendapatkan penilaian dari
orang lain.
h. Bebas dari perasaan waktu
i. Saat mengkonsumsi narkoba, seseorang merasa waktu seakan-akan terhenti
sehingga masa lalu tidak lagi menghantui dirinya, demikian juga dengan
masa depan karena yang ada baginya hanya kenikmatan pada saat itu.
2.2.3 Pola Pemakaian Narkoba
Harlina (2005:121) penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang
dilakukan tidak untuk maksud pengobatan tetapi karena ingin menikmati
pengaruhnya dan karena pengaruhnya tersebut sehingga narkoba banyak
disalahgunakan. Sifat pengaruh pada narkoba adalah sementara sebab setelah itu
akan timbul perasaan tidak enak untuk menghilangkan perasaan tidak enak
tersebut maka seseorang harus mengkonsumsi narkoba lagi, hingga terjadilah
kecanduan atas ketergantungan yang akan berakibat pada kesehatan berupa
gangguan kejiwaan, jasmani dan fungsi sosial dan ketergantungan memang tidak
berlangsung seketika tetapi melalui rangkaian proses penyalahgunaan ada
beberapa tahapan dan pola pemakaian narkoba hingga terjadinya ketergantungan
a. Pola coba-coba
Tahapan ini pengaruh kelompok sebaya memang sangat besar seperti teman
dekat atau orang lain yang menawarkan untuk menggunakan narkoba, ketidak
mampuan untuk menolak dan perasaan ingin tahu yang besar akan mendorong
seseorang untuk mengkonsumsi narkoba.
b. Pola pemakaian sosial
Pemakaian narkoba untuk kepentingan pergaulan dan keinginan untuk diakui
oleh kelompoknya.
c. Pola pemakaian situasional
Penggunaan pada situasi tertentu seperti pada saat kesepian dan stres, sehingga
pemakaian narkoba ditujukan untuk mengatasi masalah pada tahap ini biasanya
pengguna berusaha untuk mengkonsumsi secara aktif.
d. Pola habituasi (kebiasaan)
Tahap ini pemakaian sering dilakukan dan umumnya pada tahapan inilah
terjadinya proses ketergantungan.
e. Pola ketergantungan (kompulsif)
Gejala yang khas yaitu berupa timbulnya toleransi gejala putus zat dan
pengguna selalu berusaha untuk memperoleh narkoba dengan berbagai cara
seperti berbohong, menipu dan mencuri pengguna tidak lagi mampu
mengendalikan dirinya sebab narkoba telah menjadi pusat kehidupannya.
Sedangkan Supramono (2004:44) menjelaskan ketergantungan merupakan
sekumpulan gejala (sindroma) penyakit seseorang memiliki ketergantungan jika
paling sedikit ada 3 (tiga) atau lebih gejala sebagai berikut:
b. Kesulitan mengendalikan penggunaan narkoba baik dalam usaha
menghentikannya maupun untuk mengurangi tingkat pemakaiannya.
c. Adanya toleransi yaitu jumlah narkoba yang diperlukan akan semakin besar
untuk memperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh.
d. Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan meningkatnya waktu yang
dibutuhkan untuk memperoleh narkoba.
e. Terus memakai meski menyadari akibatnya akan sangat merugikan dan
menyakitkan.
Ketergantungan terhadap narkoba adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
adanya gangguan fisik, psikologis dan sosial sebagai akibat pemakaian narkoba
secara terus-menerus dan berlebihan, jika pemakaian zat dihentikan atau dikurangi
secara tiba-tiba maka akan muncul gejala putus zat dan berat ringannya gejala
putus zat ini akan sangat tergantung pada jenis, dosis dan lamanya pemakaian
narkoba yang dikonsumsi, semakin tinggi dosis yang digunakan dan semakin
lama pemakaian maka menimbulkan rasa sakit yang hebat.
Disamping itu juga pengguna narkoba akan merasakan sakit demam ringan serta
tekanan darah dan denyut nadi semakin meningkat, gejala sakit karena sakauw
dimulai 3-4 jam dari pemakaian terakhir dan berlangsung selama 4-5 hari,
sehingga jika berhenti minum alkohol atau pil penenang/obat tidur akan timbul
rasa mual, muntah, lemah, letih, denyut jantung meningkat, tekanan darah naik,
tangan, lidah dan kelopak mata bergetar, berkeringat, menggigil, mudah
tersinggung dan cenderung melakukan kekerasan. Gejala ini dapat berlangsung 24
jam setelah pemakaian terakhir hingga 3-10 hari kemudian jika pemakaian
mudah tersinggung, cemas, gangguan tidur, nafsu makan turun dan timbul pikiran
untuk bunuh diri. Gejala ini muncul 24 jam setelah pemakaian terakhir dan
mencapai puncaknya setelah 2-4 hari.
2.2.4 Akibat Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba memang sangat kompleks karena merupakan interaksi
dari 3 (tiga) faktor yang menjadi penyebabnya yaitu narkoba, individu dan
lingkungan. Faktor pertama yaitu narkoba adalah berbicara tentang farmakologi
zat meliputi jenis, dosis, cara pakai, pengaruhnya pada tubuh serta ketersediaan
dan pengendalian peredarannya. Sementara itu dari sudut individu,
penyalahgunaan narkoba harus dipahami dari masalah perilaku yang kompleks
yang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Berdasarkan penjelasan BNN (2005:128) ada 5 (lima) faktor utama yang
menyebabkan seseorang menjadi rawan terhadap narkoba yaitu:
a. Keyakinan adiktif
Keyakinan tentang diri sendiri dan tentang dunia sekitarnya semua keyakinan
itu menentukan perasaan, perilaku dan kepribadian sehari-hari. Contoh dari
adiktif adalah bila seseorang merasa harus tampil sempurna dan berkeinginan
untuk menguasai atau mengendalikan orang lain, meskipun pada
kenyataannya hal itu tidak mungkin tercapai.
b. Kepribadian adiktif
Beberapa ciri dari kepribadian ini adalah terobsesi pada diri sendiri sehingga
seseorang cenderung senang berkhayal dan melepaskan kenyataan.
Kurang terpenuhinya kebutuhan emosional, sosial dan spiritual sehingga akan
muncul keyakinan yang keliru, kurangnya dukungan sosial yang memadai
dari keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga ketidakmampuan masalah
yang timbul membuat seseorang mencari penyelesaian dengan suasana
hatinya.
Bila seseorang telah sangat tergantung pada narkoba, maka akibat yang
ditimbulkannya bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga keluarga, sekolah
serta bangsa dan negara. Akibat penyalahgunaan narkoba bagi diri sendiri dapat
berupa:
a. Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja.
b. Intoksikasi (keracunan) yakni gejala yang timbul akibat penggunaan narkoba
dalam jumlah yang cukup berpengaruh pada tubuh.
c. Overdosis (OD) yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya
pernafasan atau perdarahan otak, overdosis terjadi karena adanya toleransi
sehingga perlu dosis yang lebih besar.
d. Gejala putus zat yaitu gejala penyakit badan yang timbul ketika dosis yang
dipakai berkurang atau dihentikan pemakaiannya.
e. Gangguan perilaku mental dan sosial.
f. Gangguan kesehatan berupa kerusakan organ tubuh dan penyakit kulit dan
kelamin.
g. Masalah ekonomi dan hukum yakni ancaman penjara bagi pengguna narkoba.
Kerugian lainnya sangat dirasakan oleh negara dan masyarakat karena mafia
narkoba. Terjalinnya hubungan antara bandar, pengedar dan pemakai menciptakan
pasar gelap peredaran narkoba sehingga sekali pasar gelap tersebut terbentuk
maka sulit untuk memutus mata rantai sindikat perdagangan narkoba. Masyarakat
yang rawan narkoba tidak memiliki daya ketahanan sosial sehingga
kesinambungan pembangunan akan terancam dan negara akan menderita kerugian
akibat masyarakatnya tidak produktif, angka tindak pidana pun akan meningkat.
2.2.5 Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Pencegahan Penyalahgunaan narkoba adalah seluruh usaha yang ditujukan untuk
mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap narkoba. Berdasarkan prinsip dasar
ekonomi tentang permintaan (demand) dan persediaan (supply), selama ada
permintaan itu ada, persediaan akan selalu ada, dan apabila permintaan itu
berhenti atau berkurang, persediaan akan berkurang, termasuk .pasarnya, inilah
artinya pencegahan. Melalui program pencegahan yang komprehenssif serta peran
aktif masyarakat, anak-anak dan remaja dapat dibantu menolak penawaran dan
mencegah diri dari masalah penyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan ungkapan Padmohoedejo (2003:23) upaya yang perlu dilakukan
terhadap institusi pemerintah dan swasta, kelompok remaja/generasi muda dan
masyarakat dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba dilakukan
dengan 3 (tiga) cara intervensi yaitu:
1. Pencegahan primer, upaya pencegahan yang dilakukan sebelum
penyalahgunaan terjadi dan biasanya dalam bentuk pendidikan, kampanye atau
keluarga dan lain-lain, cara ini bisa dilakukan oleh berbagai kelompok
masyarakat dimanapun seperti sekolah, tempat tinggal, tempat kerja dan
tempat-tempat umum
2. Pencegahan sekunder, dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan
diperlukan upaya penyembuhan (treatment) cara ini biasanya ditangani oleh lembaga professional dibidangnya yaitu lembaga medis seperti klinik, rumah
sakit dan dokter. Tahap pencegahan sekunder meliputi tahap penerimaan awal
dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental dan tahap ditoksikasi dan
terapi komplikasi medik dilakukan dengan cara pengurangan ketergantungan
bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Pencegahan tersier, upaya yang dilakukan untuk merehabilitas mereka yang
sudah memakai dan dalam proses penyembuhan, upaya ini dilakukan cukup
lama oleh lembaga khususnya seperti klinik rehabilitas dan kelompok
masyarakat yang dibentuk khusus (therapeutic community). Tahap ini dibagi menjadi dua bagian yaitu fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan
pengguna kembali ke masyarakat, dan fase sosial dalam masyarakat agar
mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang
bermakna di masyarakat.
Sedangkan menurut G. Costigan (2009:34) upaya penanggulangan terhadap
bahaya narkoba dilingkungan kerja, sekolah ataupun ditempat umum dilakukan
dengan beberapa cara antara lain:
1. Upaya preemtip, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta bimbingan
untuk taat beragama serta patuh terhadap hukum kepada semua lapisan
menyalurkan kegiatan masyarakat terutama generasi muda yang ada kepada
kegiatan positif seperti olahraga, kesenian dan lain-lain. Melaksanakan
kegiatan edukatif dengan sasaran menghilangkan faktor-faktor peluang, pola
hidup bebas narkoba dan penerangan secara dini terhadap penyalahgunaan
narkoba.
2. Upaya preventif, melaksanakan pengawasan secara berjenjang oleh orang tua
maupun tenaga pendidik terhadap putra-putri dan keluarga baik di lingkungan
rumah sampai lingkungan yang lebih luas. Mengadakan penertiban/lokalisir
pengguna minuman keras pada tempat keramaian termasuk pada ijin penjualan.
Memperketat pengawasan, patroli pada tempat rawan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba, penanaman/pengolahan serta jalur peredaran secara
ilegal ke wilayah Indonesia khususnya wilayah Kabupaten Lampung Selatan.
3. Upaya penegakan hukum, melakukan penyelidikan dan menindak dengan
melibatkan instansi terkait dan partisipasi masyarakat secara swakarsa dan
terkoordinasi. Melakukan proses hukum bagi pelaku penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba secara obyektif, transparan, cepat, tepat tuntas dan
adil oleh penegak hukum yang profesional dan bertanggung jawab.
4. Memutuskan jalur peredaran gelap narkoba diwilayah.
5. Mengungkapkan jaringan peredaran gelap narkoba.
6. Melaksanakan terapi dan rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkoba.
Peran orang tua dalam upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba orang tua
sebagai pengawas untuk menghidari anak dari bahaya narkoba, orangtua juga
yang jelas dengan peraturan rumah yang jelas, anak tahu mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan. Peraturan rumah tersebut selain harus diketahui
juga harus dimengerti sehingga yang melanggar dihukum sesuai kesepakatan.
Peranan orang tua sebagai pembimbing anak terutama dalam membantu anak
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan memberikan pilihan-pilihan saran
yang realitias bagi anak. Orang tua harus dapat membimbing anaknya secara
bijaksana dan jangan sampai menekan harga diri anak, anak harus dapat
mengembangkan kesadaran, bahwa ia adalah seorang pribadi yang berharga, yang
dapat mandiri, dan mampu dengan cara sendiri menghadapi
persoalan-persoalannya. Bila si anak tidak mampu menghadapi persoalan-persoalannya yang
susah seperti masalah narkoba, orangtua harus dapat membantu membahas
masalah tersebut dalam bentuk dialog dalam hal ini termasuk bantuan bagi anak
untuk mengatasi tekanan dan pengaruh negatif teman sebayanya sehingga si anak
akan memiliki pegangan dan dukungan dari orangtuanya.
2.3 Penelitian Terdahulu
Aminah (2008) dengan judul Evaluasi Program Pencegahan Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Badan Narkotika Kota
Pekanbaru. Sesuai hasil penelitian diperoleh bahwa Evalasi Program Pencegahan
Penyalahgunaan dan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Badan
Narkotika Kota Pekanbaru dalam melaksanakan kebijaksanaannnya adalah “tidak
relevan” dengan acuan dengan visi misi serta tujuan program tersebut, yang mana
indikatornya adalah menyediakan media informasi, tepat sasaran dan menjangkau
seluruh lapisan masyarakat, tetapi tidak konsisten dengan program yang
Dalam pemecahan masalah Badan Narkotika Kota Pekanbaru “tidak maksimal”
sehingga mengganggu kelancaran program yang telah ditetapkan sebelumnya,
selain itu tujuan pelaksanaan program tidak tercapai ini dilihat dari visi dan misi
Badan Narkotika Kota Pekanbaru terutama dalam membantu mewujudkan
masyarakat Pekanbaru bebas penyalahgunaan Narkoba tahun 2015.
Rusfian Efendi (2010) tesis dengan judul Implementasi Kebijakan Pencegahan,
Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di
Provinsi Lampung. Hasil dari penelitian adalah, secara formal fungsi dari lembaga
Badan Narkotika Nasional belum optimal, masih minimnya sosialisasi
kelembagaan. Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan intensitas masih terbatas dan
cakupan masyarakat yang begitu luas, maka pengetahuan dan kesadaran tentang
bahaya narkoba belum merata. Pengawasan dan razia yang dilakukan aparat
penegak hukum belum dilakukan secara konsisten.
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu maka penelitian ini terdapat
beberapa persamaan, yaitu seluruhnya melakukan penelitian terhadap pelaksanaan
program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN).
Pada penelitian ini terdapat perbedaan maupun kekhususan yaitu, penelitian ini
memfokuskan kepada evaluasi program bidang Pencegahan, dimana indikator
yang dianalisis adalah, program diseminasi informasi yaitu penyebaran informasi
kepada masyarakat, sosialisasi/penyuluhan kepada pelajar SLTA dan mahasiswa,
Instansi pemerintah dan swasta, bidang advokasi yaitu kegiatan dalam usaha
melaksanakan program P4GN, kemudian bidang pengkaderan yaitu dalam usaha
melatih para pelajar/mahasiswa, pegawai pemerintah maupun swasta untuk
menjadi agen – agen penyuluh anti narkoba.
2.4 Kerangka Pikir
Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu
program yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan,
memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar
jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan
daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya
peningkatan kesempatan demi keberhasilan program.
Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan di dalam memperoleh dan
menginterpretasikan informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan
seperti halnya peserta didik mencapai tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku.
Sedangkan evaluasi program merupakan sebuah upaya untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas
masing-masing komponennya.
Persoalan penyalahgunaan narkoba sudah cukup memprihatinkan, kalau tidak ada
upaya yang sungguh-sungguh akan menggangu kelangsungan kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu perlu upaya yang sistematis,
konsepsional, terorganisir, terpadu dan berkesinambungan. Berbagai program
Sebagai tindak lanjut dari Kebijakan dan Strategi Nasional, BNN Kabupaten
Lampung Selatan melaksanakan beberapa program dalam rangka pencegahan,
pemberantasan, penyalahgunaan narkoba ( P4GN ) di wilyah Kabupaten Lampung
Selatan.
Kemudian dampak program yang dilaksanakan BNN Kabupaten Lampung
Selatan dalam pelaksanaan program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan
dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) khusus bidang Pencegahan BNN
Kabupaten Lampung Selatan dapat diketahui melalui indikator sebagai berikut :
1. Diseminasi Informasi
Meningkatnya penyebaran informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba
kepada semua lapisan masyarakat
2. Sosialisasi / penyuluhan
Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, pelajar/mahasiswa, pegawai
pemerintah dan swasta terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba.
3. Meningkatnya jumlah instansi pemerintah daerah Kabupaten Lampung
Selatan yang melaksanakan kebijakan Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
4. Meningkatnya jumlah agen penyuluh narkoba bagi pelajar dan mahasiswa,
instansi pemerintah dan instansi swasta.
Berdasarkan deskripsi di atas maka dapat penulis gambarkan dalam bentuk
Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir
Program P4GN Bidang Pencegahan
BNN
Kabupaten Lampung Selatan
Proses : a. Diseminasi informasi b. Sosialisasi/penyuluhan c. Advokasi P4GN d. Pembentukan kader
penyuluh anti narkoba
Input :
1. Sumber Daya Manusia 2. Anggaran
Output Program:
pemahaman dan kesadaran siswa/mahasiswa, pegawai pemerintah dan swasta tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba
Outcome Program : Masyarakat
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, jenis
ini digunakan untuk meneliti suatu kondisi obyek yang alamiah, objek yang
alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh penulis sehingga
kondisi pada saat peneliti memasuki objek dan setelah peneliti berada di obyek
dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah.
Bertolak dari pembahasan di atas, secara ringkas penelitian kualitatif merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah (sebagai lawanya adalah eksperimen) peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisi
data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi, (Sugiyono, 2009:1) Sedangkan alasan penulis menggunakan
metode kualitatif adalah :
1. Ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena dilapangan secara
mendalam.
2. Masalah-masalah yang akan dipecahkan oleh penulis dapat didekati sesuai
dengan substansinya.
dan kategori dapat secara langsung untuk dijadikan kepentingan pengembangan
kebijakan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Berd