• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI "

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

Tesis

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh : DEVI SURYANI

2153020718

PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) BENGKULU

2017

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Devi Suryani NIM 2153020815

Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh kompetensi profesional guru dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar PAI. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode analisis data dengan uji statistik uji regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga kesimpulan. Pertama terdapat pengaruh kompetensi profesional guru (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) sebesar 17,8 % dengan taraf signigikan 0,000. Kedua terdapat pengaruh motivasi belajar siswa (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) sebesar 12,5 % dengan taraf signifikan 0,002. Ketiga terdapat pengaruh kompetensi profesional guru (X1) dan motivasi belajar siswa (X2) secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa (Y) sebesar 20,0 % dengan taraf signifikan 0,000.

Kata kunci : kompetensi profesional guru, motivasi belajar siswa, hasi belajar PAI.

(9)

Devi Suryani NIM 2153020815

The purpose of this first study is to examine whether there is an influence of professional competence of teachers and students' learning motivation on learning outcomes PAI. This research is a quantitative research using data analysis method with statistical test of multiple linear regression test. The results showed three conclusions. First there is the influence of professional competence of teachers (X1) on student learning outcomes (Y) of 17.8% with a signage level of 0.000. Secondly there is influence of student's learning motivation (X2) to result of student learning (Y) equal to 12,5% with significant level 0,002. Third is the influence of professional competence of teacher (X1) and student learning motivation (X2) together to student learning result (Y) equal to 20,0% with significant level 0,000.

Keywords : teacher professional competence, student learning motivation, learning result of Islamic Education.

(10)

صخللما يفيد نيارس

: بلاطلا ةرمنلا 2153020815

ينملعملل ةينهلما ةءافكلا يرثتأ كانه ناك اذإ ام ثحبل ةساردلا هذه نم لولأا فدلها ناكو

بلاطلا عفادلاو ةيملاسلإا ةيبترلا ميلعتلا

جئاتن ةفرعلم .

وه ثحبلا اذه ليلحتل يمكلا بولسلأا

لاوأ .تاجاتنتسا ةثلاث كانه نأ جئاتنلا ترهظأو .رادنحلاا ةددعتم ةيطخ يئاصحإ رابتخا عم تناايبلا ينملعملل ةينهلما ةءافكلا يرثتأ كانه (

x 1 ) بلاطلا ملعت جئاتن لىإ (

y ) نم 17.8 عم ٪ 0،000

ىوتسم . بلاط عفادلا يرثتأ ناك كانه اينثا (

x 2 ) جئاتن ىلع بلاطلا ملعت

( y )

٪ 12.5 عم

نم يربك ىوتسم 0.002

ةينهلما ينملعلما ةءافك يرثتأ كانه اثلثا . (

x 1 ) بلاط عفادلاو (

x 2 ) في

بلاطلا ملعت جئاتن دض دحاو تقو (

y ) نم 20.0 نم يربك ىوتسم عم ٪ 0.000

.

ثحبلا تاملك ملعتلاو ،بلاطلا عفادلاو ،ينملعملل ةينهلما ةءافكلا :

ةيملاسلإا ةيبترلا

يساح

(11)

PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

TAJRID ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Konsep Tentang Hasil Belajar ... 16

2. Konsep Dasar Motivasi Belajar Siswa ... 30

3. Teori Motivasi Belajar ... 35

4. Fungsi Motivasi Dalam Aktivitas Belajar Siswa ... 36

5. Konsep Profesisonal Guru ... 39

(12)

D. Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 53

B. Jenis Penelitian ... 53

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 54

D. Populasi Dan Sampel ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Definisi Konseptual ... 55

2. Definisi Operasional Variabel ... 56

F. Teknik Validitas Instrumen 1. Uji Validitas ... 59

2. Uji Reliabilitas ... 62

G. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif ... 65

2. Uji Asumsi Dasar ... 66

3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 66

4. Pengujian Hipotesis ... 68

H. Hipotesis Statistik ... 69

BAB IV PENYAJIAN DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Sejarah SMP Muhammadiyah ... 70

2. Identitas Sekolah ... 71

3. Visi dan Misi ... 72

4. Struktur SMP Muhammadiyah ... 73 B. Analisis Data

(13)

a. Pengujian Hipotesis Pertama ... 82

b. Pengujian Hipotesis Kedua ... 85

c. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 88

C. Pembahasan ... 94

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 98

B. SARAN... 99 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik, karena menjadi pendidik adalah membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan,karena untuk menjadi guru harus mengarahkan peserta didik kepada tujuan dari pendidikan itu, sehingga dalam proses mendidik tersebut sebagai seorang pendidik atau guru harus memiliki syarat-syarat atau kompetensi untuk mencapai tujuan pendidikan dengan efektif dan efisien.

Guru merupakan tenaga kependidikan yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, melatih, serta mengarahkan peserta didik agar memiliki kesiapan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat dengan bangsa lain. Oleh karena itu kedudukan guru sebagai tenaga profesional sangatalah penting dalam terwujudnya visi dan misi penyelenggaraan pembelajaran pada satuan pendidikan tempat melaksanakan tugasnya. Hal inilah yang menjadikan guru memiliki kedudukan penting dalam memajukan bangsa melalui bidang pendidikan.

Guru dalam pendidikan formal pada umumnya sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh keteladanan diri siswa. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta

(15)

didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. Dengan memberikan pembelajaran yang maksimal maka siswa pada akhirnya akan memiliki kualitas mutu pendidikan yang baik sehingga dapat bersaing dengan siswa lainnya.

Karena proses pendidikan itu penting maka harus memperkuat kompetensi yang relevan dengan tugas mendidik, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut saling terkait dan harus dimiliki seorang guru.1

Dari observasi peneliti di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu, dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran di sekolah ini telah berjalan cukup baik, guru-guru yang menjadi pendidik di sekolah ini berjumlah 24 orang dan 6 diantaranya merupakan guru rumpun MAPEL PAI. SMP Muhammadiyah memiliki program unggulan untuk mata pelajaran PAI dengan penambahan 6 jam pelajaran untuk mapel Tahsin Qur’an, Ibadah, dan KMD (Kemuhammadiyahan), masing-masing 2 (dua) jam pelajaran, sedangkan untuk mapel PAI 3 (tiga) jam Pelajaran total seluruh nya 9 jam pelajaran. Mata pelajaran Rumpun PAI yang diberikan kepada siswa diharapkan dapat menjadi bekal ilmu agama dalam diri siswa dalam peningkatan dan pendalaman ibadah kepada Allah SWT.

1 Ali Mudofir, Pendidik Profesional Konsep, Stategi, dan Aplikasinya Dalam Meningkatkan Mutu Pendidik di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) h. 144

(16)

Guru di SMP Muhammadiyah khususnya guru rumpun MAPEL PAI telah di berikan pembekalan, seperti mengikuti pelatihan, workshop, penataran, diklat dan seminar baik lokal maupun nasional., hal ini diharapkan guru dapat memiliki kompetensi guru yaitu kecakapan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang bertugas mendidik siswa agar mempunyai kepribadian yang luhur dan mulia sebagaimana tujuan dari Pendidikan.2 Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah ranah hasil, menurut UU No.

14 Tahun 2005 adalah kompetensi profesional. Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional guru selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting.

Kompetensi profesionalisme guru berdasarkan observasi pendahuluan terlihat bahwa guru SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu dalam hal ini guru Rumpun PAI yang berjumlah 6 (enam) orang mempunyai kompetensi profesional yang baik. Hal ini terlihat dari rentang nilai yang dicapai oleh guru dalam penilaian kinerja guru oleh kepala sekolah. Dengan kondisi seperti ini guru dituntut memiliki wawasan yang luas dalam perkembangan pendidikan.

2 Titik Triyanto, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UUGD (Jakarta: Prestasi Pustaka) h. 63

(17)

Peran dari seorang guru dipandang dari sisi tugas dan tanggung jawabnya tidaklah ringan. Untuk itu seorang guru selayaknya mendapatkan perhatian yang ideal.

Kinerja seorang guru dikatakan baik jika guru telah melakukan unsur- unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur, dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Membahas masalah kualitas dari kinerja guru tidak terlepas dari pencapaian hasil belajar. Hal ini karena kinerja guru sangat menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dan terwujud dari hasil belajar siswa yang baik pada akhirnya dapat mencetak lulusan yang berkualitas. Seorang guru dikatakan berhasil dalam mengajar jika, siswa yang dididik mempunyai hasil belajar yang baik, dan dapat memberikan contoh perilaku yang baik didalam masyarakat luas. Faktor-faktor yang ada dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas dapat di pengaruhi oleh diri siswa itu sendiri maupun dari luar yaitu motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar siswa merupakan daya gerak yang aktif atau dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi

(18)

tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.3 Motivasi juga dapat di artikan sebagai suatu alasan yang ada didalam diri seseorang yang dapat di bangkitkan oleh orang itu sendiri maupun dari luar diri seseorang yang menyebabkan seseorang ada keinginan untuk belajar. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa proses belajar mengajar akan berjalan dengan efektif dan efisien jika siswa memiliki motivasi yang kuat sehingga kemauan belajar siswa sangat mempengaruhi hasil belajar. Siswa di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu memiliki jumlah siswa 126 siswa dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.

Seseorang yang memiliki motivasi belajar akan berusaha mencurahkan segenap perhatian dan kemampuannya untuk menguasi ilmu yang dipelajarinya agar mencapai hasil belajar yang optimal. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa adalah hal yang wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang dinilai disadarinya. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi sehingga ia harus mengerahkan segala upaya untuk dapat mencapai tujuannya. Motivasi bukan hanya menjadi penyebab belajar, namun motivasi juga memperlancar belajar dan hasil belajar.4

Hasil wawancara ke beberapa siswa di sekolah ini, dapat diketahui bahwa dalam belajar PAI khususnya pada Tahsin Al-quran siswa memiliki motivasi belajar yang cukup, dalam pembelajaran di kelas siswa mengikuti pelajaran tahsin Al-Qur’an dengan cukup aktif dan baik, tetapi masih banyak

3 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) h.75

4 Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar (Semarang: UPT UNNES Press, 2004) h. 113

(19)

siswa yang belum lancar membaca AL-qur’an, hal ini menjadi salah satu kendala guru dalam mengajarkan materi pelajaran tahsin Al-Qur’an.

Seharusnya pada jenjang pendidikan SMP, siswa yang telah diberikan pelajaran PAI di SD sebelumnya sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik sehingga pada saat memasuki jenjang pendidikan SMP hanya memperdalam wawasan makna bacaan, dan tajwidnya saja bukan kembali mengenal huruf, maka hal ini berdampak pada hasil belajar siswa.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar sering di ukur dari ranah kognitif karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran. Hal ini di tunjukan dengan nilai dan angka yang didapat siswa dari hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Nana hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam dan dari luar.5 Faktor yang datang dari dalam adalah motivasi belajar. Sedangkan faktor yang datang dari luar dipengaruhi oleh kompetensi profesional yang dimiliki guru.

Hasil belajar siswa juga diukur dari ranah afektif karena berkaitan dengan ranah sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti, perhatian terhadap mata pelajaran agama Islam, kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran agama Islam di sekolah, motivasi yang tinggi untuk mengetahui pelajaran yang diterimanya di sekolah, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru mata pelajaran PAI di

5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensi, 2008) h. 41

(20)

sekolah, ranah afektif masuk dalam penilaian budi pekerti sesuai dengan kurikulum K-13.

Hasil belajar siswa diukur dari ranah Psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu yang merupakan kelanjutan hasil belajar kognitif dan afektif. Menurut Simpons, psikomotorik dilihat dari kemampuan siswa menampilkan kemampuannya dalam penguasaan materi yang ia terima. Seperti kemampuan siswa dalam mempraktikan gerakan shalat, membaca Al-qur’an dengan benar, mengucapkan salam dan lain-lain.

Hasil belajar siswa SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu dikatakan baik apabila hasil pencapaian ketuntasan belajar siswa >75 sehingga apabila ketuntasan belajar siswa < 75 dikatakan hasil belajar siswa belum baik.

Berdasarkan hasil observasi atau survey pendahuluan di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa kelas 7,8,9 mata pelajaran Rumpun PAI masih terdapat siswa yang belum mencapai keriteria ketuntasan maksimal (KKM) yang ditetapkan oleh setiap sekolah permata pelajaran PAI dengan KKM 75. Dari data hasil ulangan mid semester siswa dapat dilihattabel sebagai berikut :

(21)

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Mid Semester 1 Rumpun PAI kelas VII,VIII dan IX Tahun Ajaran 2016-2017.

KLS JL SIS

K K M

PAI

TAHSIN QUR’AN

PRAKTIK IBADAH

KMD BUDI PEKERTI

K ET T B

L

T BL T BL T B

L

T B L VIIA 25 75 2

3

2 7 18 20 5 22 3 21 4

VIIB 25 75 2 3

2 11 14 23 2 25 0 23 2

VIIC 25 75 2 2

3 9 16 25 0 25 0 25 0

JLH 75 75 6

8

7 27 48 68 7 72 3 69 6

VIIIA 28 75 2 8

2 28 0 28 0 28 0 25 3

VIIIB 30 75 3 0

0 30 0 30 0 30 0 27 3

VIIIC 30 75 3 0

3 30 0 30 0 30 0 26 1

VIIID 30 75 3 0

0 20 10 30 0 30 0 23 3

VIIIE 30 75 3 0

2 19 11 30 0 30 0 26 3

JLH 14

8

75 7 127 21 148 0 148 0 13

5 1 3

IXA 30 75 3

0

0 30 0 30 0 30 0 30 0

IXB 32 75 3

2

0 32 0 32 0 32 0 32 0

IXC 32 75 3

2

0 32 0 32 0 32 0 32 0

IXD 32 75 3

2

0 32 0 32 0 32 0 32 0

JLH 12

6

1 2 6

126 126 126 12

6

Dari data yang ada menunjukan bahwa untuk pelajaran Rumpun PAI mapel Tahsin Al-qur’an untuk kelas VII secara keseluruhan terdapat 48 siswa

(22)

yang belum tuntas atau di bawah KKM, artinya hanya 15,6% siswa yang tuntas sedangkan yang belum tuntas 84.4%. dan di kelas VIII juga masih terdapat siswa yang belum tuntas, tapi sudah terwakili dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 70.4%.

Hasil belajar yang di raih masih juga bergantung pada faktor-faktor yang terdapat dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang di capai. Salah satu faktor yang sangat berperan dalam keberhasilan proses pembelajaran adalah guru. Menurut Undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru sangat menetukan keberhasilan peserta didik terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kualitas pengajaran sebab guru adalah sutradara dan sekaligus aktor dalam proses pengajaran.6 Akan tetapi hal ini bukan berarti mengesampingkan variabel lain, seperti buku pelajaran, alat bantu pengajaran, dan lainnya. Selanjutnya menurut Oemar Hamalik, agar siswa berhasil dalam proses pembelajarannya dan memperoleh prestasi belajar yang baik, maka diperlukan guru yang berkompeten.7

6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar...h. 41

7 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem ( Jakarta: Bumi Aksara, 2004) h. 36

(23)

Berdasarkan hasil observasi dan dilihat dari jurnal dan absen kehadiran siswa dari sepuluh kali pertemuan ada 1.45% siswa dari seluruh jumlah populasi yang tidak hadir pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas, dan jumlah siswa yang hadir pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas ada 98,55%. Hal ini dapat diketahui bahwa siswa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu, tetapi walaupun begitu nilai yang diperoleh masihlah kurang memuaskan.

Dengan adanya kompetensi profesional guru yang baik dan motivasi belajar yang cukup, seharusnya akan meningkatkan hasil belajar siswanya.

Namun pada hasil belajar siswa untuk PAI rumpun Mapel Tahsin Qur’an pada kelas VII untuk semua rombel, hasilnya masih banyak siswa yang nilainya belum tuntas atau belum mencapai KKM. Padahal harapan Sekolah dan Guru semua siswa harus tuntas, apalagi rumpun PAI merupakan Mapel Unggulan.

Hal ini membuat guru Tahsin bekerja keras agar siswa yang belum tuntas untuk dapat mengikuti pembelajaran lebih serius lagi. Berbagai upaya di lakukan seperti penambahan jam pelajaran setelah pulang sekolah, mengundang orang tua siswa agar orang tua siswa ikut andil mengawasi dan membimbing anaknya di rumah untuk belajar membaca Al-qur’an dengan benar sesuai dengan Ilmu Tajwid, menyediakan media-media pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran Tahsin, mengundang tutor sebaya agar siswa merasa lebih nyaman lagi belajar.

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Dan

(24)

Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar PAI Rumpun Tahsin Qur’an Di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Guru mengalami kendala dalam mengajar materi pembelajaran tahsin Al- Qur’an, dikarenakan siswa masih banyak yang tidak bisa membaca Al- Qur’an.

2. Guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas VII SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

3. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam rumpun mapel Tahsin Al-qur’an di kelas VII SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu kurang optimal.

4. Hasil belajar yang belum optimal tersebut diduga dipengaruhi oleh kompetensi profesional guru dan motivasi belajar siswa.

5. Kompetensi profesional guru dirasa sudah baik walaupun tidak semua guru PAI secara akademik spesialisasi Sarjana Pendidikan Islam. Walau demikian guru-guru rumpun PAI sudah diberi pembekalan, seperti mengikuti pelatihan, workshop, penataran, diklat dan seminar baik lokal maupun nasional.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

(25)

1. Kompetensi profesional guru PAI di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

2. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

3. Hasil belajar pada mata pelajaran PAI.

4. Penelitian ditujukan pada siswa kelas VIIA, VIIB dan VIIC di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

3. Apakah ada pengaruh kompetensi profesional guru dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI rumpun Tahsin Al- qur’an di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan terutama kegiatan ilmiah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

(26)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompetensi profesional guru dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya masalah kompetensi profesional guru dan motivasi belajar serta dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang akan mengambil tema sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi guru agar dapat meningkatkan kompetensi yang dimilikinya supaya pembelajaran lebih optimal sehingga hasil belajar peserta didik khususnya pada Mata pelajaran PAI.

b. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan kepada sekolah-sekolah tentang pentingnya profesional guru dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa, serta dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan kontrol terhadap proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru.

(27)

G. Sistematika Penulisan

Garis besar tesis ini terdiri dari lima bab, sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, menguraikan perlunya mengkaji kembali kompetensi profesional guru dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Permasalahan penelitian yang mencakup identifikasi masalah, batasan masalah, dan perumusan masalah juga masuk bab ini; dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Teori dan Hipotesis, berisikan pembahasan tentang kajian pustaka yang mulai memusatkan pembicaraan mengenai materi kompetensi profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab diantaranya:

penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berpikir penelitian dan hipotesis penelitian yang merupakan produk yang akan dihasilkan.

BAB III : Metode Penelitian, merupakan prosedur penelitian. Dalam bab ini membahas tentang pendekatan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, kisi- kisi instrumen, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen, teknik analisis data dan hipotesis statistik.

BAB IV : Merupakan penyajian data penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini membahas tentang hasil dari penelitian yang terdiri dari beberapa sub pembahasan yaitu: deskripsi data, analisis data, dan deskripsi hasil penelitian.

(28)

BAB V : Merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini, yang terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian dan saran peneliti untuk pihak yang menjadi kajian penelitian agar menjadi sekolah yang lebih baik.

(29)

A. Deskripsi Teori

1. Konsep Tentang Hasil Belajar PAI a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut ngalim purwanto menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil- hasil pembelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid- muridnya dalam jangka waktu tertentu.1 Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukma Dinata menyatakan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dalam perilaku penguasaan, pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan penilaian dalam bentuk tes untuk mengetahui potensi-potensi siswa setelah melaksanakan proses belajar mengajar.

Menurut Anni, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setalah mengalami aktifitas belajar.2 Hasil belajar merupakan suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.3

1 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) h. 33

2 Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar... h. 4

3 Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) h. 3

(30)

sedangkan hasan Alwi dalam Priatmiko, mendefinisikan hasil belajar adalah segala sesuatu hal yang berkaitan dengan belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai dan didapatkan karena kekerasan hatinya untuk belajar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh peserta ddik berupa perubahan perilaku setelah melakukan aktifitas belajar yang dituangkan dalam bentuk nilai atau angka.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari sejauh mana hasil belajar yang dicapai siswa dalam mencapai hasilbelajar yang optimal tentu tidak akan terlepas dari proses belajar. Karena dengan berakhirnya proses belajar, maka siswa akan memperoleh hasil belajar.

Dilihat dari sisi guru, proses belajar mengajar akan diakhiri dengan adanya proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dilihat dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar.4 sebagian hasil belajar merupakan hasil tindakan guru dalam mencapai tujuan pengajaran, namun sebgian hasil belajar meupakan peningkatan kemampuan tingkat mental siswa. Hasil belajar tersebut dapat dilihat dan dibuktikan melalui nilai atau angka yang didapatkan siswa dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan atau ujian yang ditempuh siswa.5 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran yang dapat diukur dengan adanya

4 Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran...h. 4

5 Tu’u Tulus, Peranan Disiplin Perilaku dan Prestasi Siwa ( Jakarta: Grasindo) h. 75

(31)

kemampuan setelah melakukan latihan yang dapat dilihat dan dibuktikan dari nilai atau angka yang diperoleh peserta didik melalui hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Sedangkan menurut Dimyanti dan Mujiono, penilaian atau pengukuran hasil belajar dapat dilakukan melalui evaluasi hasil beljar yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.6 Evaluasi atau assessment berarti penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dalam dunia pendidikan evaluasi atau assessment lebih kenal dengan istilah tes, ulangan, atau ujian. Istilah tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan taraf keberhsilan sebuah proses belajar mengajar (the leaching-learning proces) atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pembelajaran atau penyajian materi yang dilakukan guru, dan kenaikan kelas. Selanjutnya hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi kurikulum sekolah.

Dalam proses pembelajaran hasil belajar siswa diwujudkan dalam bentuk nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru sehingga dapat diketahui tahap penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan untuk suatu mata pelajaran. Berdasarkan hal diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:

6 Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran...h. 200

(32)

a. Hasil belajar siswa adalah proses perubahan perilaku siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang diukur dengan angka atau nilai atau kemampuan yang dimiliki siswa seteah melakukan latihan.

b. Hasil belajar dinilai dari aspek kognitifnya karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi analisis dan evaluasi

c. Hasil belajar dinilai dari aspek afektif karena berkaitan dengan sikap/tingkah laku, kemauan, kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran, motivasi yang tinggi untuk mengetahui pelajaran yang diterima.

d. Hasil belajar dinilai dari aspek psikomotorik karena berkaitan dengan kemampuan ketrampilan (skill) dalam mengikuti pelajaran Praktik.

e. Hasil belajar dibuktikan dan ditunjukan melalui hasil nilai atau angka dari evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil evaluasi belajar tersebut berguna untuk: (1) menentukan perlunya atau tidak program remidial itu dilakukan terhadap siswa yang membutuhkan; (2) menentukan perlu tidaknya mengulang suatu materi pelajaran tertentu;

(3) membangkitkan semangat siswa untuk meningkatkn hasil belajar dari sebelumnya; (4) menentukan kenaikan kelas atau kelulusan siswa; (5) mengetahui seberapa besar daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga dapat diketahui kualitas maupun

(33)

kuantitas pengetahuan yang telah dikuasi siswa; (6) membuat laporan hasil belajar siswa yang berguna untuk memberikan umpan balik kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran secara langsung maupun tidak langsung, seperti: siswa, guru yang mengajar, guru lain, petugas lain di sekolah, dan orang tua siswa sehingga diharapkan semua pihak ikut mendukung dalam pencapaian hasil belajar yang optimal.7

Hasil belajar siswa yang terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah terutama dilihat dari aspek kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Nana mengemukakan bahwa, ranah kognitif paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasi bahan isi pelajaran. Seorang siswa yang mempelajari unit satuan pelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasi sekurang-kurangnya 75% dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan.8 Selanjutnya Djamarah, membagi prestasi belajar menjadi beberapa tingkatan atau taraf, antara lain sebagai berikut : (1) Istimewa atau maksimal : jika seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasi oleh siswa; (2) baik : jika sebagian besar bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa; (3) Cukup : jika bahan pelajaran yang diajarkan hanya 50% sampai dengan 65% saja yang dikuasai siswa; (4)

7 Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran...h . 220

8Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 328

(34)

Kurang : jika bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 50% dikuasai oleh siswa.9

Berdasarkan keterangan mengenai tingkat prestasi belajar tersebut, dapat diketahui sejauhmana hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa berupa penguasaan pengetahuan dan ketrampilan pada mata pelajaran PAI rumpun Tahsin Al-qur’an yang diukur dengan menggunakan indikator berupa nilai ulangan harian yang diperoleh siswa kelas VII.

b. Hasil Belajar Menurut Gagne

Penampilan-penampilan yang akan diamati sebagai hasil belajar seseorang disebut kemampuan, menurut Gagne, ada lima kemampuan ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran atau intruksi, kemampuan itu dibedakan karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan itu berbeda.

Adapun urutan kelima hasil belajar tersebut yaitu:

1. Keterampilan intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang mampu berinteraksi terhadap lingkungannya menggunakan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan intelektual ini telah ada sejak tingkat pertama sekolah dini (sekolah kanak-kanak)

9 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002) h. 121

(35)

dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.

2. Strategi Kognitif

Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu dalam belajar dan berfikir disebut sebagai setrategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan salah satu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan peserta didik (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.

3. Informasi Verbal

Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal; menurut teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi- proposisi. Informasi verbal didapatkan dari hasil belajar sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, mendengar dari radio, televisi dan media lainya.

4. Sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian- kejadian, atau mahluk hidup lainya. Sekelompok sikap yang penting adalah sikap kita terhadap orang lain .

(36)

5. Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan inteletual, misalnya kegiatan membaca, instrumen musik dan lain-lainya.10

c. Klasifikasi Hasil Belajar

Hasil Pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Keefektifan (effectiveness) 2. Efesiebsi (efficiency) 3. Daya Tarik (appeal)

Menurut Hamzah Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si belajar. Ada 4 (empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan kefektifan pembelajaran, yaitu (1) Kecermatan penguasaan prilaku yang sering dipelajari atau yang disebut dengan tingkat Kesalahan, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar dan (4) tingkat retensin dari apa yang dipelajari.

Efisiensi pembelajaran diukur dengan rasio antara efektifitas dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya cukup diukur dengan mengamati kecenderungan mahasiswa untuk tetap belajar. Daya

10 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran (Jakarta: Erlangga, 2011) h.118-124.

(37)

tarik pembelajaran erat sekali kaitanya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

Maka dari itu pengukuran kecenderungan mahasiswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.11

d. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar.

Menurut Anas Sudijono mengatakan bahwa ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati didalam tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan intruksional khusus untuk materi yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan mahasiswa.

1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning out comes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan intruksional. Kejelasan mengenai pengukuran tes hasil belajar akan memudahkan dosen dalam menyusun butir-butir soal tes hasil belajar.

2. Butir soal merupakan sampel tes hasil belajar harus merupakan sampel dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.

3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar hasil belajar harus bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang di inginkan sesuai dengan tujuan tes.

11 Hamzah, B. uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h. 21

(38)

4. Tes hasil belajar harus sesuai dengan kegunaanya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.12

5. Tes hasil belajar harus memiliki reabilitas yang dapat diandalkan.

Artinya pada saat setelah pelaksanaan berkali-kali terhadap subjek yang sama, hasilnya selalu sama atau relatif sama.

6. Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan siswa juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

e. Teknik pelaksanaan Hasil Belajar

Menurut Anas Sudijono menyatakan bahwa dalam praktek, pelaksanaan hasil belajar dapat diselenggrakan secara tertulis (tes tertulis), dengan secara lisan (tes lisan) dan tes perbuatan.13

Pada tes tertulis, soal-soal tes dituangkan dalam bentuk tertulis dan jawaban tes juga tertulis. Pada tes lisan, soal-soal tes diajukan secara lisan dan dijawab secara lisan pula. Namun demikian dapat juga soal- soal tes diajukan secara lisan dan dalam waktu yang ditentukan, jawaban harus dibuat secara tertulis. Adapun dalam tes perbuatan, wujud soal tesnya pemberian perintah atau tugas yang harus dilaksanakan oleh testee, dan cara penilaianya dilakukan terhadap proses penyelesaian

12 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 97-98

13 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan...h. 99

(39)

tugas dan hasil akhir yang dicapai setelah testee melaksanakan tugas tersebut.

f. Kondisi Dan Asas Untuk Belajar Yang Berhasil

Pengajaran yang Efektif di tandai oleh berlangsungnya proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan berlangsung jika seseorang sekarang mengetahui atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui atau tidak dapat dilakukan olehnya jadi, hasil belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru pada tingkat kemampuan berfikir atau kemampuan jasmaniah.

Karena tujuan proses perancangan pengajaran adalah membantu terjadinya proses belajar, harus menyadari dan memanfaatkan kondisi dan asas yang telah terbukti mendukung proses belajar itu dengan baik.

Setiap teori belajar didasarkan pada sejumlah bukti yang telah terkumpul melalui pengamatan dan penelitian eksperimental. Kondisi dan asas belajar yang lebih penting dan lebih bermanfaat disertai pembahasan cara penerapan setiap kondisi dan asas tersebut dalam perancangan pengajaran.14

g. Manfaat Data Penilaian Hasil Belajar

Nana Sudjana mengatakan bahwa manfaat data penilaian adalah sebagai berikut:

14 E Kem, Jerrold, Proses Perancangan Pengajaran (Bandung: ITB Bandung, 2012) h.

141-142.

(40)

1. Memperbaiki program pengajaran di masa mendatang, terutama dalam merumuskan tujuan intruksional, organisasi bahan, kegiatan belajar mengajar dan pertanyaan penilaian.15

2. Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar, mengembangkan kegiatan belajar mahasiswa, dan bimbingan belajar.

3. Mengulang kembali bahan pengajaran yang belum dikuasai para mahasiswa sebelum melanjutkan dengan bahan baru, atau memberi penugasan untuk memperdalam bahan yang belum dikuasainya.

4. Melakukan diagnosis kesulitan belajar para mahasiswa sehingga dapat ditemukan faktor-faktor penyebab kegagalan siswa memahami materi.

h. Hasil belajar PAI Tahsin Al-Qur’an

Salah satu rumpun PAI yaitu mata pelajaran Tahsin Al-qur’an yang merupakan mata pelajaran yang masuk dalam Prioritas di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu, adalah ketrampilan siswa dalam membaca dan memahami Al-qur’an dengan benar, dengan tujuan agar siswa-siswi menjadi anak yang shaleh dan shaleha, menjadi pecinta Al-qur’an, santun dan berakhlak mulia.

Mata Pelajaran PAI secara umum berpungsi untuk membekali diri siswa dalam mengadapi kehidupan yang setiap saat selalu berubah-ubah.

15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) h.

(41)

Bekal ilmu agama yang kuat sangat di butuhkan pada masa moderen yang serba internet dan serba bebas ini, jika tidak di bentengi dengan ilmu agama yang kuat pastilah anak-anak akan terjerumus dalam pergaulan yang bebas. Selain itu dengan bekal agama yang kuat, siswa tidak akan kesulitan lagi untuk melanjutkan ke sekolah menengah atas yang juga berbasis agama islam, seperti MA, Pondok Pesantren dan sekolah-sekolah agama lainnya.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Tahsin Al-qur’an dapat di ketahui melalui kegiatan Tes, karena tes merupakan indikator atau ukuran hasil belajar siswa, tes ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana tingkat penyerapan siswa terhadap materi pelajaran, misalnya tes praktik membaca Al-qur’an, bisa lihat dari cara penyebutan hurufnya/makhrajnya, tajwidnya, kelancarannya, dan mahirnya siswa tersebut melantunkan ayat-ayat suci Al-quran dengan benar. Sedangkan tes tertulis untuk melihat seberapa tingkat kemampuan siswa dalam memahami dan menguasi ilmu tajwid.

Hasil tes tersebut akan diperoleh nilai yang dapat mencerminkan hasil belajar yang optmal atau kurang optimal. Hasil belajar siswa di SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu dikatakan optimal jika hasil pencapaian ketuntasan belajar siswa sudah mencapai KKM yaitu 75 sehingga jika nilai siswa < 75 berarti belum tuntas, yang terdiri dari penilaian kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

(42)

i. Karakteristik Mata pelajaran PAI Tahsin Al-qur’an

Tahsin Al-qur’an merupakan salah satu mata pelajaran dari rumpun PAI yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu. Mata pelajaran Tahsin Al- qur’an ini adalah mata pelajaran yang mengajarkan kepada peserta didik tentang tata cara membaca Al-qur’an dengan benar dan sesuai dengan Tajwidnya. Yang mana mata pelajaran ini bukan hanya untuk memenuhi kewajiban nilai akademik saja, tapi lebih besar manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Mata pelajaran ini sangat penting dan sangat bermanfaat karena menjadi bekal dunia dan akhirat.

Proses pembelajaran mata pelajaran Tahsin Al-qur’an dilakukan di Mushalla yang sudah dilengkapi dengan Al-Qur’an dan media pembelajaran yang mendukung. Seperti infocus, dvd, tape recorder dan kaset, gambar-gambar tentang Tajwid dan gambar pendukung lainnya.

Sehingga pada saat jadwal pelajaran Tahsin Al-qur’an siswa langsung menuju mushalla dengan berwudhu terlebih dahulu karena ini adalah SOP memasuki mushalla. Dengan dilengkapinya saran pembelajaran siswa dapat lengsung mengikuti pelajaran tanpa ada alasan tidak membawa Al-qur’an. Siswa langsung bisa mempraktekan membaca Al- qur’an dengan bimbingan dua orang guru, walaupun bukan hal yang mudah mengajarkan al-qur’an kepada siswa-siswa yang belum sama

(43)

sekali belajar Al-qur’an, bagi siswa yang belum mengenal huruf Hija’iyyah, guru harus membimbing dari awal dengan metode Iqra’.

2. Konsep Dasar Motivasi Belajar Siswa

Menurut Sardiman, motivasi merupakan daya pengerak yang menjadi aktif atau dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.16 Motivasi sangat penting untuk membangkitkan semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran disekolah. Sedangkan menurut Mc. Donald dalam Hamalik, motivation is an energy change within the person by affective arousal and anticipatory goal reaction..17 Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan adanya tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut :

1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.

2. Motifasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula- mula merupakan ketegangan pisikologis, lalu merupakan suasana emosi.

3. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bemotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah tujuan

16 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ...h. 75

17 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem...h.158

(44)

Motivasi merupakan adanya suatu dorongan atau kehendak yang dapat menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Tingkat ketentuan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar siswa timbul akibat motif tersebut. Motif setiap orang dalam belajar pada pada kenyataannya berbeda yang satu dengan yang lain. Ada siswa yang rajin belajar karena memang mempunyai motif ingin menuntut ilmu, ada pula siswa yang belajar karena mempunyai motif sekedar menadapat nilai yang bagus atau lulus ujan.

Motivasi memiliki dua komponen, yakni pertama komponen dalam (inner component), dan kedua komponen luar, (outer component).

Komponen dalam ialah adanya perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah perbuatannya. Jadi komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai.18

Menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi sering juga disebut sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perbuatan manusia, termasuk perilaku belajar. Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, (3) tujuan. Kebutuhan terjadi jika seseorang merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki

18 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem...h.158

(45)

dan yang ia harapkan.19 Dorongan dapat disebut kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan juga merupakan kekuatan mental yang berorientasi untuk memenuhi harapan dan pencapaian tujuan. Dorongan yang berada pada tujuan tersebut merupakan inti dari sebuah motivasi, sedangkan tujuan adalah suatu hal yang hendak dicapai oleh seseorang. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku yang dalam hal ini adalah perilaku belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan segala keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang dapat menjamin kelansungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diinginkan oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Adanya pengaruh berupa dorongan untuk berbuat sesuatu dari dalam diri siswa merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbutan belajar adalah perubahan tingkath laku individu yang dniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi sehingga ia harus berusaha mebgerahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.

Motivasi memiliki indikator/ ciri-ciri sebagai berikut : (1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernaha berhenti sebelum selsesai); (2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); (3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah; (4) Lebih senang bekerja mandiri; (5) Cepat bosan pada tugas-

19 Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran...h 80-81

(46)

tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif); (6) Tidak mudah melepaskan hal yang dyakini itu (7) senang mencari masalah dan memecahkan soal-soal.20

Sebagaimana telah dikatakan bahwa motivasi yang ada pada setiap diri seseorang dalam melakukan sustu kegiatan dapat berbeda satu sama lain. Oemar membagi motivasi menajdi dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik, yang mana keduanya saling berkaitan satu dengan lainnya. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang didalamnya mencakup situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini biasa disebut ‘motivasi murni’, atau sering juga disebut motivasi yang sebenarnya, yang ada dari dalam diri siswa tanpa adanya dorongan dari luar, misalnya keinginan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diakui oleh orang lain, dan sebagainya. Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar.21

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor- faktor dari luar situasi belajar, seperti: angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan : yang bersifat negatif ialah sarkasme, ejekan (ridiculous), dan hukuman. Motivasi ekstrinsik juga sangat menunjang keberhasilan seseorang dalam pendidikan di sekolah,

20 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar...h. 88

21 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem ...h. 182

(47)

karena pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik,. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dalam keadaan ini peserta didik yang bersangkutan perlu dimotivasi agar dapat belajar. Guru berusaha membangkitkan belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sndiri.

Antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sulit untuk menentukan mana yang lebih baik, yang dikehendaki adalah timbulnya motivasi instrinsik, akan tetapi motivasi ini tidak mudah timbul dan tidak selalu dapat timbul. Dilain pihak, guru juga bertanggung jawab supaya pembelajaran berhasil dengan baik, oleh karena itu guru berkewajiban membangkitkan motivasi ekstrinsik pada peserta didiknya yang diharapkan pada akhirnya akan timbul kesadaran sendiri untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian guru selalu berupaya mendorong dan merangsang siswa agar tumbuh pada diri peserta didik motivasi sendiri (self motivation).

Sejalan dengan Hamalik, Muhibbin, membedakan motivasi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah suatu hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan perilaku belajar.22 Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan yang menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa

22 Hamalik dan Muhibin, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h.

151

(48)

depan siswa yang bersangkutan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa yang juga dapat mendorongnya untuk melakukan perilaku belajar. Seperti pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

Dalam perspektif psikologi, kognitif, motivasi yang lebih mempengaruhi perilaku siswa adalah motivasi intrinsik karena motivasi ini lebih murni dan kokoh serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan juga memberikan pengaruh yang kuat dan relatif lebih kokoh dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.

Namun demikian kedua motivasi tersebut sama-sama diperlukan untuk menghasilkan hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan uraian di atas motivasi siswa dalam penelittian ini diukur dengan menggunakan indikator ciri-ciri motivasi menurut Sadirman, yaitu sebagai berikut: tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukan minat terhadap berbagai masalah, dan lebih senang bekerja mandiri.23

23 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar...h..83

(49)

3. Teori Motivasi Belajar

Menurut Moh. As’ad, teori dalam motivasi yang tepat digunakan adalah teori motivasi belajar dari Mc. Clelland. Menurut Mc. Clelland munculnya tingkah laku karena di pengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam konsepnya mengenai motivasi, terdapat tiga kebutuhan pokok yang mendorong tingkah laku dalam diri individu. Tiga kebutuhan yang dimaksudkan adalah : (1) Need for Achievment merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Ada beberapa orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Maka lebih baik dan lebih efisien jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya (2) Need For Affiliation merupakan kebutuhan akan dorongan dan sokongan dalam kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini akan mengarahkan tingkah laku individu untuk mengadakan hubungan yang akrab dengan orang lain. Orang-orang dengan need affilation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan. (3) Need For Power merupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang lain,. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan orang lain.

4. Fungsi Motivasi dalam Aktivitas Belajar Siswa

Dalam aktivitas belajar siswa sangat diperlukan adanya motivasi karena dengan adanya motivasi maka ada akan timbul dorongan untuk belajar dalam berprestasi sehingga hasil belajar akan lebih optimal. Makin

(50)

tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi menentukan intensitas usaha Belajar bagi para siswa. Menurut Sardiman, motivasi mempunyai fungsi sebagai berikut (1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan; (3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.24

Motivasi yang ada pada diri siswa sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran. Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi Hamalik, membagi fungsi motivasi menjadi tiga, yaitu : (1) Mendorong timbulnya kelakuan atau susatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; (2) Sebagai pengarah. Artinya mengrahkan perbuatan kepencapainya tujuan yang diinginkan; (3) Sebagai penggerak, motivasi berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.25

24 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar...h..85

25 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem ...h. 161

(51)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hakim dalam Nopitahari, bahwa motivasi siswa sangat bermanfaat dalam mengarahkan kegiatan belajar siswa. Adapun manfaat motivasi dalam belajar diantaranya adalah:

(1) memberikan doronga semangat kepada siswa untuk rajin belajar dan mengatsi kesulitan belajar; (2) mengarahkan kegiatan belajar siswa kepada suatu tujuan tertentu yang berkaitan dengan masa depan dan cita-cita; (3) Membantu siswa untuk mencari suatu metode belajar yang tepat dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Selanjutnya M. Ngalim Purwanto, mengemukakan bahwa setiap motif itu bertalian dengan tujuan dalam mencapai suatu cita-cita yang menjadikan motif itu semakin kuat. Dalam pendidikan fungsi motivasi sangat penting terutama dalam kegiatan prosese belajar mengajar, antara lain :26 (1) mendorong manusia untuk berbuat, artinya motivasi mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, sehingga tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar; (2) Menentukan arah perbuatan, artinya motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan tercapai tujuan yang diinginkan; (3) Menyeleksi perbuatan, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna untuk mencapai itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.

Dari pendapat diatas sangat jelas bahwa motifasi sangatlah penting dalam proses belajar mengajar karena dapat mendorong siswa untuk

26 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) h.

07

(52)

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar sesuai arah dan tujuan yang ingin dicapai. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan pencapaian hasil belajar yang baik karena dengan adanya motivasi, seseorang siswa secara sadar dan niat akan tergerak atau terdorong untuk melakukan aktivitas- aktivitas belajar dengan mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya dalam hal ini hasil belajar yang baik.

5. Konsep Profesionalisme Guru

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan pening. Guru sebagai sutradara seklaigus aktor dalam proses pembelajaran, hal itu berarti guru mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran disekolah. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan yang disaratkan untuk memangku profesi tersebut.

Kemampuan dasar tersebut tidak lain adalah kompetensi guru.

Menurut Triyanto, kompetensi kemampuan, kecakapan, dan ketrampilan ynag dimiliki seseorang berkenaan dengan tugas, jabatan maupun profesinya. Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif Triyanto mendefinisikan kompetensi menjadi tiga yaitu :27

27 Titik dan Triyanto, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UUGD.

(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006) h. 62

(53)

a. Kompetensi guru adalah kemampuan guru untuk mewujudkan tujuan- tujuan pendidikan yang dirancangkan.

b. Kompetensi guru adalah ciri hakiki dari kepribadian guru yang menuntutnya ke arah pencapaian tujuan pendidikannyayang telh ditentukan.

c. Kompetensi guru adalah prilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pendidikan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki oleh seorang yang bertugas mendidik siswa agar mempunyai kepribadian yang luhur dan mulia sebagaimana tujuan dari pendidikan. Oleh karena itu kompetensi guru menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru.

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan semaksimal mungkin untuk guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan (competency) dalam kewenangan profesionlany, dalam hal ini adalah kompetensi profesional.

Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran/bidang studi) yang diajarkan dan terpadu dalam kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa akademis.28 Menurut Triyanto dan Titik Triwulan Tutik, Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas

28 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru...h. 10

Gambar

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Mid Semester 1  Rumpun PAI kelas VII,VIII dan IX  Tahun Ajaran 2016-2017
Gambar 2.1 : Hubungan Konstelasi Variabel X 1 , X 2  dan Y  Keterangan :
Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Kisi-kisi  Angket
Tabel 3.2. Tampilan output reliability analisys
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dari empat pertanyaan wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang siswa/siswi didapatkan hasil rata-rata 4,12 yang mana nilai tersebut