• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

Oleh:

TOMI SAPUTRA NPM: 11060096

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

PROFIL HUBUNGAN SOSIAL REMAJA DALAM MASYARAKAT DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN

KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

By:

Tomi Saputra *

Jarudin, M A., Ph.D **

Gusneli, S.S., M.Pd **

* Student

** lecturers

Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat Email : tominoprizonda@yahoo.com

ABSTRACT   

This research is motivated problems of young people in society is a social relationship with a teenage, peers and adults. The purpose of this study was to describe: Profile adolescent social relationship with a child, peers and adults. The research is a qualitative descriptive method informant interviews and observations with core 2 and an additional 12 people in the village informant Limau Manis Pauh Southern District City of Padang. This data was tested by performing triangulation data, and analyzed through three stages: 1 data reduction, 2. data presentation, 3. conclusion. 1. The research results reveal that social relations adolescents with childhood found to cooperate together, different habits and demand disliked childhood adolescence, never compete, blocking and no dissent, 2. adolescent social relationships with peers is found mutual cooperation, teenagers refuse if his request is not preferred, competed and never hinder, the teens have different opinions, 3. social relationships adolescents with adults were found to work together, there is a demand and habits are different, never compete, blocking and there has a different opinion.

Key word: relationships, social, youth, community PENDAHULUAN

Remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak-anak ke masa dewasa, dimulai dari masa pubertas yang ditandai dengan perubahan pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Menurut Mappiare (Ali dan Asrori, 2004: 9) masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dibagi menjadi dua, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun remaja akhir.

Sehubungan dengan ini Hurlock (Ali dan Asrori, 2004: 9) menyatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama,

atau paling tidak sejajar dengan dewasa lainnya. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Soelaeman (1993: 63) masyarakat adalah adanya saling bergaul ini tentu karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

Menurut Carballo (Sarwono, 2012:19) penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja yaitu sebagai berikut:

1. Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam kepribadian.

2. Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat (memenuhi syarat) dalam kebudayaan di mana ia berada.

3. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan

(3)

kemampuan untuk menghadapi kehidupan.

4. Mencapai posisi yang diterima masyarakat.

5. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.

6. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam kaitanya dengan lingkungan.

Jadi, penyesuaian hubungan remaja dengan orang dewasa terkadang tidak sesuai dengan yang semestinya dan hubungan sosial remaja dengan teman sebaya. Remaja dalam masyarakat harus mampu menyesuaikan dirinya sesuai dengan keadaan dan norma yang berlaku di masyarakat seperti mencapai kedewasaan dan kemandirian dengan baik, mengembangkan kepercayaan diri, bertanggung jawab, mematuhi nilai-nilai yang ada di lingkungan dan budaya serta dapat memecahkan masalah-masalah yang ada kaitannya dalam masyarakat. Penyesuaian diri remaja tersebut erat kaitannya dengan tugas- tugas perkembangan yang harus dilalui remaja.

Berdasarkan observasi pada PPLBK- Masyarakat, mulai tanggal 6 Februari 2014 sampai 6 Mei 2014 terlihat hubungan sosial remaja mengalami banyak permasalahan mulai dari hubungan remaja dengan yang lebih kecil usianya, teman sebaya dan dewasa, artinya dalam hal ini tidak terjadinya komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat sekitar dengan baik.

Selain itu, hasil wawancara peneliti dengan remaja, kanak-kanak, dan orang dewasa yang ada di sekitar tempat PL, juga diperoleh keterangan bahwa Adanya hubungan sosial remaja dengan masyarakat yang kurang harmonis, remaja jarang bersosialisasi dan berintekrasi dengan orang yang lebih dewasa dari mereka, remaja kurang bisa menyesuaikan diri dengan teman sebaya, kanak-kanak, dan orang-orang sekitarnya dalam proses sosialisasi.

Apabila kondisi yang dialami remaja ini berlanjut terus-menerus maka kemungkinan akan mengakibatkan adanya remaja yang misscomunication dengan masyarakat, adanya remaja merasa berkecil hati karena tidak ada yang dapat mendengarkan keluh kesahnya, adanya remaja kurang dihargai oleh orang yang lebih dewasa

dan remaja juga akan susah dalam menjalin hubungan sosialnya dengan teman sebaya dan juga ada yang bersosialisasi dengan teman sebaya.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini difokuskan kepada profil hubungan sosial remaja dalam masyarakat, yaitu dengan kanak-kanak, teman sebaya, dan orang dewasa.

Sedangkan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan profil hubungan sosial remaja dalam masyarakat dengan kanak-kanak, teman sebaya, dan orang dewasa.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat ditentukan bahwa penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis menggambarkan profil hubungan sosial remaja dalam masyarakat di Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21-28 Juni 2015 dan pengambilan data ulang pada tanggal 31 Juli s/d 2 Agustus 2015 . Informan pada penelitian ini yaitu informan inti sebanyak 2 orang remaja yaitu Obi (laki-laki) dan Geisyah (perempuan). Sedangkan informan tambahannya 12 orang, yaitu 4 kanak-kanak, 4 teman sebaya, dan 4 orang dewasa

Untuk memperjelas fokus penelitian ini, maka dapat dijelaskan variabel dalam penelitian ini adalah profil hubungan sosial remaja dalam masyarakat, yaitu profil hubungan sosial remaja dengan kanak-kanak, teman sebaya, dan dewasa. Hubungan sosial yang akan dilihat nantinya yaitu hubungan sosial asosiatif yaitu kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Selanjutnya hubungan sosial disosiatif yaitu persaingan, kontravensi dan pertentangan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi kepada informan penelitian.

Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul dan dianalisis dengan menggunakan triangulasi data. Teknik analisis data dilakukan setelah semua data sudah dikumpulkan yaitu dengan 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terungkap bahwa :

1. Profil Hubungan Sosial Remaja dengan Kanak-kanak.

a. Hubungan sosial asosiatif 1) Kerja sama

Ditemukan kerja sama antara remaja dengan kanak-kanak, seperti dalam kegiatan sosial dan mengulung tikar masjid setelah pesantren ramadhan dilaksanakan dan remaja merasa senang dapat membantu kanak- kanak.

2) Akomodasi

Ditemukan remaja akan melakukan apabila permintaan kanak-kanak disukainya, dan ada permintaan dari kanak-kanak yang kurang disukai oleh remaja, akan tetapi ketika kanak-kanak memaksa maka remaja akan memberikan pemahaman bahwa itu tidak boleh dilakukan

. 3)

Asimilasi

Ditemukan bahwa ada kebiasaan dari kanak-kanak yang berbeda dengan remaja dan ada tindakan remaja yang tidak disukai oleh kanak-kanak.

4) Akulturasi

Ditemukan bahwa antara remaja dan kanak-kanak saling mengajak untuk melakukan kebiasaan baru, seperti shalat tarwih, akan tetapi ada yang mengikuti dan ada yang tidak mengikutinya.

b. Hubungan sosial disosiatif 1) Persaingan

Tidak ditemukan remaja yang bersaing dengan kanak-kanak

2) Kontravensi

Ditemukan bahwa remaja tidak pernah menghalangi kanak-kanak untuk melakukan hal yang baik dan juga remaja tidak pernah meminta kanak-kanak untuk melakukan yang tidak baik.

3) Pertentangan

Ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat antara remaja dengan kanak-kanak.

2. Profil Hubungan Sosial Remaja dengan Teman Sebaya

a. Hubungan sosial asosiatif 1) Kerja sama

Ditemukan ada kerja sama antara remaja dengan teman sebayanya

seperti gotong-royong membersihkan masjid dan

mengulung tikar setelah pesantren ramadhan dilaksanakan, remaja merasa senang dapat membantu temannya.

2) Akomodasi

Ditemukan bahwa remaja akan menanyakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakannya dan apabila kegiatan disukai remaja akan mengerjakannya dan menolak ketika temannya meminta melakukan sesuatu yang tidak disukainya, dan ketika temannya tetap memaksa maka remaja akan memberikan pemahaman kepada temannya tersebut.

3) Asimilasi

Ditemukan bahwa terdapat perbedaan kebiasaan antara remaja dengan temannya dan sama-sama tidak menyukai kebiasaan tersebut dan ada tindakan yang tidak disukai teman dari remaja.

4) Akulturasi

Ditemukan bahwa antara remaja dengan teman sebayanya saling mengajak untuk melakukan kebiasaan baru, akan tetapi mereka merasa kebiasaan baru tersebut tidak mempengaruhi pergaulan mereka.

b. Hubungan sosial disosiatif 1) Persaingan

Ditemukan bahwa antara remaja dengan temannya pernah saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu.

2)

Kontravensi

Ditemukan bahwa remaja tidak pernah menghalangi temannya melakukan sesuatu yang baik dan remaja pernah meminta temannya untuk melakukan sesuatu hal yang kurang baik.

3) Pertentangan

Ditemukan bahwa remaja pernah berbeda pendapat dengan temannya, dan remaja merasa kesal dan marah karena pendapatnya tidak diterima

(5)

temannya, namun pada akahirnya remaja memahami pendapat temannya.

3. Profil Hubungan Sosial Remaja dengan Dewasa

a. Hubungan sosial asosiatif 1) Kerja sama

Ditemukan bahwa remaja dengan dewasa saling bekerja sama seperti gotong-royong dan membantu memperbaiki motor dewasa yang sedang rusak dan merasa senang membantunya.

2) Akomodasi

Ditemukan bahwa remaja akan melakukan perkerjaan apabila perkerjaan tersebut disukainya dan akan menolak ketika diminta untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya, ketika keinginan dari remaja tidak diikuti orang dewasa, remaja merasa kesal, dan juga memahami karakter orang dewasa yang berbeda dengan dirinya.

3) Asimilasi

Ditemukan bahwa ada perbedaan kebiasaan antara remaja dengan dewasa, tanggapan remaja hanya biasa saja terhadap kebiasaan yang dilakukan orang dewasa dan begitu juga sebaliknya. Selanjutnya ada tindakan remaja yang tidak disukai oleh dewasa.

4) Akulturasi

Ditemukan bahwa orang dewasa pernah mengajak remaja untuk melakukan kebiasaan baru, tetapi remaja tidak ada mengajak orang dewasa untuk melakukan kebiasaan baru, kemudian remaja ada yang mengikutinya dan ada yang tidak mengikutinya, dan tidak mempengaruhi pergaulan mereka.

b. Hubungan sosial disosiatif 1) Persaingan

Ditemukan bahwa remaja tidak pernah saling bersaing dengan orang dewasa.

2) Kontravensi

Ditemukan bahwa remaja tidak pernah menghalangi orang dewasa untuk melakukan sesuatu hal yang baik dan pernah meminta orang

dewasa untuk melakukan hal yang kurang baik.

3) Pertentangan

Ditemukan bahwa antara remaja dengan orang dewasa pernah berbeda pendapat dan ada juga yang tidak berbeda pendapat dengan dewasa lainnya, kemudian remaja merasa kesal karena pendapatnya tidak diterima.

Pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Profil Hubungan Sosial Remaja dengan Kanak-kanak.

a. Hubungan sosial asosiatif

Hubungan sosial yang harus dilakukan oleh remaja adalah berhubungan sosial yang baik dengan kanak-kanak. Semakin baik hubungan sosial remaja dengan kanak-kanak maka akan tercipta pula kehidupan yang menyenangkan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitan yang telah penulis lakukan, secara umum menggambarkan bahwa hubungan sosial asosiatif yang terjadi di lingkungan masyarakat adalah dapat terjalin dengan baik, baik dalam segi komunikasi ataupun dalam kedekatan yang menjadikan mereka saling berbagi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Jadi, dalam hubungan sosial di lingkungan anggota kelompok terdapat hubungan asosiatif yaitu asimilasi yang mana mereka tidak mengikukti kebiasaan yang dilakukan kanak-kanak.

Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekanto (Bungin, 2006: 58-63) bahwa dalam berhubungan asosiatif, proses interaksi cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok.

b. Hubungan sosial disosiatif

Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sunarto & Hartono (2008:128) hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas, yang didasari

(6)

oleh kebutuhan yang sederhana.

Semakin dewasa dan bertambah umur seseorang, maka kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks.

Berdasarkan teori diatas maka semakin bertambah usia seseorang maka semakin kompleks pula kebutuhannya dan tingkat hubungan sosialnya pun berkembang.

Berdasarkan hasil penelitan yang telah penulis lakukan di atas, secara umum menggambarkan bahwa hubungan sosial di lingkungan anggota kelompok tidak terdapat hubungan disosiatif. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekanto (Bungin, 2006: 58-63) bahwa dalam berhubungan disosiatif, terlihat ketika antar remaja masyarakat mengalami persaingan, pertentangan atau pertikaian yang berakibat tidak baik terhadap hubungan sosial remaja dengan masyarakat, sedangkan pada temuannya dalam masyarakat tidak terjadi hal-hal tersebut, walaupun ada sedikit kontravensi, itupun terjadi pada hal-hal yang baik.

2. Profil Hubungan Sosial Remaja dengan Teman Sebaya

a. Hubungan sosial asosiatif

Berdasarkan hasil penelitan yang telah penulis lakukan, secara umum menggambarkan bahwa hubungan sosial asosiatif yang terjadi di lingkungan masyarakat adalah dapat terjalin dengan baik, apabila masing- masing dari mereka memberikan pengaruh positif kepada yang lain, baik dalam segi komunikasi ataupun dalam kedekatan yang menjadikan mereka saling berbagi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam hubungan sosial di lingkungan anggota kelompok terdapat hubungan sosial asosiatif yaitu adanya perbedaan kebiasaan dan perilaku yang berbeda antara remaja dengan temannya dikarenakan cara berfikir yang diddorong oleh faktor emosional mereka yang belum stabil. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekanto (Bungin, 2006: 58-63)

bahwa dalam berhubungan asosiatif, proses interaksi cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok.

b. Hubungan sosial disosiatif

Berdasarkan hasil penelitan yang telah penulis lakukan di atas, secara umum menggambarkan bahwa hubungan sosial di lingkungan anggota kelompok terdapat hubungan disosiatif. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekanto (Bungin, 2006: 58-63) bahwa dalam berhubungan disosiatif, terlihat ketika antar remaja dengan teman sebaya mengalami persaingan, kontravensi, pertentangan atau pertikaian yang berakibat tidak baik terhadap hubungan sosial remaja dengan teman sebaya, hal ini disebabkan karena faktor emosional mereka dan cara berfikir yang berbeda dengan yang lainnya, sehingga membuat mereka melakukan persaingan, pertentangan atau pertikaian dengan temannya. pada temuannya dalam masyarakat terjadi hal-hal tersebut

.

3. Profil Hubungan Sosial Remaja dengan Dewasa.

a. Hubungan sosial asosiatif

Berdasarkan hasil penelitan yang telah penulis lakukan, secara umum menggambarkan bahwa hubungan sosial asosiatif yang terjadi di lingkungan masyarakat adalah dapat terjalin dengan baik, apabila mereka saling menerima dan memahami perbedaan usia maupun kebiasaan, baik dalam segi komunikasi ataupun dalam kedekatan yang menjadikan mereka saling berbagi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam hubungan sosial di lingkungan anggota kelompok terdapat hubungan asosiatif. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekanto (Bungin, 2006: 58-63) bahwa dalam berhubungan sosial asosiatif, proses interaksi cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok agar terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi yang baik antara remaja dengan orang dewasa lainnya.

(7)

b. Hubungan sosial disosiatif

Berdasarkan hasil penelitan yang telah penulis lakukan di atas, secara umum menggambarkan bahwa hubungan sosial di lingkungan anggota kelompok tidak terdapat hubungan disosiatif. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekanto (Bungin, 2006: 58-63) bahwa dalam berhubungan disosiatif, terlihat ketika antar remaja dengan orang dewasa mengalami kontravensi, pertentangan atau pertikaian yang berakibat tidak baik terhadap hubungan sosial remaja dengan masyarakat, sedangkan pada temuannya dalam masyarakat tidak terjadi persaingan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian kajian tentang profil hubungan sosial remaja dalam masyarakat di Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :

1. Profil Hubungan sosial remaja dengan kanak-kanak

Hubungan sosial remaja dengan kanak-kanak harus dapat menjalin komunikasi yang baik agar bisa saling memahami kelebihan dan kekurangan serta dapat mengikuti kebiasaan masing-masing, baik remaja maupun kanak-kanak, namun apabila mereka tidak saling memahami dan mengikuti kebiasaan akan membuat hubungan sosial mereka kurang harmonis, dan hal ini disebabkan karena remaja kurang bisa menyesuaikan diri dengan kanak-kanak dalam proses sosialisasi yang dilatarbelakang cara berfikir, usia mereka yang berbeda, dan faktor emosional yang belum stabil. Selain itu dalam masyarakat hendaklah terdapat kedekatan yang menjadikan mereka saling berbagi dan kecocokan yang membuat mereka merasa saling membutuhkah satu dengan yang lainnya.

2. Profil hubungan sosial remaja dengan teman sebaya

Hubungan sosial remaja dengan teman sebaya akan semakin baik apabila masing-masing dari mereka memberikan pengaruh yang positif kepada yang lainnya, mereka saling bersaing dan berbeda pandapat, dikarenakan perbedaan cara berpikir yang didasari oleh faktor emosional yang belum matang.

Namun ini akan berpengaruh ketika salah satu dari mereka memberikan reaksi yang tidak baik maka yang lainnya akan bereaksi yang tidak baik pula dan memberikan berpengaruh terhadap hubungan remaja dengan teman sebaya.

3. Profil hubungan sosial remaja dengan orang dewasa

Hubungan sosial remaja dengan orang dewasa terjalin dengan baik apabila mereka dapat saling menerima dan memahami perbedaan masing-masing. Namun apabila mereka saling berbeda pendapat dengan dewasa dikarenakan adanya perbedaan cara berpikir yang didasari oleh faktor kematangan emosional.

Perbedaan usia dapat menjadi penghalang bagi mereka karena pada generasi saat remaja tumbuh sudah jauh berbeda saat para dewasa tumbuh, perbedaan generasi inilah yang sering menjadi penghalang bagi mereka. Dengan seringnya mereka bersama akan bisa membuat remaja dan orang dewasa saling memahami perbedaan kebiasaan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Remaja, agar dapat belajar serta mengamalkan dan mengetahui berbagai penyesuaian diri dalam masyarakat dan untuk menjaga hubungan sosial kanak-kanak, teman sebaya, orang dewasa, remaja hendaknya harus mau menerima dan memahami kebiasaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, agar bisa terjalin hubungan sosial yang baik.

(8)

2. Masyarakat, agar lebih memperhatikan para remaja agar mereka merasa dibutuhkan dan masyarakat hendaknya harus bisa memahami perubahan yang dilakukan oleh remaja, karena seseorang yang sudah memasuki masa remaja mengalami perubahan fisik maupun psikisnya, dan mereka akan lebih sensitif dari sebelumnya.

3. Pengelola program studi bimbingan dan konseling, agar dapat mempersiapkan mahasiswa bimbingan dan konseling serta mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hubungan sosial remaja, khususnya dalam mata kuliah psikologi perkembangan remaja.

4. Konselor, agar dapat memberikan bimbingan baik kepada remaja maupun kepada orang-orang yang terdekat dengan mereka, supaya terjalin hubungan yang menyenangkan dalam masyarakat tersebut.

5. Peneliti selanjutnya, agar hasil penelitian ini dapat menjadi landasan atau pedoman, dan diharapkan dapat melakukan penelitian tentang upaya dalam mengatasi permasalahan hubungan sosial remaja dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Moh & Asrosi, Moh. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat) Jakarta: Kencana.

Sarwono, Sarlito. 2012. Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soelaeman, Munandar. 1993. Ilmu Sosial Dasar (Edisi Revisi). Bandung: PT Eresco.

Sunarto & Hartono, Agung. 2008.

Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:

Rineka Cipta.

   

Referensi

Dokumen terkait

Erosional surfaces - saline and non-saline interfluves and plains below low hills and stripped margins; - low hills, stony rises and stripped surfaces marginal to other units, short

TCA20株が,カルシウムイオン(Ca2+)やマグネ シウムイオン(Mg2+)といった2価の陽イオンを利用 してべん毛を回転させる世界初のべん毛モーターをもつ ことが明らかとなった1.TCA20株が分離された温泉 水は,湧き出る温泉中のカルシウムイオン量が牛乳並に 多い(約1,740 mg/L)弱アルカリ性塩化物泉として知 られている.