PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam menyalurkan fasilitas kredit kepada debitur perorangan atau badan usaha, bank terlebih dahulu melakukan observasi atau survei lapangan terhadap calon debitur untuk mendalami dan menerapkan prinsip 5C yaitu; character (karakter), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral (jaminan) dan state of economy (kondisi perekonomian). Observasi awal peneliti, beberapa debitur yang mempunyai fasilitas kredit di Bank Mega Cabang Parepare mengalami kesulitan dalam pembayaran angsuran dan pengembalian pokok pinjaman.
Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian terkait dengan kebijakan yang ditetapkan oleh bank mengenai penetapan denda kredit pada Bank Mega Cabang Parepare dengan memperhatikan mekanisme persetujuan kredit dan faktor-faktor penyebab keterlambatan pembayaran yang menyebabkan pembayaran bulanan. pembayaran. Serta memberikan kepercayaan dan kenyamanan bagi kedua belah pihak, baik Bank Mega Cabang Parepare maupun debitur, serta bekerja sama agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Batasan Masalah
Selain dapat memberikan kepercayaan dan kenyamanan bagi kedua belah pihak baik Bank Cabang Mega Parepare maupun debitur, serta bekerja sama sedemikian rupa sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. penyaluran kredit) dan segmentasi usaha pada bagian pembiayaan. Dari latar belakang tersebut maka peneliti kemudian mempersempit permasalahan pokok pada segmentasi kesepakatan kredit (pinjaman) yang digunakan untuk menghindari meluasnya permasalahan pokok agar peneliti lebih fokus, sehingga permasalahan dipersempit menjadi “Gambaran Umum permasalahan mengenai penetapan denda kredit pada Bank Mega Cabang Parepare”.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pemahaman dan informasi kepada masyarakat agar selalu membayar angsuran atau kewajibannya tepat waktu, agar keterlambatan pembayaran angsuran tidak mengakibatkan denda, sehingga dapat menambah pelunasan angsuran akibat keterlambatan kredit. denda agar kedua belah pihak mendapatkan keuntungan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Penelitian Relevan
Penelitian ketiga dilakukan oleh Khusnul Limaisah pada tahun 2019 dengan judul, “Tinjauan Maslahah Sanksi Pelayanan Keterlambatan Pembayaran Iuran Kesehatan Perpes BPJS Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Jaminan Kesehatan”. 12 Khusnul Limaisah, Revisi Maslahah tentang denda pelayanan atas keterlambatan pembayaran iuran BPJS kesehatan Perpes Nomor 19 Tahun 2016 tentang jaminan kesehatan (Skripsi Sarjana: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2019).
Tinjauan Teoritis
- Teori Kredit
- Teori Kredit Bermasalah
- Teori Denda
- Maslahah
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa risiko kredit adalah risiko tidak dikembalikannya dana yang disalurkan bank melalui perjanjian kredit kepada debitur, karena debitur tidak dapat melakukan pembayaran sesuai dengan perjanjian kredit yang dibuat antara bank dan debitur. Pengenaan sanksi ta’widh didasarkan pada kerugian aktual yang dapat diperhitungkan secara jelas oleh perbankan.
Tinjauan Konseptual
Maslahah Tahsiniyyah, yaitu penggunaan apa pun yang baik dan pantas, dibenarkan oleh kebiasaan yang baik dan termasuk dalam bagian mahasinul akhlak.66 Dengan kata lain, Maslahah Tahsiniyyah merupakan kebutuhan hidup yang saling melengkapi dan lebih meningkatkan kesejahteraan manusia. Keberadaannya diharapkan demi keagungan akhlak dan kebaikan dalam tatanan sosial atau pergaulan dengan sesama manusia. Dalam bidang keagamaan misalnya dalam bidang ibadah, menutup aurat, melindungi diri dan pakaian dari kenajisan, memakai pakaian yang baik dan bersih ketika hendak shalat.
Kredit adalah penyediaan atau penyaluran dana kepada masyarakat berdasarkan kesepakatan atau kesepakatan antara bank dan debitur untuk mewajibkan debitur membayar kewajibannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Penetapan merupakan suatu proses, cara atau seperangkat aturan yang akan dilaksanakan atau dilakukan oleh bank terhadap debitur. Denda keterlambatan adalah sanksi atau denda berupa uang yang dikenakan kepada debitur yang terlambat membayar angsuran atau kewajibannya setelah jatuh tempo sesuai dengan yang diatur dalam perjanjian kredit yang disepakati.
Bagan Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Waktu dan Lokasi Penelitian
- Fokus Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Uji Keabsahan Data
- Teknik Analisis Data
Penyaluran kredit melalui berbagai tahapan atau mekanisme persetujuan realisasi kredit di Bank Mega cabang Parepare. Berapa besarnya denda kredit atas keterlambatan pembayaran angsuran yang dikenakan kepada debitur yang melewatkan tanggal pembayaran di Bank Mega Cabang Parepare?
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Mekanisme Persetujuan Realisasi Kredit Pada Bank Mega
Persetujuan realisasi kredit di Bank Mega Cabang Parepare melalui berbagai tahapan dan persyaratan yang harus dipenuhi calon debitur. Pada tahap pengajuan kredit, calon debitur mengunjungi cabang Bank Mega Parepare untuk mengajukan permohonan kredit pada bagian segmentasi aktivitas kredit. Hasil analisis kredit yang dilakukan Bank Mega Cabang Parepare menjadi salah satu indikator yang dijadikan dasar diterima atau ditolaknya suatu kredit calon debitur.
Proposal kredit memuat informasi mengenai analisa kredit dan tetap memperhatikan faktor kehati-hatian dalam setiap pemberian atau penyaluran fasilitas kredit yang dilakukan oleh Bank Mega Cabang Parepare. Bank Mega Cabang Parepare dalam menyalurkan kredit kepada calon debitur tetap memperhatikan aspek sosial seperti Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPPK) dibuat oleh Credit Relationship Manager atau unit bisnis Bank Mega Cabang Parepare.
Setiap fasilitas kredit yang disetujui dan disepakati antara Bank Mega dengan calon debitur harus dituangkan dalam perjanjian kredit (PK). 80Rustyan Karto, Manajer Operasional Bank Mega Cabang Parepare, wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 18 April 2022.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah Pada
“Kondisi pandemi Covid-19 ini menjadi salah satu penyebab kredit bermasalah di Bank Mega Cabang Parepare.” 84. Faktor persaingan usaha atau usaha merupakan salah satu faktor penyebab atau pemicu kredit bermasalah pada debitur Bank Mega Cabang Parepare. Dalam kasus seperti ini biasanya debitur kesulitan membayar kewajibannya (angsuran) ke Bank Mega Cabang Parepare.
Salah satu faktor penyebab kredit bermasalah adalah karena lemahnya analisis kredit dan pengawasan kredit yang dilakukan Bank Mega Cabang Parepare. Bank Mega Cabang Parepare wajib melakukan pemantauan kredit sejak kredit dicairkan (direalisasikan) sampai dengan kredit lunas. Banyak debitur Bank Mega Cabang Parepare yang membayar cicilannya tepat waktu sebelum pandemi Covid-19.
Sistem Penetapan Denda Kredit Pada Bank Mega Cabang
Sistem penetapan denda pinjaman dalam Penyaluran Pinjaman Persiapan Cabang Bank Mega oleh Bank Mega kepada masyarakat. Banka Mega mengenakan denda keterlambatan angsuran kepada debitur yang telah menunggak angsuran dengan besaran denda pinjaman ditetapkan sebesar 5%. Pengenaan denda kredit atas keterlambatan angsuran berlaku bagi seluruh debitur yang memiliki fasilitas kredit di Bank Mega.
Denda yang dikenakan Banka Mega membawa keuntungan bagi bank, namun bagaimana dengan penetapan denda kredit bagi debitur? Penetapan denda kredit yang dikenakan kepada saya oleh Banka Mega Cabang Parepare tidak membawa manfaat, karena terjadi peningkatan pelunasan angsuran akibat denda tersebut.” 96. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa penetapan denda kredit membawa manfaat bagi Banka Mega Parepare Poslovalnica, sedangkan penetapan denda kredit tidak menguntungkan debitur.
Tinjauan Maslahah Terhadap Penetapan Denda Kredit Pada
Bank Mega Cabang Parepare yang merupakan salah satu bank konvensional di kota Parepare mengenakan denda kredit atas keterlambatan pembayaran angsuran yang sudah lewat jatuh tempo. Aturan denda kredit juga diatur dalam Peraturan No. 36/POJK.02/2020 Kantor Jasa Keuangan (OJK) tentang tata cara pemungutan sanksi administratif berupa denda di sektor jasa keuangan. Kebijakan penetapan denda kredit yang ditetapkan oleh Banka Mega Cabang Parepare tertuang dalam salah satu isi perjanjian kredit (agreement) sesuai dengan akad antara Banka Mega dengan debitur yang disahkan oleh Notaris.
Penetapan denda kredit yang dikenakan oleh Bank Mega Dega Parepare membawa permasalahan bagi Bank Mega, sedangkan penetapan denda kredit bagi debitur tidak menimbulkan permasalahan karena dengan adanya denda kredit menyebabkan bertambahnya angsuran debitur. Sistem penetapan denda pinjaman yang diterapkan di Bank Mega Parepare Cabang Parepare adalah denda keterlambatan pembayaran angsuran pinjaman akan dikenakan denda sebesar 5% per bulan dikalikan dengan angsuran yang belum dibayar. Pengertian denda pinjaman terdapat dalam perjanjian pinjam meminjam (KP) yang disepakati dan ditandatangani oleh Bank Mega dan debitur disaksikan oleh notaris.
PENUTUP
Simpulan
Mekanisme persetujuan realisasi kredit pada Bank Mega Cabang Parepare melalui beberapa tahapan atau mekanisme sebelum kredit disalurkan (direalisasikan) kepada debitur, antara lain melalui tahap pengajuan kredit debitur, tahap analisis kredit dan pengajuan kredit, tahap persetujuan kredit, tahap persetujuan kredit, dan tahap pengajuan kredit. tahap perjanjian kredit dan tahap realisasi (pencairan) pengkreditan rekening debitur. Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha debitur yang menyebabkan kredit bermasalah pada Bank Mega Cabang Parepare antara lain faktor persaingan usaha yang serupa dengan usaha debitur, faktor perkembangan (ekspansi) usaha baru yang dikembangkan debitur namun mengalami kerugian, faktor kondisi keluarga yang dialami debitur. , faktor karakter atau disposisi debitur, faktor analisis kredit yang lemah, faktor pandemi Covid-19 (virus corona). Penetapan denda kredit yang dikenakan pada Cabang Bank Mega menimbulkan permasalahan bagi Bank Mega, sedangkan penetapan denda kredit yang dikenakan kepada debitur tidak menimbulkan masalah karena dengan adanya denda kredit menyebabkan bertambahnya pembayaran angsuran debitur.
Dilihat dari maslahah menurut maknanya termasuk dalam maslahah hajiyyah yaitu menghilangkan kesulitan dan menolak segala rintangan, yang berarti tidak adanya maslahah ini tidak menghilangkan eksistensi kehidupan manusia, melainkan hanya menyebabkan kesulitan dan kesulitan.
Saran
Peraturan Nomor 36/POJK.02/2020 tentang Tata Cara Pemungutan Sanksi Administratif Berupa Denda di Bidang Keuangan Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Pengawas Keuangan Denmark nomor 4/POJK.04/2014 tentang tata cara pemungutan sanksi administratif berupa denda pada sektor jasa keuangan belum mengatur mekanisme penundaan pemungutan sanksi administratif berupa denda. denda dan/atau bunga, sehingga harus disesuaikan; Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Biaya Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5504);
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.04/2014 tentang Tata Cara Pemulihan Sanksi Administratif Berupa Denda Pada Sektor Jasa Keuangan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 67, Tambahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Indonesia nomor 5522) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 26/POJK.02/2018 tentang perubahan kedua atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 4/POJK.04/2014 tentang tata cara pemulihan administrasi sanksi berupa denda di bidang jasa keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor. Membuat: Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.04/2014 tentang Tata Cara Penagihan sanksi administratif berupa DENDA DI SEKTOR JASA KEUANGAN Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Penyebaran penyakit virus corona 2019 (COVID-19) telah sangat menurunkan produktivitas para pelaku industri jasa keuangan, yang pada akhirnya akan menurunkan kemampuan para pelaku industri jasa keuangan dalam memenuhi kewajiban regulasinya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Administrasi Jasa Keuangan menilai perlu adanya perubahan ketiga atas Peraturan OJK No. 4/POJK.04/2014 tentang tata cara pemulihan sanksi administratif berupa denda di sektor jasa keuangan.