• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN TERMOREGULASI

Putri Apriliyani1, Anissa Cindy Nurul Afni2

1Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta

2Dosen Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email : [email protected]

ABSTRAK

Demam Thypoid merupakan salah satu penyakit sistemik disebabkan bakteri Salmonella thypi yang bersifat akut dengan gejala demam lebih dari satu minggu, menggigil, serta terdapat tangguan saluran pencernaan. Termoregulasi merupakan pengaruh suhu pada lingkungan luar dalam pelepasan panas di dalam tubuh. Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien Thpoid dalam pemenuhan kebutuhan termoregulasi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek studi kasus ini adalah satu orang pasien thypoid dalam pemenuhan kebutuhan termoregulasi di DKT Surakarta. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien thypoid dalam pemenuhan kebutuhan termoregulasi yang dilakukan tindakan keperawatan terapi nonfarmokologi yaitu kompres bawang merah dengan durasi 15-20 menit sebanyak 1 kali pada saat suhu tubuh diatas rentan normal (diatas 36,5℃.-37,5℃). Sebelum dan sesudah diberikan terapi nonfarmokologi kompres bawang merah dilakukan pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan alat berupa termometer. Didapatkan hasil terjadi penurunan suhu tubuh pada pasien sebesar 1,4℃

dari mula suhu 38,8℃ menjadi 37,4℃. Rekomendasi tindakan terapi kompres bawang merah efektif dilakukan pada pasien demam thypoid dalam pemenuhan kebutuhan termoregulasi.

Kata Kunci : Kompres Bawang Merah, Demam Thypoid, Termoregulasi

(2)

PENDAHULUAN

Anak merupakan makhluk paling rentan terkena penyakit seperti demam walaupun dampak yang dialami tidak separah orang dewasa. Demam adalah suatu keadaan tubuh yang dimana suhu tubuh berada di rentan atas batas normal biasanya, dan merupakan gejala suatu penyakit yang dialami. Suhu tubuh yang dikatakan normal yaitu berada di rentan 36,5 0C – 37,50C, apabila suhu tubuh sudah mencapai lebih dari 37,50C maka dapat dikatakan tidak normal atau demam (Pratiwi dkk, 2021).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa jumlah kasus demam thypoid yang menjangkiti di seluruh dunia mencapai 16-33 juta kasus dengan 500-600 ribu kematian tang terjadi setiap tahunnya dan sebanyak 70% dari kematian tersebut terjadi di Asia (Harnani dkk, 2019).

Angka kejadian demam thypoid masih menjadi masalah yang utama pada negara berkembang. Di Indonesia terdapat 800 penderita tiap 100.000 penduduk tiap tahunnya, di indonesia demam thypoid ini menjadi yang lebih tinggi dari negara berkembang umumnya khususnya pada negara tropis yang lain dengan angka kejadian 80-90%, 600.000-1,3 juta kasus dengan angka kejadian lebih dari 20 ribu kematian tiap tahunnya (Harnani dkk, 2019). Di Indonesia insidensi kasus demam typhoid masih termasuk tinggi di Asia, yakni 81 kasus per 100.000 populasi per tahun. Prevalensi Demam Tifoid Anak di Indonesia lebih sering pada anak kelompok usia Sekolah yaitu Dimana demam typoid pada kelompok

usia Sekolah yaitu 62.0% (98 orang) 3 dan prasekolah sekitar 38.0%. (60 orang). Berdasarkan jenis kelamin didapatkan laki-laki yaitu 57.6%

sedangkan perempuan 42.4%.

(Rachman Yudhistira Nugraha, 2017).

Sedangkan untuk angka insidensi terbanyak Demam tifoid di Indonesia adalah usia 2 – 15 tahun (Purba, dkk., 2016). Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit menular penyebab kematian di Indonesia (6% dengan n = 1.080), khusus pada kelompok usia 5–

14 tahun tifoid merupakan 13%

penyebab kematian pada kelompok tersebut (Retnosari & Tumbelaka, 2000; Depkes RI, 2008; Ahmad, et al., 2016).

Kebutuhan termogulasi adalah suatu pengaturan fisiologi tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat bertahan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku,agar suhu tubuh berada dalam batas rentan normal, hubungan antara produksi panas pada tubuh dan juga pengeluaran panas suhu tubuh harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskuler (Wahid, 2014).

Terapi untuk menurunkan demam dapat dilakukan secara non farmokologi (fisik) yaitu dengan bawang merah. Bawang merah dapat dijadikan kompres demam, hal ini dikarenakan bawang merah mampu menghancurkan pembekuan darah, hal tersebut mampu menjadiakn peredaran darah menjadi lancar sehingga panas dari dalam tubuh dapat dialirkan

(3)

menuju pembuluh darah tepi. Hal ini dikrenakan kandungan dari bawang merah yaitu senyawa sulfur organik (allycysteine sulfoxide) atau alilin (Cahyaningrum, 2014).

Adanya pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap menurunan suhu pada pasien demam dikarenakan kandungan yang terdapat dalam bawang merah yang mengandung minyak atsiri, kuersetin, kaemferol,florogusin dan sikloaliin (Maulita dkk, 2019). Menurut penelitian yang dilakukan Pratiwi, dkk (2021), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres bawang merah dalam penurunan suhu tubuh pada anak. Derdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertermi Dengan Pemenuhan Kebutuhan Termogulasi di IGD DKT Surakarta.

METODOLOGI STUDI KASUS Rencana studi kasus ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada anak dengan hipertermia dalam pemenuhan kebutuhan thermoregulasi. Subjek yang digunakan pada studi kasus asuhan keperawatan pada anak dengan hipertermia dalam pemenuhan kebutuhan thermoregulasi adalah 1 anak yang berusia 5-7 tahun dengan kriteria suhu ≤ 38,0℃. Fokus studi dalam kasus ini adalah pemenuhan kebutuhan thermoregulasi dengan suhu

tubuh anak yang tinggi. Tempat atau lokasi dalam pengambilan studi kasis ini dilaksanakan di Rumah Sakit DKT Surakarta. Studi kasus ini telah dilakukan pada tanggal 18 Januari 2022, di IGD DKT Surakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengkajian yang dilakukan dengan An. R didapatkan data pasien datang dengan keadaan demam naik turun sudah hari ke 5, respiratory rate 20x/ menit, , SPO² 98%. Circulation:

Hart rate 107 x/ menit, suhu tubuh 38,8

°c, kesadaran composmentis dengan GCS 15 (E4 V5 M6). Demam adalah suatu keadaan tubuh yang dimana suhu tubuh berada di rentan atas batas normal biasanya, dan merupakan gejala suatu penyakit yang dialami. Suhu tubuh yang dikatakan normal yaitu berada di rentan 36,5 0C – 37,50C, apabila suhu tubuh sudah mencapai lebih dari 37,50C maka dapat dikatakan tidak normal atau demam (Pratiwi dkk, 2021). Dari hasil pengkajian keluarga pasien mengatakan awal pasien demam disebabkan karena minum es yang dibelikan di pinggir jalan, demam pada pasien sudah memasuki hari ke 5. Dari data laboratorium menunjukkan pasien didiaknosa thypoid. Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan

(4)

gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016).

Diagnosis keperawatan utama didapatkan hasil hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D. 0130). Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien thypoid, hipertermia dapat disebabkan karena adanya proses penyakit (infeksi bakteri Shalmonella Thypi) dalam tubuh yang disebabkan karena kuman salmonella thyposa (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Perumusan diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dapat ditandai dengan suhu tubuh pada pasien diatas rentan normal yaitu36,5 0C – 37,50C, apabila suhu tubuh sudah mencapai lebih dari 37,50C maka dapat dikatakan tidak normal atau demam (Pratiwi dkk, 2021). Bahwa perumusan diagnosa ini sudah sesuai dengan batasan karakteristik yaitu batasan karakteristik yang muncul pada hipertermi yaitu suhu tubuh diatas batas normal, kulit memerah, kulit teraba hangat, takikardia (SDKI, 2017).

Intervensi yang telah ditentukan berdasarkan (SIKI 2019) adalah Manajemen Hipertermia (1.15506) meliputi OTEK. Observasi : monitor suhu tubuh, Terapeutik : sediakan lingkungan yang dingin, lakukan kompres hangat yaitu dengan cara kompres bawang merah yang dilakukan selama 15-20 menit di area perut dan

punggung, Edukasi: anjurkan tirah baring Kolaborasi : kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena.Dari penjabaran tentang kriteria hasil dan rencana keperawatan tersebut akan memfokuskan rencana keperawatan tentang pemberian kompres bawang merah. Intervensi utama dari pasien thypoid ini adalah melakukan kompres hangat, karena menurut Astuti (2017) melakukan tindakan kompres hangat pada pasien demam ini dapat memberikan rasa rileks atau nyaman dan juga dapat menurunkan suhu tubuh, pernyataan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti &

Ambarwati, 2008) menunjukkan bahwa kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi.

Untuk menurunkan hipertermia tanpa efek samping, ketergantungan obat dan juga dapat dilakukan mandiri di rumah adalah dengan menggunakan terapi non farmakologis yaitu dengan menerapkan terapi kompres bawang merah (Pratiwi dkk, 2021). Intervensi kedua dari pasien ini adalah monitor suhu tubuh karena dengan melakukan tindakan ini penulis dapat mengetahui bagaimana perkembangan yang terjadi sebelum maupun sesudah tindakan terhadap penurunan suhu tubuh pasien dan juga keberhasilan tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Intervensi yang ketiga yaitu anjurkan posisi tirah baring. karena dengan tirah baring

(5)

dapat memberikan rasa nyaman pada pasien (Ruth, 2012). Studi kasus ini berfokus pada intervensi keperawatan untuk membantu menurunkan hipertermia dengan cara kompres hanagt, dalam hal ini tindakan yang dilakukan adalah melakukan kompres bawang merah pada pasien thypoid.

Kompres bawang merah ini dilakukan sekali pada saat suhu tubuh anak naik atau berada diatas rentan normal (36,5℃ - 37,5℃), lokasi pemberian kompres bawang merah dibalurkan pada area perut serta punggung pasien.

Tindakan kompres bawang merah ini dilakukan selama 15- 20 menit.

Implementasi pada pasien denagn memberikan terapi nonfarmakologis untuk menurunkan hipertermia dengan pemberian terapi kompres bawang merah selama kurang lebih 15 sampai 20 menit pada area punggung dan perut, posisi pasien saat dilakukan tindakan adalah terlentang.

Proses pelaksanaan kompres bawang merah dilakukan pada pasien saat suhu tubuh meningkat, alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan kompres bawang merah adalah bawang merah, minyak telun, handuk, waslap, perlak pengalas, handscoon dan kasa (Pratiwi dkk, 2021). Pemberian kompres bawang merah dalam upaya menurunkan hipertermi memiliki berbagai manfaat yang diperoleh dari kandungan bawang merah karena efek antipiretik senyawa anilin dan alisin

yang dikandungnya. Adanya pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap menurunan suhu pada pasien demam dikarenakan kandungan yang terdapat dalam bawang merah yang mengandung minyak atsiri, kuersetin, kaemferol,florogusin dan sikloaliin (Maulia dkk, 2019). Kompres bawang merah diberikan selama kurang lebuh 15 sampai 20 menit dengan mencampurkan bahan berupa bawang merah yang di tumbuk kasar lalu dicampurkan dengan beberapa tetes minyak telon sampai tercampur rata, pemberian kompres bawang merah ini dilakukan dengan cara menempelkan kasa yang sudah dibaluri campuran bawang merah tumbuk dengan minyak telon di area kulit pungung dan perut pada pasien.

Tabel 1 Evaluasi Tindakan Pengukuran suhu tubuh

Hari Waktu

Suhu Sebelum Tindakan

Kopres Bawang Merah

Suhu Sesudah Tindakan

Kompres Bawang Merah 1 11.40 -

12.00 WIB

38,8 38,1

Hasil evaluasi tindakan kompres bawang merah berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil sebelum dilakukan terapi didapatkan dari data pengkajian suhu tubuh pasien 38,8

℃dan setelah dilakukan tindakan terapi selama 15 sampai 20 menit didapatkan

(6)

hasil pengukuran suhu tubuh diperoleh penurunan suhu sebesar 0,7℃ menjadi 38,1 ℃. Dengan menggunakan alat ukur termometer air raksa untuk mengetahui suhu tubuh pada pasien secara tepat dan jelas.

Evaluasi akhir yang telah dilakukan selama 1 x 8 jam didapatkan hasil subjektif : keluarga pasien mengatakan akral pasien sudah tidak sehangat tadi, keluarga mengatakan pasien sudak mulai tenang tidak terlihat gelisah seperti awal masuh IGD.

Objektif: suhu tubuh pasien 38,8 ℃dan setelah dilakukan tindakan terapi selama 15 sampai 20 menit didapatkan hasil pengukuran suhu tubuh diperoleh penurunan suhu sebesar 0,7℃ menjadi 38,1℃. Perencanaan : Hentikan intervensi. Dalam studi kasus ini didapatkan hasil bahwa terapi nonfarmokologi berupa terapi kompres bawang merah berpengaruh dalam penurunan hipertermi yang disebabkan karena proses penyakit. Hasil studi kasus ini mendukung keberhasilan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Gita Pratiwi dan tim pada tahun 2021 yang menguji bahwa kompres bawang merah ini mampu menurunkan suhu tubuh. Bawang merah dapat dijadikan kompres demam, hal ini dikarenakan bawang merah mampu menghancurkan pembekuan darah, hal tersebut mampu menjadiakn peredaran darah menjadi lancar sehingga panas dari dalam tubuh dapat dialirkan menuju pembuluh darah tepi. Hal ini

dikrenakan kandungan dari bawang merah yaitu senyawa sulfur organik (allycysteine sulfoxide) atau alilin (Cahyaningrum, 2014). Adanya pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap menurunan suhu pada pasien demam dikarenakan kandungan yang terdapat dalam bawang merah yang mengandung minyak atsiri, kuersetin, kaemferol,florogusin dan sikloaliin (Maulita dkk, 2019). Menurut penelitian yang dilakukan Pratiwi, dkk (2021), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres bawang merah dalam penurunan suhu tubuh pada anak.

KESIMPULAN

Pengkajian pasien An. R berusia 6 tahun dengan keluhan utama kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan dan bicara pelo.Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran composmentis GCS E4V5M6. Hasil tanda-tanda vital, nadi 107 x/menit, regular, kuat, pernapasan 20x/menit, teratur, suhu 38,8oC. Setelah melakukan pengkajian pada An. R didapatkan data yaituhipertermi pada pasien thypoid karena proses penyakit, data subjektif yaitu keluarga pasien mengatakan pasien demam naik turu sudah hari ke 5, awal mula demam setelah pasien minum es yang dibelikan di pinggir jalan oleh pamannya. Data Objektif yaitu akral teraba hangat, wajah memerah, keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, didapatkan hasil pemeriksaan tanda-

(7)

tanda vital , nadi 107 x/ menit , respirasi 20 x/menit, suhu tubuh 38,8℃.

Diagnosis keperawatan utama yang dapat diambil yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)

Intervensi keperawatan yang disusun untuk menyelesaikan masalah nyeri hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan selama 1x8 jam diharapkan masalah hipertermia membaik dengan kriteria hasil Termoregulasi (L.14134) suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik, pengisian kapiler membaik, ventilasi membaik. Dengan Manajement Hipertermia (I.15506) yang meliputi identifikasi penyebab hipertermia, monitor suhu tubuh dan berikan teknik non farmakologis untuk menurunkan hipertermi pada pasien dengan melakukan tindakan kompres bawang merah, serta kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik berupa paracetamol 400 mg.

Implementasi keperawatan yanga dilakukan pada pasien An. R selama 1x8 jam adalah dengan mengukur secara berjangka suhu tubuh pada pasien sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan keperawatan, memberikan teknik nonfarmokologi dengan kompresbawang merah selama 15 dampai 20 menit, serta dilanjutkan pemberian analgesik berupa obat paracetamol dengan dosis 400 mg.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian tindakan pada An. R yaitu dengan suhu tubuh awal 38,8℃ telah dilakukan tindakakan nonfarmokologi

yaitu dengan kompres bawang merah dan mendapatkan hasil berupa peurunan suhu tubuh sebesar 0,7℃, suhu tubuh menjadi 38,1℃. Dari hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa kompres menggunakan bahan alami berpa bawang merah menunjukkan adanya perubahan suhu tubuh serta menurunkan hipertermi walau tidak signifikan.

SARAN

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Diharapkan rumah sakit khusunya Rumkit TK III Slamet Riyadi dapat meningkatkan mutu pelayanana kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan pasien serta dapat memberikan inofasi pengobatan yang dapat diterapkan secara

b. Bagi Perawat

Diharapkan profesi perawat selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal dan dapat menerapkan pemberian terapi kompres bawang merah yang dapat membantu penurunan suhu tubuh pada pasien demam.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatakan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dengan mengumpulkan aplikasi riset dalam

(8)

setiap tindakan yang dilakukan sehingga mampu menghasilkan perawat yang personal, trampil, inovatif, dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, M. Dkk. (2010). Ensiklopedia kesehatan untuk umum.

Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Chyaningrum. E. D.,& Putri. D.(2017) Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebekum dan Sesudah Kompres Bawang Merah.

Jurnal Ilmiah Ilmu - Ilmu Kesehatan, V(2), 66-74. ISSN:

26212366. Di akses pada tanggal 02 November 2021.

Lestari Titik. (2016). Asuhan

Keperawatan Anak.

Yogjakarta: Nuha Medika.

Pratiwi, G., Ambarwati, R., dkk.

(2021). Evektifitas Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Di Wilayah Puskismas Selogiri. Jurnal Keperawatan GSH Vol 10 No 2. ISSN: 2088- 2734.

Pratiwi, G., Ambarwati, R., dkk.

(2021). Evektifitas Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Di Wilayah Puskismas Selogiri. Jurnal Keperawatan GSH Vol 10 No 2. ISSN: 2088- 2734.

SDKI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif

Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan nyeri akut berhubungan dengan

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien fraktur tertutup ekstermitas bawah dalam pemenuhan kebutuhan aman nyaman : nyeri dengan masalah keperawatan

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah nyeri akut yang dilakukan tindakan

Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur dalam pemenuhan kebutuhan aman nyaman dengan penerapan terapi musik

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Post Laparatomi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan nyeri akut yang dilakukan tindakan

Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien asma dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan masalah ketidakstabilan kadar