• Tidak ada hasil yang ditemukan

program studi keperawatan program sarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "program studi keperawatan program sarjana"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2021

HUBUNGAN KETEPATAN PERAWAT DALAM PRIMARY SURVEY DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PENANGANAN PASIEN

TRAUMA KEPALA DI IGD RUMAH SAKIT UMUM ISLAM BANYU BENING

Adik Galuh Vita Viana(1), Wahyu Rima Agustin(2), Isra Nur Utari Syachnara P(3)

1)Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

2),3)Dosen Pengajar Universitas Kusuma Husada Surakarta

adikgaluhg@gmail.com ABSTRAK

Trauma kepala adalah suatu trauma yang secara langsung maupun tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi neurologis. keparahan trauma dapat menentukan prognosis langkah yang sangat penting untuk dapat mencegah kematian trauma kepala. Primary survey adalah life support dan resusitasi terhadap kelainan yang mengancam jiwa dalam waktu kurang dari 2 menit mampu menyimpulkan kegawatannya, salah satu indikator keberhasilan penaanggulangan medik penderita gawat darurat adalah ketepatan memberikan pertolongan kepada penderita gawat darurat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ketepatan perawat dalam primary survey dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien trauma kepala.

Penelitian ini menggunakan metode analitik correlation. Teknik sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 20 responden. Instrument yang digunakan kuesioner. Uji analisa data menggunakan

korelasi Rank Spearman (p).

Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi tingkat keberhasilan penanganan pasien trauma kepala 18 (90.0%) dan distribusi ketepatan perawat dalam primary survey 15 (75.0%) dengan p value 0,001. Kesimpulan, terdapat hubungan signifikan antara ketepatan perawat dalam primary survey dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien trauma kepala.

Kata Kunci : Trauma Kepala, Ketepatan dan Keberhasilan Perawat, primary survey Daftar Pustaka : 26 (2010-2018)

(2)

NURSING STUDY PROGRAM UNDERGRADUATE PROGRAM FACULTY OF HEALTH SCIENCE KUSUMA HUSADA UNIVERSITY, SURAKARTA 2021

RELATIONSHIP OF NURSE ACCURACY IN PRIMARY SURVEY WITH SUCCESSFUL RELATIONSHIP OF HEAD TRAUMA PATIENTS IN

ISLAMIC GENERAL HOSPITAL ER CLEAR FLOOD

Adik Galuh Vita Viana (1) , Wahyu Rima Agustin (2) , Isra Nur Utari Syachnara P (3)

1) Students of the Bachelor of Nursing Study Program at Kusuma Husada University Surakarta

2),3) Lecturer at Kusuma Husada University Surakarta

galuhgaluhg@gmail.com

ABSTRACT

Head trauma is a trauma that directly or indirectly affects the head and results in impaired neurological function. The severity of trauma can determine the prognosis, a very important step in preventing head trauma deaths. The primary survey is life support and resuscitation for life-threatening disorders in less than 2 minutes to be able to conclude the emergency, one indicator of the success of medical treatment for emergency patients is the accuracy of providing help to emergency patients. The purpose of this study was to determine the relationship between the accuracy of nurses in the primary survey with the success rate of handling head trauma patients.

This study uses the analytical correlation method . The sampling technique used total sampling with a sample of 20 respondents. The instrument used is a questionnaire. Test data analysis using Spearman Rank

correlation (p).

The results of this study indicate the distribution of the success rate of handling head trauma patients 18 (90.0%) and the distribution of the accuracy of nurses in the primary survey 15 (75.0%) with a p value of 0.001. In conclusion, there is a significant relationship between the accuracy of nurses in the primary survey and the success rate of handling head trauma patients.

Keywords: Head Trauma, Accuracy and Success of Nurses, primary survey Bibliography : 26 (2010-2018)

(3)

PENDAHULUAN

Trauma kepala merupakan suatu trauma yang secara langsung maupun tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi neurologis. Trauma daerah kepala yang disebabkan oleh benturan, pukulan, ataupun hentakan mendadak pada kepala atau suatu luka tembus dikepala yang mengganggu fungsi otak normal (Suddarth 2014).

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 1,2 juta setiap tahun orang meninggal di sebabkan oleh trauma kepala (Awaloei 2016). Indonesia kejadian trauma kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus (Fitriana, 2018).

Riskesdas 2018 menunjukan sebanyak 9,2% mengalami trauma kepala dimana menunjukkan angkat kecelakaan lalu lintas laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan yakni laki-laki 80.95% dan wanita 57.6%.

Di Jawa Tengah terdapat kasus trauma kepala sebagian besar disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dengan jumlah kasus 23.628 dan 604 kasus diantaranya meninggal dunia (Profil Kesehatan Provinsi Jawa tengah, 2017).

Trauma yang banyak terjadi pada saat kecelakaan lalulintas adalah trauma kepala (Depkes RI, 2015).

Instalasi Gawat Darurat merupakan gerbang utama pananganan kasus gawat darurat di rumah sakit yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Pelayanan yang wajib diberikan adalah pelayanan dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus gawat darurat serta melalukan resusitasi dan stabilisasi melalui respon yang tepat dan penanganan yang cepat dimulai sejak pasien masuk sampai mendapatkan penanganan dengan batas waktu paling lama 5 menit sejak pasien masuk IGD (Kadek Artwan, 2013).

Penanganan kejadian trauma kepala yang benar dan tepat akan

mempengaruhi outcome pasien dan mengoptimalkan pemulihan, Oleh karena itu, trauma kepala membutuhkan tindakan ketepatan untuk mencegah perburukan kondisi pasien. Pengukuran keparahan trauma untuk menetukan prognosis adalah langkah yang sangat penting untuk dapat mencegah kematian pasien trauma kepala (Ristanto dkk., 2016).

Primary survey (penilaian awal) merupakan satu item kegawatdaruratan yang sangat mutlak harus dilakukan untuk mengurangi resiko kecacatan, bahkan kematian. Kemampuan perawat emergency dalam mengaplikasikan primary survey dengan prinsip airway (A: jalan nafas), breathing (B:

pernafasan), circulation (C: sirkulasi), disabilitiy (D: status kesadaran), exposure (E: penerapan) menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh perawat.

Ketepatan adalah suatu bentuk pelayanan yang diberikan sesuai dengan sistem prosedur, maupun strategi operasional. IGD penilaian awal yang diharapkan dapat sesuai dengan kondisi pasien, ketepatan pelayanan merupakan gabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba didepan pintu rumah sakit sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas IGD dengan ketepatan yaitu waktu yang diperlukan pasien sampai selesai. Ketepatan perawat dalam pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagia hal. Ketepatan dikatakan tidak terlambat apabila waktu yang diperoleh tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada (Sekar,2015).

Penelitian yang dilakukan oleh (Karmila, dkk,. 2018) berdasarkan pernyataan bahwa dengan tingkat pengetahuan yang baik perawat dapat mengaplikasikan atau mempunyai perilaku yang terampil dalam penanganan usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita menjalani keadaan yang

(4)

mengamcam nyawa dengan pendekatan primary survey kepada klien sehingga segera dapat diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif untuk mencegah kematian dan kecacatan.

Hasil studi pedahuluan pada tangal 19 Desember 2020 di Rumah Sakit Umum Islam Banyu Bening dari data rekam medik di IGD didapatkan angka kejadian trauma kepala dengan jumlah pasien sebanyak 62 kasus pada bulan Januari-Desember 2020 kasus jumlah pasien yang meninggal ada 3 orang.

Setelah dilakukan dengan teknik wawancara terhadap 5 perawat, hanya 2 perawat yang mengetahui tahapan primery survey secara berurutan dan 3 perawat lainnya hanya mengetahui primary survey tetapi tidak dilakukan secara berurutan. Perawat yang memberikan penanganan kepada pasien trauma kepala belum sesuai dengan sandar operasional prosedur yang ada.

Berdasarkan masalah dan literatur yang disampaikan diatas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan ketepatan perawat dalam primary survey dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien trauma kepala di IGD RSU Islam banyu bening.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, , menggunakan rancangan analitik correlation dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang bekerja di IGD RSU islam banyu bening yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling.

Penelitian ini dilakukan di IGD RS Islam Banyu Bening pada bulan Agustus 2021.

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner tingkat keberhasilan dan SOP ketepatan primary survey. Analisa data menggunakan uji korelasi Rank Spearman (p).

HASIL DAN PEMBAHASAAN 1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden Tabel 1.1

Distribusi frekuensi

berdasarkan usia

Usia Frekuensi %

21 2 10.0

22 2 10.0

24 3 15.0

25 3 15.0

26 2 10.0

27 1 5.0

28 1 5.0

29 1 5.0

32 2 10.0

33 1 5.0

36 1 5.0

38 1 5.0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukan hasil distribusi frekuensi usia responden mayoritas pada usia 24 dan 25 tahun yaitu sebanyak 3 (15.0%). Hasil didukung dengan hasil penelitian dari pradana (2016), yang berjumlah 15 responden sebagian besar umur responden yaitu 24-27 tahun (60%).

Menurut Notoatmodjo (2010), menunjukkan bahwa usia seseorang akan memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi yang diberikan. Semakin bertambah usia maka sada tangkap dan pola pikir seseorang semakin berkembang. Usia cukup terhadap tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi 2011).

Peneliti menyimpulkan bahwa umur perawat IGD rata- rata berumur 25 tahun yang merupakan usia produktif dan daya tangkap serta pola pikir

(5)

yang baik. Usia yang cukup matang dapat mempengaruhi kematangan seseorang dalam berfikir untuk mengambil keputusan dalam ketepatan dalam tindakan primary survey.

Tabel 1.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin (n=20)

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki 6 30.0

Perempuan 14 70.0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 1.2 diatas menunjukkan hasil distribusi frekuensi jenis kelamin responden mayoritas adalah perempuan sebanyak 14 (70.0).

Menurut fathoni (2014), menyatakan bahwa petugas kesehatan IGD berjenis kelamin laki-laki secara fisik lebih kuat dibandingkan perempuan tetapi dalam hal ketanggapan tidak ada perbedaan dengan petugas kesehatan yang berjenis kelamin perempuan.

Siagian (2014) yang menyatakan bahwa petugas kesehatan IGD berjenis kelamin laki-laki secara fisik lebih kuat serta memiliki ketanggapan dengan cepat.

Perempuan memiliki ketanggapan walaupun tidak secepat laki-laki (Gurning, Karim & Misrawati, 2014).

Peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas perawat IGD memiliki jenis kelamin perempuan karena kapasitas perawat berjenis kelamin perempuan banyak dibanding laki-laki tetapi jumlah perawat laki-laki juga hampir sama karena pekerjaan di IGD membutuhkan tegana yang besar serta ketahanan fisik yang kuat terkait pekerjaan yang harus siap siaga dan menerima banyak pasien.

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin (n=20)

Pendidikan Frekuensi %

Ners 1 5.0

S1 4 20.0

D3 15 75.0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 1.3 diatas menunjukkan hasil distribusi frekuensi pendidikan responden paling banyak

adalah D3 sebanyak 15 (75.0). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Hajirin, Adi & Windyastuti (2017) yang menunjukkan mayoritas memiliki pendidikan D3 sebanyak 22 orang (88%).

Menurut Wawan & Dewi (2011), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan, pada umunya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Perawat IGD yang dapat melakukan tindakan primary survey minimal berpendidikan D3. Lulusan diploma 3 memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat melakukan tindakan primary survey pasien di ruang IGD (Gurning, Karim &

Misrawati 2014).

Menurut mubarak (2011), meskipun untuk lulusan Program Diploma III disebut juga sebagai perawat profesional pemula yang sudag memiliki sikap profesional yang cukup untuk menguasai ilmu keperawatan dan keterampilan profesional yang mencakup keterampilan teknis, intelektual, dan interpersonal

Peneliti menyimpulkan bahwa mayorita perawat memiliki pendidikan Diploma 3 karena lulusan diploma 3 memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat melakukan tindakan primary survey.

2. Analisa Bivariat

Tabel 2.1 Penanganan pasien trauma kepala (n=20)

Keberhasilan Penanganan Pasien Trauma

Freku ensi

%

Cukup Baik 2 10.0

Baik 18 90.0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan hasil distribusi frekuensi keberhasilan penanganan pasien trauma kepala paling banyak adalah baik sebanyak 18 (90.0%)

(6)

Menurut Haryatun (2013) salah satu indicator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keaadan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana

Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan primary survey yang merupakan dasar tindakan penyelamatan jiwa, cara melakukan pengkajian primer harus dikuasai oleh perawat untuk mencegah kecacatan dan kematian, penilaian terhadaap kondisi pasien trauma kepala akan menentukan untuk intervensi berikutnya yang diperlukan juga merupakan data dasar untuk menilai kemajuan pemulihan atau kemungkinan komplikasi yang terjadi kemudian.

Primary survey ditunjukan untuk mempersiapkan dan menyediakan metode perawatan yang tepat dan menjaga agar tim tetap focus pada prioritas perawatan, tindakan ini meliputi penilaian jalan napas, pernapasan, sirkulasi, deficit neulogis dan pemaparan dan control lingkungan (Ulya, 2017). Semakin cepat dan tepat pengkajian yang dilakukan maka tingkat keselamatan pasien semakin meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan penanganan pasien adalah beberapa kondisi seperti : kecepatan pasien ditemukan, kecepatan respon tenaga kesehatan, kemampuan dan kualitas tenaga kesehatan serta kecepatan minta tolong (Sartono, Masudik, &

Suhaeni, 2016). Pada penanganan pasien pertama dikatakan gagal ditepati yang mana kondisi pasien sudah terlambat untuk mendapatkan penanganan dan dikatakan berhasil ketika perawat memberi tindakan < 5

menit (penelitian oleh Putri & Fitria 2018).

Keberhasilan penanganan pasien gawat darurat akan tercapai jika dimulai sejak ditempat kejadian secara tepat, cepat dan aman.

Diperlukan waktu tanggap yang tepat oleh perawat yang bertugas di unit gawat darurat dalam menentukan tingkat kegawat daruratan pada pasien dengan cedera kepala sehingga pasien dapat diselamatkan ataupun terhindar dari kecacatan (Sutrisno, 2018).

Tabel 2.2

ketepatan perawat dalam

primary survey (n=20)

Ketepatan Perawat dalam

Primary Survey

Frekuensi %

Cukup 5 25.0

Baik 15 75.0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan hasil distribusi frekuensi ketepatan perawat dalam primary survey paling banyak adalah baik sebanyak 15 (75.0%). Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Alhidyat., et al tahun 2013 didapatkan data bahwa sebesar 80,0% perawat memiliki pengetahuan pengkajian primer yang baik (Alhidayat, 2013).

Ketepatan primary survey ini dipengaruhi oleh bebrapa hal diantaranya adalah tingkat pendidikan perawat yang rata-rata terdiri dari perawat lulusan diploma, pelatihan kegawatdaruratan yang menunjang BTCLS yang telah diikuti. Ketepatan adalah suatu bentuk pelayanan yang diberikan sesuai dengan sistem, prosedur, maupun strategi operasional (Kohler dalam Laksana, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden tepat melakukan primary survey. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa cara melakukan pengkajian awal harus

(7)

dikuasai oleh perawat untuk mencegah kecacatan dan kematian. Jika jalan napas tertutup yang mengakibatkan tidak adanya oksigenasi yang akan mengantarkan makanan ke otak dan organ vital lainnya yang akan mengalami hipoksemia dalam sel. Untuk mencegah hal tersebut maka petugas emergency harus segera membuka airway dan memberikan tambahan ventilasi (Lumbantoruan, 2015).

Aspek pengkajian airway merupakan prioritast tertinggi dalam survey primer yakni jalan napas harus paten. Sangat penting ditekankan pada saat melakukan primary survey bahwa setiap langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah selanjutnya hanya dilakukan jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil (Ramadhani dkk., 2013).

Tabel 2.3

uji korelasi Rank Spearman (n=20)

Ketepata n perawat

penilaian primary survey

Tingkat keberhasi

lan penangan

an trauma

kepala Sperm

an’s rho

Ketepat an perawat penilaia n primary survey

Correlati on Coeffici ent

1.000 .688**

Sig. (2-

tailed) . .001

N 20 20

Tingkat keberha silan penanga nan trauma kepala

Correlati on Coeffici ent

.688** 1.000

Sig. (2-

tailed) .001 .

N 20 20

Berdasarkan Tabel 2.3 menunjukkan hasil uji yaitu nilai p-value sebesar 0,001 < α (0,05) maka hal ini berarti Ho ditolak atau Ha diterima, yang berarti ada hubungan ketepatan perawat dalam primary survey dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien trauma kepala. Diketahui correlation untuk hubungan ketepatan perawat dalam

primary survey dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien trauma kepala adalah 0,688 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel hubungan ketepatan perawat dalam primary survey dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien trauma kepala yang signifikan dengan kekuatan hubungan kuat.

Hasil ini menunjukan bahwa pengkajian yang tepat memiliki hubungan dengan keberhasilan pembebasan. Ketepatan pengkajian sangat menentukan jenis tindakan yang akan dilakukan untuk membebaskan jalan napas pasien. Hasil tersebut diatas menunjukan bahwa terdapat hubungan yang significan antara pngkajian dan penanganannya. Ini terjadi akibat dari sebagian besar perawat telah lama bekerja di IGD, sehingga sangat berpengalaman dalam mengkaji tindakan primary survey. Perawat juga menyadari pentingnya kepatenan yang menjadi pintu masuknya oksigen ke tubuh manusia melalui proses ventilasi, difusi dan transport aktif..

Keberhasilan penanganan pasien trauma kepala sangat bergantung pada ketepatan pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kecacatan (Haryatun, 2013).

Kemampuan perawat dalam melakukan tindakan primary survey sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pertolongan pada saat pasien mengalami kegawatdaruratan sehingga akan berpengaruh terhadap kecepatan penanganan, pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.

Ketepatan penanganan pada pasien akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penanganan (Irawati, 2017).

KESIMPULAN

Hasil penelitian diperoleh data ρ value sebesar 0,001 (< 0,05). dapat disimpukan bahwa ada

hubungan

ketepatan perawat dalam

primary survey

dengan tingkat keberhasilan

(8)

penanganan pasien trauma kepala di IGD RSU Islam banyu bening.

SARAN

1. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai monitoring tindakan primary survey oleh perawat untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan pada pasien di IGD.

2. Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah tingkat keberhasilan dalam tindakan primary survey khususnya dalam keperawatan kegawatdaruratan agar ketepatan pemberian penanganan dapat dilakukan dengan benar dan sebagai bahan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaan asuhan keperawatan dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan dalam penilaian ketepatan primary survey oleh perawat.

3. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan kegawatdaruratan diruang IGD untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuhan untuk peneliti lebih lanjut yang melakukan penelitian khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan penanganan dalam primary survey di IGD di suatu rumah sakit atau pelayanan kesehatan.

5. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam mengaplikasikan teori metodologi penelitian untuk diterapkan dalam kegiatan nyata di pelayanan kesehatan seperti rumah

sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Artawan kadek. (2013). Perbandingan Glasgow Coma Scale (GCS) dan Revised.

Basoeki, A.P. 2014. Materi Pelatihan Penanggulangan penderita gawat darurat. Surabaya : RSUD Dr.

Soetomo-FK Unair.

Brunner & Suddarh, 2014,,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa : Waluyo.

Dharma, Kelana K. (2011). Metodologi keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Digiulio, Mary & Jakson, Donna 2014.

Keperawatan Medikal Bedah.

Yogyakarta: Rapha Publishing.

Fitriana, N.F. (2018). Relationship Between Injury Mechanism And Other Trauma Of Organs With Prognosis Of Heavy Head Injuries In RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Penelitian Keperawatan Vol. 4, No. 2.

Haryatun, N. 2013. Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan Keperawatan Pasien Cedera Kepala Kategori I- V Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Moewardi.

Hidayat, A. (2014). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisa data.

Jakarta: Salemba Medika.

Ikhda, dkk. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat Pada Kasus Trauma

Martini, M., Moch. H., & Dewi K.

(2016). Perbedaan Survival Pasien Rujukan dan Non Rujukan dengan Cedera Kepala di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr.Saiful Anwara Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan.Vol.4, No. 2.

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika : Yogyakarta.

NCDC (National Centers For Disease Control). 2016. National Centers

(9)

for Health Statistic.

http:/nhlbi.nih.gov/guidelines/asth ma/asthmagldn.pdf.

Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Rissamdani. 2014. Hubungan penatalaksanaan penanganan gawat darurat dengan waktu tanggap (respon time) keperawatan di ruang instalasi gawat daruratrumah sakit permata bunda. Unuversitas sumatera utara : medan

Ristanto R., Indra M.R., Poeranto S., &

Setyorini I. (2016). Akurasi Revised Trauma Score Sebagai Prediktor Mortality Pasien Cedera Kepala, Jurnal Keperawatan (eKP). Vol. 3,No.2

Ruslan, dkk. 2014. Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Pasien Trauma Kapitis Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD H Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4.

Sartono, dkk. 2011. Pengetahuan Perawat Tentang Primary Survey (Penilaian Awal) Pada Pasien Gawat Darurat Di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Jurnal Keperawatan Poltekkes Medan Volume 12 Nomer 3

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.

Bandung: Alfabeta

Suryono. B (2010). Materi Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) Dan Basic Life Support Plus (BLS). Yogyakarta : Tim Pusbankes 118 Baker-Pgdm Persi Dij

Stillwell, B., Susan (2011). Pedoman Keperawatan kritis (Edisi 3). EGC : jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Puji  syukur kami  panjatkan  pada. Tuhan  Yang  Maha  Esa  karena  berkat rahmatNya  kami  dapat menyelesaikan  Kurikulum  Pelatihan  Penanggulangan  Penderita 

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Medik RSUP.. R.D Kandou Manado, dapat

Penanggulangan penderita gawat darurat adalah suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah, dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam

Setelah mengikuti LKK ini, mahasiswa diharapkan memilki pengetahuan dan pengalaman nyata dalam manajemen dan asuhan keperawatan pasien di unit Gawat darurat (UGD)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Medik RSUP.. R.D Kandou Manado, dapat

Mampu menjelaskan dan menjawab perpekstif, konsep dan prinsip gawat darurat, konsep dan prinsip bantuan hidup dasar (BHD), prinsip utama pertolongan korban, konsep pengkajian

Penanggulangan penderita gawat darurat adalah suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah, dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam

EWS biasanya digunakan di unit intsalasi gawat darurat dan rawat inap, Hal ini dikembangkan untuk mendeteksian dini pasien yang mengalami perburukan kondisi dengan