• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 4"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 4

OPTIMALISASI PELAYANAN GAWAT DARURAT DENGAN PEMBUATAN PROSEDUR DAN MEDIA KIE DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RS

KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA

DISUSUN OLEH:

dr. ANITA SARI PUTRI NIP. 199008202020122004

BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2021

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL OPTIMALISASI PELAYANAN GAWAT DARURAT DENGAN PEMBUATAN PROSEDUR DAN MEDIA KIE DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RS

KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA Telah diseminarkan:

Tanggal 8 September 2021, di Bapelkes Cikarang

Coach

dr. Dina Indriyanti, MKM NIP. 197203162002122003

Mentor

dr. Lastny Widyasari NIP. 198401292018012001 Penguji

dr. Atiq Amanah Retna Palupi, MKKK NIP. 197803272009122002

(3)

LEMBAR KOMITMEN MENERAPKAN NILAI ANEKA

Nama : dr. Anita Sari Putri

Nomor Daftar Hadir : 13 (Golongan 3, Angkatan 4) Instansi : RS Ketergantungan Obat Jakarta

Saya adalah Pegawai Negeri Sipil sebagai pelayan masyarakat, maka oleh karenanya dalam setiap pelaksanaan tugas, saya akan selalu :

1. Melaksanakan tugas dengan sepenuh hati, jujur, tanggung jawab dan berintegritas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama, mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

3. Meningkatkan kemampuan dalam berpikir kreatif dan inovatif demi kemajuan bangsa dan negara.

Jakarta, 7 September 2021 Calon Pegawai Negeri Sipil

dr. Anita Sari Putri NIP. 199008202020122004

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi ini dengan judul “Optimalisasi Pelayanan Gawat Darurat dengan Pembuatan Prosedur dan Media KIE di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat Jakarta”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan rancangan aktualisasi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak dr. R. Soeko W. Nindito, MARS selaku PLT Direktur Utama RS Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta.

2. dr. Lastny Widyasari selaku Sub koordinator Pelayanan Medik sekaligus sebagai mentor, terima kasih telah memberikan dukungan, arahan dan bimbingan kepada saya dalam menyusun rancangan kegiatan aktualisasi ini dengan sebaik-baiknya.

3. dr. Dina Indriyanti, MKM selaku Coach yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada saya dalam menyusun rancangan kegiatan aktualisasi ini dengan sebaik-baiknya.

4. Seluruh widyaiswara, fasilitator, dan panitia penyelenggara di Bapelkes Cikarang yang telah memberikan pelayanan terbaiknya selama proses pelatihan.

5. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan.

6. Seluruh teman-teman pelatihan dasar CPNS Golongan III Kementerian Kesehatan RI.

Semoga rancangan kegiatan aktualisasi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Jakarta, September 2021

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR KOMITMEN MENERAPKAN NILAI ANEKA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ……… 1

B. TUJUAN ………..…. 4

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) ………..………. 4

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) ………..…. 4

C. MANFAAT ………. 4

1. BAGI PENULIS ……….……….. 4

2. BAGI INSTANSI KERJA ……….………….. 4

D. RUANG LINGKUP ………... 5

BAB II GAMBARAN ORGANISASI DAN PROFIL PESERTA A. PROFIL RS KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA ………. 6

1. SEJARAH RUMAH SAKIT ……….. 6

2. VISI DAN MISI RUMAH SAKIT………. 8

3. MOTTO RUMAH SAKIT ………. 8

4. FALSAFAH RUMAH SAKIT ………... 9

5. STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT ………. 9

6. TUJUAN DAN FUNGSI ORGANISASI RUMAH SAKIT ………. 11

7. JENIS PELAYANAN RUMAH SAKIT ……… 12

8. PELAYANAN UNGGULAN RUMAH SAKIT ……… 14

B. PROFIL PESERTA ……… 15 1. IDENTITAS DIRI ……….. 15

2. TUGAS POKOK JABATAN ………. 15

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI A. IDENTIFIKASI ISU ………. 16

B. ANALISIS ISU ………. 18

C. ANALISIS PENYEBAB ……….. 20

(6)

D. ANALISIS DAMPAK ……….. 21

E. GAGASAN PEMECAHAN ISU ……….. 22

F. MATRIKS RANCANGAN AKTUALISASI……… 23

G. RENCANA JADWAL AKTUALISASI ……….. 45

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Maka dari itu, kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai pelayan masyarakat yang profesional mutlak diperlukan.

Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peranan yang menentukan dalam mengelola kondisi tersebut. Dimana ASN itu sendiri merupakan profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menetapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen ASN. Sehingga untuk memainkan peranan tersebut, diperlukan sosok ASN yang professional, yaitu ASN yang mampu memenuhi standar kompetensi jabatannya sehingga mampu melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan efisien. Untuk dapat membentuk sosok ASN professional perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan. Berdasarkan pada Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) dan merujuk Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) UU ASN dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PP Manajemen PNS), maka Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib menjalani masa percobaaan yang dilaksanakan melalui proses Diklat terintegrasi (Pelatihan Prajabatan) untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat, dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.

Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN), nomor 25 tahun 2017 tentang pedoman penyelenggaraan diklat latsar CPNS golongan III, dinyatakan untuk membentuk ASN profesional dibutuhkan pembaharuan pola diklat. Untuk mencapai tujuan tersebut LAN menyiapkan dua tahap pembelajaran utama, yaitu internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai dasar. Sistem pembelajaran pada diklat latsar pola baru, menuntut setiap peserta untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu:

(8)

Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang disingkat menjadi ANEKA. Melalui proses diklat latihan dasar, ASN mendapatkan penjelasan, pendalaman, penghayatan, dan penguasaan nilai-nilai dasar tersebut.

Selayaknya proses belajar yang baik, suatu konsep akan dapat dikuasai secara penuh setelah diterapkan dalam proses keseharian. Penerapan nilai-nilai inilah yang membutuhkan rangkaian proses perencanaan yang dimulai dengan pendataaan tugas pokok (sasaran kerja pegawai) di satuan/unit kerja, penetapan masalah dan pemecahan isu untuk kemudian merujuk penerapan nilai-nilai dasar dalam kegiatan tersebut. Proses ini dikenal dengan istilah aktualisasi.

Aktualisasi dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi isu-isu yang ada di tempat kerja dan menganalisanya untuk mendapatkan isu terpilih menggunakan USG (Urgency, Seriousness and Growth). Kemudian menentukan langkah-langkah kegiatan dalam rangka menyelesaikan isu yang telah dipilih. Dengan mengaktualisasikan nilai- nilai dasar profesi PNS meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti Korupsi serta melihat aspek pelayanan publik manajemen ASN dan Whole of Government. Adapun kegiatan aktualisasi yang dilakukan oleh peserta diklat merupakan kegiatan inovasi dari satuan kerja masing – masing. Setiap satuan kerja tentu saja memiliki masalah yang berbeda – beda. Dalam hal ini, penulis akan melakukan kegiatan aktualisasi khususnya di ruang Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat Jakarta.

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki perbedaan dengan pelayanan lainnya. Pada IGD, pasien ditangani tidak berdasarkan antrian atau nomor urut seperti halnya pelayanan yang ada di instalasi rawat jalan, dan alur pelayanan pasiennya pun berbeda.

Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit sesuai dengan standar.

(9)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu adanya standar prosedur dalam suatu pelayanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/PER/IV/2007 Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, dimana Standar Prosedur Operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. . Diharapkan dengan adanya suatu SOP ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat yang berbasis mutu dan keselamatan pasien. Dalam perananannya di IGD, tenaga kesehatan dan dokter jaga IGD adalah orang yang pertama kali menerima pasien, dan akan mengklasifikasikan pasien sesuai dengan keilmuannya dan penanganan kegawatdaruratan pasien segera.

IGD RS Ketergantungan Obat secara khusus memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita ketergantungan NAPZA, selain itu juga melayani masyarakat yang datang dengan masalah kesehatan secara umum . Namun dalam hal kasus pasien NAPZA masih kurangnya edukasi kepada pasien tentang bahaya NAPZA.

Penyalahgunaan NAPZA kasusnya masih marak terjadi di masyarakat terutama di era pandemi kasusnya semakin menjadi masalah serius. Menurut Drs. Richard M.

Nainggolan selaku Direktur Pemberdayaan Masyakarat Deputi Dayamas (BNN) dalam berita di website UII bahwa kasus penyalahgunaan narkoba pada masa pandemi justru meningkat akibat kehilangan mata pencaharian. Masyarakat tidak pernah memikirkan efek samping yang ditimbulkan oleh NAPZA, ini disebabkan karena pengetahuan tentang bahaya NAPZA masih rendah. Maka dari itu perlunya peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan edukasi kepada pasien serta keluarga tentang bahaya NAPZA dan kasus kegawatdaruratannya. Berdasarkan hal diatas penulis mengangkat isu rancangan aktulisasi dengan judul “Optimalisasi Pelayanan Gawat Darurat dengan Pembuatan Prosedur dan Media KIE di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat Jakarta”.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta CPNS diharapkan mampu menjelaskan konsepsi aktualisasi, penjelasan aktualisasi, penyusunan dan penyajian rancangan aktualisasi dan rencana pelaksanaan aktualisasi di RS Ketergantungan Obat Jakarta sesuai dengan nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil

(10)

Negara (ASN) yang mencakup ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi).

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, diharapkan peserta mampu:

a. Mampu mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan potensi masalah atau isu yang terdapat di unit kerja masing-masing yang berdasarkan pada fakta dan data yang aktual.

b. Mampu merancang rencana kegiatan atau alternatif pemecahan masalah yang telah ditentukan dan menyusun jadwal kegiatan selama kegiatan aktualisasi.

c. Mampu menerapkan nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mencakup ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi) didalam kegiatan aktualisasi berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi Dokter Ahli Pertama.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Berikut ini beberapa manfaat perancangan kegiatan aktualisasi bagi penulis, yaitu : a. Dapat melakukan internalisasi nilai-nilai dasar ASN dan kedudukan serta

peran ASN dalam NKRI.

b. Dapat mengokohkan kepribadian ASN sehingga mendorong ASN untuk bekerja secara professional, disiplin, berkomitmen, beretika, berintegritas, dan kreatif.

c. Internalisasi nilai-nilai dasar ASN dalam suasana kerja akan mendorong capaian kinerja yang lebih baik.

2. Bagi Instansi Kerja

Terwujudnya lingkungan kerja yang kondusif dalam melayani kebutuhan publik yang dalam hal ini merupakan pemberi jasa layanan kesehatan serta meningkatkan akuntabilitas lembaga kinerja individu yang memungkinkan organisasi untuk dapat mencapai visi dan mewujudkan citra lembaga yang baik.

D. Ruang Lingkup

Pendidikan dan pelatihan dasar CPNS Golongan III Angkatan 4 diselenggarakan selama 70 hari kerja sejak tanggal 21 juni 2021 sampai dengan 02

(11)

November 2021. Kegiatan Latsar ini dilakukan secara daring di Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) Cikarang, yang terdiri atas beberapa tahap yaitu :

1. Tanggal 21 Juni 2021 – 12 Juli 2021 pada jadwal awal namun sempat dihentikan sementara pada tanggal 6 juli 2021 dan dilanjutkan kembali pada tanggal 26-29 Juli 2021: Pelaksanaan Massive Open Online Course (MOOC)

2. Tanggal 10 Agustus 2021 – 8 September 2021: Pelaksanaan Distance Learning 3. Tanggal 1 3 September 2021 – 16 Oktober 2021 : Pelaksanaan Aktualisasi 4. Tanggal 20 Oktober 2021 – 02 November 2021 : Pelaksanaan Klasikal

Ruang lingkup aktualisasi oleh Penulis mencakup tugas pokok sesuai sasaran kinerja pegawai (SKP), penugasan pimpinan, dan kegiatan inovasi untuk memecahkan isu yang ada pada unit kerja. Pada setiap kegiatan akan dipaparkan tahapan kegiatan dan hasil yang diharapkan. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Ketergantungan Obat Jakarta. Kegiatan dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai dasar ASN ANEKA.

(12)

BAB II

PROFIL INSTANSI DAN PESERTA

A. Profil RS Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta 1. Sejarah RS Ketergantungan Obat

Rumah sakit ini digagas pendiriannya oleh Bapak H. Ali Sadikin (alm) mantan Gubernur DKI Jakarta, dr. Herman Susilo (mantan Ka. Dinkes DKI Jakarta), Prof. dr.

Kusumanto Setyonegoro (mantan Ka. Ditkeswa Depkes) dan bagian Psikiatri Universitas Indonesia. Secara resmi mulai beroperasi pada tanggal 12 April 1972, awalnya sebagai satu unit di RSUP Fatmawati Jakarta. RSKO merupakan rumah sakit pemerintah satu–satunya yang khusus bergerak dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat (GBZ). Pertama didirikan dengan nama Lembaga Ketergantungan Obat (LKO), kemudian tahun 1978 status LKO ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Kelas C dengan nama Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta milik Departemen Kesehatan RI sebagai unit pelaksana fungsional dari Ditjen Pelayanan Medik sesuai dengan SK Menkes Nomor: 138/SK/Menkes/IV/1978 sebagai Direktur pertama adalah dr. Erwin Widjono,Sp.KJ Drug Depence Unit (DDU).

Dalam perjalanan waktu terjadi peningkatan jumlah pasien dengan ketergantungan opiate, sedangkan lahan di Fatmawati tidak memadai untuk dikembangkan, maka pada tahun 1999 RSKO Jakarta mendapat persetujuan prinsip dari Gubernur DKI Jakarta untuk memanfaatkan tanah seluas 1,5 Hektar untuk pembangunan RS Ketergantungan Obat Jakarta lokasi terletak di Kelurahan Cibubur Kotamadya Jakarta Timur sesuai Surat Gubernur DKI Jakarta Nomor : 3397/-1.711.5 tanggal 11 Nopember 1999. Pada tahun 2000 RSKO Jakarta telah terakreditasi tahap pertama sesuai SK Ditjen Pelayanan Medik No: YM.00.03.2.2.1951 tanggal 23 Mei 2000. Perubahan kelembagaan yang semula Rumah Sakit Tipe C sesuai SK Menkes Nomor 732/MENKES/SK/VI/2002 tanggal 14 Juni 2002. Pada bulan Oktober 2002 dilakukan Soft Opening pemanfaatan gedung yang berlokasi di Cibubur dengan kapasitas 60 tempat tidur (20 TT di Cibubur dan 40 TT di Fatmawati). Seiring dengan meningkatnya penderita gangguan yang berhubungan dengan zat dan penyakit terkait, maka kapasitas tempat tidur pada tahun 2004 ditingkatkan menjadi 100 TT. Sejak tahun 2004, pelayanan di Fatmawati mulai dipindahkan ke Cibubur.

Sesuai dengan Surat Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI No. PL.

01.03.1.4/5402 tanggal 3 Nopember 2006 tentang Pemanfaatan tanah dan bangunan RSKO di Cibubur. Lokasi RSKO yang terletak di RS Fatmawati akan digunakan RSUP

(13)

Fatmawati maka seluruh aktifitas RSKO Fatmawati dipindahkan ke Cibubur. Secara keseluruhan aktifitas pelayanan hanya ada di Cibubur sejak awal Juli 2007. Jadi tahun 2008 semua pelayanan RSKO Jakarta sudah pada satu tempat yaitu di Cibubur.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 281/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 756/Menkes/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007 tentang Penetapan 15 (lima belas) Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum secara Bertahap, termasuk Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, maka dipandang perlu penyesuaian Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 245/MENKES/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008.

Untuk mengisi struktur organisasi dan tata kelola yang telah ditetapkan, maka pada tanggal 3 Februari 2009 telah dilakukan Pelantikan terhadap Pejabat-pejabat Struktural di lingkungan Departemen Kesehatan termasuk Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

Selanjutnya melalui proses administrasi dan evaluasi oleh Departemen Keuangan dan didampingi Departemen Kesehatan, maka ditetapkanlah Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta menjadi rumah sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum secara Penuh berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 349/KMK.05/2009 tanggal 3 September 2009 tentang Penetapan Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta pada Departemen Kesehatan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum secara Penuh, dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1002/MENKES/SK/XI/2009 tanggal 10 November 2009 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 756/MENKES/VI/2007 tentang Penetapan 15 (lima belas) Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Untuk meningkatkan standar pelayanan rumah sakit maka Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta melaksanakan uji akreditasi rumah sakit dan telah dinyatakan lulus Akreditasi 12 Pelayanan (Adminstrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Pelayanan Farmasi, K3, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit) dengan sertifikat nomor : KARSSERT/373/I/2012 tanggal 26 Januari 2012 berlaku 3 (tiga) tahun. RSKO Jakarta telah memperoleh sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan tingkat kelulusan “Paripurna” dengan sertifikat nomor:

(14)

KARS-SERT/681/IV/2017 tanggal 10 Apri 2017 dan pada tanggal 7 November 2018 akan dilakukan survey verifikasi akreditasi.

Dalam penetapan kelas Rumah sakit Ketergantungan Obat adalah Rumah Sakit Khusus Ketergantungan Obat sebagai Rumah Sakit Khusus Kelas B Non Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.03/I/0945/2014 tentang Penetapan Kelas RSKO Jakarta.

2. Visi, Misi dan Motto RS Ketergantungan Obat a. Visi

Visi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta (RSKO Jakarta) adalah :

“Menjadi Pusat Rujukan Nasional Dalam Bidang Ketergantungan Obat dan Adiksi Lainnya Tahun 2024 Dalam Rangka Mendukung Pembangunan Sumber Daya Manusia” Berdasarkan visi maka RSKO Jakarta ke depannya diharapkan menjadi pusat rujukan pelayanan dan informasi NAPZA dimana ketika masyarakat berbicara narkoba dan zat adiktif mereka mengenal Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta dan kemudian berinteraksi dalam kegiatan mendapatkan informasi, pelayanan penyembuhan dan rehabilitasi bidang gangguan yang berhubungan dengan zat (GBZ).

b. Misi

Untuk mewujudkan Visi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta maka diperlukan Misi sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan upaya Preventif, Promotif, Kuratif dan Rehabilitatif dalam Bidang ketergantungan obat dan adiksi lainnya serta penyakit terkait secara komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien.

2. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan sertifikasi dalam bidang ketergantungan obat dan adiksi lainnya.

3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang ketergantungan obat dan adiksi lainnya.

c. Motto

Motto Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta yang menjadi landasan dalam bekerja yaitu :

1. Ramah, selalu memberikan senyum, salam dan sapa setiap memberkan pelayanan maupun sesama karyawan.

2. Sigap, selalu berusaha cepat, tepat dan cekatan dalam melakukan pekerjaan maupun pelayanan sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.

(15)

3. Kasih, selalu memberikan kepedulian dan tanggap serta saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain.

4. Optimis, senantiasa memberikan harapan kepada pasien dan keluarganya agar pasien mencapai proses pemulihan yang optimal dari masalah penyalahgunaan NAPZA.

3. Falsafah RS Ketergantungan Obat

Adapun Falsafah RS Ketergantungan Obat yaitu Profesionalisme Modal Utama Layanan Kami.

4. Struktur Organisasi RS Ketergantungan Obat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta, RS Ketergantungan Obat Jakarta dipimpin oleh direktur utama. Susunan organisasi RS Ketergantungan Obat Jakarta terdiri atas: a. direktorat pelayanan medik, keperawatan, dan penunjang; b. direktorat sumber daya manusia, keuangan, dan umum.

a. Direktorat pelayanan medik, keperawatan, dan penunjang

Direktorat pelayanan medik, keperawatan, dan penunjang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelayanan medis dan penunjang medis dengan kekhususan di bidang penyakit akibat ketergantungan obat, keperawatan, dan pelayanan nonmedis. Direktorat Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang dipimpin oleh direktur. Susunan organisasi direktorat pelayanan medik, keperawatan, dan penunjang terdiri atas kelompok jabatan fungsional.

Dalam melaksanakan tugas, direktorat pelayanan medik, keperawatan, dan penunjang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a) Pengelolaan pelayanan medis dan penunjang medis rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat dengan kekhususan di bidang penyakit akibat ketergantungan obat;

b) Pengelolaan pelayanan keperawatan rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat;

c) Pengelolaan pelayanan nonmedis; dan

d) Pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien.

b. Direktorat sumber daya manusia, keuangan, dan umum

Direktorat sumber daya manusia, keuangan, dan umum mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan sumber

(16)

daya manusia dan pendidikan, pelatihan, penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi dengan kekhususan di bidang penyakit akibat ketergantungan obat, pengelolaan keuangan, barang milik negara, sistem informasi, dan layanan pengadaan barang/jasa, pelaksanaan urusan hukum, organisasi, hubungan masyarakat, kerja sama, dan umum, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

Direktorat sumber daya manusia, keuangan, dan umum juga dipimpin oleh direktur.

Direktorat sumber daya manusia, keuangan, dan umum menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a) Penyusunan rencana, program, dan anggaran;

b) Pengelolaan urusan administrasi, perencanaan, pengembangan, pembinaan, dan kesejahteraan sumber daya manusia;

c) Pengelolaan pendidikan dan pelatihan dengan kekhususan pelayanan kesehatan di bidang penyakit akibat ketergantungan obat;

d) Pengelolaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi dengan kekhususan pelayanan kesehatan di bidang penyakit akibat ketergantungan obat;

e) Pelaksanaan urusan perbendaharaan;

f) Pelaksanaan anggaran;

g) Pelaksanaan urusan akuntansi;

h) Pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa;

i) Pengelolaan barang milik negara;

j) Pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan tata laksana;

k) Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat, kerja sama, dan kemitraan;

l) Pengelolaan sistem informasi;

m) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan n) pelaksanaan urusan administrasi rumah sakit.

(17)

Gambar 1.1 Struktur Organisasi

5. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor : 245/MENKES/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Ketergantungan obat, Rumah Sakit Ketergantungan obat mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan usaha kesehatan jiwa, pencegahan dan pemulihan untuk penderita ketergantungan obat dan penyalahgunaan obat, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Rumah Sakit Ketergantungan Obat mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan upaya peningkatan kesehatan di bidang penanggulangan masalah ketergantungan obat;

2. Pelaksanaan upaya deteksi dini dan pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zal adiktif lainnya (NAPZA);

3. Pelaksanaan pelayanan penyembuhan dan penatalaksanaan penderita ketergantungan obat;

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 74 Tahun 2019

SEKSI PELAYANAN KEPERAWATAN

PEJABAT PENGAWAS

DIREKTORAT PELAYANAN MEDIK, KEPERAWATAN DAN

PENUNJANG

INSTALASI

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

DIREKTORAT SDM KEUANGAN DAN UMUM

SATUAN PEMERIKSAAN

INTERNAL

SUB BAGIAN PENGEMBANGA

N SDM DAN DIKLIT BAGIAN SDM, PENDIDIKAN DAN PENELITIAN BAGIAN

KEUANGAN DAN BMN

SEKSI PELAYANAN

MEDIK BIDANG PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN

SEKSI PELAYANAN PENUNJANG MEDIK BIDANG PELAYANAN PENUNJANG

SEKSI PELAYANAN PENUNJANG NONMEDIK

SUB BAGIAN AKUNTANSI DAN

BMN

DIREKTUR UTAMA

SUB BAGIAN PERBENDAHARA

AN DAN PELAKSANAAN

ANGGARAN

INSTALASI SUB BAGIAN ADMINISTRASI SDM

SUB BAGIAN PENYUSUNAN DAN EVALUASI ANGGARAN

KELOMPOK STAF MEDIK

BAGIAN PERENCANAAN DAN EVALUASI

BAGIAN ORGANISASI DAN UMUM

SUB BAGIAN PERENCANA PROGRAM

SUB BAGIAN EVALUASI DAN

PELAPORAN

SUB BAGIAN HUKUM, ORGANISASI DAN HUMAS

SUB BAGIAN UMUM

Direktur Utama : 01. Komite Medik 02. Komite Etik dan Hukum 03. Komite Keperawatan 04. Komite PPI

05. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien 06. SPI

07. ULP

Direktorat Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang :

01. Kepala Instalasi Rawat Jalan 02. Kepala Instalasi Rawat Inap

Komplikasi 03. Kepala Instalasi Gawat Darurat 04. Kepala Instalasi Laboratorium 05. Kepala Instalasi Radiologi 06. Kepala Instalasi Farmasi 07. Kepala Instalasi Rehabilitasi Napza 08. Kepala Instalasi Gizi 09. Kepala Instalasi Pendidikan dan

Penelitian

10. Ketua Kelompok Staf Medik Psikiatri 11. Ketua Kelompok Staf Medik Spesialis

Lainnya

12. Ketua Kelompok Staf Medik Penyakit Dalam

13. Ketua Kelompok Staf Medik Gigi 14. Ketua Kelompok Staf Medik Umum 15. Kepala Instalasi Rekam Medik 16. Kepala Instalasi MCU dan

Pemeriksaan Khusus Direktorat SDM, Keuangan dan Administrasi Umum :

01. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit 02. Instalasi SIMRS 03. Instalasi Administrasi Pasien 04. Instalasi Pusat Sterilisasi dan Binatu

Rumah Sakit UNIT

LAYANAN PENG ADAAN

KOMITE MEDIK

KOMITE ETIK DAN HUKUM

KOMITE PPI

KOMITE KEPERA WATAN

KOMITE MUTU DAN KESELA MATAN PASIEN

(18)

4. Pelaksanaan upaya rehabilitasi penderita ketergantungan obat;

5. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan;

6. Pelaksanaan pelayanan rujukan;

7. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang penangulangan penyalahgunaan NAPZA;

8. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyalahgunaan NAPZA;

9. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan jaringan informasi di bidang penaggulangan penyalahgunaan NAPZA;

10. Pelaksanaan administrasi umum dan keuangan.

6. Jenis Pelayanan RS Ketergantungan Obat

Pelayanan NAPZA di RSKO diberikan secara komprehensif yaitu penerimaan awal (initial intake), detoksifikasi, rehabilitasi pelayanan untuk komplikasi medik, dual diagnosis dan terapi rumatan metadon dan buprenorfin yang merupakan ciri khas terapi cafeteria guna menjawab kebutuhan penerima layanan. Hal ini dimaksudkan untuk menyelaraskan kebutuhan pasien, keluarga, dan masyarakat.

RSKO Jakarta juga memiliki layanan unggulan yaitu sebagai laboratorium skrining dan konfirmasi NAPZA. Disamping itu, RSKO sebagai pengampu layanan program rumatan metadon/suboxon. Peningkatan SDM menjadi prioritas utama yang dilakukan RSKO Jakarta untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu dan berkualitas. Hal ini dapat dilihat dari upaya profesionalisme para pimpinan, dokter, perawat seluruh staf dan karyawan lainnya. Program-program peningkatan berupa training dalam dan luar negeri, pendidikan formal, langsung melakukan studi banding ke lembaga-lembaga kesehatan yang kredibel, dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

Rumah Sakit Ketergantungan Obat mempunyai fasilitas pelayanan yang didapatkan bagi masyarakat umum maupun NAPZA yaitu :

a. Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat Jakarta (RSKO) mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Instalasi Gawat Darurat memberikan pelayanan untuk gawat darurat NAPZA, gawat darurat psikiatri, dan gawat darurat umum.

(19)

b. Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta saat ini melaksanakan kegiatan bisnis yang berhubungan dengan pelayanan medis dan penunjang medis baik yang berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA maupun pelayanan kesehatan umum dan spesialis. Pelayanan Rawat Jalan terdiri :

1) Klinik NAPZA:

a. Non Rumatan adalah Pelayanan tehadap pasien NAPZA yang datang sewaktu-waktu atau terjadwal untuk melakukan konsultasi dan pengobatan.

b. Rumatan adalah Pelayanan terhadap pasien NAPZA yang tiap hari ke RSKO untuk minum obat substitusi/pengganti.

2) Klinik Spesialis:

a. Klinik Psikiatri;

b. Klinik Penyakit Saraf;

c. Klinik Penyakit Dalam;

d. Klinik Psikologi;

e. Klinik Penyakit Paru;

f. Klinik Rehabilitasi Medik/Fisioterapi g. Klinik Geriatri

h. Klinik Anak.

3) Klinik Umum 4) Klinik Gigi

5) Medical Check Up (MCU)

c. Instalasi Rawat Inap

Pelayanan yang diberikan Instalasi rawat inap terdiri dari beberapa ruangan antara lain:

1. Ruang Detoksifikasi NAPZA

2. Ruang Rehabilitasi gangguan penggunaan NAPZA, Penanganan gangguan jiwa murni, Penanganan dual diagnosis, Penanganan komorbiditas fisik;

3. Ruang komplikasi medik dan High Care Unit (HCU) yang sementara di masa pandemic saat ini menjadi ruang perawatan bagi pasien terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan sampai sedang.

(20)

d. Instalasi Penunjang Medik

Penunjang yang tersedia dirumah sakit ini, adalah farmasi, laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik, psikososial, gizi, pendidikan dan pelatihan, rekam medis, CSSD, dan pemulasaraan jenazah.

7. Pelayanan Unggulan RS Ketergantungan Obat

Berikut dibawah ini merupakan beberapa Pelayanan Unggulan RS Ketergantungan Obat Jakarta, yaitu :

a. Pelayanan NAPZA komprehensif : Penerimaan awal (initial intake), detoksifikasi, rehabilitasi pelayanan untuk komplikasi medik, dual diagnosis dan terapi rumatan metadon dan bufrenorfin yang merupakan ciri khas terapi cafeteria guna menjawab kebutuhan penerima layanan. Hal diatas dimaksud untuk menyelaraskan kebutuhan pasien, keluarga, dan masyarakat.

b. Sebagai pengampu layanan program rumatan metadon/suboxone.

c. Pemberi pelatihan dan pendidikan dari berbagai profesi di bidang pelayanan ketergantungan NAPZA (pelayanan akibat gangguan yang berhubungan dengan zat).

d. Menjadi bagian dari jejaring dunia melalui kolaborasi badan dunia (WHO, UNODS, UNAIDS) menyusun pedoman terapi dan pelatihan serta modulnya untuk kepentingan internasional, regional dan nasional.

e. Menjadi narasumber bagi pelatihan, pelayanan, dan penyusunan perencanaan terapi ketergantungan NAPZA dan HIV/AIDS.

f. Menjadi bagian jejaring pelayanan kesehatan HIV/AIDS dalam promosi, prevensi, terapi, dan penelitian. Pesatnya kemajuan teknologi informasi turut memacu tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik secara terus menerus. Tidak bisa tidak, dunia kesehatan khususnya di bidang perumahsakitan perlu untuk terus menerus melakukan upaya dalam memperbaiki mutu pelayanan kesehatan mereka, baik di bidang sumber daya manusia, fasilitas dan peralatan kedokteran, teknologi informasi dan sebagainya.

B. Profil Peserta 1. Identitas Diri

Nama : Anita Sari Putri

Tempat/Tanggal lahir : Bengkulu, 20 Agustus 1990

NIP : 199008202020122004

Jabatan : Dokter Ahli Pertama

(21)

Pangkat/Gol Ruang : Penata Muda Tk.1-III/b

Asal Instansi : RS Ketergantungan Obat Jakarta

Unit Kerja : KSM Umum RS Ketergantungan Obat Jakarta Pendidikan Terakhir : Pendidikan Dokter Umum

2. Uraian Tugas Pokok Jabatan

a. Melaksanakan pelayanan medik rawat jalan b. Melaksanakan pelayanan medik rawat inap c. Melaksanakan Tindakan khusus

d. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan medik e. Melakukan pemulihan fisik

f. Melakukan pemulihan mental g. Menyusun catatan medik pasien h. Melaksanakan tugas jaga

i. Melaksanakan tugas bantuan/partisipasi Kesehatan j. Menyusun laporan pelaksanaan tugas

k. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan.

(22)

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu

Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik organisasi dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi tersebut, isu merupakan suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap organisasi bahkan dapat berlanjut pada tahap krisis. Berkaitan dengan rancangan aktualisasi ini, sumber isu yang diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), kegiatan yang diinisiatif oleh penulis melalui persetujuan coach dan mentor, serta penugasan dari atasan. Berdasarkan kaitannya dengan Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik. Adapun bagian dari kegiatan aktualisasi yaitu menetukan isu yang ada diunit kerja , dalam hal ini isu diambil pada Instalasi Gawat Darurat (IGD). Berikut adalah daftar isu-isu yang muncul di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta yang saya amati selama masa orientasi 3 bulan:

1. Angka kunjungan pasien Instalasi Gawat Darurat di RS Ketergantungan Obat yang masih rendah (Whole of overnment).

2. Belum optimalnya alur pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat. (Pelayanan Publik)

3. Belum optimalnya penggunaan electronic medical record (EMR) pada pelayanan IGD.

Sehingga Masih tetap menggunakan pengisian rekam medik secara tertulis.

(Pelayanan publik).

Dari 3 isu diatas selanjutnya akan di identifikasi berdasarkan data dan fakta yang ada di unit tersebut. Berikut dibawah ini merupakan hasil pengkajian identifikasi isu di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Ketergantungan Obat Jakarta, yaitu pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Identifikasi data dan fakta isu

(23)

No Isu Data Dampak apabila isu tidak ditangani 1 Angka kunjungan di

RS Ketergantungan Obat yang masih rendah

Berdasarkan laporan bulanan jumlah Kunjungan IGD berdasarkan kasus:

Bulan Februari 2021:

pasien umum 21, NAPZA 4, psikiatri 3, covid 32.

Bulan Maret 2021:pasien umum 36, NAPZA 2, psikiatri 7, covid 30 Bulan April 2021: pasien umum 64, NAPZA 9, covid 15

Hasil wawancara:

Menurut ketua bidang medik dikarenakan RS Ketergantungan Obat belum bekerja sama dengan Jaminan Kesehatan Nasional

sehingga kunjungan pasien umum yang berobat ke IGD masih sedikit

Akan berdampak pada

pemasukan RS

sehingga

mempengaruhi arus cash flow RS

2 Belum optimalnya alur pelayanan pasien di

IGD RS

Ketergantungan Obat

Hasil Observasi:

Sistem alur pelayanan pasien sudah ada, namun belum adanya SOP khusus alur pelayanan pasien di IGD sehingga pelayanan tidak sistematis.

Hasil Wawancara:

Menurut Ketua bidang medik memang belum adanya SOP yang menetapkan alur pasien di IGD

Pelayanan terhadap pasiennya menjadi kurang efisien dan efektif

3 Belum optimalnya pengisian electronic medical record (EMR) pada pelayanan IGD

Hasil observasi :

EMR pada pasien IGD sudah ada, namun masih belum berjalan, sehingga dokter jaga hanya menulis

Kelengkapan catatan medis pasien tidak terintegrasi dengan baik dalam satu sistem

(24)

RS Ketergantungan Obat

SOAP di lembar status rekam medik pasien.

Hasil wawancara:

Menurut kasi pelayanan medik hal tersebut dikarenakan masih perlunya penyesuaian format EMR.

B. Analisis Isu

Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu dilakukan proses identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang dapat dicarikan solusi oleh penulis. Proses identifikasi isu tersebut menggunakan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Kriteria yang digunakan adalah metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Probematik, dan Layak) untuk memilih 2 dari 3 isu yang ada kemudian dilanjutkan dengan metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) untuk menentukan core issue dari 3 isu teratas hasil metode AKPL.

Metode pertama yang dipakai adalah metode AKPL. Adapun AKPL dijelaskan sebagai berikut:

1) Aktual: Isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.

2) Kekhalayakan: Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.

3) Problematik: Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya

4) Layak: Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Tabel 3.2 Analisis Penilaian kualitas isu dengan metode AKPL

No Isu Kriteria Isu

Terpilih/Tidak A K P L

1 Upaya peningkatan angka kunjungan di RS Ketergantungan Obat

√ - √ √ √

2 Belum optimalnya pelayanan pasien NAPZA di IGD RS Ketergantungan Obat

√ √ √ √ √

(25)

3 Belum optimalnya penggunaan electronic medical record (EMR) pada pelayanan IGD

√ - - √ √

Setelah dilakukannya penetapan isu yang berkualitas berdasarkan pada pengukuran AKPL diatas, maka isu tersebut harus diprioritaskan kembali. Isu yang ada dianalisa lagi dengan metode USG untuk memilih isu yang akan dicarikan solusinya. Penapisan isu priotitas dengan menggunakan metode USG di mana isu yang memiliki total skor paling tinggi akan dipilih sebagai isu prioritas. Kriteria tersebut antara lain:

 Urgency/Urgensi: Seberapa mendesak dikaitkan dengan waktu yang tersedia.

 Seriousness/Keseriusan: Apabila masalah tidak ditangani maka akan timbul masalah lain yang lebih serius.

 Growth/Perkembangan isu: Apabila masalah dibiarkan maka masalah akan memburuk.

Rentang Nilai (1-5):

 Tidak sangat penting : Skor 1

 Kurang penting : Skor 2

 Cukup penting : Skor 3

 Penting : Skor 4

 Sangat penting : Skor 5

Tabel 3.3 Analisis Isu Prioritas dengan metode USG

No Isu U S G Total Skala

Prioritas 1 Angka kunjungan IGD di RS

Ketergantungan Obat yang masih rendah 3 3 3 9 2 2 Belum optimalnya pelayanan pasien

NAPZA di IGD RS Ketergantungan Obat 5 5 4 14 1 3 Belum optimalnya penggunaan electronic

medical record (EMR) pada pelayanan IGD

2 3 3 8 3

(26)

Sebagai kesimpulan dari hasil penapisan isu di atas maka isu yang terpilih

“Belum optimalnya pelayanan pasien NAPZA di IGD RS Ketergantungan Obat”

sebagai isu prioritas yang akan di analisis.

C. Analisis Penyebab Isu

Unit Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut.

Ruang IGD RS Ketergantungan Obat terdiri dari ruang tunggu, ruang covid IGD, ruang triase, ruang resusitasi, ruang Tindakan (bedah, non bedah, psikiatri) dan ruang observasi. Tiap ruangan memiliki 1 bed pasien, namun ruang observasi dan triase psikiatri memiliki 2 bed. Dari hasil observasi di IGD RS Ketergantungan Obat sistem pelayanan pasien sudah berjalan, namun belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini dikarenakan belum maksimalnya instansi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi jalannya alur palayanan di rumah sakit. Belum optimalnya pelayanan dikarenakan kurangnya pemahaman petugas tentang jalannya alur pelayanan dan belum adanya SOP yang menetapkan alur pelayanan pasien di IGD. Sebagai contoh ketika melayani pasien waktu dan proses penanganan masih lamban sehingga ketika ada pasien baru yang datang terjadi penumpukan pasien di ruang IGD.

Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat. Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya sistem penangulangan gawat darurat, karena keadaan tersebut memerlukan waktu tanggap (respon time) yang sangat terbatas. Untuk itu perlu adanya suatu alur pelayanan pasien yang terstandar sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat, tepat dan sistematis.

Tujuan adanya alur pelayanan yaitu sebagai acuan bagi petugas IGD dalam melakukan kegiatan pelayanan di IGD RS Ketergantungan Obat Jakarta dan memastikan bahwa pasien mendapat penanganan yang sesuai dengan penyakit dan kebutuhan pasien serta sumber daya Rumah Sakit.

Setelah melakukan identifikasi terhadap prioritas isu yang akan diselesaikan, maka digunakan diagram fishbone atau diagram tulang ikan. Diagram fishbone ini digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah karena menekankan pada

(27)

hubungan sebab akibat. Berikut dibawah ini merupakan analisis prioritas masalah dengan diagram fishbone, yaitu:

Penyebab Akibat

D. Analisis Dampak Isu 1. Dampak Sebagai ASN

Dampak isu jika tidak diselesaikan adalah pelayanan publik kepada pasien yang datang berobat ke RS Ketergantungan Obat menjadi kurang efektif dan efisien. Hal ini akan membuat pelayanan menjadi tampak kurang profesional dan akhirnya akan mengurangi kepuasan pelanggan terhadap layanan yang diberikan oleh RS Ketergantungan Obat.

2. Dampak Bagi Instansi

Apabila isu ini jika tidak segera dipecahkan akan berdampak pada tidak tercapainya visi misi Rumah Sakit Ketergantungan Obat sebagai penyelenggara pelayanan Kesehatan maka akan menimbulkan dampak antara lain tidak tercapainya visi misi rumah sakit yaitu sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dengan upaya preventif, promotif, kuratif dan Rehabilitatif dalam Bidang ketergantungan obat dan adiksi lainnya serta penyakit terkait secara komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien sehingga akan mempengaruhi mutu RS Ketergantungan Obat.

Man

Environment

Methode Material

Measurement Money

Belum ada media informasi tentang alur pelayanan di

IGD Perlunya

anggaran pembuatan

media KIE

SOP alur pelayanan pasien

belum tersedia Alur pelayanan

pasien di IGD kurang sistematis Evaluasi SOP

belum berjalan selaras dengan

SOP yang belum tersedia

Belum optimalnya pelayanan pasien NAPZA di IGD RS Ketergantun gan Obat Kurangnya edukasi

kegawatdaruratan NAPZA oleh nakes Kurangnya

pemahaman nakes pentingnya SOP Kurangnya media

edukasi tentang kegawatdaruratan

NAPZA

Waktu penanganan pasien masih lamban

(28)

3. Dampak Bagi Masyarakat

Dampak yang timbul bagi pasien/masyarakat apabila pelayanan IGD belum optimal antara lain:

1) Pasien tidak mendapat penanganan yang tepat dan waktu pelayanan menjadi lebih lama

2) Angka kematian dan kecacatan lebih lanjut pada pasien bisa meningkat 3) Menurunnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.

E. Gagasan Pemecahan Isu

ASN wajib memberikan pelayanan yang prima sehingga masayarakat sebagai pelanggannya dapat merasa puas. Sebagai dokter yang berstatus sebagai ASN juga memiliki kewajiban untuk memberi pelayan prima kepada pasien. Keselamatan pasien menjadi tujuan utama dalam pelayanan, selain keselamatan pasien diharapkan pula agar pasien merasa puas atas pelayanan yang telah diberikan.

Setelah menentukan prioritas isu yang akan dipecahkan, selanjutnya adalah tahapan analisis pemecahan isu dengan melihat penyebab terjadinya isu tersebut. Gagasan penulis untuk memecahkan isu optimalisasi pelayanan pasien NAPZA di RS Ketergantungan Obat adalah dengan membuat SOP alur penerimaan pasien NAPZA dan pembuatan media informasi berupa banner alur pelayanan di ruang IGD RS Ketergantungan Obat Jakarta.

(29)

F. Matriks Rancangan Aktualisasi

Unit kerja : RS Ketergantungan Obat Jakarta Identifikasi Isu :

1. Angka kunjungan Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RS Ketergantungan Obat yang masih rendah 2. Belum optimalnya alur pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat

3. Belum optimalnya penggunaan electronic medical record (EMR) pada pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat

Isu yang diangkat : Belum optimalnya alur pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat Gagasan Pemecahan Isu :

1. Konsultasi dengan bidang medik, kepala ruangan dan tim terkait tentang pembuatan SOP pelayanan pasien IGD 2. Mengumpulkan referensi dan informasi terkait pembuatan SOP

3. Membuat SOP alur pelayanan pasien di ruang IGD

4. Membuat media informasi alur pelayanan pasien berupa banner di ruang IGD 5. Membuat media edukasi berupa poster kegawatdaruratan NAPZA di ruang IGD 6. Melakukan sosialisasi SOP alur pelayanan pasien dan media KIE kepada staf IGD 7. Uji coba pelaksanaan SOP dan media KIE oleh dokter jaga dan perawat di ruang IGD 8. Evaluasi sosialisasi SOP dan media KIE serta penerapannya di ruang IGD

Kegiatan aktualisasi dibuat oleh penulis dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini. Dalam tabel tersebut berisi matriks rancangan aktualisasi sebagai upaya pemecahan isu yang ada, dilengkapi dengan tahapan dan proses kegiatan serta keterkaitannya dengan nilai- nilai dasar ASN, serta misi RS Ketergantungan Obat Jakarta.

(30)

Tabel 3.4 Matriks rancangan aktualisasi

No. Kegiatan Tahapan kegiatan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan

Kontribusi

terhadap Visi Misi Organisasi

Penguatan Nilai

1. Melakukan

konsultasi dengan bidang medik, kepala ruangan dan tim terkait tentang

pembuatan SOP pelayanan pasien IGD

a Melakukan

konsultasi dan koordinasi dengan ketua bidang medik terkait persiapan

pembuatan SOP.

Notulensi hasil diskusi dan

dokumentasi kegiatan

Akuntabilitas:

Bertanggung jawab, transparan, kejelasan terhadap gagasan yang disampaikan

Nasionalisme: etos kerja, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik

Etika Profesi:

Professional, sopan santun, cermat, menghargai pendapat dari atasan dan

Komitmen mutu:

Efektifitas dalam penyampaian informasi mengenai pentingnya SOP alur pelayanan ,

Sesuai dengan misi RS

Ketergantungan Obat

Menyelenggarakan Upaya Preventif, Promotif, Kuratif dan Rehabilitatif secara

komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien yang dikelola oleh tenaga yang kompeten

Penyampaian yang sopan dan semangat

bekerja keras serta koordinasi menunjukkan sikap yang sejalan dengan nilai organisasi rumah sakit yaitu Kasih, selalu memberikan kepedulian dan tanggap, saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain

(31)

Keramahan dan komunikasi yang baik dengan atasan dan teman sejawat

Antikorupsi:

Kepedulian dan kerja

keras serta

bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan

(32)

b Meminta izin pelaksanaan Kegiatan aktualisasi

Diperolehnya izin oleh bidang medik dan kepala ruangan IGD

Akuntabilitas:

Dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan

Etika Publik:

Dalam meminta izin dengan Kepala instansi peserta melakukan dengan sopan dan santun

Komitmen Mutu:

Ramah dan

berkomunikasi yang baik dengan atasan

2. Mengumpulkan referensi dan informasi terkait pembuatan SOP

a Melakukan komunikasi

dengan bagian pelayanan medik untuk memeriksa dokumen SOP yang sudah tersedia

Informasi SOP yang sudah ada

Akuntabilitas:

tanggung jawab memeriksa dokumen SOP yang ada

Nasionalisme:

Melakukan kegiatan pada jam kerja (Humanis)

Sesuai dengan misi RS

Ketergantungan Obat

Menyelenggarakan Upaya Preventif, Promotif, Kuratif dan Rehabilitatif

Melaksanakan kegiatan dengan tanggung jawab dan cekatan sesuai dengan nilai RSKO yaitu Sigap, selalu berusaha cepat,

(33)

Etika Publik:

Sopan Santun dalam berkomunikasi

Komitmen Mutu:

Memeriksa dokumen SOP yang ada agar menghindari duplikasi SOP

secara komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien

tepat dan cekatan dalam melakukan pekerjaan

maupun

pelayanan sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.

b Mengumpulkan referensi dan informasi terkait

Referensi terkait SOP

Akuntabilitas:

Kerja keras Bekerja keras untuk mencari referensi data yang valid,

Kejelasan Mengumpulkan

referensi dari sumber yang jelas,

Tanggung jawab Bertanggung jawab terhadap kebenaran referensi yang dicari Komitmen Mutu:

(34)

Teliti Proses pengumpulan literatur Anti Korupsi:

Mandiri Mengumpulkan sendiri literatur dan bahan yang ada

c Menganalisis kesesuaian

referensi yang didapatkan

dengan kepala instalasi

Kesesuaian referensi dengan SOP yang akan dibuat

Nasionalisme:

Kerjasama

Berkoordinasi dengan kepala instalasi IGD dalam menganalisis referensi SOP

Komitmen Mutu:

Berorientasi mutu Menganalisis

kesesuaian SOP dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien

Anti Korupsi:

(35)

Disiplin Menganalisis kesesuaian SOP dengan tepat waktu 3. Membuat SOP

alur pelayanan pasien IGD

a Menyusun rancangan SOP

rancangan SOP soft file

Akuntabilitas

Bekerja keras dalam penyusunan SOP Nasionalisme: etos kerja, Amanah

Etika Publik:

Menjalankan tugas secara professional, cermat

Komitmen mutu : berorientasi mutu dalam penyusunan SOP Antikorupsi: disiplin

dalam proses

pembuatan SOP dan dilakukan secara mandiri

Sesuai dengan misi RS

Ketergantungan Obat

Menyelenggarakan Upaya Preventif, Promotif, Kuratif, secara

komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien yang dikelola oleh tenaga yang kompeten

Sikap yang sejalan dengan nilai organisasi rumah sakit yaitu Sigap, yakni selalu berusaha cepat, tepat, dan cekatan dalam melakukan pekerjaan maupun pelayanan sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.

b Mengajukan rancangan SOP ke ketua bidang

Print out SOP Akuntabilitas:

tanggung jawab

(36)

medik dan Kepala Instalasi

terhadap rancangan SOP yang dibuat

Etika Publik:

Mengajukan

Rancangan dengan sopan dan santun Komitmen Mutu:

teliti dan cermat sebelum mengajukan SOP

c Melakukan koordinasi

finalisasi SOP dengan kepala instalasi terkait

SOP Final yang

merupakan revisi akhir dari

rancangan SOP

Akuntabilitas:

Integritas Membuat SOP sesuai dengan referensi dan hasil konsultasi dengan mentor dan kepala instalasi terkait,

Dapat

mempertanggungjawab kan SOP yang telah dibuat

Nasionalisme:

(37)

Bekerjasama dalam penyusunan SOP Menghargai pendapat Menerima masukan dari mentor dan atasan terkait selama proses diskusi

Etika Publik:

Bersikap sopan selama proses diskusi

d Menyusun SOP final alur penerimaan

pasien IGD

SOP Final yang

merupakan revisi akhir

Akuntabilitas:

Tanggung Jawab dengan SOP yang telah dibuat

Komitmen Mutu:

Cermat dan teliti Memeriksa kembali SOP yang sudah dibuat e Melakukan proses

pengajuan SOP kepada bidang pelayanan medik

Bukti pengajuan pengesahan SOP

Akuntabilitas : Bertanggung jawab, integritas

Nasionalisme:

Menghubungi kepala

(38)

bidang Pelayanan Medik secara humanis dan profesional (pada jam kerja)

Etika Publik: pada proses pengajuan SOP dilakukan dengan sopan dan santun Komitmen Mutu:

Efektif dalam penyampaikan hasil revisi SOP

Antikorupsi: SOP revisi diberikan secara mandiri (efektif) dan bertanggung jawab 4. Membuat media

informasi alur pelayanan pasien berupa banner di ruang IGD

a Mencari referensi pembuatan banner alur pelayanan

Referensi konsep banner

Akuntabilitas:

Referensi dapat dipertanggungjawabkan Komitmen mutu:

Teliti dan Cermat dalam mencari referensi (efektif dan efisien)

Sesuai dengan misi RS

Ketergantungan Obat

Menyelenggarakan Upaya Preventif, Promotif, Kuratif

Sikap yang sejalan dengan nilai organisasi rumah sakit yaitu Sigap, yakni selalu berusaha cepat, tepat, dan

(39)

Nasionalisme:

Bekerja keras dalam mencari referensi (kerja keras

dan Rehabilitatif secara

komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien

cekatan dalam melakukan pekerjaan maupun pelayanan sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.

b Membuat konsep banner alur pelayanan

Konsep banner yang akan dicetak

Akuntabilitas:

Membuat konsep banner yang dapat dipertanggungjawabkan Komitmen mutu:

Teliti dan Cermat dalam membuat banner (efektif dan efisien) Nasionalisme:

Bekerja keras dalam membuat banner (kerja keras)

c Mencetak banner Banner alur pelayanan

Akuntabilitas:

Bertanggung jawab

dalam proses

pencetakan banner Nasionalisme:

(40)

Rela berkorban dalam pembiayaan

pembuatan banner Komitmen mutu:

Efektif dan efisien dalam mencari percetakan

Anti korupsi:

Disiplin dan mandiri dalam memantau proses pencetakan d Memasang banner Banner

terpasang di ruang IGD

Komitmen mutu:

Memasang banner dengan teliti

Akuntabilitas:

Memasang dengan tanggung jawab

Etika Publik:

Memasang banner dengan sopan dan santun, tidak mengganggu proses pelayanan

(41)

5. Membuat media edukasi berupa poster kegawat- daruratan NAPZA di ruang IGD

a Mencari referensi materi edukasi kegawat daruratan NAPZA

Referensi materi edukasi

Akuntabilitas:

Referensi dapat dipertanggungjawaban Komitmen mutu:

Teliti dan Cermat dalam mencari referensi (efektif dan efisien) Nasionalisme:

Bekerja keras dalam mencari referensi (kerja keras

Sesuai dengan misi RS

Ketergantungan Obat

Menyelenggarakan Upaya Preventif, Promotif, Kuratif, secara

komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien yang dikelola oleh tenaga yang kompeten

Sikap yang sejalan dengan nilai organisasi rumah sakit yaitu Sigap, yakni selalu berusaha cepat, tepat, dan cekatan dalam melakukan pekerjaan maupun pelayanan sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.

b Konsultasi dengan SMF Psikiatri mengenai konten materi edukasi

Materi edukasi

Nasionalisme:

Kerjasama

Berkoordinasi dengan bagian SMF psikiatri mengenai konten materi edukasi

Komitmen Mutu:

Berorientasi mutu Menganalisis

kesesuaian isi materi dimaksudkan untuk meningkatkan mutu

(42)

pelayanan kepada pasien

Anti Korupsi:

Disiplin Menganalisis kesesuaian isi materi b Membuat konsep

poster edukasi

Konsep poster edukasi yang akan dicetak

Akuntabilitas:

Membuat konsep banner yang dapat dipertanggungjawabkan Komitmen mutu:

Teliti dan Cermat dalam membuat poster (efektif dan efisien)

Nasionalisme:

Bekerja keras dalam membuat poster (kerja keras)

c Mencetak Poster edukasi

Poster

edukasi yang selesai

dicetak

Akuntabilitas:

Bertanggung jawab

dalam proses

pencetakan poster Nasionalisme:

(43)

Rela berkorban dalam pembiayaan

pembuatan poster Komitmen mutu:

Efektif dan efisien dalam mencari percetakan

Anti korupsi:

Disiplin dan mandiri dalam memantau proses pencetakan d Memasang Poster

edukasi

Poster

terpasang di ruang tunggu IGD

Komitmen mutu:

Memasang poster dengan teliti

Akuntabilitas:

Memasang dengan tanggung jawab

Etika Publik:

Memasang poster dengan sopan dan santun, tidak mengganggu proses pelayanan

(44)

6. Melakukan

sosialisasi SOP dan media KIE kepada staf di ruang IGD

a Mengatur jadwal sosialisasi dan menginformasikan pelaksanaan kegiatan

Jadwal kegiatan dalam bentuk undangan

Akuntabilitas:

Keadilan Pembuatan jadwal kegiatan tiak bersamaan dengan kegiatan lain

Komitmen Mutu:

Efektifitas Mencari waktu yang disepakati agar semua dapat mengikuti kegiatan sosialisasi

Sesuai dengan misi RS

Ketergantungan Obat

Menyelenggarakan Upaya Preventif, Promotif, Kuratif, secara

komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien

Semangat bekerja kerasa dan teliti merupakan Sikap yang sejalan dengan nilai organisasi rumah sakit yaitu Sigap, yakni selalu berusaha cepat, tepat, dan cekatan dalam melakukan pekerjaan maupun pelayanan sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.

b Membagikan SOP pelayanan

sebelum sosialisasi

Print out SOP Akuntabilitas:

Bertanggung jawab Mengawasi

pelaksanaan kegiatan

dengan penuh

tanggung jawab, memastikan peserta sosialisasi sudah menerima print out SOP c Melaksanakan

sosialisasi SOP

dan media

Dokumentasi Dalam bentuk foto dan

Akuntabilitas:

Kerja Keras

Mempresentasikan

(45)

informasi alur pelayanan di IGD kepada tenaga kesehatan

Daftar Hadir Peserta

materi sosialiasi dengan

kerja keras,

Kepercayaan

Menyiapkan ruangan yang kondusif, Kejelasan

Menyampaikan

sosialisasi, Partisipatif Sosialisasi kepada tenaga Kesehatan, Bertanggung jawab dalam informasi yang diberikan kepada tenaga Kesehatan Nasionalisme:

Menghargai pendapat Sosialisasi dilakukan dengan diskusi 2 arah Menerima kritik dan saran saat sosialisasi Etika Publik:

(46)

Menyampaikan materi sosialisasi dengan cara yang sopan

7. Uji coba

pelaksanaan SOP dan media KIE oleh dokter jaga dan perawat di IGD

a Membuat jadwal mulai pelaksanaan SOP

Jadwal pelaksanaan (draft jadwal)

Akuntabilitas:

Kejelasan dan konsisten dalam melaksanakan jadwal (jelas, konsisten) Komitmen Mutu:

Efektif dalam pelaksanaan jadwal Anti korupsi:

Jujur dalam

menjalankan jadwal yang sudah dibuat

Sesuai dengan misi RS

Ketergantungan Obat

Menyelenggarakan Upaya Preventif, Promotif, Kuratif, secara

komprehensif berbasis mutu dan keselamatan pasien yang dikelola oleh tenaga yang kompeten

Penyampaian yang sopan dan semangat

bekerja keras serta koordinasi menunjukkan sikap yang sejalan dengan nilai organisasi rumah sakit yaitu Kasih, selalu memberikan kepedulian dan tanggap, saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain

b Menyiapkan form checklist

penerapan SOP di IGD

Form checklist SOP

Akuntabilitas:

Bertanggung jawab dalam menyiapkan form checklist SOP

Etika Publik:

Meminta izin dengan

sopan kepada

penanggung jawab IGD

(47)

akan menaruh form checklist SOP di IGD Komitmen mutu:

Menyediakan form checklist SOP sesuai kebutuhan (efisiensi) c Mengisi Form

checklist SOP setiap

penanganan pasien di IGD

Dokumentasi foto kegiatan

Akuntabilitas:

Mengisi checklist dengan benar dan

sesuai fakta

(transparan) dan dapat dipertanggung

jawabkan

Komitmen Mutu:

Teliti pada saat mengisi form checklist

Anti Korupsi:

Mengisi checklist sesuai

dengan yang

sebenarnya (jujur) pada setiap tenaga kesesehatan yang

Gambar

Gambar 1.1  Struktur Organisasi
Tabel 3.2 Analisis Penilaian kualitas isu dengan metode AKPL
Tabel 3.3 Analisis Isu Prioritas dengan metode USG
Tabel 3.4 Matriks rancangan aktualisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Menjadi Pusat Rujukan Nasional Dalam Bidang Ketergantungan Obat dan Adiksi Lainnya Tahun 2024 Dalam Rangka Mendukung Pembangunan Sumber

Rancangan aktualisasi merupakan dokumen atau produk pembelajaran aktualisasi yang dihasilkan peserta Pelatihan Dasar Calon PNS bagi CPNS Golongan III. Dalam

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat dasar di Indonesia, menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa setelah pelaksanaan aktualisasi “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Berhitung melalui

Hasan Sadikin Bandung Konsultasi dan koordinasi pembuatan media edukasi Terlaksana video dan poster tentang Penguatan Implementasi SOP Pemantauan Akses Intravena Perifer

Penerapan komitmen mutu dalam aktualisasi ini berupa menjaga efektivitas dan efisiensi dalam ketercapaian target sesuai dengan rencana, aktualisasi diselesaikan

Koordinasi dan konsultasi dengan kepala ruangan, mentor dan tim instalasi fasilitas medis mengenai draft instrumen monitoring inventaris alat kesehatan harian

Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Kabupaten Blora Tahun 2021 Periode /Gelombang III ini dilaksanakan melalui pola kerjasama antara Badan pengembangan Sumber Daya