• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN JUDUL LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HALAMAN JUDUL LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 4"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN JUDUL

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 4

OPTIMALISASI EDUKASI TENTANG BABYBLUES DAN

PENANGANAN GEJALA DENGAN TEKNIK EFFLEURAGE MASSAGE DI RUANG ALAMANDA RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

DISUSUN OLEH :

NEZA NURFITRIANA, S.Kep., Ners.

NIP. 199507282020122005

BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2021

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Optimalisasi Edukasi Tentang Babyblues dan Penanganan Gejala dengan Teknik Effleurage Massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

Nama : Neza Nurfitriana, S.Kep., Ners.

NIP : 199507282020122005

Unit Kerja : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Telah diseminarkan,

Di : Bapelkes Cikarang

Hari/ tanggal :

Coach

dr.Dina Indriyanti, MKM NIP. 197203162002122003

Mentor

Fatrisia Madina, S.Kp, MM NIP. 196303091988032003

Penguji

dr. Atiq Amanah Retna Palupi, MKKK NIP. 197803272009122002

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan rancangan aktualisasi dengan judul “Optimalisasi Edukasi Tentang Babyblues dan Penanganan Gejala dengan Teknik Effleurage Massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung”. Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penyusun tidak akan dapat menyelesaikan aktualisasi ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan rencana aktualisasi ini :

1. Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM selaku Kepala Bidang Perawatan RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung sekaligus mentor yang senantiasa membimbing.

2. dr. Dina Indriyanti, MKM selaku Coach yang senantiasa memberikan ilmu, arahan, masukan, dan bimbingannya selama proses kegiatan aktualisasi ini.

3. Ibu Verawati Lenny, SKM, MKM selaku Penguji yang senantiasa memberikan kritik dan masukan yang membangun.

4. Ibu Windy Natasya, M. Kep, Ners, Sp. Kep, Mat Selaku Kepala ruangan rawat inap Alamanda

5. Kedua Orang Tua yang sesantiasa selalu mendoakan.

6. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan dorongannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa susunan rencana aktualisasi ini masih mengandung celah kekurangan dan kesalahan, untuk itu penyusun menerima koreksi dan saran untuk dikaji dalam penyempurnaan rencana kegiatan aktualisasi ini. Terima kasih.

Bandung, 3 September 2021 Penyusun,

Neza Nurfitriana, S. Kep., Ners NIP. 199507282020122005

(4)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.2.1. Tujuan Umum ... 2

1.2.2. Tujuan Khusus ... 2

1.3. Ruang Lingkup ... 3

1.4. Manfaat ... 3

1.4.1. Bagi Penulis ... 3

1.4.2. Bagi Satuan Kerja ... 3

1.4.3. Bagi Instansi ... 3

BAB II GAMBARAN ORGANISASI DAN PROFIL PESERTA ... 4

2.1. Profil Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung ... 4

2.2. Visi dan Misi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung ... 4

2.2.1. Visi ... 4

2.2.2. Misi ... 4

2.3. Janji Pelayanan RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung ... 4

2.4. Struktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ... 6

2.5. Struktur Organisasi dan Profil Rawat Inap Alamanda ... 6

2.6. Profil Peserta ... 7

2.7. Nilai-Nilai Dasar ASN ... 8

(5)

iv

2.7.1. Akuntabilitas ... 8

2.7.2. Nasionalisme ... 8

2.7.3. Etika Publik ... 9

2.7.4. Komitmen Mutu ... 9

2.7.5. Anti Korupsi ... 9

2.8. Peran dan Kedudukan ASN dalam NKRI ... 10

2.8.1. Manajemen ASN ... 10

2.8.2. Pelayanan Publik ... 10

2.8.3. Whole of Goverment ... 11

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI ... 12

3.1. Identifikasi Isu ... 12

3.2. Penapisan Isu ... 17

3.3. Latar Belakang Pemilihan Isu ... 19

3.4. FISHBONE ... 23

3.5. Dampak Jika Isu tidak di Tangani ... 24

3.6. Gagasan Pemecahan Isu ... 24

3.7. Matriks Internalisasi Rancangan Aktualisasi ... 27

3.8. Jadwal Kegiatan ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(6)

v DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penjelasan Butir SKP ... 12

Tabel 2. Dampak Isu sesuai SKP ... 15

Tabel 4. Penapisan Isu Berdasarkan AKPL ... 17

Tabel 5. Penapisan Isu Berdasarkan USG... 18

Tabel 6. Penerapan Peran dan Kedudukan ASN ... 24

Tabel 7. Langkah-langkah Gagasan Isu ... 26

Tabel 8. Matrik Rancangan Aktualisasi ... 27

Tabel 9. Timeline Kegiatan Aktualisasi ... 43

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung ... 6 Gambar 2. Struktur Organisasi Ruang Alamanda ... 6 Gambar 3. Analisis Fishbone ... 23

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kepercayaan publik semakin meningkat seiring dengan pelayanan publik yang berorientasi pada layanan prima. Sebagaimana diamanatkan pada UUD 1945 bahwa layanan untuk kepentingan publik menjadi tanggung jawab pemerintah.

Masyarakat semakin menyadari haknya untuk mendapatkan yang terbaik dari aparatur pemerintah. Dalam hal ini Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran penting dalam menjalankan pelayanan publik yang prima yang sesuai dengan harapan masyarakat bahkan melebihi harapan masyarakat.

Berdasarkan UU no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara di jelaskan bahwa Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya di singkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Sejak diterbitkannya UU tersebut, maka pengelolaan sistem manajemen kepegawaian mulai bergeser, khususnya pada perubahan dan perbaikan culture set, mindset, kompetensi, profesionalisme, dan etos kerja ASN. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan penanaman nilai- nilai dasar profesi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan pola baru

PNS memiliki peran mulai dari perumusan kebijakan sampai dengan implementasi kebijakan dari berbagai sektor pembangunan. Untuk menjalankan peran tersebut dibutuhkan PNS yang professional, bebas dari intervensi politik, memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk mewujudkan sosok PNS profesional seperti tersebut perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan sesuai dengan UU No. 5 tahun 2014, yang menyebutkan bahwa calon PNS wajib menjalani masa percobaan. Masa percobaan yang dimaksud dilaksanakan melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat, dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.

Pelatihan dasar CPNS menuntut setiap peserta untuk dapat mengaktualisasikan materi pembelajaran nilai-nilai dasar PNS yaitu Akuntabilitas,

(9)

2

Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi (ANEKA) serta 3 substansi materi pembelajaran tambahan yaitu manajemen ASN, pelayanan publik, dan World of Government. Setiap peserta pelatihan juga dituntut untuk mampu mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran yang telah dipelajari tersebut melalui proses pembiasaan diri dalam pembelajaran agenda habituasi, yang termasuk di dalamnya kegiatan aktualisasi. Melalui kegiatan aktualisasi ini diharapkan dapat membentuk kemampuan peserta pelatihan dasar dalam menerjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep menjadi konstruk, dan mengaplikasikan gagasan menjadi sebuah kegiatan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan aktualisasi setiap peserta pelatihan dasar di satuan kerja masing – masing.

Laporan kegiatan aktualisasi ini bersumber dari sasaran kerja pegawai (SKP), penugasan khusus dari atasan atau kegiatan lain yang mendapatkan perseujuan dari atasan langsung dan atau kombinasi diantaranya. Kegiatan yang akan dilakukan bersumber dari teridentifikasinya suatu kondisi yang terjadi di lingkungan kerja sebagai isu yang harus dipecahkan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Peserta mampu memahami dan mengaktualisasikan nilai – nilai dasar ASN yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi.

Serta dapat mengetahui kedudukan dan peran PNS dalam NKRI sebagai pelayan publik di dalam keberagaman Whole of Government yang telah diatur dalam manajemen ASN. Sehingga peserta dapat menjadi PNS yang profesional yang dapat melakukan fungsinya sebagai ASN yaitu sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan, serta perekat dan pemersatu bangsa.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi isu-isu yang ada di unit dan lingkungan kerja b. Mampu menganalisis pemecahan isu yang ada agar dapat diselesaikan c. Mampu merancang kegiatan dan alternatif untuk pemecahan isu yang

diprioritaskan dengan mengimplementasikan nilai ANEKA.

(10)

3 1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan aktualisasi ini meliputi kegiatan perawat terampil di Rumah Sakit Umum Pusar Dr Hasan Sadikin Bandung selaku Calon PNS dilingkungan Kementerian Kesehatan dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi, Manajemen ASN, Whole of Goverment dan Pelayanan Publik yang berumber dari SKP dan atau penugasan atasan dan program yang menjadi inovasi.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Penulis

Penulis dapat mengaktualisasikan nilai – nilai dasar ASN, kedudukan dan peran ASN dalam NKRI yang akan menciptakan ASN yang professional, akuntabel, memiliki etika, memiliki jiwa nasionalisme dalam melayani masyarakat. Sehingga dengan internalisasi tersebut diharapkan tercipta peningkatan mutu pelayanan dan kepercayaan masyarakat .

1.4.2. Bagi Satuan Kerja

Membentuk unit kerja yang kondusif dalam melayani masyarakat serta meningkatkan lingkungan kerja yang akuntabel yang memungkinkan satuan kerja dapat mencapai visi, misi, memberikan inovasi dan meningkatkan mutu pelayanan publik.

1.4.3. Bagi Instansi

Dengan tersusunnya laporan aktualisasi diharapkan dapat menambah kepustakaan Bapelkes, khususnya sebagai bukti terselenggaranya pelatihan dasar CPNS Kementerian Kesehatan sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

(11)

4 BAB II

GAMBARAN ORGANISASI DAN PROFIL PESERTA

2.1. Profil Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS) merupakan rumah sakit kelas A yang menjadi rujukan tertinggi (Top Referal Hospital) di Provinsi Jawa Barat. Selain itu pula, RSHS menjadi Rumah Sakit Rujukan Nasional dan RS Pendidikan yang berlokasi di Jalan Pasteur Nomor 38 Kota Bandung.

RSHS ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan Nasional, menampung tujuh RS Regional di Jawa barat dan beberapa RS di luar provinsi Jawa Barat. Data terakhir menunjukkan, kini RSHS memiliki 944 tempat tidur, 3000 karyawan dengan 395 dokter spesialis dan subspesialis dan enam layanan unggulan terdiri atas Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi, Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir dan Transplantasi Ginjal.

2.2. Visi dan Misi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung 2.2.1. Visi

Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong

2.2.2. Misi

Peningkata kualitas manusia Indonesia

2.3. Janji Pelayanan RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

Tata nilai-nilai filosofis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu

“PAMINGPIN PITUIN” dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya

b. Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan dan menguasai standar yang berlaku

(12)

5

c. Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan d. Tulus : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsive e. Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas

prima

f. Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas.

Selain tata nilai filosofis, RSHS memiliki janji pelayanan kesehatan yaitu SIGAP :

a. Senyum-Sapa-Salam-Sopan-Santun (5S) b. Inovatif dalam berkarya

c. Gelorakan Semangat Pelayanan Prima d. Amanah Menjaga Keselamatan Pasien e. Peduli, Perhatian dan Perasaan

Terdapat juga nilai – nilai yang dianut dalam pelayanan, yaitu PRIMA:

P : Profesional

Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang mendasarinya R : Respek

Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan kesehatan.

Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan.

I : Integrasi

Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik farmasi.

M : Manusiawi

Menganggap setiap individu atau manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi.

A : Amanah

(13)

6

Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan. Adapun moto yang digunakan di RSHS yaitu ”Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami”

2.4. Struktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Struktur organisasi RSUP Dr Hasan Sadikin dapat dilihat pada gambar :

Gambar 1. Struktur Organisasi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung 2.5. Struktur Organisasi dan Profil Rawat Inap Alamanda

Gambar 2. Struktur Organisasi Ruang Alamanda

(14)

7

Ruang rawat inap Alamanda terdiri dari dua tempat perawatan, yaitu ruang rawat inap alamanda A dan ruang rawat inap alamanda B. Ruang rawat inap Alamanda A merupakan ruang perawatan khusus ibu hamil dan melahirkan dengan berbagai indikasi pada kehamilannya. Selain itu, bayi yang di rooming in bersama ibunya akan di rawat di ruangan ini. Ruang rawat inap Alamanda B merupakan ruang perawatan khusus pasien-pasien dengan kelainan sistem reproduksi. Ruang Alamanda B juga memfasilitasi perawatan bagi pasien-pasien paliatif dan pasien-pasien yang memerlukan perawatan kemoterapi.

2.6. Profil Peserta

Nama : Neza Nurfitriana, S. Kep., Ners

NIP : 199507282020122005

Jabatan/Golongan : Perawat Ahli Pertama/IIIA

Unit Kerja : Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Instansi : Kementerian Kesehatan RI

Saat ini, peserta terdaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dengan instansi Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Kota Bandung terhitung mulai tanggal 4 Januari 2021 sebagai Perawat Ahli Pertama di bawah Bidang Keperawatan dan sekarang bekerja di unit kerja Ruang Rawat Inap Fresia lantai 3. Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta mengacu kepada Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) meliputi :

1) Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu dan keluarga 2) Merumuskan diagnosa keperawatan kepada individu

3) Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif

4) Melakukan case finding/deteksi dini/ penemun kasus baru pada individu 5) Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu 6) Melakukan pendidikan kesehatan pada indivdu, keluarga, kelompok,

masyarakat

7) Melakukan manajemen inkontinen urin 8) Melakukan manajemen inkontinen faecal 9) Melakukan upaya membuat pasien tidur

(15)

8

10) Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan 11) Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual

12) Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care) 13) Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman

14) Mengambil sample darah melalui arteri, pulmonary arteri, CVP 15) Memantau pemberian elektrolit kosentrasi tinggi

16) Melakukan resusitasi bayi baru lahir 17) Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi

18) Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal 19) Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka, dan kematian 20) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu

21) Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan 22) Menyusun laporan pelaksanaan tugas

2.7. Nilai-Nilai Dasar ASN

Nilai-nilai dasar adalah nilai yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan profesi ASN (Aparatur Sipil Negara) secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi, jika diakronimkan menjadi ANEKA (LAN,2021).

2.7.1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Nilai-nilai yang mencerminkan akuntabilitas adalah akuntable, keadilan, tanggung jawab kejelasan, inovatif, norma dan etika, kepercayaan, kesinambungan, konsistensi, kebersamaan, profesionalisme, kejujuran, integrase serta amana. Amanah seorang PNS yaitu menjamin terwujudnya nilainilai publik (LAN, 2021).

2.7.2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan kecintaan terhadap tanah air dengan tetap menghormati negara-negara lain. Nilai-nilai yang mencerminkan nasionalisme adalah patriotisme, persatuan, kemanusiaan, musyawarah

(16)

9

keadilan sosial, kebangsaan, menghargai, diferensiasi, transparan, akuntable, kebersamaan, professional, menghormati serta integritas.

Nasionalisme merupakan kecintaan terhadap tanah air yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila (LAN,2021).

2.7.3. Etika Publik

Nilai-nilai yang mencerminkan etika publik adalah respek, otonomi, kemurahan hati, tidak merugikan, keadilan, kejujuran, kerahasiaan dan menepati janji. Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/ buruk,benar/salah perilaku,tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan public dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik (LAN,2021)

2.7.4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu merupakan kesanggupan yang sungguh-sungguh dari seorang pegawai untuk melakukan tugasnya dengan efektif, efisien, inovatif, dan berorientasi pada kepuasan pelanggan (LAN,2021). Nilai- nilai yang mencerminkan sikap komitmen mutu adalah efektivitas, efisiensi, inovasi, kinerja berorientasi mutu, dan pelayanan yang berorientasi kepuasan pelanggan.

2.7.5. Anti Korupsi

Anti Korupsi merupakan sikap tegas memerangi korupsi. Memutus mata rantai korupsi dapat diawali dari diri sendiri. Baik itu korupsi waktu, korupsi uang, maupun korupsi tugas. Setiap individu hendaknya dapat menjadi pengingat bagi dirinya masing-masing. Contohnya berada di lokasi sebelum jam kerja dimulai, tidak meninggalkan tempat kerja tanpa alasan jelas sebelum jam kerja usai, dan tidak menggunakan uang negara untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Menjadi PNS bukanlah hal yang mudah. tapi bukan berarti kita tidak bisa menjadi PNS yang baik. Nilai- nilai yang mencerminkan anti korupsi yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil.

(17)

10

2.8. Peran dan Kedudukan ASN dalam NKRI 2.8.1. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.

2.8.2. Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilakukan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat (LAN, 2021). Adapun prinsip- prinsip pelayanan publik adalah sebagai berikut:

a) Partisipatif: Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan public dapat ditunjukkan dengan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya

b) Transparan: Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal tekait yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan.

c) Responsif: Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.

d) Tidak diskriminatif: Pelayanan yang diselenggarakan pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga dengan warga negara lainnya atas dasar perbedaan identitas warga negara.

e) Mudah dan Murah: Kemudahan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dari pemerintah serta ditinjau dari segi biaya masih dapat masuk akal.

f) Efektif dan Efisien: Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan yang akan dicapainya dan cara yang digunan dalam mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana.

(18)

11

g) Aksesibel: Pelayanan harus mudah dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.

h) Akuntabel: Pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan secara terbuka kepada masyarakat.

i) Berkeadilan: Pelayanan publik harus adil terhadap semua kalangan masyarakat.

2.8.3. Whole of Goverment

Whole of Government (WoG) merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pmerintahan dari seluruh sector dalam ruang lingkup komunikasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik.WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan- urusan yang relevan.Selain itu, WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya.

(19)

12 BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI 3.1. Identifikasi Isu

Identifikasi isu dilakukan dengan melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi dalam sasaran kerja pegawai (SKP). Hal yang tidak sesuai tersebut apabila tidak ditangani akan berpotensi menjadi suatu masalah. Berikut penjelasan setiap butir SKP:

Tabel 1. Penjelasan Butir SKP No Kegiatan Tugas Pokok

Jabatan Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diharapkan 1. Melakukan pengkajian

keperawatan lanjutan pada individu, keluarga

Sudah dilaksanakan melalui E-rekam medik.

pengkajian.

Dilaksanakan sesuai SOP

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP

3. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP

4. Melakukan case finding/deteksi

dini/penemuan kasus baru pada individu

Belum optimal, Terutama terkait dengan deteksi dini adanya gejala babyblues

Adanya alat ukur mengenai form deteksi dini gejala babyblues

5. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP

(20)

13 No Kegiatan Tugas Pokok

Jabatan Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diharapkan 6. Melakukan pendidikan

kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

Belum optimalnya pendidikan kesehatan khususnya terkait babyblues dan cara penanganannya.

Pemberian edukasi tentang babyblues

dan cara

penanganan gejala babyblues salah satunya dengan teknik effleurage massage.

7. Melakukan manajemen inkontinen urin

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP 8. Melakukan manajemen

inkontinen faecal

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP 9. Melakukan upaya

membuat pasien tidur

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP 10. Melakukan komunikasi

terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP

11. Memfasilitasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP

12. Melakukan

pendampingan pada pasien menjelang ajal

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP

13. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP

14. Mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonary arteri, CVP

Sudah dilakukan Dilaksnakan sesuai SOP

(21)

14 No Kegiatan Tugas Pokok

Jabatan Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diharapkan

15. Memantau pemberian elektrolit konsentrasi tinggi

Belum dilakukan dengan optimal

Adanya SOP

pemantauan pemberian elektrolit

konsentrasi tinggi 16. Melakukan resusitasi

bayi baru lahir

Tidak ada data Tidak ada data

17. Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi

Belum dilaksanakan secara optimal

Adanya Form pencegahan

ekstravasasi seperti IV score dan SOP mengenai

penggunaan IV score

18. Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP

19. Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka, dan kematian

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP

20. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan individu

Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP

21. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP 22. Menyusun laporan

pelaksanaan tugas

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP.

(22)

15

Berdasarkan penjabaran butir SKP diatas, didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut :

Tabel 2. Dampak Isu sesuai SKP

Isu Dampak Apabila Isu tidak Ditangani Belum optimalnya case

finding/deteksi dini terkait adanya gejala babyblues di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

Membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.

Belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

Membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.

Belum optimalnya pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

Menurunkan nilai indikator mutu sasaran keselamatan pasien dalam peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.

Belum optimalnya

penatalaksanaan ekstravasasi di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

Menurunkan nilai mutu sasaran keselamatan pasien dalam pengurangan risiko infeksi nasokomil terkait pelayanan kesehatan

Berdasarkan dampak dari setiap isu diatas dan dengan metode environmental scanning dan brain storming dengan kepala ruangan dan mentor, ditemukan isu yang lebih spesifik diantaranya :

- Belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.

(23)

16

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 1-8 Agustus 2021 di Ruang Alamanda kepada 10 orang ibu postpartum ditemukan 6 dari 10 pasien mengalami gelisah, sulit tidur, penurunan nafsu makan, migrain serta kelelahan dan 3 orang diantaranya mengalami penurunan kepercayaan diri dalam merawat bayi. Hal ini merupakan tanda awal adanya gejala babyblues. Namun pasien dan keluarga mengatakan gejala tersebut terjadi karena efek samping melahirkan dan belum mengetahui cara penanganan gejala yang dialami. Dengan gejala tersebut pasien ataupun keluarga hanya meminta penanganan seperti obat untuk mengatasi gejala tanpa mengetahui penanganan non farmakologisnya.

Pengambilan data juga diperkuat dengan wawancara untuk mengkaji apa saja yang sudah diketahui oleh pasien dan keluarga mengenai babyblues dan cara penanganannya yang dilakukan pada tanggal 4 September 2021 kepada 8 responden didapatkan hasil : 5 orang tidak mengetahui babyblues dan gejalanya, 6 orang tidak mengetahui cara penanganan gejalanya, dan 7 orang merasa perlu untuk dilakukan edukasi.

- Belum optimalnya case finding/deteksi dini terkait adanya gejala babyblues di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung.

Berdasarkan hasil observasi diruangan ditemukan belum adanya alat ukur atau formulir pengkajian khusus mengenai psikologis pada ibu postpartum, dalam kesehariannya perawat diruangan menemukan permasalahan psikologis ibu postpartum dengan cara menanyakan atau menerima keluhan dari pasien maupun keluarga tanpa ada panduan yang khusus, sehingga case finding/deteksi dini belum dilakukan secara optimal.

- Belum optimalnya pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Alamanda pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi belum optimal dilakukan seperti belum adanya SPO dan form pemantauan elektrolit konsentrasi tinggi.

- Belum optimalnya penatalaksanaan ekstravasasi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

(24)

17

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Alamanda penatalaksanaan ekstravasasi belum optimal. Hal ini diharapkan dilakukan pencegahan terlebih dahulu dengan mengoptimalisasikan penggunaan IV Score sebelum ditetapkannya tatalaksanan ekstravasasi, serta belum adanya SPO dan form pemantauan ekstravasasi.

3.2. Penapisan Isu

Isu-isu yang muncul perlu dilakukan penapisan dengan penetapan kriteria isu. Teknik yang dilakukan yaitu menentukan apakah isu tersebut memenuhi kriteria AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematik dan Kelayakan) atau tidak.

Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif.

Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Tabel 3. Penapisan Isu Berdasarkan AKPL

No. Isu A K P L HASIL 1. Belum optimalnya edukasi tentang

babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

+ + + + Terpilih

2. Belum optimalnya case finding/deteksi dini terkait adanya gejala di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

+ + + + Terpilih

3. Belum optimalnya pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

- + + + Tidak

terpilih

(25)

18

No. Isu A K P L HASIL 4. Belum optimalnya penatalaksanaan

ekstravasasi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

+ + + + Terpilih

Dari hasil penapisan tersebut, didapatkan 3 isu yaitu:

- Belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.

- Belum optimalnya case finding/deteksi dini terkait adanya gejala babyblues di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung.

- Belum optimalnya penatalaksanaan ekstravasasi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung.

Dari ketiga isu tersebut, dilakukan penapisan kembali dengan menggunakan metode USG (urgency, seriousness, growth). Urgency adalah seberapa mendesak isu harus dibahas, dianalisa, dan ditindaklanjuti. Seriousness adalah seberapa serius suatu isu harus dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth adalah seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak segera ditangani.

Tabel 4. Penapisan Isu Berdasarkan USG

No. Isu U S G Jumlah Prioritas 1. Belum optimalnya edukasi

tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

5 5 5 15 I

2. Belum optimalnya case

finding/deteksi dini terkait 4 4 3 11 III

(26)

19

Skala 1-5 (1 =sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar) Dari hasil penapisan tersebut didapatkan urutan prioritas dari yang pertama yaitu :

- Belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

- Belum optimalnya penatalaksanaan ekstravasasi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

- Belum optimalnya case finding/deteksi dini terkait adanya gejala babyblues di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

Sehingga dari hasil tersebut saya mengangkat isu belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung untuk dijadikan topik rancangan aktualisasi.

3.3. Latar Belakang Pemilihan Isu

Data WHO (2018) mencatat prevalensi postpartum blues secara umum dalam populasi dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. Sementara prevalensi postpartum blues di Negara Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% (Munawaroh, 2018). Angka kejadian postpartum blues di Indonesia menurut USAID (United Stase Agency for International Development) (2016) Indonesia menduduki peringkat ke empat tertinggi di ASEAN. Fenomena yang terjadi adanya kasus pembunuhan yang dilakukan

adanya gejala babyblues di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

3. Belum optimalnya

penatalaksanaan ekstravasasi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

4 5 4 13 II

(27)

20

seorang ibu berusia 27 tahun pada anaknya yang baru berusia 4 bulan tanggal 23 oktober 2017 di Karangpawitan Garut Jawa Barat. Kasus pembunuhan terhadap bayi juga dilakukan seorang ibu berusia 28 tahun di Cengkareng Jakarta Barat tahun 2017 dan di indikasikan terjadi karena babyblues yang tidak ditangani dengan baik dan cepat. Kemudian di tahun 2015 pembunuhan terhadap bayi juga dilakukan seorang ibu postpartum berusia 38 tahun di Padalarang Kabupaten Bandung (Media Tribun, 2017).

Baby blues melanda hampir 80% ibu, gangguan ini lebih ringan dibandingkan depresi post partum dan biasanya muncul mulai hari ke 2-2 minggu post partum dan akan hilang dengan sendirinya jika ditangani dengan benar. Faktor yang bisa menyebabkan timbulnya gejala babatblues yaitu faktor hormonal, faktor psikososial, faktor pengetahuan ibu tentang babyblues, faktor dukungan sosial, dan faktor pengalaman kehamilan dan persalinan ( Susanti & Sulistiyani, 2017).

Gejala umum dari baby blues cenderung adanya gangguan suasana hati yang di alami oleh ibu setelah melahirkan seperti cemas, gelisah, khawatir, tidak pecaya diri, sering menangis, terlalu sensitif, dan tidak peduli terhadap bayinya. Selain itu timbulnya sulit tidur, hilang tenaga, hilang nafsu makan atau sebaliknya, dan merasa lelah setelah bangun tidur (Roswiyani, 2015). Namun, apabila gejala ini tidak ditangani dengan baik dan cepat sehingga menetap maka bisa menjadi depresi post partum dan psikotik postpartum yang biasanya muncul sejak 2 minggu sampai 1 tahun dengan gejala episode depresi, ketakutan irasional terkait kesehatannya, keinginan untuk bunuh diri maupun membunuh bayinya, dan bahkan mengalami gejala halusinasi apabila sudah masuk ke fase psikotik postpartum.

Berdasarkan hasil penelitian teknik effleurage massage merupakan salah satu teknik nonfarmakologis yang efektif penanganan gejala babyblues pada ibu postpartum (Rizkita, 2020). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa teknik effleurage massage efektif dalam penanganan gejala babyblues sehingga dapat mencegah adanya depresi postpartum (Hapsari dkk, 2020). Grande Preire Physiotherapy and massage (2017) menyebutkan bahwa massage yang dilakukan pada ibu postpartum mempunyai beberapa manfaat diantaranya meredakan stres, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan menyusui, meredakan nyeri

(28)

21

terkait dengan melahirkan, mengatur ketidakseimbangan hormon setelah melahirkan, dan meningkatkan pola tidur sehat.

Ruang Lingkup analisis isu ini adalah Ruangan Alamanda RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dimana ruangan ini adalah ruangan khusus obstetri dan ginekologi. RSUP Dr. Hasan Sadikin merupakan rumah sakit tipe A milik pemerintah yang menjadi rumah sakit rujukan paling akhir di Jawa Barat.

Sehingga kasus-kasus mengenai ibu hamil yang ditangani pun mempunyai riwayat kehamilan maupun persalinan dengan komplikasi serta seringkali melahirkan bayi dengan kondisi membutuhkan pemantauan dan penangangan lebih lanjut. Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 didapatkan bahwa prevalensi depresi pada 20 ibu post partum sebesar 2,32% dimana resiko akan meningkat apabila ibu melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan mengalami komplikasi saat kehamilan maupun pasca persalinan.

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 1-8 Agustus 2021 kepada 10 orang ibu postpartum hari ke 2-3 ditemukan 6 dari 10 pasien mengalami gelisah, sulit tidur, penurunan nafsu makan, migrain, kelelahan dan 3 orang diantaranya mengalami penurunan kepercayaan diri dalam merawat bayi. Hal ini merupakan tanda awal adanya gejala babyblues. Namun pasien dan keluarga mengatakan gejala tersebut terjadi karena mungkin efek samping melahirkan dan belum mengetahui cara penanganan gejala yang dialami. Dengan gejala tersebut pasien ataupun keluarga hanya meminta penanganan seperti obat untuk mengatasinya tanpa mengetahui penanganan non farmakologisnya.

Berdasarkan hasil wawancara untuk mengkaji apa saja yang diketahui pasien dan keluarga mengenai babyblues dan cara penanganannya kepada 8 responden didapatkan hasil 5 orang tidak mengetahui mengenai babyblues dan gejalanya, 6 orang tidak mengetahui cara penanganan gejala babyblues, dan 7 orang merasa perlu dilakukannya penyuluhan terkait babyblues dan cara penanganannya.

Oleh karena itu sangat diperlukan adanya edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga sebagai bentuk upaya mencegah timbulnya ketergantungan pada tenaga kesehatan karena tidak mampu memahami permasalahan psikologis yang bisa timbul pasca melahirkan dan adanya

(29)

22

ketidakmampuan dalam penatalaksanaan gejala babyblues secara mandiri.

Sehingga hal ini bisa memicu berkembangnya gejala menjadi depresi postpartum dan psikotik postpartum yang bisa membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.

Intervensi edukasi ini sejalan dengan Misi Rumah Sakit yaitu ‘Peningkatan Kualitas Manusia”

Berdasarkan dampak isu tersebut cukup besar maka proses selanjutnya akan dilakukan analisis penyebab dari isu tersebut dengan menggunakan metode analisis fishbone.

(30)

23 3.4. FISHBONE

Gambar 3. Analisis Fishbone

Penyebab Akibat

Belum optimalnya edukasi tentang

babyblues dan cara penanganan gejala babyblues

dengan effleurage

massage Belum adanya sarana

media edukasi seperti leaflet dan video mengenai babyblues

yang memudahkan pemahaman kepada pasien dan keluarga

Budaya pasien dan keluarga masih menganggap gejala emosional yang timbul setelah melahirkan akan hilang

dengan sendirinya karena merupakan efek keletihan melahirkan

Material Man

PENGETAHUAN

Method Environment

Hasil wawancara pada 8 pasien. 5 orang tidak mengetahui babyblues dan gejalanya, 6 orang tidak mengetahui cara penanganan gejala babyblues, dan 7 orang merasa perlu

di edukasi

Masih dengan memberikan lingkungan yang nyaman, menganjurkan istirahat, atau terapi

relaksasi nafas dalam.

Money PENGETAHUAN

Belum ada pengajuan anggaran untuk pembuatan media edukasi

leaflet

Belum adanya evaluasi cek SPO mengenai penanganan

gejala babyblues karena SPO belum

tersedia.

Measurenment

Sistem perawatan yang lebih fokus pada monitoring kesehatan fisik

dibandingkan psikologis.

Metode penanganan gejala masih berhenti dipelaporan kondisi ke

dokter Belum tersedianya SPO effleurage massage di arsip rshs dalam menangani

gejala babyblues

6 dari 8 perawat yang diwawancara belum mengetahui secara jelas teknik effleurage massage sebagai penanganan gejala babyblues

(31)

24 3.5. Dampak Jika Isu tidak di Tangani

Pasien dan keluarga tidak mampu memahami permasalahan psikologis yang bisa timbul pasca melahirkan dan ketidakmampuan dalam penatalaksanaan gejala babyblues secara mandiri sehingga bisa berdampak menjadi depresi postpartum dan psikotik postpartum. Apabila pasien sudah mengalami gejala depresi postpartum atau psikotik postpartum hal ini bisa membahayakan kondisi kesehatan fisik ibu bahkan keselamatan ibu dan bayinya.

3.6. Gagasan Pemecahan Isu

Gagasan pemecahan isu dilakukan bersumber dari SKP (sasaran kineja pegawai), perintah atasan, dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar aparatur sipil negara (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi), prinsip manajemen ASN, pelayanan publik, dan whole of goverment serta diintegrasikan dengan nilai-nilai dan visi misi RSUP dr Hasan Sadikin Bandung.

Keterkaitan dengan prinsip manajemen ASN, Pelayanan publik, dan WoG antara lain :

Tabel 5. Penerapan Peran dan Kedudukan ASN

Manajemen ASN

- Melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional sesuai kode etik.

- Pelaksanaan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dilaksanakan dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.

Pelayanan publik

- Tanggung jawab petugas terhadap kondisi kesehatan dan tindakan yang diberikan ke pasien

- Melakukan tindakan pelayanan sesuai dengan standar operasional prosedur

- Memberikan informasi kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga, efektif, dan mudah diterapkan oleh pasien dan keluarga.

- Memberikan informasi secara benar, teruji, jelas, dan tidak menyesatkan kepada pasien dan keluarga

(32)

25

mengenai babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage.

- Memberikan keadilan dalam mendapatkan informasi dan layanan

Whole of goverment

- Kerjasama antar tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat dalam memberikan edukasi yang optimal untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan effleurage massage

- Kerjasama antar perawat pelaksana dan perawat pimpinan dalam penyusunan media edukasi dan SPO teknik effleurage massage sebagai bentuk upaya inovasi dalam meningkatkan mutu pelayanan.

- Kerjasama dengan tim promosi kesehatan dalam mengupload video mengenai babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di instagram promkes rshs atau kanal rshs sehingga memudahkan pasien dalam mendapatkan informasi.

Unit Kerja : Ruang Alamanda Obstetri RSUP Dr Hasan Sadikin Identifikasi Isu :

- Belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

- Belum optimalnya penatalaksanaan ekstravasasi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

- Belum optimalnya case finding/deteksi dini terkait adanya gejala babyblues di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung

(33)

26 Isu yang Diangkat :

“Belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung”

Gagasan Pemecahan Isu :

Optimalisasi edukasi tentang babyblues dan penanganan gejala dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP dr Hasan Sadikin Bandung Langkah-langkah :

Tabel 6. Langkah-langkah Gagasan Isu

No. Kegiatan Gagasan Pemecahan Isu Sumber

1 Menyampaikan isu dan ide gagasan ke Kepala Ruangan dan

Mentor SKP

2 Membuat draft SPO teknik effleurage massage Inovasi 3 Membuat materi mengenai babyblues dan media edukasi

leaflet+video Inovasi

4

Melakukan sosialisasi kepada perawat/bidan tentang SPO teknik effleurage massage dan media edukasi leaflet serta video

SKP

5

Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang babyblues dan teknik effleurage massage sebagai penanganan gejala babyblues dengan media leaflet dan video

SKP

6 Membuat laporan evaluasi hasil kegiatan SKP

(34)

27 3.7. Matriks Internalisasi Rancangan Aktualisasi

Tabel 7. Matrik Rancangan Aktualisasi

No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan Substansi

Mata Pelajaran

Kontribusi terhadap Visi Misi

Rumah Sakit

Penguatan Nilai Organisasi 1 Menyampaikan

isu dan ide gagasan ke Kepala Ruangan dan Mentor

1. Menentukan kontrak pertemuan

Mendapatkan waktu dan tempat untuk bertemu di ruangan masing- masing

stakeholder

Etika Publik : Saya mengawali kegiatan ini dengan membuat janji terlebih dahulu dengan kepala ruangan dan mentor melalui chat whatsapp dengan bahasa yang sopan dan santun serta

menunjukkan rasa hormat sebagai wujud aktualisasi Anti Korupsi :

Pada saat melakukan pertemuan saya datang tepat waktu sesuai dengan kesepakatan kontrak waktu yang sudah dijanjikan.

Kosultasi yang terjalin antara stakeholder terkait adalah bentuk aksi gotong royong yang merupakan landasan terwujudnya visi misi rumah sakit yaitu terwujudnya indonesia maju

Nilai Pamingpin Pituin :

Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan.

Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan

senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjungjung tinggi dalam menjalankan tugas

(35)

28

No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan Substansi

Mata Pelajaran

Kontribusi terhadap Visi Misi

Rumah Sakit

Penguatan Nilai Organisasi 2. Menyampaikan isu

yang akan diangkat dalam rancangan aktualisasi

Mendapatkan persetujuan dan dukungan dari kepala ruangan dan mentor

Akuntabilitas :

menyampaikan isu secara terbuka dengan

memperhatikan kejelasan data yang diperoleh mengenai kondisi yang dialami di unit kerja.

Komitmen mutu : saya mengidentifikasi isu dengan proses tahapan yang jelas dan terukur sebagai upaya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

Etika publik :

menyampaikan isu yang diperoleh dengan santun dan sopan tanpa adanya maksud menggurui.

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung  2.5.  Struktur Organisasi dan Profil Rawat Inap Alamanda
Tabel 1. Penjelasan Butir SKP  No  Kegiatan Tugas Pokok
Tabel 2. Dampak Isu sesuai SKP
Tabel 3. Penapisan Isu Berdasarkan AKPL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat dasar di Indonesia, menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa setelah pelaksanaan aktualisasi “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Berhitung melalui

Rancangan aktualisasi merupakan dokumen atau produk pembelajaran aktualisasi yang dihasilkan peserta Pelatihan Dasar Calon PNS bagi CPNS Golongan III. Dalam

LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI PESERTA PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN II PEMERINTAH KABUPATEN PATI BELUM OPTIMALNYA PENGETAHUAN PASIEN DAN KELUARGA TENTANG

Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya sistem penangulangan

“Menjadi Pusat Rujukan Nasional Dalam Bidang Ketergantungan Obat dan Adiksi Lainnya Tahun 2024 Dalam Rangka Mendukung Pembangunan Sumber

Penerapan komitmen mutu dalam aktualisasi ini berupa menjaga efektivitas dan efisiensi dalam ketercapaian target sesuai dengan rencana, aktualisasi diselesaikan

Koordinasi dan konsultasi dengan kepala ruangan, mentor dan tim instalasi fasilitas medis mengenai draft instrumen monitoring inventaris alat kesehatan harian