• Tidak ada hasil yang ditemukan

missed abortus.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "missed abortus.docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MISSED ABORTION MISSED ABORTION

A.

A. PendahuluanPendahuluan  Missed

 Missed abortionabortion (abortus tertunda) yaitu keadaan dimana janin telah(abortus tertunda) yaitu keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih) setelah janin mati. Saat terjadi kematian janin minggu (8 minggu atau lebih) setelah janin mati. Saat terjadi kematian janin kadang

kadang

 – 

 – 

 kadang ada perdarahan per vaginam sedikit sehingga menimbulkan kadang ada perdarahan per vaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin.

mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin.[1, 2][1, 2] Penderita

Penderita missed abortionmissed abortion  biasanya tidak merasakan keluhan apapun  biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Perdarahan dengan kehamilan muda disertai dengan hasil konsepsi telah mati Perdarahan dengan kehamilan muda disertai dengan hasil konsepsi telah mati hingga 8 minggu lebih, dengan gejala dijumpai amenore, perdarahan sedikit hingga 8 minggu lebih, dengan gejala dijumpai amenore, perdarahan sedikit yang berulang pada permulaanya serta selama observasi fundus tidak yang berulang pada permulaanya serta selama observasi fundus tidak  bertambah tinggi malahan tambah rendah, kalau tadinya ada gejala

 bertambah tinggi malahan tambah rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilankehamilan  belakangan

 belakangan menghilang menghilang disertai disertai dengan dengan pemeriksaaan pemeriksaaan tes tes urin urin kehamilankehamilan  biasanya negatif pada 2

 biasanya negatif pada 2

 – 

 – 

 3 minggu sesudah fetus mati, serviks masih tertutup 3 minggu sesudah fetus mati, serviks masih tertutup dan ada darah sedikit.

(2)

 Faktor predisposisi

Sama dengan etiologi abortus secara umum yaitu:[1, 4]

1. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

 b. Tipisnya endometrium atau dinding rahim bagian dalam sehingga janin tidak dapat menempel dengan baik.

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.

3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis

4. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus  pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan

(3)

B. Patofisiologi

Mekanisme awal terjadinya missed abortion adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat  proses pengeluaran hasil konsepsi. [1, 5]

Pada kehamilan 8

 – 

  14 minggu, mekanisme di atas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan  pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum

uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan  pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14

 – 

 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.[1, 6]

(4)

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi berkurang akibat diserap, ia menjadi agak gepeng ( fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas  perkamen (fetus papiaesus).[1]

Kemungkinan lain janin mati yang tidak segera dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, yaitu kulit terkelupas, tengkorang menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.[7]

C. Gejala

Penderita missed abortion  biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda

 – 

  tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang (payudara mengecil kembali). Kadangkala missed abortion  juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.[2, 8]

(5)

Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Pada  pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah 2-3 minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak  beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda

 – 

  tanda kehidupan. Bila missed abortion  berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.[2, 4]

D. Diagnosis

Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada  pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik. Sebagai kemungkinan diagnosis yang lain harus dipikirkan seperti kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, atau kehamilan dengan kelainan pada serviks. [8, 9]

Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit dibedakan dengan abortus dimana uterus posisi retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di  perut bagian bawah, dan tumor di belakang uterus. Tetapi keluhan nyeri  biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala

(6)

menunjukan kehamilan ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis untuk memastikan diagnosanya. Pada mola hidatidosa uterus biasanya lebih  besar daripada lamanya amenorea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap mola hidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Karsinoma serviks uteri, polip serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti.[1, 10]

Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali  pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan mengecilnya uterus yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut  jantung janin menghilang. Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan  pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah

(7)

E. Penatalaksanaan 1. Penilaian awal

Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :[1, 9]

 Keadaan umum pasien

 Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan

sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 x/menit

 Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah,

adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.

 Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret berbau

 pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang  portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan.

 Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana

 pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)

2. Penanganan spesifik

Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :[2, 9]

 Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur

evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.

 Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga

 perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.

 Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut

(8)

Pengelolaan missed abortion  perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena  penderita umumnya merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh

atau mati. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melalukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan  janin atau mematangkan kanalis servikalis.[4, 6]

Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infuse intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan 20 tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.[9]

Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan  prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed

abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol secara sublingual sebanyak 400mg yang dapat diulangi 2 kali

(9)

dengan jarak enam jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit pada tindakan missed abortion  ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau fibrinogen. Pasca tindakan kalau perlu dilakukan  pemberian infuse intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.[8, 10]

F. Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena  perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada

waktunya.[1, 4]

Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan yang telah mencapai trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus sehingga sangat sulit untuk dilakukan kuretase, dan juga terjadi gangguan pembekuan darah. Akan terjadi perdarahan gusi, hidung atau dari tempat terjadinya trauma. Gangguan pembekuan tersebut disebabkan oleh koagulopati konsumtif dan terjadi hipofibrionogenemia

(10)

sehingga pemerksaan studi koagulasi perlu dilakukan pada missed abortion.

[1, 4]

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka  perforasi atau perlu histerektomi.[1]

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.[1]

4. Syok

Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo, B.,  Ilmu Kebidanan. Missed abortus. 2007, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2. Martin L. Pernoll, M.D.,  Benson & Pernoll Handbook of Obstetric and Gynecolgy, B. Pernoll, Editor. 2003, McGraw-Hill Medical Publishing Division: America. p. 296-297, 304.

3. Association, T.M.,  Management of miscarriage.  Miscarriage 2013: p. 1-16.

4. Neveen Ashaat Ph.D., A.H.M.D., Correlation between missed abortion and insertional translocation involving chromosomes 1 and 7.   Iranian Journal of Reproductive Medicine, 2012. 10: p. 15-22.

5. Clinic, M.,  Mayo clinic guide to a healthy pregnancy, M.D. Roger W. Harms, Editor. 2012, Harper Collins. p. 537-539.

6. Hamilton-Fairley, D.,  Lecture Notes: Obstetrics and Gynaecology. 2004, Blackwell Publishing: London. p. 95-99.

7. Haritha Sagili, M.D.,  Review Modern management of miscarriage.  The Obstetrician & Gynaecologist, 2012: p. 1-7.

8. facts, H.y., Spontaneous Abortion, Ectopic Pregnancy and Fetal Death . 2005, First Aid for the Obstetrics & Gynecology Clerkship. p. 127-132. 9. ANNELISE GRØNLUND, L.G., LOTTE CLEVIN, BODIL ANDERSEN,

(12)

missed abortion. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 2002: p. 1060-1065.

10. DMU, T.C.P., Obstetric Ultrasound: How, Why and When , B.T.M. MRCOG, Editor. 2004, Elsevier Science Limited: British. p. 53-55.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk analisis hubungan antara jumlah komponen Sindroma Metabolik yang terganggu dengan derajat keparahan hati secara USG, dilakukan pengelompokkan Sindroma

Pengamanan aset atas pengelolaan barang milik daerah pada Kabupaten Gorontalo sudah baik terutama pada indikator yang mempunyai pengaruh, memberikan alasan logis

Nomor peserta ujian seleksi tertulis sama dengan Nomor Urut yang tertera pada daftar nama pelamar lulus seleksi administrasi... BUDI SANTOSO GAGAKSIPAT RT 1 RW 3 NGEMPLAK

Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, dan datanya di analisis menggunakan data statistic untuk

untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya

Kemampuan Melaka menjadi sebuah pelabuhan yang penting di dunia pada zaman ini berdasarkan kepada beberapa faktor iaitu kedudukan yang strategik, perairan

Membaca pustaka dan membuat makalah (Kelompok 2) Membuat resume (1-2 halaman) (T) 3 KD 5 Mendeskripsikan hubungan faktor lingkungan terhadap kinerja hewan (lingkungan

Jika permohonan penjualan kembali Unit Penyertaan INSIGHT RENEWABLE ENERGY FUND yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak, prospektus