PROPOSAL KEGIATAN MAHASISWA
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA BERBASIS PROYEK
OBSERVASI PENTINGNYA PENERAPAN 5S PADA KALANGAN REMAJA (SMKN 56 JAKARTA)
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mata Kuliah Pancasila Pada Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
ABDI GUSTOMO (202301500599)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA
2023/2024
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Jl. Nangka No. 58 C Tanjung Barat Jagakarsa, Jakarta Selatan Telp. (021) 78835283 – 7818718 Fax. : (021) 78835283 Jl. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp. : (021) 87797409
Website : http/www.unindra.ac.id e-mail : university@unindra.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN MAHASISWA
MATA KULIAH BAHASA INDONSIA BERBASIS PROYEK Observasi Pentingnya Penerapan 5S pada kalangan Remaja
(SMKN 56 Jakarta)
Oleh :
ABDI GUSTOMO (202301500599)
Dosen Pengampu,
Jakarta, ………..2023 Ketua Panitia,
Tresna Suhartoni, M.Pd. Abdi Gustomo
Mengetahui Ketua Program Studi,
Sabrina Dachmiati, M.Pd.
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Kegiatan... 4
C. Manfaat Kegiatan ... 4
D. Sasaran Kegiatan ... 4
E. Indikator Kegiatan ... 4
F. Tahapan Kegiatan ……….. 4
G. Pembiayaan ... 5
BAB II RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN ... 6
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 6
B. Susunan Panitia ... 6
C. Metode Pelaksanaan Kegiatan ... 6
D. Susunan Acara / Jadwal Kegiatan ... 7
BAB III STRATEGI KEBERLANJUTAN ... 9
A. Strategi Keberlanjutan ... 9
DAFTAR PUSTAKA ...11
LAMPIRAN ...12
BAB I PENDAHULUAN `
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin maju sangatlah mempengaruhi pendidikan sosial dan budaya pada anak usia sekolah dasar. Pendidikan adalah suatu usaha yang digunakan untuk membimbing dan menuntun peserta didik menjadi lebih berguna bagi bangsa Indonesia. Karena pada dasarya pendidikan bukan hanya untuk memberikan ilmu kepada peserta didik ketika di sekolah maupun di luar sekolah akan tetapi dapat mendidik peserta didik untuk bisa menjadi generasi bangsa yang mempunyai jati diri yang berkualitas untuk negara. Suatu kegiatan mendidik tidak hanya kita lakukan di suatu lembaga pendidikan saja akan tetapi kegiatan mendidik dilakukan dimana saja baik di lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga.
Sudrajat (2011: 47) pendidikan merupakan suatu yang dilakukan seseorang dalam sepanjang hidupnya sebagai sarana dalam mendidik dan mengajarkan peserta didik dalam melakukan suatu proses pembelajaran baik berupa nilai maupun ilmu pengetahuan. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan yangberkembang secara tidak langsung juga mempengaruhi perilaku peserta didik. Saat ini banyak dilihat di tengah-tengah lingkungan sekolah banyak para guru dan generasi muda yang tak terkecuali anak sekolah dasar yang jarang menerapkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun). Budaya 5S menjadi luntur disebakan oleh salah satu faktor yaitu meniru kehidupan kebarat-baratan, karena saat ini sangat mudah untuk mengakses perilaku kehidupan Negara lain yang cenderung egois dan hedonis.
Suyanti (2020: 186) Kepribadian anak saat ini meniru gaya kebarat- baratan, seperti mencontoh gaya berpakaian artis atau tokoh idola, mengecat rambut, perilaku yang disamakan dengan idola yang menyimpang, anak yang kurang memahami etika atau unggah-ungguh ketika berbicara dengan orangtua, anak terbiasa bersikap kasar karena suka melihat game kekerasan, kebiasaan menyontek saat ujian, berbohong, tawuran, konflik dengan anak lain, bullying, dan perilaku negative lainnya. Saat ini hal yang
paling penting dalam dunia pendidikan adalah menumbuhkan nilai kesantunan dan tata krama, karena dalam sekian tahun kita kehilangan nilai- nilai itu.
Mulai dari kebiasaan saling mengejek dan menghina. Karena nilai-nilai Indonesia adalah keramahan bukan nilai-nilai yang saling melotot dan mencemooh. Apalagi diketahui bersama bahwa fakta kondisi karakter peserta didik di sekolah masa sekarang sangatlah memprihatinkan, baik secara emosional, tindakan, maupun perilaku sosial mereka. Selain itu, yang membuat miris adalah pola tingkah laku anak dalam pergaulannya, baik dengan pergaulan anak dengan temannya disekolah maupun dirumah. Bisa diambil contoh di sekolah, saat anak ditegur oleh guru karena mereka melakukan kesalahan, mereka malah cenderung melawan kepada guru dengan tindakan-tindakan yang kurang pantas. Selain itu, juga dapat dilihat saat anak remaja bergaul dengan teman sebayanya di sekolah, anak cenderung mengeluarkan ucapan-ucapan kasar yang kurang enak didengar.
Diluar lingkungan sekolah pun perilaku anak malah lebih parah, anak cenderung bila berpergian jarang yang menyalami atau berpamitan dengan orang tuanya, atau bahkan memanggil kakak atau orang yang lebih tua hanya dengan sebutan nama saja.
Pada kondisi sekarang ada faktor eksternal yang terealisasikan secara realita kebudayaan yang terus berubah-ubah karena banyaknya budaya barat yang masuk yang akan mempersulit untuk mempertahankan sopan santun dimanapun dan kapanpun. Selain tidak sopan terhadap guru, bahwa remaja jaman sekarang juga ada yang tidak sopan dengan orangtuanya dengan cara ketika memanggil itu menyebut nama orang langsung. Ada lagi cara berpakaian anak-anak muda jaman sekarang yang kebarat-baratan dengan meniru budaya barat yang memang kurang cocok untuk Indonesia yang lebih condong ke budaya timur (Gufron, 2010 : 13).
Adapun faktor internal yang mempengaruhi hilangnya sopan santun siswa Indonesia itu pada diri siswa itu sendiri, keluarga, lingkungan, tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media masa. Suryani (2017: 113) menyatakan bahwa penyebab perilaku kurang sopan diduga dipengaruhi oleh pergaulan siswa yang kurang terkontrol oleh orangtua, kurangnya bimbingan dari guru serta perilaku coba-coba dari siswa. Perilaku siswa
perlu dibentuk mulai dari pendidikan usia dini, karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan selanjutnya.
Menurut Damayanti (2012:108) mengajari sopan santun atau tata karma sebaiknya dilakukan sejak dini. Bisa dimulai sejak ia berusia 1 atau 1,5 tahun saat ia mulai mengerti. Dalam penanaman karakter pada siswa tidak dapat dilakukan dengan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau bahkan melatih suatu ketrampilan tertentu, namun juga melalui pembiasaan di sekolah. Salah satu contohnya yaitu membiasakan siswa untuk menanamkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun). Memang tidak mudah untuk menanamkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) dikalangan siswa di sekolah, sebab tidak sedikit dari mereka yang kurang dibiasakan dilingkungan keluarga. Disamping itu penanaman kebiasaan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) belum diketahui cara menerapkan kebiasaan budaya 5S dalam lingkup pendidikan dan faktor- faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) pada siswa Sekolah Dasar.
Sebelunya telah banyak riset yang dilakukan, antara lain oleh Maulidah (2019). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen program tersebut sudah baik. manajemen tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses perencanaan program tersebut sudah masuk dalam kurikulum sekolah, namun tidak memiliki jam pelajaran khusus melainkan aktivitas budaya warga sekolah. Budaya ini melalui pembiasaan Budaya 5S di lingkungan sekolah. Tugas guru, staff dan karyawan sebagai pelaksana, sedangkan siswa sebagai objeknya.
Riset dari Annisa (2019), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa data yang diperoleh dilapangan. Data tersebut akan diuraikan sebagai berikut : Budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) dilakukan diberbagai titik, diantaranya : di depan sekolah, pintu masuk sekolah, posko afektif yaitu ruang depan UKS, lab computer, dan pintu ruang kelas. Pelaksanaan posko afektif ini berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.
Riset dari Anggraeni (2019), hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) di Sekolah berlaku secara permanen. Budaya ini dilaksanakan secara terus menerus.
3
Pelaksanaan ada yang melalui keteladanan dari bapak ibu guru, kegiatan spontan guru kepada peserta didik atau sebaliknya dan yang terakhir melalui kegiatan rutin yang di dalamnya mengandung budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) tanpa harus menunggu komando bapak ibu guru, peserta didik akan secara otomatis melaksanakan budaya Sekolah yang telah diprogramkan oleh Sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa menanamkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) pada siswa sekolah dasar sangatlah penting untuk membentuk karakter siswa sekolah dasar menjadi lebih baik, maka klompok kami tertarik untuk melakukan obsrvasi dengan judul “Observasi Pentingnya Penerapan 5S pada kalangan Remaja (SMKN 56 Jakarta)”.
B. Tujuan Kegiatan
1. Mengetahui seberapa baik penerapan 5S yang diterapkan SMKN 56 Jakarta.
C. Manfaat
1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan sekaligus ilmu pengetahuan tentang pentingnya penrapan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) pada kalangan remaja.
D. Sasaran Kegiatan
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah peserta didik SMKN 56 Jakarta.
Target dari kegiatan ini ilalah kalangan remaja.
E. Tahapan Kegiatan
1. Tahapan Obsrvasi Awal
Pada tahapan ini kami akan melakukan penyusunan proposal kegiatan dan merencanakan anggaran kegiatan.
2. Tahapan Persiapan Kegiatan
Pada tahapan ini kami meminta ijin kepada pihak SMKN 56 Jakarta, kemudian kami akan mempersiapkan segala kebutuhan yang akan dibutuhkan untuk melakukan kegiatan observasi.
3. Tahapan Pelaksanaan
Pada tahapan ini kami melakukan observasi di SMKN 56 Jakarta.
4. Tahapan Evaluasi Kegiatan
Pada tahapan ini kami melakukan penyusunan laporan kegiatan dan melakukan evaluasi dari program kerja yang telah kami rencanakan.
BAB II
RANCANGAN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat Kegiatan : SMKN 56 Jakarta Waktu Kegiatan : 15 November 2023
Pukul : 08.00 – 12.00 WIB
B. Susunan Panitia
Ketua Pelaksana : Abdi Gustomo
Sekretaris : Maiyah Dilla Syaputri Shabrina Hasnur Farahiyah Bendahara : Atikah Nur Syahrani
Seksi Acara : Shibghatullah Al Jundi Rakha Fahar Firdaus Nurma Ningsih Bella Safitri
Perlengkapan : Aisyah Ananda Raharjo Arnolda Yosefa Nato Dokumentasi : Nuraeni handayani
Siti Hijriah muharrami
C. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan Sosialisasi dan pengambilan data berupa angket mengenai Cyber Bullying SMA Muhammadiyah Cileungsi dilaksanakan secara tatap muka. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memberi edukasi kepada kalangan remaja mengenai Cyber Bullying. Sebagai bentuk apresiasi, kami menyiapkan beberapa snack yang akan dibagikan kepada
5
Peserta Didik jika dapat menjawab beberapa pertanyaan ketika pelaksanaan Sosialisasi. Setelah kegiatan ini diharapkan Peserta Didik mampu memahami mengenai Cyber Bullying.
D. Susunan Acara Kegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN TEMPAT
Tahapan Observasi
Awal
18 September 2023
Masing-masing dari kami saling bertukar pikiran mengenal tema kegiatan
Kampus B Unindra
20 September 2023
Menentukan sasaran kegiatan Sosialisasi pengambilan data berupa angket mengenai Cyber bullying
Kampus B Unindra
21 September 2023
Menyusun proposal dengan judul " SOSIALISASI
BAHAYA CYBER
BULLYING DI KALANGAN REMAJA "
Kampus B Unindra
25 September 2023
Finalisasi proposal dengan judul " SOSIALISASI BAHAYA CYBER
BULLYING DI KALANGAN REMAJA "
Kampus B Unindra
5 Oktober 2023
Presentasi proposal "
SOSIALISASI BAHAYA CYBER BULLYING DI KALANGAN REMAJA "
Kampus B Unindra
Tahap persiapan Kegiatan
9 Oktober 2023
Melakukan koordinasi dengan pihak Sekolah SMA Muhammadiyah Cileungsi
SMA Muhammadiyah
Cileungsi
10 Oktober 2023
Mempersiapkan kegiatan Sosialisasi dan angket yang akan digunakan dalam survei mengenai Cyber Bullying
Kampus B Unindra
Tahap pelaksanaan
kegiatan
17 Oktober 2023
Melakukan perkenalan dan sosialisasi kepada Peserta didik SMA Muhammadiyah Cileungsi
SMA Muhammadiyah
Cileungsi Melaksanakan kegiatan
pengisian angket oleh peserta didik SMA
Muhammadiyah Cileungsi
SMA Muhammadiyah
Cileungsi
Tahap evaluasi kegiatan
18 Oktober 2023
Penyusunan laporan pertanggung jawaban mengenai kegiatan Sosialisasi dan pengisian angket oleh peserta didik SMA Muhammadiyah Cileungsi
Kampus B Unindra
20 Oktober 2023
Finalisasi laporan pertanggung jawaban mengenai kegiatan Sosialisasi dan pengisian angket oleh peserta didik SMA Muhammadiyah Cileungsi
7
BAB III
STRATEGI KEBERLANJUTAN
A. Strategi Berkelanjutan
Cyberbullying adalah masalah serius yang memerlukan strategi yang efektif untuk mengatasi dan mencegahnya. Berikut adalah beberapa strategi berkelanjutan yang dapat membantu dalam menghadapi cyberbullying:
1. Pendidikan dan Kesadaran:
Kampanye pendidikan dan kesadaran tentang cyberbullying dapat membantu mengedukasi masyarakat tentang konsekuensi buruknya.
Sekolah dan lembaga pendidikan dapat mengadakan program pendidikan mengenai etika online dan dampak negatif dari cyberbullying.
2. Pelaporan dan Intervensi:
Mendorong individu yang menjadi korban cyberbullying untuk melaporkan insiden tersebut kepada pihak berwenang, baik itu orangtua, guru, atau penyedia platform online.
Penyedia platform online harus memiliki mekanisme pelaporan yang efektif dan tindakan yang jelas untuk mengatasi pelaku cyberbullying.
3. Perlindungan Anonimitas:
Memberikan opsi anonimitas kepada individu yang melaporkan insiden cyberbullying dapat membantu mereka merasa lebih aman.
Namun, penting juga untuk mengejar pelaku cyberbullying yang bersembunyi di balik anonimitas jika insiden tersebut serius.
4. Pengawasan Orangtua:
Orangtua perlu mengawasi aktivitas online anak-anak mereka, termasuk media sosial dan komunikasi online.
Pendidikan orangtua tentang tanda-tanda cyberbullying dan cara mengatasi masalah tersebut juga penting.
5. Kode Etik Online:
Mendorong individu untuk mematuhi kode etik online dan berperilaku dengan sopan dalam interaksi online.
Perusahaan teknologi dan platform online dapat memberlakukan aturan dan etika yang ketat untuk mengurangi perilaku cyberbullying.
6. Dukungan Emosional:
Penting untuk memberikan dukungan emosional kepada individu yang menjadi korban cyberbullying.
Ini bisa melibatkan konseling, dukungan dari teman-teman, atau sumber daya mental kesehatan.
7. Konsekuensi Hukum:
Jika cyberbullying mencapai tingkat yang serius dan ilegal, tindakan hukum harus diambil terhadap pelaku.
Hukum perlindungan terhadap korban cyberbullying harus diperkuat dan ditegakkan secara tegas.
8. Pendidikan Empati:
Mendorong pemahaman dan empati terhadap pengalaman orang lain dapat membantu mengurangi motivasi untuk melakukan cyberbullying.
Strategi berkelanjutan untuk mengatasi cyberbullying memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk individu, keluarga, lembaga pendidikan, penyedia platform online, dan pihak berwenang. Pendidikan, kesadaran, dan penerapan tindakan yang konsisten adalah kunci dalam menghadapi masalah ini secara efektif.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, ahmad M, 2004, Cyber Law dan Haki dalam Sistem Hukum Indonsia, PT.Refika
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua ). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
AC Nieslen. (2011). Hasil Riset Konsumsi Media di Indonesia. Nieslen