KOREOGRAFI BERKELOMPOK
Dosen Pengampu: Drs. Ida Bagus Ketut Sudiasa, M.Sn
Di susun oleh :
Shalumita Rahmania Fateha (1207621003)
PRODI PENDIDIKAN TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan Koreografi Berkelompok
Berawal dari saya mendengar cerita tentang mitos salah satu curug yang ada di bogor yaitu Curug Bidadari yang terletak di Kecamatan Sentul, Bogor. Curug ini memiliki ketinggian sekitar 40 meter dan dikelilingi oleh hutan yang lebat. Curug Bidadari juga memiliki kolam yang jernih dan airnya sangat segar. Menurut mitos yang berkembang di masyarakat, curug Bidadari dulunya merupakan tempat pemandian para bidadari.
Konon, para bidadari akan turun ke bumi untuk mandi di curug ini pada malam hari.
Namun, jika ada manusia yang melihat para bidadari mandi, maka mereka akan dikutuk menjadi batu. Karena itu saya sebagai koreografer ingin mengangkat cerita tersebut untuk dijadikan sebuah karya koreografi berkelompok. Gerak dalam karya tari ini menggambil pijakan Tari Jaipongan Ketuk Tilu yang dikembangkan menggunakan Teknik olah tubuh.
Karya tari ini dibuat menggunakan metode dari Konsorsium seni yang meliputi: (1)
Persiapan yang dimulai dari: pengamatan, pengumpulan informasi dan gagasan; (2) Elaborasi mulai dari menetapkan gagasan pokok melalui analisis, integarsi, abstraksi, generalisasi, dan transmutasi; (3) Sintesis mulai dari mewujudkan konsepsi karya; (4) realisasi Konsep dimulai dari memadukan seluruh media untuk dijadikan satu konsep; (5) Penyelesaian dimulai dari mengevaluasi seluruh elemen untuk menentukan bentuk akhir dan mewujudkan karya tari yang baru. Dengan metode dari ‘Konsorsium seni’ penciptaan ini dilakukan melalui proses penggabungan dan pengembangan terhadap gerak-gerak tari tradisi sesuai dengan konsep garapan. Sehingga karya tari ini menjadi karya tari kreasi sunda.
B. Rumusan Masalah Penciptaan Karya Tari
Bagaimana menggambarkan ‘Para bidadari akan turun ke bumi untuk mandi di curug ini pada malam hari. Namun, jika tidak ada manusia yang melihat para bidadari mandi, maka mereka akan dikutuk menjadi batu’ menjadi sebuah karya koreografi berkelompok dengan menggunakan metode ‘Konsorsium seni’ menjadi karya baru.
C. Tujuan Penciptaan Karya Tari
a. Untuk menunjukkan ide baru koreografer yang mampu menciptakan sebuah karya tari.
b. Untuk memperlihatkan bahwa di Program Studi Pendidikan Tari Universitas Negeri Jakarta, memiliki mahasiswa yang mampu menunjukkan kreativitas melalui karya seni.
c. Untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa ‘Pada Masyarakat bogor ada sebuah mitos di curug Bidadari yang dipercaya oleh Masyarakat bogor bahwa dimanabidadari akan turun ke bumi untuk mandi di curug ini pada malam hari. Namun, jika ada manusia yang melihat para bidadari mandi, maka mereka akan dikutuk menjadi batu’.
D. Manfaat Penciptaan Karya Tari
a. Dapat melatih ide baru koreografer dalam menciptakan sebuah karya tari.
b. Ingin memperkenalkan bahwa di Program Studi Pendidikan Tari Universitas Negeri Jakarta, mahasiswa mempunyai kreativitas yang bisa diapresiasi oleh masyarakat.
c. Untuk menumbuhkan minat dan bakat masyarakat dalam berkesenian khususnya di bidang tari.
BAB II
KONSEP PENCIPTAAN KARYA TARI
A. Konsep Garapan Tari 1. Gerak
Gerak Tari merupakan gerak yang diperhalus dan diberi unsur estetis. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan maksud-maksud tertentu dari
koreografer, keindahan tari terletak pada bentuk kepuasan, kebahagiaan, baik dalam koreografer, peraga dan penikmat atau penonton. Kompetensi dasar dalam mempelajari seni tari mencakup praktik dasar dan mahir dalam penguasaan gerak tari meliputi tari tradisional.
Menurut Y. Sumandiyo Hadi dalam buku ‘Koreografi Bentuk - Teknik – Isi’ gerak di dalam sebuah koreografi adalah bahasa yang dibentuk menjadi pola-pola gerak dari seorang penari yang sungguh dinamis, artinya tidak hanya serangkay sikap-sikap atau postur yang dihubung-hubungkan, tetapi terdiri dari gerak yang kontinyu, gerak yang tidak hanya berisi elemen-elemen statis.
Gerak yang di gunakan tari koreografi berpasangan ini menggunakan pijakan gerak Tari Jaipongan Ketuk Tilu yang dikembangkan menggunakan Teknik olah tubuh.
2. Penari
Penari adalah sebutan bagi seseorang yang menggerakkan tubuhnya secara berirama dan penuh penghayatan untuk menyalurkan perasaan, maksud, juga pikirannya. Tak heran kalau penari banyak yang menampilkan ekspresi yang indah dan ritmis lewat gerak tubuhnya.
Penari dalam koreografi ini menggunakan 2 orang penari perempuan yang disebut juga dengan penari berpasangan. Tari berpasangan adalah tarian yang ditampilkan oleh 2 orang penari, penarinya bisa perempuan dengan perempuan, bisa laki-laki dengan laki- laki, bisa juga perempuan dan laki-laki.
3. Tata pentas
Tata pentas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan seperti:
a. Tata panggung
Tata letak yang akan digunakan sebagai panggung menggunakan Panggung Proscenium. Panggung ini dikenal juga dengan panggung bingkat. Hal ini
dikarenakan diatas panggung akan dibuat sebuah tiang atau pembatas seperti bingkai foto. Biasanya pada panggung ini akan ada penutup tirai. Hal ini agar para peserta seni dapat mengganti konsep arena tanpa sepengetahuan penonton
3
b. Tata busana
Tata busana merupakan pengaturan pakaian pemain, baik pemilihan bahan, model, maupun mengenakannya. Tata busana sebenarnya memiliki hubungan erat dengan tata rias. Tata busana yang akan dipakai penari dalam karya ini menggunakan baju jaipongan yang telah dikreasikan.
c. Tata rias
Tata rias merupaka bahan yang digunakan aktor atau penari untuk mencapai karakter tokoh dalam segi fisik. Tata rias dalam karya tari ini menggunakan makeup tari cantik.
d. Tata cahaya
Tata cahaya adalah unsur tata artistik yang penting dalam seni pertunjukan. Tanpa adanya tata cahaya, penari atau aktor yang ada di atas panggung tidak bisa dilihat dengan jelas oleh penonton.
e. Properti
Menurut Moh Zayyadi dan Durroh Halim dalam buku Etnomatematika Budaya Madura (2020), properti tari adalah perlengkapan dalam sebuah pertunjukan. Bisa juga diartikan bahwa properti tari adalah semua alat dan perlengkapan yang digunakan untuk menunjang penampilan penari di atas panggung. Properti yang digunakan oleh koreografer menggunakan properti selendang berwarna hijau.
4. Tipe tari
Tari dramatik mengandung arti bahwa gagasan yang hendak dikomunikasikan sangat kuat dan penuh daya pikat (menarik), dinamis dan banyak ketegangan. Tari dramatik mungkin lebih menekankan pada konflik antara seorang dengan seorang yang lain, atau konflik dalam dirinya sendiri. Karya tari ini menggunakan tipe tari dramatik karena karya tari ini menceritakan kehidupan dua kakak adik yatim piatu yang berjuang untuk bisa bertahan menjalani hidup. Mereka terjebak dalam sindikat memanfaatkan anak-anak terlantar untuk dijadikan pengemis jalanan. Di usia yang masih sangat kecil, mereka diperbudak untuk menjadi mesin uang tanpa kenal waktu dan sangat minim untuk
mencapai indahnya masa kecil. Kehidupan mereka kian pilu dijalanan dengan mengamen yang dimana angel diadopsi oleh orangtua angkatnya, namun tidak dengan kakaknya.
Angel termasuk anak yang beruntung.
5. Mode penyajian
Mode penyajian dalam karya tari koreografi tunggal ini menggunakan mode penyajian reprentasional dan simbolik. Representasional adalah tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas, sedangkan simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol.
B. Kajian Sumber Data
karya tari ini, koreografer menggunakan sumber data dari wawancara via whatsapp dengan Novia Kusniar S.Pd Universitas Negeri Jakarta.
Langkah apa yang harus diperhatikan oleh seorang koreografer pada saat membuat sebuah tarian. Menurutnya, Langkah awal yang harus diperhatikan adalah konsepnya yang seperti apa. dimantangkan di awal dulu alurnya kalo sudah siap baru menyusun gerakan awal, tengah, dan akhir. Gerak-gerak dasar tari sunda menurutnya, ada gerak Selut, Ukel, Sirig, Capang, Seser, Tepak bahu, Rumbai, Gilek, Adeg-adeg, Lontang kanan, Lontang kiri, Nyawang, Tupang tali, Galieur, Baplang, dan Mincid. Seorang penari agar dapat
menyampaikan pesan kepada penonton yang terdapat dalam sebuah tarian berpasangan itu menurutnya yang pertama, seorang penari harus mengerti dulu konsep tarian yang akan diciptakan, seorang penari harus paham dulu alur yang mau mereka ceritakan, dan terakhir seorang penari harus mendalami rasa atau feelyang ada dalam gerakan yang akan
disampaikan dalam sebuah tarian. Seorang koreografer harus menggunakan sebuah properti tidak dalam sebuah karya tari. Menurutnya, Untuk properti itu bebas tapi lebih ke pemanis saja tetapi beliau lebih menyarankan untuk memakai properti tari. Dalam memberikan judul pada tari itu harus sesai dengan cerita yang diangkat atau bisa juga diluar konteks ceritanya.
Menurutnya pemberian judul itu tergantung dengan koreografer masing-masing, tapi kalo sebuah judul itu harus sealur dengan jalan cerita karna penonton belum melihat tarian kita dia pasti melihat dulu judul yang akan kita ceritakan dan bila kita nanti mnegambil judul yng tidak sesuai penonton akan kebinggungan dan akan tidak dapat feel atau rasa pada tarian tersebut.
(CARI NARASUMBERNYA) GANTII
C. Kajian Sumber Literatur
1. Sumber literatur pada karya ini dari sebuah Film ‘Surat Kecil Untuk Tuhan’ yang menceritakan kisah Anton (Bima Azriel) dan Angel (Izzari Khansa) kakak beradik yatim piatu yang terjebak dalam sindikat memanfaatkan anak-anak terlantar untuk dijadikan pengemis jalanan yang dimana hasilnya itu harus disetorkan kepada ketua sindikat yakni Om Rudi (Lukman Sardi). Jika tidak berhasil mencapai target dalam meminta-minta maka hukuman pecutan, disetrika dan ditenggelamkan dalam air akan
menanti mereka. Di usia yang masih sangat kecil, mereka diperbudak untuk menjadi mesin uang tanpa kenal waktu dan sangat minim untuk mencapai indahnya masa kecil. ingga suatu ketika saat Angel menyebrang di jalan raya, ia tertabrak oleh sebuah mobil sampai terpental dan tak sadarkan diri. Angel dibawa ke rumah sakit, Om Rudi tidak mau menanggung biayanya, untung ada seorang pasangan suami istri yang mau menanggungnya dan mengangkat Angel sebagai anak mereka. Sejak saat itulah Angel terpisahkan dengan Anton. Ia tidak pernah tahu lagi di mana keberadaan sang kakak.
2. Smith, Jacqueline. (1985) Komposisi Tari. Komposisi tari pada buku ini diartikan sebagai keterampilan dari sudut pandang mahasiswa dan pengajar muda yang menghadapi tugas mengkomposisikan tari, dan mendorong orang lain untuk mekalukannya pula. Buku ini menjelaskan tentang pengertian mengenai komposisi tari beserta unsur-unsur dan kaidah yang terdapat di dalam buku tersebut.
3. (Alma M.Hawkins ) Bergerak Menurut Kata Hati. Buku ini terdapat pengetahuan tentang konsep penciptaan karya tari menurut Alma M.Hawkins. Buku ini dapat membantu dalam proses penciptaan karya tari. Ada beberapa tahap-tahap
Penciptaan Tari ini koreografi menggunakan metode penciptaan karya tari dari Alma M Hawkins dengan buku yang berjudul “Bergerak Menurut Kata Hati” dengan tahap – tahap penciptaan karya tari:
1. mengalami / mengungkapkan 2. melihat
3. merasakan 4. mengkhayalkan 5. mengejawantahkan 6. pembentukan
7. pembentukan sendiri
8. menuntun proses pengalaman 9. evaluasi
10. epilog
4. Buku Ida Bagus K. Sudiasa, 2012, Tentang Bahan Ajar Komposisi Tari. Alma M.
Hawkins menyebutkan bahwa, ada tiga hal yang mendasari keinginan manusia dalam sebuah karya seni yaitu:
1) Manusia selalu ingin mengetahui
3) Manusia selalu ingin melakukan pencarian untuk kepuasan-kepuasan yang bersifat materi
Komposisi adalah menyusun beberapa unsur Bersama-sama ke dalam suatu pedoman yang harmonis (Gorys Keraf, 1994:161). Secara keseluruhan menempatkan garis, warna, tekstur, dan proporsi sebagai elemen komposisi. Ritme, nada, melody, dan harmoni merupakan elemen dalam komposisi musik. Sedangkan tubuh, gerak, dan ruang merupakan bagian dari elemen-elemen tari. Elemen-elemen komposisi yang pertama harus memahami terhadap pengetahuan desain ruang, tubuh, gerak, desain lantai, desain atas, desain musik, desain dramatik, dinamika, tema, rias dan busana, properti, pementasan/staging, dan penyusunan acara. Karya tari sebagai proses perwujudan oleh setiap orang memiliki metode berbeda satu dengan yang lain.
perbedaan perlakuan justru menjadi identitas dari pribadinya bahkan, menjadikan karya-karya lebih variatif. Perbedaan cara perlakuan di dalam proses sangat mungkin terjadi baik pada saat pencarian ide/gagasan, tema, menentukan rangsangan,
menentukan penari dan pemusik, lighting panggung, dan tata busana.
5. Y. SumandiyoHadi. 2012. dalam buku Koreografi Bentuk - Teknik – Isi. Buku ini merupakan penjelasan pemahaman melihat atau mengamati sebuah tarian yang dapat dilakukan dengan menganalisis konsep-konsep “bentuk”, “teknik”, dan “isinya’.
Ketiga konsep koreografi in sesungguhnya merupakan satu kesatuan bentuk tari namun dapat dipahami secara terpisah. Sebuah pemahaman konsep isi tidak hadir tanpa bentuk sementara konsep bentuk sendiri tidak akan terwujud dengan sempurna tanpa teknik yang baik. Pemahaman kebentukan sebuah tarian dapat dilakukan dengan menganalisis bentuk struktur dan gayanya, serta ketrampilan teknik cara melakukan atau berkaitan dengan wiraga dan wirama, sedangkan pemahaman isi atau dalam istilah Jawa sering disebut wirasa berkaitan dengan rasa gerak, penjiwaan, atau maksud isi gerak atau tarian yang dibawakan.
D. Tema, Ide dan Judul Karya Tari 1. Tema
Tema menurut Edlin Yanuar Nugraheni dalam buku Pengetahuan Tari (2013) adalah gagasan, pokok pikiran, dan juga ide dasar penciptaan suatu tarian. Tema tari akan
menentukan isi dari tarian, bagaimana keseluruhan gerak tarinya, busana yang dikenakannya, dan jenis musik yang mengiringinya. Tema tari akan dikomunikasikan kepada penonton melalui keseluruhan tarian.
Tema tarian bisa didapatkan dari mana aja, mulai dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita dengar. Idenya bisa datang dari hal-hal yang terjadi di sekitar kita.
Tema yang akan diangkat oleh koreografer ini yaitu ‘WAKTU’ dimana manusia memiliki waktu untuk menemukan keberuntungan pada dirinya seiring berjalannya waktu.
(KONSULTASI TEMA NYA APA?)
2. Ide
Ide yang koreografi dapatkan berasal dari melihat Sebuah mitos yang ada di daerah curug bidadari , kemudian saya tertarik untuk membuat karya tari ini.
3. Judul Karya Tari
Judul yang koreografi ambil dari Bahasa sansekerta yaitu ‘ESTUNGKARA’ yang berarti ESTUNGKARA sendiri diambil dari Bahasa nama-nama India (Sansekerta) yang memiliki arti kesanggupan menghadapi masalah.
(JUDUL BELUM ADA)
E. Tinjauan Karya
Karya yang saya akan buat ini belum pernah ada dimuka bumi jika dikemudian hari ditemukan karya yang serupa itu diluar unsur kesengajaan.
F. Orisinalitas Karya N
o
Nama Koreografer
Pijakan Metode Pendekatan
Bentuk Karya
Tempat Pementasa
n 1. Shalumita
Rahmania Fateha
Gerak tari Ketuk Tilu yang
dikembangka n
menggunakan Teknik olah tubuh.
Tari kreasi sunda
Indoor
BAB III
METODE PENCIPTAAN
A. Metode Penciptaan Tari
Penciptaan Tari ini koreografi menggunakan metode penciptaan karya tari dari Alma M Hawkins dengan buku yang berjudul “Bergerak Menurut Kata Hati” dengan tahap - tahap penciptaan karya tari:
a. mengalami / mengungkapkan
koreografer digerakan oleh adanya dorongan yang kuat untuk menciptakan karya-karya baru yang mencerminkan reaksi yang unik dari seseorang terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya. Rangsangan yang masuk menimbulkan doronagn dalam hati untuk berbuat.
Melalui prose pencerapan inilah kita perkaya rasa kenikmatan kita dan melalui proses pengungkapan kita salurkan ungkapan jiwa terhadap temuan kita.
b. melihat
melihat dan merasakan adalah dua unsur pokok dalam kegitan kreativitas. Masukan pencerapan panca indera memberikan rangsangan dan materi kasar yang secara imajinatif diejawantahkan dan diwujudkan keluar.
c. merasakan
interaksi kita dengan dunia sekitar: alam, benda-benda, orang, dan situasi-situasi selalu disertai perasaan. Tetapi kesadaran kita akan getaran perasaan ini sering kali kabur dan kurang jelas. Kita mungkin justru mencoba menolak atau mengabaikannya terutama jika sensasi itu negatif dan tidak menyenangkan. Budaya kita (barat) cenderung tidak menghargai dimensi perasaan dalam kehidupan walaupun perasaan adalah aspek integral dari reaksi manusia.
d. mengkhayalkan
imajinasi, dalam peranan sebagai alat penemuan, mendorong proses pemikiran pikiran kreatif kearah mewujudnyatakan khayalan dan perasaan yang dihayati dalam hati. Di dalam kasus koreografi penemuan batin dilahirkan dalam bentuk metafora berupa sebuah tari ciptaan baru. Khayalan dan daya kahayal mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses koreografi. Proses pemikiran kreatif bahkan tergantung kepada pengkhayalan yang bebas lepas.
e. mengejawantahkan
keberhasilan kerja kreatif seorang koreografer tergantung pada kemampuan daya khayalnya dalam mengejawantahkan pengalaman batin ke dalam gerak. Pengejawantahan dari perasaan dan khayalan ke dalam gerakan, substansi kualitatif, adalah aspek yang paling esensial dalam proses kreatif.
f. pembentukan
bagaimana proses terjadinya sebuah karya tari atau karya seni pada umumnya masih menjadi sebuah misteri. Integritas, keterampilan, dan keja keras seniman semuanya merupakan persyaratan awal, tetapi ada lagi tuntutan lainnya.
g. pembentukan sendiri
ketika koreografer berada dalam konsentrasi yang santai dan dalam suasana kesadaran yang tidak sebagai biasanya, proses pembentukan sendiri akan berfungsi dan mengambil kendali.
kegiatan pembentukan sendiri tersebut menimbulkan perubahan dalam kehidupan seorang kreator.
h. menuntun proses pengalaman
struktur kerangka kerja bagi pendidikan kreativitas tumbuh dari keyakinan anda, konsep- konsep yang melandasi pengalaman seni, dan tujuan-tujuan khusus menyangkut pertumbuhan kreativitas dari para individu.
i. evaluasi
pada saat seniman, sepanjang berlangsungnya proses kreatif, bergerak bolak-balik di antara perwujudan nyata denga dorongan batin, ada suatu dorongan yang sama untuk menilai hasil kreativitas kita setelah selesainya sebuah garapan yang lebih besar.
j. epilog
sewaktu tari mengalami masa transisi, seperti yang terlihat jelas sekarang, kita perlu mengalihkan perhatian kita ke sumber dasar vitalisas tari. kita perlu untuk menemukan kembali akar dari media ekspresi yang berorientasi ke tubuh dan kaitannya dengan proses pemikiran kreatif.
B. Proses Penciptaan Tari
yang dilakukan koreografer dalam proses mewujudkan karya.
Menentukan Ide
Ketika proses mencari ide koreografer mendapatkan ide dari sebuah kemudian saya tertarik dari sinilah ide itu muncul.
Menentukan Pijakan Gerak
Dalam proses menentukan pijakan gerak koreografer sedikit kesulitan mencari pijakan yang sesuai dengan cerita atau ide yang didapatkan, setelah
berberkonsultasi akhirnya koreografer memilih pijak dengan mengambil pijakan ‘Tari Jaipongan Ketuk Tilu’ yang dikembangkan menggunakan Teknik
olah tubuh.
Menentukan Tema
Koreografer memilih tema Tema yang akan diangkat oleh koreografer ini yaitu
‘WAKTU’ dimana manusia memiliki waktu untuk menemukan keberuntungan pada dirinya seiring berjalannya waktu.
Eksplorasi Gerak
Dalam proses eksplorasi koreografe melalui pijakan gerak tari Ketuk Tilu dengan pendekatan bergerak menurut kata hati dari Alma. M. Hawkin dengan
judul karya ‘ESTUNGKARA’ karya tersebut.
Penyelesaian Akhir
Penyelesaian akhir yang akan dilakukan koreografer adalah memperlihatkan hasil karya tersebut ke masyarakat untuk memperlihatkan bahwa ada karya
tari kreasi baru.
BAB IV
STRUKTUR GARAPAN TARI
A. Struktur Garapan N
o
Adegan Pola Lantai Suasana Teknik Tata
Pentas 1. Adegan awal
Menggambarkan 3 bidadari yang turun dari
khayangan/langit.
Musik intro kemudian masuk musik dengan
menggambarka n keadaan ….
Dipentaskan ditempat indoor tata cahaya memfokuskan dengan
menggunakan
….
2. Adegan klimaks yaitu adegan
Musik
dengan suasana
Dipentaskan ditempat indoor tata cahaya memfokuskan dengan menggunakan ….
3. Adegan terakhir, Musik
dengan suasana
Dipentaskan ditempat indoor tata cahaya memfokuskan dengan menggunakan
……