ALDO PEBRIANDA NIM: 2113201003
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI RIAU
2025
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Status Gizi dan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita di RSUD Bangkinang Tahun 2025”.
Penelitian ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Dalam menyelesaikan Proposal Penelitian ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Amir Luthfi selaku Rektor Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
2. Ibu Dewi Anggriani Harahap, M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
3. Ibu Ade Dita Puteri, SKM. MPH selaku ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dalam materi, meluangkan waktu, pikiran, bimbingan serta arahan dan membantu dalam menyelesaikan Proposal Penelitian ini.
ii
Penelitian ini.
5. Pihak RSUD Bangkinang beserta staf atas izin dan kerjasama dalam pengambilan data.
6. Bapak dan ibu dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan Proposal Penelitian ini.
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam setiap langkah sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian dengan baik.
8. Rekan-rekan seperjuangan di Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang telah memberikan dukungan, masukan dan membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal Penelitian. Peneliti menyadari bahwa Proposal Penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari segi penampilan dan penulisan. Oleh karena itu, peneliti senantiasa mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan Proposal Penelitian ini.
iii
DAFTAR ISI
LEMBARAN PERSETUJUAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan Umum ... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9
1.4.2 Manfaat Praktis ... 9
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1 Kajian Teori ... 12
2.1.1 Konsep Stres Kerja ... 12
2.1.2 Konflik Pilihan Ganda ... 21
2.1.3 Beban Kerja ... 26
2.2 Penelitian Relevan ... 30
2.3 Kerangka Pemikiran ... 33
iv
3.3 Etika Penelitian ... 37
3.4 Instrumen Penelitian ... 38
3.5 Prosedur Penelitian ... 39
3.6 Defenisi Operasional ... 40
3.7 Analisis Data ... 41
3.7.1 Analisis Univariat ... 41
3.7.2 Analisis Bivariat ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penskoran item Perceived Stress Scale (PSS)... 21 Tabel 2.2 kategorisasi skala Perceived Stress Scale (PSS)... 21
vi
Produktivitas merupakan suatu proses dimana sumber daya manusia dapat menghasilkan suatu keluaran dengan ukuran yang produktivitas. Produktivitas diartikan sebagai proses yang memfokuskan perhatian pada keluaran yang dihasilkan oleh sumber daya manusia dengan suatu rasio antara masukan keluaran. (Khairunnisa Nur Baiti,Djumali,Eny Kustiyah,2020)
Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah beban kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja, kapasitas kerja dan status gizi. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah tingkat asupan gizi pekerja yang dilihat dari status gizi mereka. Partisipasi tenaga kerja wanita dalam berbagai sektor industri di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
Namun, perhatian terhadap status kesehatan dan gizi pekerja wanita masih kurang optimal, padahal faktor ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas
kerja mereka13. Status gizi yang baik, yang dapat dilihat dari indeks massa tubuh (IMT), asupan energi, dan kadar hemoglobin, berperan penting dalam menjaga kapasitas kerja, daya tahan tubuh, serta mencegah kelelahan yang dapat
menurunkan produktivitas.
1
2
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pekerja wanita dengan status gizi yang baik cenderung memiliki produktivitas kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengalami kekurangan gizi, anemia, atau obesitas.
Kekurangan asupan energi dan protein dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, menurunkan aktivitas fisik, dan akhirnya berdampak pada penurunan
produktivitas kerja .(Risaldi,Ratih.W,Iriyani K, 2022)
Produktvitas kerja perawat sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan. Pelayanan kesahatan yang memadai merupakan tumpuan masyarakat dan menjadi salah satu kebutuhan mendasar selain pangan dan juga pendidikan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang peduli dan terpusat pada
kebutuhan,harapan serta nilai-nilai pelanggan sebagai titik tolak penyediaan
pelayanan kesehatan dan menjadi persyaratan yang harus dapat dipenuhi agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan.
Masyarakat berharap untuk mendapatkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab,aman,berkualitas serta merata dan nondiskriminatif,sehingga hak-hak pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan tersebut dapat terlindung.
Pengukuran produktivitas kerja perawat digunakan sebagai sarana menajemen untuk menganalisis dan mendorong efisiens kerja, maka peningkatan
produktivitas akan memberikan kemampuan yang lebih besar bagi rumah sakit
untuk memperbaiki pengupahan perawatnya,yang kemudian akan mendorong kegairahan dan semangat kerja perawat,motivasi,beban kerja,dan keterampilan merupakan sebagian faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja perawat. Hal ini menjadi penting karena dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan profesionalitas perawat dalam pekerjaannya dan menyesuaikan diri dengan perubahan dan penggembangan yang berlangsung sekarang ini.
(Satriana.D, Imelda.A, Ariance.D, 2023)
Produktivitas kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,antara lain mental dan kemampuan fisik karyawan,hubungan antara atasan dan
bawahan,motivasi kerja karyawan,disiplin kerja,keterampilan,sikap dan etika kerja,gizi dan kesehatan,tingkat penghasilan atau gaji,kecanggihan teknologi yang digunakan,dan kesempatan berprestasi.(Lesti.N, Tazkilla.P, Rita.T, 2023)
Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja diantaranya adalah jenis kelamin,usia,status kesehatan/status gizi,masa kerja dan gangguan di lingkungan kerja. Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang merupakan akibat dari konsumsi,penyerapan(absorption) dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Kekurangan atau kelebihan zat gizi dalam tubuh akan mempengaruhi status gizi yang pada akhirnya menyebabkan masalah gizi.
Salah satu cara yang paling sederhana untuk mendiagnosis kekurangan/defisiensi energi kronis dengan cara menggunakan Indeks Masa Tubuh(IMT). Penggunaan
4
IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,anak remaja,ibu hamil, dan olahragawan.
(Tri Partuti,Ratna E,, 2020)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berperan penting dalam menjamin kesehatan masyarakat. Di balik
operasional RSUD yang kompleks, tenaga kerja wanita memainkan peranan strategis, baik sebagai tenaga medis seperti perawat dan bidan, maupun sebagai tenaga non-medis seperti staf administrasi dan petugas kebersihan. Tingginya beban kerja dan tuntutan profesionalisme di lingkungan rumah sakit menuntut tenaga kerja wanita untuk memiliki kondisi fisik dan mental yang prima agar dapat bekerja secara produktif dan optimal.
Dua aspek utama yang memengaruhi kapasitas kerja dan daya tahan tenaga kerja wanita di RSUD adalah status gizi dan tingkat kebugaran jasmani. Status gizi yang baik sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, serta mendukung kemampuan konsentrasi dan pengambilan keputusan. Di lingkungan rumah sakit yang penuh tekanan dan risiko paparan penyakit, kekurangan gizi atau gizi yang tidak seimbang dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan kerentanan terhadap kelelahan maupun gangguan kesehatan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah ” Apakah ada hubungan konflik peran ganda (work familly coflict) dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2025?’’.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konflik peran ganda (work familly coflict) dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2025.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan konflik peran ganda (work familly coflict) terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2025.
b. Untuk mengetahui hubungan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2025.
c. Untuk mengetahui hubungan konflik peran ganda (work familly coflict) dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2025.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan serta wawasan tentang hubungan konflik peran ganda dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang serta
hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk peneliti berikutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang konflik peran ganda dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang dan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir peneliti.
b. Bagi Kampus Universitas Pahlawan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan untuk memperkaya pustaka yang sudah ada, sehingga dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa lainnya sebagai referensi dalam proses pendidikan terutama bagi mahasiswa fakultas Kesehatan.
c. Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit, penelitian ini diharapkan berguna untuk mengetahui stres kerja yang dialami oleh perawat khususnya perawat wanita yang berperan ganda sehingga rumah sakit dapat membuat kebijakan untuk mengatasi maupun mencegah terjadinya masalah stres kerja pada perawat wanita yang menjalankan peran ganda.
d. Bagi Perawat
8
Bagi perawat, khususnya perawat wanita yang sudah berumah tangga agar dapat mengatasi terjadinya konflik peran ganda yang mungkin dialaminya dan mampu mencegah stres.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk menjadi pedoman atau referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah terkait konflik peran ganda dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat wanita yang sudah berumah tangga.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Batasan penelitian digunakan untuk memudahkan peneliti pada saat observasi di lapangan dan memudahkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan, agar tujuan dari penelitian tepat sasaran dan terfokus pada rumusan masalah yang telah ditentukan. Untuk lebih jelas dan terarahnya penelitian ini, peneliti sudah menentukan ruang lingkup dan batas penelitian. Ruang lingkup dan batasan penelitian dalam penelitian ini adalah hubungan konflik peran ganda (work familly conflict) dan beban kerja terhadap stres pada perawat di RSUD Bangkinang.
Dalam penelitian ini yang di teliti hanya perawat wanita yang sudah menikah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Konsep Stres Kerja a. Defenisi
Definisi stres kerja menurut Vanchapo (2020 : 37) adalah keadaan emosional yang timbul karena adanya ketidaksesuaian beban kerja dengan kemampuan individu untuk menghadapi tekanan tekanan yang dihadapinya. Stres juga bisa diartikan sebagi suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang pekerja.(Syam et al., 2019).
Stres kerja merupakan keadaan emosional yang dialami seorang pekerja seperti cemas, tegang, kondisi tidak tenang, takut, atau gugup yang disebabkan karena adanya ketidak sesuaian beban kerja atau lingkungan kerja dengan kemampuan atau kepribadian pekerja sehingga menyebabkan ketidak mampuan dalam menghadapi berbagai tuntutan dalam pekerjaan. Stres kerja adalah suatu kondisi yang dialami seseorang ketika bekerja, berupa perasaan yang tidak menyenangakan disebabkan karena adanya ketegangan yang mempengaruhi prsikologis dan fisik seseorang (Sartika, 2023). Menurut Anwar dalam Indah & Purnama
12
(2021) stres adalah perasaan tertekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.(Maghfirah, 2023).
Shahu dan Gole (2008:237) menyatakan bahwa stres merupakan kondisi mental dan fisik yang terjadi karena adanya gangguan-gangguan yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja, kualitas kerja, evektifitas, dan kesehatan pekerja. Hal ini berdampak terhadap penurunan kinerja karyawan apabila stres kerja tinggi maka kinerja karyawan akan semakin rendah.(Sahat & Adiputra, n.d.).
Menurut Sondang P.Siagian (2014) Stres adalah kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Sedangkan menurut A.A Anwar Mangkunegara (2014) Stres merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.(E-issn & Covid-, 2022)
b. Jenis-Jenis Stres
Quick dan Quick (dalam Waluyo, 2009: 161) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Eustress
yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif, baik dan konstruktif (bersifat membangun). Hal ini termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang dihubungkan dengan pertumbuhan, fleksibelitas, kemampuan beradaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
14
2. Distress
yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat negatif, tidak sehat, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absensi) yang tinggi, yang di asosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan produktivitas, dan kematian (Gusti, Hardani, 2018).
Menurut Nur dkk (2024) mengungkapkan ada empat jenis stress yaitu sebagai berikut:
1) Eustres (good stres)
Adalah stres yang menimbulkan stimulus dan semangat, sehingga memberikan efek yang bermanfaat bagi seseorang yang mengalaminya, contohnya : tugas yang dihasilkan berkualitas tinggi, tantangan yang mucul dari tanggung jawab yang meningkat, dan tekanan waktu.
2) Distres
Adalah stres yang menimbulkan efek yang membahayakan bagi seseorang yang mengalaminya, contohnya : tuntutan yang tidak menyenangkan atau beban yang berlebihan dapat menguras energi individu sehingga membuatnya lebih mudah jatuh sakit.
a) Hyperstres
Adalah stres yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya, meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stres ini tetap saja dapat membuat seseorang terbatasi kemampuan beradaptasinya.
b) Hypostres
Adalah stres yang muncul karena kurangnya stimulasi, contohnya : stres karena jenuh, atau bosan karena pekerjaan yang rutin.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja
Banyak hal yang menjadi faktor penyebab stres kerja, Mangkunegara (2017) menyatakan faktor penyebab yang mempengaruhi stres kerja sebagai berikut:
1. Beban kerja yang terlalu berat, dimana seseorang merasa bahwa tanggung jawab dan tugas yang diberikan melebihi kemampuan atau keterampilan yang mereka miliki, beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan stres, kelelahan, dan bahkan burnout.
2. Tekanan waktu, dimana ada batasan waktu yang ketat untuk menyelesaikan tugas tertentu. Waktu kerja yang mendesak dapat menimbulkan tekanan dan mengganggu keseimbangan antara urusan pekerjaan dan urusan pribadi.
16
3. Konflik peran ganda yang dialami perawat yang sudah menikah dan memiliki anak.
4. Kualitas pengawasan yang rendah, yang mana atasan tidak memberikan bimbingan ataupun arahan yang memadai kepada karyawan.
5. Lingkungan kerja yang tidak sehat, dimana terjadinya konflik, diskriminasi atau perilaku tidak profesional yang dapat menciptakan perselisihan, menurunkan semangat serta mempengaruhi produktivitas dan kepuasan kerja.
6. Otoritas kerja yang tidak memadai, yang mengarah kepada tanggung jawab.
d. Gejala-Gejala Stres Kerja
Asih dkk, (2018) menjelaskan gejala-gejala stres kerja sebagai berikut:
1. Gejala Psikologis
a) Kecemasan, kebingungan, ketegangan, mudah marah dan tersinggung.
b) Perasaan frustasi, dan perasaan dendam (benci).
c) Sensitive dan hyperreactivity.
d) Memendam perasaan, depresi.
e) Komunikasi yang tidak baik dan tidak efektif.
f) Merasa terkucilkan dan terasingkan.
g) Merasa bosan dan ketidak puasan kerja.
h) Kelelahan, dan kehilangan konsentrasi.
i) Kehilangan semangat dan kreativitas.
j) Menurunnya rasa percaya diri 2. Gejala Fsiologis
Stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme tubuh seperti :
a) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan rentan mengalami penyakit kardiovaskular.
b) Meningkatnya sekresi dari hormon stres.
c) Gangguan pada lambung (gastrointestinal).
d) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan.
e) Kelelahan fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan kronis.
f) Gangguan pernafasan
g) Sakit kepala, punggung bagian bawah dan ketegangan otot.
h) Gangguan tidur.
i) Imun tubuh menurun.
3. Gejala Perilaku
a) Menunda dan menghindari pekerjaan, serta sering absen.
b) Perilaku makan yang tidak normal, seperti banyak makan sebagai pelampiasan yang dapat beresiko obesitas.
18
c) Perilaku makan yang tidak normal, seperti tidak nafsu makan sehingga berat badan menurun.
d) Menurunnya produktivitas kerja dan prestasi.
e) Meningkatnya mengkonsumsi minuman dan obat-obat terlarang.
f) Perilaku sabotase dalam pekerjaan.
g) Meningkatnya perilaku beresiko tinggi seperti menyetir dengan tidak hati-hati.
h) Menurunnya kualitas hubungan baik dengan keluarga dan teman.
i) Meningkatnya perilaku kriminal.
j) Cenderung depresi dan melakukan bunuh diri.
e. Tingkatan Stres
Menurut Winadi (2019) tingkatan stres ada tiga, sebagai berikut:
1. Stres Ringan
Ciri-cirinya yaitu sering lupa, sulit tidur. Stres ini hanya sebentar berlangsung hanya beberapa menit sampai beberapa jam saja, dan tidak memyebabkan dampak yang serius pada kesehatan, kecuali terjadinya secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
2. Stres Sedang
Stres ini biasanya dapat timbul setelah adanya konflik yang berkepanjangan, beban kerja yang berlebihan, masalah adapatasi dengan lingkungan kerja, ataupun masalah dengan keluarga. Stres ini
terjadi dalam waktu yang lama, dan jika tidak ditangani dapat mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental seseorang.
3. Stres Berat
Stres yang disebabkan oleh masalah yang besar, seperti masalah keuangan yang besar, tuntutan pekerjaan yang sangat tinggi, tantangan di tempat kerja, serta lingkungan kerja yang bermasalah dan tidak mendukung. Stres berat dapat berdampak pada kesehatan fisik maupun mental seseorang sehingga cenderung depresi dan melakukan bunuh diri.
f. Pencegahan dan Pengendalian Stres
Menurut Internasional Labour Organization (ILO), beberapa tahun terakhir, stress akibat kerja telah menyebabkan masalah psikososial yang berfokus bagi pekerja. Tidak hanya itu saja, dampaknya juga meluas di keselamatan pekerja di tempat kerja. Oleh sebab itu manajemen stres akibat kerja sangat perlu dilakukan untuk mentasi dan meminimalisir stres pada pekerja. Health and Safety Executive (HSE) di inggris membuat standar manajemen untuk menangani masalah stress di tempat kerja yaitu sebagai berikut:
1. Beban kerja fisik atau mental harus sesuai dengan kemampuan pekerja.
2. Setiap pekerja harus mendapatkan kesempatan jenjang karir dan apresiasi prestasi kerja.
20
3. Jam kerja harus di sesuaikan dengan tuntutan pekerjaan.
4. Lingkungan sosial di tempat kerja harus sehat.
5. Hubungan pekerja dengan rekan kerja serta dengan atasan harus baik.
6. Kebijakan ketenagakerjaan harus adil dan memiliki tujuan yang jelas.
7. Tugas-tugas pekerjaan harus di desain sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan pekerja menggunakan keterampilannya dengan baik.
g. Pengukuran Stres Kerja
Untuk mengukur tingkat stres peneliti menggunakan konsep teori dari (Cohen, 1994) yaitu Perceived Stress Scale (PSS) yang soalnya berjumlah 10 pertanyaan. Skala penilaian pada instrumen ini menggunakan formart skala likert 5, mulai dari tidak pernah (1 skor) hingga sangat sering (5 skor). Skor yang lebih tinggi menunjukkan stres kerja yang lebih tinggi. Skor total responden dapat diartikan sebagai berikut (Lawal & Idemudia, 2017)
1. TP = Tidak Pernah 2. J = Jarang
3. KK = Kadang-Kadang 4. S = Sering
5. SS = Sangat Sering
Peneliti memilih Perceived Stress Scale karena kuesioner tersebut di khususkan untuk stress kerja secara spesifik dan pertanyaannya tidak terlalu banyak, jika pertanyaan terlalu banyak di khawatirkan responden menjawab asal-asalan.
Tabel 2.1 : Penskoran item Perceived Stress Scale (PSS)
No Alternatif
Jawaban Favorabl
e Item Unfavorable Item
1 Tidak Pernah 1
1, 2, 3, 4 &
5
5 6, 7,
& 8
2 Jarang 2 4
3 Kadang-Kadang 3 3
4 Sering 4 2
5 Sangat Sering 5 1
Berikut tabel 2.2 kategorisasi skala Perceived Stress Scale (PSS)
No Kategori Skor
1 Stres Kerja 21- 40
2 Tidak Stres Kerja 0-20
Sumber : Saini (2011)
2.1.2 Konflik Peran Ganda
a. Defenisi Konflik Peran Ganda Pada Wanita
Konflik peran ganda adalah jenis konflik antara peran dimana peran pekerjaan dan dalam keluarga saling mengalami ketidak cocokan bagi seorang wanita yang bekerja.(Empati et al., 2018) Secara umum peran dapat di artikan sebagai segala aspek dinamis dari kedudukan
22
maupun status. Menurut Kozier, peran merupakan sebuah perilaku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya.
Peran juga merupakan suatu gabungan dari pengaruh serta posisi seseorang dalam menjalankan hak dan tanggung jawabnya (Tindange 2020). Peran ganda sendiri merupakan beberapa peran yang dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, peran ganda pada wanita terdiri dari peran di dalam rumah, dan peran diluar rumah.
Greenhause dan Beutell dalam (Zela 2019) menjelaskan bahwa konflik peran ganda adalah suatu bentuk konflik antara peran yang mana terjadi permasalahan ketidak cocokan antara tekanan yang didapatkan dari pekerjaan dan keluarga. Seseorang akan menggunakan waktunya untuk menjalankan peran yang penting bagi mereka, sehingga mereka merasa kekurangan waktu untuk peran yang lainnya, hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya konflik peran ganda pada seorang individu.
Konflik peran ganda dapat timbul karena lamanya jam bekerja bagi seseorang, oleh sebab itu waktu yang digunakan untuk keluarga berkurang. Seseorang yang menjalankan dua peran sekaligus yaitu dalam keluarga dan pekerjaan dapat berdampak pada emosi yang mengganggu lingkungan kerja maupun keluarganya.Dalam melaksanakan pekerjaannya wanita dihadapkan dengan dengan situasi yang rumit, dimana mereka harus mampu menempatkan posisi mereka di antara
kepentingan dalam bekerja dan keperluan dalam keluarga. Konflik peran ganda pada wanita dapat terjadi apabila mereka mengalami ketegangan diantara perannya dalam keluarga dan seorang pekerja.
b. Jenis-Jenis Konflik Peran Ganda 1. Konflik berdasarkan waktu
Konflik berdasarkan waktu yaitu waktu yang digunakan untuk kegiatan dalam satu peran tidak dapat digunakan untuk dalam kegiatan peran lainnya. Contoh seorang wanita yang bekerja harus menjemput anaknya di sekolah, sehingga waktu untuk mengerjakan pekerjaannya di kantor berkurang.
2. Konflik berdasarkan tekanan (strain -based conflict)
Terjadi karena tekanan dari salah satu peran yang mempengaruhi kinerja dari peran lainnya, yang dapat menghasilkan ketegangan dan meyebabkan salah satu peran tidak dapat dijalankan dengan baik, contoh seorang wanita yang seharian bekerja akan merasa lelah, dan hal ini membuatnya sulit untuk duduk dengan nyaman menemani anaknya menyelesaikan pekerjaan rumah.
3. Konflik berdasarkan perilaku (behaviour-based conflict)
Yaitu konflik yang tidak sesuai antara pola perilaku dengan yang di inginkan oleh kedua bagian yaitu antara pekerjaan dengan keluarga.(Keselamatan et al., 2020)
c. Strategi Penyelesaian Konflik Peran Ganda
24
Terdapat dua strategi dalam mengatasi konflik peran ganda (Pradana, 2019)
1. Strategi individu
Yaitu berdasarkan dari siri pribadi seseorang untuk memanajemen waktu dengan baik sehingga dapat terciptanya keseimbangan antara pekerjaan dengan keluarga
2. Strategi perusahaan a. Waktu yang fleksibel
b. Adanya jadwal kerja yang alternatif, seperti pembuatan shift kerja
d. Hubungan Konflik Peran Ganda Dan Stres Kerja Pada Perawat Menurut Greenhaus (dalam Priastuty & Mulyana, 2021) menjelaskan bahwa konflik peran ganda adalah konflik yang timbul dari dua peran yang berbeda yang dimiliki oleh seseorang, seperti dilingkungan kerja wanita diharapkan untuk profesional, cekatan, agresif, kompetitif, dan dapat menjalankan komitmennya pada pekerjaan, sedangkan dirumah wanita memiliki tanggung jawab untuk merawat anak dan menjaga suaminya. (Psikologi et al., 2018)
Berdasarkan hasil penelitain dari Rachma Chairunnisa Utina (2025) dengan judul Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Perawat Yang Sudah Menikah di RS Otanaha. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 74,6% perawat yang sudah menikah
mengalami tingkat konflik peran ganda sedang, dan 79,1% mengalami stres kerja pada tingkat pada tingkat sedang. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara konflik peran ganda dan stres kerja, dengan koefisien korelasinya sebesar 0,545 (p=0,000), menunjukkan bahwa semakin tinggi konflik peran ganda, maka semakin tinggi pula stres kerja yang dialami.(Utina et al., 2025)
Menurut Parlagutana & Pratama (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Work Family Conflict Dengan Stres Kerja Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit Putri Hijau dengan jumlah sampel 76 orang perawat wanita yang sudah menikah dan memilik anak.
Berdasarkan hasil dari penelitiannya dari 76 orang wanita yang bekerja mayoritas memiliki tingkat stres kerja yang berada pada taraf sedang sebanyak (88,2%). Kemudian mayoritas wanita yang bekerja memiliki tingkat konflik peran ganda yang berada pada taraf sedang sebanyak (89,5%).(Tua & Yuda, 2016)
e. Pengukuran Konflik Peran Ganda
Untuk kuesioner konflik peran ganda peneliti menggunakan kuesioner adaptasi dari Greenhaus dan Beutell yang kemudian digunakan dalam (Muslimin M 2022) yang terdiri dari 9 item pertanyaan dengan 3 poin yaitu Time-based conflict 1,2,3,4, Stain-based conflict 5,6, dan Behaviour-based conflict 7,8,9.
26
Kemudian, konflik peran ganda tersebut dikategorikan rendah jika jumlah skor < 20 dan dikatakan tinggi jika jumlah skor ≥ 20.
2.1.3 Beban Kerja
a. Defenisi Beban Kerja
Beban kerja adalah sejumlah atau serangkaian tugas yang diberikan oleh atasan kepada seorang pekerja yang perlu diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemilik jabatan dalam jangka waktu tertentu.
Proses analisis beban kerja yaitu melibatkan tidak hanya menimbang beban yang terkait dengan kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan oleh setiap pekerja, tetapi juga jumlah pekerjaan yang dihasilkan pekerja yang digunakan dalam menyelesaikan tugas dalam jangka waktu tertentu.
(Malino et al 2020).(Kerja & Burnout, 2020)
Menurut Novita & Fitria (2023) Beban kerja merupakan serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh suatu perusahaan atau individu yang memiliki jabatab atau posisi tertentu dalam pekerjaan.
Pekerjaan yang dilakukan mereka tersebut melibatkan dari berbagai aspek yaitu aspek mental dan fisik, sehingga keduanya memiliki tingkat beban kerja yang beragam. Dengan tingginya tingkat beban yang dimiliki seorang pekerja, hal tersebut dapat memungkinkan penggunaan tenaga yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan stres. Dan sebaliknya apabila tingkat beban yang dimiliki sangat rendah, hal tersebut dapat menyebabkan rasa bosan dan jenuh saat mereka bekerja.
Menurut Ariyanti (2020) Bahwa beban kerja adalah hasil dari interaksi antara tuntutan tugas, lingkungan kerja, perilaku, keterampilan, dan persepsi pekerja. Memberikan beban kerja secara efektir dapat memberikan petunjuk yang jelas kepada karyawan untuk menyelsaikan tugas sesuai dengan tanggung jawab beban kerja mereka, sehingga mencegah kemungkinan kesalahan dan kesulitan.
Beban kerja perawat mencakup semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di unit pelayanan kesehatan, beban kerja ini dapat di artikan sebagai jumblah hari perawatan pasien yang mencakup berbagai prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan saat dokter mengunjungi pasien, selain itu beban kerja juga dapat di artikan sebagai total waktu yang dihabiskan untuk memberikan pelayanan keperawatan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang diperlukan pasien serta jumlah perawat yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan keperawatan tersebut. Beban kerja mencerminkan tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan oleh seorang perawat baik secara kuantitas maupun kualitas terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Aspek-Aspek Beban Kerja
Kapasitas karyawan yang bermacam dapat menyebabkan suatu organisasi atau manajemen perusahaan harus merumuskan perhitungan beban kerja yang sesuai. Maka (Fuad,2022) dalam Rosyada 2023
28
mengemukakan cara menghitung beban kerja tersebut dapat diukur dengan tiga aspek berikut:
1) Aspek Beban Kerja Fisik
Tanggungan fisik mencakup kesehatan pekerja secara keseluruhan. Meliput denyut jantung atau nadi, pernafasan, faal tubuh, termasuk fungsionalitas alat indra. Kesehatan pada karyawan nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh perusahaan agar dapat memutuskan lanjut atau dihentikannya kontrak kerja. Ketika adanya gangguan pada kesehatan karyawan tentunya akan mengganggu karyawan tersebut dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Produktivitas suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya karyawan yang absen dengan alasan gangguan kesehatan atau sakit.
Guna mengukur juga memantau beban kerja fisik biomekanika, akan melakukan pemeriksaan kesehatan terutama pada imunitas tubuh, cotohnya seperti kemampuan tubuh seseorang dalam menjangkau fasilitas kerja yang telah disesuaikan dengan :
a Standarisasi daya jangkau tubuh sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan perusahaan.
b Kapabilatas dan efisiensi karyawan dalam menjangkau benda yang bergerak
c Kemampuan tubuh karyawan dalam menjangkau benda yang bergerak
d Kemampuan tubuh karyawan dalam menahan dan menggerakkan beban
2) Aspek Beban Kerja Psikis
Yaitu beban kerja yang muncul akibat karyawan melakukan aktivitas psikis atau mental dalam lingkungan kerjanya, maka sudah seharusnya perusahaan melakukan perhitungan beban kerja dan juga melakukan pertimbangan aspek mental, tidak hanya sekedar aspek fisik saja.
3) Aspek Pemanfaatan Waktu
Penjumlahan beban kerja berdasarkan pada pemanfaatan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :
a Pekerjaan yang dikerjakan secara berulang b Pekerjaan yang tidak dikerjakan secara berulang c. Dampak Beban Kerja Terhadap Stres
Beban kerja harus seimbang, apabila beban kerja terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berpengaruh tidak baik terhadap perawat, beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan stres kerja, kurangnya konsentrasi, dan produktivitas kerja perawat bahkan dapat menyebabkan sakit sehingga menimbulkan tingginya angka ketidak hadiran. Sedangkan beban kerja yang terlalu rendah dapat menyebabkan bosan dan dapat
30
menimbulkan kejenuhan terhadap pekerja. Dalam tugas sebagai seorang perawat apabila beban tidak sesuai dengan standar kerja dapat menimbulkan dampak seperti masalah pada pelaporan status pasien, stres kerja, kelelahan kerja, terganggunya alur pekerjaan, sehingga kesalahan memberikan medikasi pada pasien.
d. Pengukuran Beban Kerja
Kuesioner beban kerja perawat menggunakan kuesioner dari Nursalam (2017) dalam penelitian (Rismawati Puji Lesteri) lembar kuesioner pada beban kerja terdiri dari 13 pertanyaan, menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban alternatif untuk pernyataan posisif terdiri dari selalu (SL) dengan skor 4, sering (SR) dengan skor 3, kadang-kadang (KK) dengan skor 2, dan tidak pernah (TP) dengan skor 1. Kemudian pilihan jawaban pernyataan negatif (-) selalu (SL) dengan skor 1, sering (SR) dengan skor 2, kadang-kadang (KK) dengan skor 3, tidak pernah (TP) dengan skor 4.
Hasil dari jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat.
Interprestasi skor beban kerja sebagai berikut : Beban kerja tinggi :≥ 30
Beban kerja rendah : <30 2.2 Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yusril Yusuf dkk, (2024) tentang pengaruh konflik peran ganda, beban kerja, dan lingkungan kerja terhadap stres kerja pada karyawan perempuan tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linear berganda untuk menganalisis data yang di peroleh dengan cara mengumpulkan data primer dan menyebarkan kuesioner kepada 66 karyawan wanita di pabrik gula Arasoe dan apbrik gula Camming. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konflik peran ganda, beban kerja, dan lingkungan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap stres kerja dengan tingkat signifikansi 5%. Uji determinan menunjukkan bahwa ketiga variabel independen secara bersama-sama menjelaskan sebanyak 73,2% variasi dalam tingkat stres kerja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konflik peran ganda, beban kerja, dan lingkungan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap stres kerja pada karyawan perempuan di kedua pabrik gula tersebut.(Lingkungan et al., 2024). Persamaan penelitian ini adalah sama-sama, sedangkan perbedaannya adalah waktu, lokasi, responden
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Maharani tentang hubungan antara beban kerja dan work-family conflict dengan stress kerja pada perawat Wanita yang sudah menikah di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019. Pada penelitian ini peneliti memakai metode pengumpulan data dengan menggunakan skala psikologi yang meliputi skala stress kerja sebanyak 38 aitem, skala beban kerja 36 aite dan skala work-family conflict 18 aitem. Tekni analisis yang digunakan adalah Teknik analisis regresi berganda yang dibantu dengan SPSS 25.0 for
32
windows. Subjek penelitian ini adalah perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provisi Lampung sebanyak 58 perawat wanita yang sudah menikah yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian pertama menunjukkan Rx1.2y= 0,362 nili F=7,739 dan p=0,002 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan positif signifikan antara bebn kerja dan work-family conflict dengan stress kerja pada perawat Wanita yang sudah menikah.
Beban kerja dan work-family conflict memberikan subangan efektif sebesar 28,2%.
Hasil kedua dengan rx1-y=0,260 dan R2=0,068 dan p=0,002 (p<0,01) yang menunjukkan hubungan positif signifikan antara beban kerja dengan stress kerja pada perawat Wanita yang sudah menikah. Hasil ketiga dengan rx2-y=0,314 dan R=0,098 dan p=0,000 (p<0,01) yang menunjukkan hubungan positif signifikan antara work-family conflict dengan stress kerja pada perawat Wanita yang sudah menikah. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahasa variabel beban kerja dan work-family conflict serta respondennya sama-sama perawat wanita yang sudah menikah. Sedangkan perbedaanya adalah, waktu penelitian, tahun penelitian, 3. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Wulandari dan Ugung Dwi Ario Wibowo tentang hubungan antara konflik peran ganda dengan stress kerja pada perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Banyumas. Pada penelitian ini subjek penelitiannya yaitu 90 orang perawat yang sudah menikah di RSUD Banyumas ,analisis data dilakukan dengan Teknik statistic korelasi product moment dari pearson, dengan bantuan program SPSS antara konflik peran ganda dengan stress kerja sebesar 0,650 dengan taraf signifikansi sebesar 5% (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara konflik peran ganda dengan stress kerja pada perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Banyumas.
Artinya, semakin tinggi konflik peran ganda maka semakin tinggi pula stress yang di alamioleh perawat wanita. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah konflik peran ganda yang di alami perawat wanita, maka semakin rendah pula stress kerja yang dialami oleh perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Banyumas. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas variabel konflik peran ganda.
Sedangkan perbedaannya adalah jumlah sampel, waktu penelitian,
4. Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Bangkinang (tahun 2023 oleh Ade Dita Puteri & Devina Yuristin) tentang tingkat kejenuhan dengan stres kerja pada perawat, distribusi frekuensi berdasarkan stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2023, didapatkan hasil dari 35 responden, terdapat 19 (54,3%) responden yang mengalami stres rendah dan 16 (45,7%) responden yang mengalami stres tinggi. (Puteri et al., 2023). Persamaan penelitian ini adalah sama- sama mengangkat masalah stres kerja di RSUD Bangkinang. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel independen, waktu penelitian, dan jumlah sampel.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan gabungan tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan. Teori yang telah di deskripsikan tersebut kemudian di analisis secara sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan variabel yang diteliti. Sintesa tentang
34
hubungan variabel tersebut selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2022). Untuk kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat dari skema 2.1 di bawah ini :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 2.1 : Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis
Berdasarkan pemaparan teori yang telah di jelaskan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ha = Ada hubungan antara konflik peran ganda (work familly coflict) terhadap stress kerja pada perawat di RSUD Bangkinang
2. H0 = Tidak ada hubungan konflik peran ganda (work familly coflict) terhadap stress kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2025 1. Konflik Peran Ganda
(work familly coflict)
2. Beban kerja Stres Kerja
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan metode analitik observasional yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan antara konflik peran ganda dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2025. Survei cr oss sectional adalah suatu penelitian dimana data yang menyangkut variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Rancangan penelitian ini dapat dilihat dari skema dibawah ini: Sumber : Notoadmojo (2010).
35
36
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian
Penelitian dimulai
Hasil pengamatan dan pengukuran Melakukan
pengamatan dan pengukuran satu
kali secara bersamaan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Bangkinang tahun 2025 dengan jumlah 112 dan sampel yang berjumlah 53
Mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan konflik peran ganda dan beban kerja terhadap stres kerja pada
Hasil analisis data
Populasi adalah kumpulan semua objek atau individu yang memiliki karakteristik atau kualitas tertentu dan merupakan fokus dari penelitian.
Dalam ilmu statistik, populasi digunakan sebagai dasar untuk menentukan sampel, yaitu subjek atau objek yang diambil dari populasi untuk diuji dan dianalisis. (Suriani et al., 2023). Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Bangkinang yang berjumlah 112 orang.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian kecil dari populasi yang diambil dan dianalisis dalam suatu penelitian. Menggunakan sampel dalam penelitian memang lebih menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan populasi karena memang lebih praktis dan efisien. Mengumpulkan data dan menganalisis data pada populasi yang besar bisa sangat memakan waktu dan biaya yang besar. (Suriani et al., 2023)
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau seluruh dari jumlah total populasi dari seluruh perawat yang sudah menikah di RSUD Bangkinang tahun 2025 yang berjumlah 53 orang dengan perhitungan sampel menggunakan rumus slovin sebagai berikut :
N 1+N(e)² n= sampel N= populasi
38
e= margin of error (0,1 untuk 10%)
n= N
1+N(e)²
¿ 112
1+112(0,1)²
¿ 112 2,12
¿52,83 (dibulatkan menjadi 53).
3.2.3 Kriteria Sampel 1. Kriteria Inklusi
a. Perawat Wanita yang sudah menikah b. Hadir pada saat penelitian
2. Kriteria Ekslusi
a. Sakit selama peneliti melakukan penelitian b. Tidak bersedia menjadi responden
3.3 Etika Penelitian
A. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Yaitu persetujuan antara peneliti dengan responden atau subjek yang diteliti dengan cara memberikan lembar persetujuan tersebut sebelum dilakukan penelitian. Tujuannya yaitu agar subjek mengetahui maksud dan tujuan peneliti.
Apabila subjek tersebut bersedia, maka lembar persetujuan harus di tanda tangani, dan jika tidak bersedia maka peneliti harus menghargai keputusan dan hak subjek tersebut.
B. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga identitas responden, peneliti akan merahasiakan nama dan tidak akan mencantumkan nama responden tersebut, cukup dengan memberikan kode nomor pada masing-masing lembar kuesioner.
C. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti menjamin semua kerahasiaan responden setelah didapatkan hasil dari penelitian tersebut.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang merupakan salah satu instrumen yang dapat dilakukan secara langsung untuk menggali informasi pada responden.
3.4.1 Untuk mengukur tingkat stres peneliti menggunakan konsep teori dari (Cohen, 1994) yaitu Perceived Stress Scale (PSS) yang soalnya berjumlah 10 pertanyaan. Skala penilaian pada instrumen ini menggunakan formart skala likert 5. Kemudian dikategorikan sebagai berikut:
1. Stres kerja = 21-50 2. Tidak stres kerja = 0-20
3.4.2 konflik peran ganda peneliti menggunakan kuesioner adaptasi dari Greenhaus dan Beutell yang kemudian digunakan dalam (Muslimin M
40
2022) yang terdiri dari 9 item pertanyaan dengan 3 poin yaitu Time-based conflict 1,2,3,4, Stain-based conflict 5,6, dan Behaviour-based conflict 7,8,9
3.4.2 kuesioner beban kerja menggunakan kuesioner dari Nursalam (2017) lembar kuesioner pada beban kerja terdiri dari 13 pertanyaan, menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban alternatif untuk pernyataan posisif terdiri dari selalu (SL) dengan skor 4, sering (SR) dengan skor 3, kadang-kadang (KK) dengan skor 2, dan tidak pernah (TP) dengan skor 1. Kemudian pilihan jawaban pernyataan negatif (-) selalu (SL) dengan skor 1, sering (SR) dengan skor 2, kadang-kadang (KK) dengan skor 3, tidak pernah (TP) dengan skor 4.
3.5 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data dengan melalui proses sebagai berikut:
a. Mengajukan permohonan pembuatan surat izin pengambilan data dari kampus Universitas Pahlawan kepada bagian Prodi S1 Kesehatan Masyarakat.
b. Setelah mendapat surat izin pengambilan data dari bagian Prodi S1 Kesehatan Masyarakat surat tersebut diberikan kepada pihak rumah sakit dan meminta izin untuk pengambilan data tentang stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang
c. Melakukan survei awal kepada perawat di RSUD Bangkinang terkait masalah stres kerja
d. Membuat proposal penelitian.
e. Melakukan seminar proposal.
3.6 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah pemberian definisi terhadap terhadap variabel penelitian berdasarkan konsep teori maupun bersifat operasional, agar variabel tersebut dapat diukur atau bahkan diuji baik oleh peneliti maupun penelitian lainnya (Swarjana, 2016).
Tabel 3.1 : Tabel Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Variabel Dependen
1. Stres kerja Stres kerja adalah kondisi
ketegangan emosional, fisik, dan mental yang dialami perawat akibat
ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki yang berdampak pada penurunan kinerja dan Kesehatan
Kuesioner Perceived Stres Scale (PSS)
Ordinal 0. = Stres jika skor 21- 50
1. = Tidak stres jika skor 0-20
Sumber: Saini (2011)
Variabel Independen 2. Konflik
peran ganda
Ketidakseimban gan antara peran sebagai pekerja
Kuesioner Ordinal 1. Rendah = skor < 20 2. Tinggi = skor ≤ 20
42
3.7 Analisis Data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2022). Analisis univariat ini yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi konflik peran dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang.
3.7.1 Analisis Bivariat
Berbeda dengan univariat yang hanya digunakan untuk menggambarkan data yang telah ada digunakan untuk melihat, analisis
dan ibu rumah tangga, serta tuntutan
pekerjaan dan peran domestik yang
mengakibatkan tekanan psikologis
Sumber: Muslimin M (2022)
3. Beban kerja
Tingkat beban fisik dan mental yang dirasakan perawat akibat banyaknya tugas, tanggung jawab, atau durasi kerja yang berlebihan dalam bekerja di rumah sakit
Kuesioner Ordinal 0. Beban kerja tinggi apabila total skor ≥ 30
1. Beban kerja rendah apabila total skor
<30
Sumber: Mala Kadir (2022)
bivariat digunakan untuk melihat hubungan secara statistik antara variabel independen dan dependen. Analisis bivariat akan menggunakan uji Chi-square (x2) dengan menggunakan kepercayaan sebesar 95%.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat dilihat hubungan penyebab antara dua variabel tersebut yaitu:
a. Jika probabilitas (p) ≤ α (0,05) artinya ada hubungan konflik peran ganda dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang
b. Jika probabilitas (p) > α (0,05) artinya tidak ada hubungan konflik peran ganda dan beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang
44
DAFTAR PUSTAKA
Alfadhea, S. A., Ratnaningtyas, A., & Prastyani, D. (2023). Peran Konflik Peran Ganda terhadap Stres Kerja Perawat Wanita di Provinsi Banten. Seminar Nasional
“Optimalisasi Potensi Generasi: Membangun Pribadi Yang Tanggung Dalam Berbagai Bidang,” 3.
Anggraini, R., Masitoh, R., & Ariyani, N. (2024). Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stres Kerja Pada Perawat di Bangsal Nakula Sadewa RSUD Panembahan Senopati Bantul The Correlation Between Workload And Level Of Nurses ’ Work Stress In Nakula Sadewa Ward Of Rsud Panembahan Senopati Bantul Abstract. 2(September), 1859–1865.
Aurellia, V. S., & Prihastuty, R. (2022). Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Pada Wanita Peran Ganda yang Berprofesi Sebagai Perawat. Journal of Social
and Industrial Psychology, 11(2), 79–85.
https://doi.org/10.15294/sip.v11i2.64797
Di, P., Kota, R., Tahun, K., Liaran, R. D., Yuniar, N., & Arisandi, R. (2024). Gambaran Tingkat Manajemen Stres Kerja Pada Overview Of The Level Of Work Stress Management In Nurses In. 5(1), 14–20.
E-issn, V. N. P., & Covid-, P. (2022). Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal Dampak Stres Kerja dan Disiplin Kerja terhadap. 4, 101–119.
https://doi.org/10.47476/reslaj.v4i1.525
Empati, J., Nugraha, P., & Kustanti, E. R. (2018). Peran Ganda Pada Perawat Wanita . 7(April), 410–417.
Gusti, Hardani, D. (2018). Stress Kerja (Gabriel (ed.); 1st ed.). Semarang University Press.
Hatmanti, N. M., Puspitasari, N., Zahroh, C., & Winoto, P. M. P. (2023). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Di Ruang IGDRSPAL Dr Ramelan Surabaya. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 8(2), 178–183.
Jundillah, Z. N., Wardani, Y., & Trisnowati, H. (2024). Pengaruh beban kerja dan lingkungan kerja terhadap stres kerja pada perawat. Jurnal Promotif Preventif, 7(4), 750–762. http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP
Kerja, K., & Burnout, D. (2020). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Burnout Sebagai Intervening Pada Kantor Pos. 9(2).
Keselamatan, D., Kesehatan, D. A. N., Masyarakat, F. K., & Hasanuddin, U. (2020).
Kinerja Karyawan Wanita Di Kantor Bni Cabang Wilayah Makassar Tahun 2020 .
Lasri, I. A., Rohyani, D., & Helen, M. (2022). Hubungan Beban Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia.
MAHESA : Malahayati Health Student Journal, 2(1), 33–45.
https://doi.org/10.33024/mahesa.v2i1.5985
Lingkungan, D. A. N., Terhadap, K., & Kerja, S. (2024). Pengaruh konflik peran ganda, beban kerja, dan lingkungan kerja terhadap stres kerja karyawan perempuan. 3(1), 1–22.
Maghfirah, N. (2023). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja Karyawan. 6(2), 127–136.
Maranden, A. A., Irjayanti, A., & Wayangkau, E. C. (2023). Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura Kota Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 22(2), 221–228.
https://doi.org/10.14710/jkli.22.2.221-228
Muslimin. (2022). Hubungan Konflik Peran Ganda Perawat Wanita dengan Stres Kerja di RSUD Haji Makassar. 100.
No, V., & April, E. (2024). Vol. 6 No.3 Edisi 1 April 2024 http://jurnal.ensiklopediaku.org Ensiklopedia of Journal. 6(3), 46–50.
Notoatmodjo, S. (2010). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Edisi Revi). Rineka Cipta.
Parashakti, R. D., & Ekhsan, M. (2022). Peran Burnout sebagai Mediasi pada Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jesya (Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah), 5(1), 365–373. https://doi.org/10.36778/jesya.v5i1.609
Permatasari, D. P. (2022). Hubungan Karakteristik Individu Dan Beban Kerja.
https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/Jurnal_ryo_gobel_0915110 73.pdf
Pokhrel, S. (2024). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 15(1), 37–48.
Psikologi, J., Pendidikan, F. I., Psikologi, J., & Pendidikan, F. I. (2018). Kesehatan Wanita Di Puskesmas Bella Ayu Dianti Priastuty Olievia Prabandini Mulyana. 36 , 94–104.
Puteri, A. D., Yuristin, D., Pahlawan, U., & Tambusai, T. (2023). Hubungan Tingkat Kejenuhan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Ruang Rawat Inap Di RSUD Bangkinang Pendahuluan. 2(2), 508–516.
Sahat, C., & Adiputra, I. G. (n.d.). Pengaruh Stres Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. III(4), 922–932.
Sartika, D. (2023). Stress Kerja (A. tri Putranto (ed.)). Widina Bhakti Persada Bandung.
46
Suriani, N., Risnita, & Jailani, M. S. (2023). Konsep Populasi dan Sampling Serta Pemilihan Partisipan Ditinjau Dari Penelitian Ilmiah Pendidikan. Jurnal Ihsan : Jurnal Pendidikan Islam, 1(2), 24–36. https://doi.org/10.61104/ihsan.v1i2.55 Syam, A. H., Bas, A. H. M., & Manajemen, P. S. (2019). Pengaruh Shift Kerja Dan
Stress Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Cv . Media One Mart Group Di Makassar. 47–57.
Tua, M., & Yuda, M. (2016). Hubungan Work Family Conflict Dengan Stres Kerja Pada Perawat Wanita Di Rumah Sakit Putri Hijau Medan Relationship Work Family Conflict With Work Stress Nurse Women ’ s In Putri Hijau Hospital Medan . 1(1), 10–15.
utari, cindi, & arisandy, desy. (2024). Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Polisi Wanita Yang Sudah Menikah Di Wilkum Polda Sumsel.
4(1), 47–55.
Utina, R. C., Syamsuddin, L., & Liputo, S. (2025). Hubungan Antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Perawat Yang Sudah Menikah di RS Otanaha.
3(01), 58–66.