• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.3 Beban Kerja

a. Defenisi Beban Kerja

Beban kerja adalah sejumlah atau serangkaian tugas yang diberikan oleh atasan kepada seorang pekerja yang perlu diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemilik jabatan dalam jangka waktu tertentu.

Proses analisis beban kerja yaitu melibatkan tidak hanya menimbang beban yang terkait dengan kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan oleh setiap pekerja, tetapi juga jumlah pekerjaan yang dihasilkan pekerja yang digunakan dalam menyelesaikan tugas dalam jangka waktu tertentu.

(Malino et al 2020).(Kerja & Burnout, 2020)

Menurut Novita & Fitria (2023) Beban kerja merupakan serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh suatu perusahaan atau individu yang memiliki jabatab atau posisi tertentu dalam pekerjaan.

Pekerjaan yang dilakukan mereka tersebut melibatkan dari berbagai aspek yaitu aspek mental dan fisik, sehingga keduanya memiliki tingkat beban kerja yang beragam. Dengan tingginya tingkat beban yang dimiliki seorang pekerja, hal tersebut dapat memungkinkan penggunaan tenaga yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan stres. Dan sebaliknya apabila tingkat beban yang dimiliki sangat rendah, hal tersebut dapat menyebabkan rasa bosan dan jenuh saat mereka bekerja.

Menurut Ariyanti (2020) Bahwa beban kerja adalah hasil dari interaksi antara tuntutan tugas, lingkungan kerja, perilaku, keterampilan, dan persepsi pekerja. Memberikan beban kerja secara efektir dapat memberikan petunjuk yang jelas kepada karyawan untuk menyelsaikan tugas sesuai dengan tanggung jawab beban kerja mereka, sehingga mencegah kemungkinan kesalahan dan kesulitan.

Beban kerja perawat mencakup semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di unit pelayanan kesehatan, beban kerja ini dapat di artikan sebagai jumblah hari perawatan pasien yang mencakup berbagai prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan saat dokter mengunjungi pasien, selain itu beban kerja juga dapat di artikan sebagai total waktu yang dihabiskan untuk memberikan pelayanan keperawatan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang diperlukan pasien serta jumlah perawat yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan keperawatan tersebut. Beban kerja mencerminkan tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan oleh seorang perawat baik secara kuantitas maupun kualitas terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Aspek-Aspek Beban Kerja

Kapasitas karyawan yang bermacam dapat menyebabkan suatu organisasi atau manajemen perusahaan harus merumuskan perhitungan beban kerja yang sesuai. Maka (Fuad,2022) dalam Rosyada 2023

28

mengemukakan cara menghitung beban kerja tersebut dapat diukur dengan tiga aspek berikut:

1) Aspek Beban Kerja Fisik

Tanggungan fisik mencakup kesehatan pekerja secara keseluruhan. Meliput denyut jantung atau nadi, pernafasan, faal tubuh, termasuk fungsionalitas alat indra. Kesehatan pada karyawan nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh perusahaan agar dapat memutuskan lanjut atau dihentikannya kontrak kerja. Ketika adanya gangguan pada kesehatan karyawan tentunya akan mengganggu karyawan tersebut dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Produktivitas suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya karyawan yang absen dengan alasan gangguan kesehatan atau sakit.

Guna mengukur juga memantau beban kerja fisik biomekanika, akan melakukan pemeriksaan kesehatan terutama pada imunitas tubuh, cotohnya seperti kemampuan tubuh seseorang dalam menjangkau fasilitas kerja yang telah disesuaikan dengan :

a Standarisasi daya jangkau tubuh sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan perusahaan.

b Kapabilatas dan efisiensi karyawan dalam menjangkau benda yang bergerak

c Kemampuan tubuh karyawan dalam menjangkau benda yang bergerak

d Kemampuan tubuh karyawan dalam menahan dan menggerakkan beban

2) Aspek Beban Kerja Psikis

Yaitu beban kerja yang muncul akibat karyawan melakukan aktivitas psikis atau mental dalam lingkungan kerjanya, maka sudah seharusnya perusahaan melakukan perhitungan beban kerja dan juga melakukan pertimbangan aspek mental, tidak hanya sekedar aspek fisik saja.

3) Aspek Pemanfaatan Waktu

Penjumlahan beban kerja berdasarkan pada pemanfaatan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :

a Pekerjaan yang dikerjakan secara berulang b Pekerjaan yang tidak dikerjakan secara berulang c. Dampak Beban Kerja Terhadap Stres

Beban kerja harus seimbang, apabila beban kerja terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berpengaruh tidak baik terhadap perawat, beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan stres kerja, kurangnya konsentrasi, dan produktivitas kerja perawat bahkan dapat menyebabkan sakit sehingga menimbulkan tingginya angka ketidak hadiran. Sedangkan beban kerja yang terlalu rendah dapat menyebabkan bosan dan dapat

30

menimbulkan kejenuhan terhadap pekerja. Dalam tugas sebagai seorang perawat apabila beban tidak sesuai dengan standar kerja dapat menimbulkan dampak seperti masalah pada pelaporan status pasien, stres kerja, kelelahan kerja, terganggunya alur pekerjaan, sehingga kesalahan memberikan medikasi pada pasien.

d. Pengukuran Beban Kerja

Kuesioner beban kerja perawat menggunakan kuesioner dari Nursalam (2017) dalam penelitian (Rismawati Puji Lesteri) lembar kuesioner pada beban kerja terdiri dari 13 pertanyaan, menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban alternatif untuk pernyataan posisif terdiri dari selalu (SL) dengan skor 4, sering (SR) dengan skor 3, kadang-kadang (KK) dengan skor 2, dan tidak pernah (TP) dengan skor 1. Kemudian pilihan jawaban pernyataan negatif (-) selalu (SL) dengan skor 1, sering (SR) dengan skor 2, kadang-kadang (KK) dengan skor 3, tidak pernah (TP) dengan skor 4.

Hasil dari jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat.

Interprestasi skor beban kerja sebagai berikut : Beban kerja tinggi :≥ 30

Beban kerja rendah : <30 2.2 Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yusril Yusuf dkk, (2024) tentang pengaruh konflik peran ganda, beban kerja, dan lingkungan kerja terhadap stres kerja pada karyawan perempuan tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linear berganda untuk menganalisis data yang di peroleh dengan cara mengumpulkan data primer dan menyebarkan kuesioner kepada 66 karyawan wanita di pabrik gula Arasoe dan apbrik gula Camming. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konflik peran ganda, beban kerja, dan lingkungan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap stres kerja dengan tingkat signifikansi 5%. Uji determinan menunjukkan bahwa ketiga variabel independen secara bersama-sama menjelaskan sebanyak 73,2% variasi dalam tingkat stres kerja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konflik peran ganda, beban kerja, dan lingkungan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap stres kerja pada karyawan perempuan di kedua pabrik gula tersebut.(Lingkungan et al., 2024). Persamaan penelitian ini adalah sama-sama, sedangkan perbedaannya adalah waktu, lokasi, responden

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Maharani tentang hubungan antara beban kerja dan work-family conflict dengan stress kerja pada perawat Wanita yang sudah menikah di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019. Pada penelitian ini peneliti memakai metode pengumpulan data dengan menggunakan skala psikologi yang meliputi skala stress kerja sebanyak 38 aitem, skala beban kerja 36 aite dan skala work-family conflict 18 aitem. Tekni analisis yang digunakan adalah Teknik analisis regresi berganda yang dibantu dengan SPSS 25.0 for

32

windows. Subjek penelitian ini adalah perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provisi Lampung sebanyak 58 perawat wanita yang sudah menikah yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian pertama menunjukkan Rx1.2y= 0,362 nili F=7,739 dan p=0,002 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan positif signifikan antara bebn kerja dan work-family conflict dengan stress kerja pada perawat Wanita yang sudah menikah.

Beban kerja dan work-family conflict memberikan subangan efektif sebesar 28,2%.

Hasil kedua dengan rx1-y=0,260 dan R2=0,068 dan p=0,002 (p<0,01) yang menunjukkan hubungan positif signifikan antara beban kerja dengan stress kerja pada perawat Wanita yang sudah menikah. Hasil ketiga dengan rx2-y=0,314 dan R=0,098 dan p=0,000 (p<0,01) yang menunjukkan hubungan positif signifikan antara work-family conflict dengan stress kerja pada perawat Wanita yang sudah menikah. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahasa variabel beban kerja dan work-family conflict serta respondennya sama-sama perawat wanita yang sudah menikah. Sedangkan perbedaanya adalah, waktu penelitian, tahun penelitian, 3. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Wulandari dan Ugung Dwi Ario Wibowo tentang hubungan antara konflik peran ganda dengan stress kerja pada perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Banyumas. Pada penelitian ini subjek penelitiannya yaitu 90 orang perawat yang sudah menikah di RSUD Banyumas ,analisis data dilakukan dengan Teknik statistic korelasi product moment dari pearson, dengan bantuan program SPSS antara konflik peran ganda dengan stress kerja sebesar 0,650 dengan taraf signifikansi sebesar 5% (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara konflik peran ganda dengan stress kerja pada perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Banyumas.

Artinya, semakin tinggi konflik peran ganda maka semakin tinggi pula stress yang di alamioleh perawat wanita. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah konflik peran ganda yang di alami perawat wanita, maka semakin rendah pula stress kerja yang dialami oleh perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Banyumas. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas variabel konflik peran ganda.

Sedangkan perbedaannya adalah jumlah sampel, waktu penelitian,

4. Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Bangkinang (tahun 2023 oleh Ade Dita Puteri & Devina Yuristin) tentang tingkat kejenuhan dengan stres kerja pada perawat, distribusi frekuensi berdasarkan stres kerja pada perawat di RSUD Bangkinang tahun 2023, didapatkan hasil dari 35 responden, terdapat 19 (54,3%) responden yang mengalami stres rendah dan 16 (45,7%) responden yang mengalami stres tinggi. (Puteri et al., 2023). Persamaan penelitian ini adalah sama- sama mengangkat masalah stres kerja di RSUD Bangkinang. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel independen, waktu penelitian, dan jumlah sampel.

Dokumen terkait