• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN PTK (4)

N/A
N/A
Tri Budi

Academic year: 2025

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN PTK (4)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA

KELAS 1 SD N REJODADI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas Dosen Pengampu: Heru Purnomo, M.Pd.

TRI BUDI UTAMI 22144600116

A3-22

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA TAHUN 2025

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

A. Latar Belakang ... 3

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Teori ... 11

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 25

C. Kerangka Pikir ... 26

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Waktu ... 29

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Indikator Keberhasilan. ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN. ... 37

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Pendidikan bersifat mutlak bagi setiap individu, baik dalam lingkup keluarga maupun dalam konteks bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan sistem pendidikannya. Pendidikan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk meningkatkan kecerdasan serta mengembangkan potensi peserta didik. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Potensi tersebut mencakup kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan merupakan suatu upaya bermoral untuk mengembangkan potensi individu dengan tujuan agar setiap manusia memiliki martabat hidup yang lebih tinggi melalui ilmu yang diperoleh (Fadia & Fitri, 2021). Pendidikan ibarat wadah yang menampung seluruh potensi fisik dan mental seseorang sehingga

(4)

menghasilkan sesuatu yang nyata dan bermanfaat dalam kehidupan (Khasanah &

Herina, 2019). Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, diperlukan pengembangan pendidikan yang mampu menghasilkan proses pembelajaran yang efektif (Minsih & D, 2018). Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Menurut Sujana Cong Wayan I (2019), agar manusia dapat hidup dengan baik dan produktif, dibutuhkan pendidikan yang baik karena pendidikan dianggap memiliki peran vital dalam masyarakat.

Proses belajar merupakan bagian penting dalam kehidupan setiap individu karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dan berlangsung sepanjang hayat. Proses ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu indikasi seseorang telah mengalami proses belajar adalah adanya perubahan perilaku, yang bisa disebabkan oleh peningkatan pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pembelajaran sendiri adalah interaksi yang dirancang secara sistematis untuk mendorong perubahan perilaku, bukan hanya hasil dari kematangan atau kebetulan semata (Muhammad Yaumi, 2014).

Ilmu yang paling penting pada tahap awal pendidikan formal ada tiga yaitu, membaca, menulis, dan berhitung. Keberhasilan dari pembelajaran tersebut sangatlah ditentukan oleh guru, sebab guru yang baik adalah guru yang mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam memahami teori dan kemampuan dalam menyampaikan pembelajaran maupun kemampuan dalam memilih media pembelajaran yang tepat. Membaca merupakan salah satu empat

(5)

keterampilan berbahasa yang wajib dimiliki oleh peserta didik. Membaca merupakan proses yang dilakukan oleh pembaca untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tertulis.

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman- pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Melihat begitu rendahnya minat membaca tentu ini akan berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia sehingga masyarakat Indonesia akan sulit untuk bisa bersaing dengan masyarakat lain dari negara lain. Untuk meningkatkan minat baca pada anak bisa kita mulai dari sekolah, yang dimana sekolah itu merupakan tempat/lembaga yang dirancang untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari membaca. Maka dari sinilah pentingnya mengembangkan budaya membaca disekolah.

(6)

Membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tertulis (Suparlan, 2021:6-8). Kemampuan membaca merupakan suatu proses yang melibatkan kecakapan, kecerdasan, dan kesiapan seseorang dalam menangkap gagasan serta simbol bunyi bahasa yang terdapat dalam teks bacaan, yang disesuaikan dengan tujuan pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi yang diinginkan. Media kartu bergambar adalah salah satu jenis media visual yang menampilkan gambar beserta kata-kata. Setiap gambar memiliki makna, penjelasan, dan tujuan tertentu yang dapat membantu siswa dalam memahami dan mengingat materi dengan lebih mudah. Hal ini berkontribusi pada peningkatan kemampuan membaca awal anak tanpa mengurangi kesenangan mereka (Yasbiati et al., 2017:2-3). Media ini merupakan alat pembelajaran sederhana namun sangat efektif untuk menampilkan gambar dan melatih kosakata. Kartu bergambar berisi kata-kata dan gambar yang dapat membantu siswa mengaitkan kata dengan gambar, sekaligus merangsang minat dan pemikiran mereka agar proses belajar menjadi lebih optimal.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 28 April 2025, ditemukan bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 1 di SD Negeri Rejodadi, masih ada siswa yang membaca dengan terbata-bata dan kurang aktif berpartisipasi.

Beberapa indikator masalah tersebut antara lain kemampuan membaca lancar, menentukan kalimat utama dalam bacaan, dan memahami isi bacaan yang masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil ulangan Bahasa Indonesia, di mana hanya 12

(7)

siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sementara 15 siswa lainnya belum memenuhi standar tersebut. Kondisi ini menunjukkan perlunya upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca awal siswa.

Untuk memperbaiki kemampuan membaca awal, diperlukan metode pembelajaran yang berbeda dan menyenangkan, yang berbasis pada aktivitas bermain. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan media kartu bergambar. Penggunaan media ini menciptakan suasana belajar yang santai dan informal, bebas dari tekanan dan kecemasan. Anak-anak dapat berinteraksi dengan kata-kata secara berulang tanpa merasa bosan (Yasbiati et al., 2017:3-4). Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca awal siswa kelas 1 SD Negeri Rejodadi melalui pembelajaran yang lebih menarik menggunakan media kartu kata. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti mengambil judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 SD Negeri Rejodadi”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam membaca permulaan masih kurang dan rendah 2. Guru kurang memperhatikan media yang digunakan dalam pembelajaran.

3. Guru hanya mengejar target materi yang sesuai kurikulum tanpa

(8)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Fokus penelitian yang diukur adalah membaca

2. Sasaran siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD N Rejodadi

3. Media pembelajaran yang digunakan adalah media permainan kartu kata yang merupakan metode bermain yang efektif untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan pada anak, sebab anak sekolah dasar khususnya kelas 1 masih pada tahap pra operasional yaitu anak belajar melalui benda konkret.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui penggunaan media kartu kata pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 1 SD N Rejodadi?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui media pembelajaran kartu kata pada siswa kelas 1 SD Negeri Rejodadi

(9)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penggunaan media visual yang sederhana, seperti kartu kata, mempermudah siswa kelas satu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran membaca.

b. Penggunaan kartu kata dengan variasi warna dapat memengaruhi aspek psikologis anak, sehingga meningkatkan motivasi dan minat mereka dalam membaca.

c. Memecah kata menjadi suku kata membantu siswa membaca dengan pelafalan dan intonasi yang benar.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa

1) Siswa menjadi lebih antusias terhadap pembelajaran karena media pengajaran yang digunakan lebih beragam.

2) Mendorong peningkatan kreativitas dalam proses belajar siswa.

3) Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan.

4) Membantu meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas satu.

b) Bagi Guru

1) Meningkatkan kompetensi dan kualitas guru dalam menjalankan tugas sebagai pendidik.

2) Guru dapat memperbaiki dan mengoptimalkan proses pembelajaran berdasarkan masalah yang muncul di kelasnya.

(10)

3) Mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru dalam memilih dan membuat media, dan

4) Memunculkan budaya meneliti di kalangan guru dan peneliti sendiri.

c) Bagi Sekolah

1) Meningkatkan mutu pembelajaran yang berdampak positif pada peningkatan kualitas sekolah.

2) Melalui pembelajaran membaca yang efektif, diharapkan siswa dapat berkembang menjadi berprestasi dan

membawa reputasi baik bagi sekolah.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Membaca Permulaan 1. Kemampuan Membaca

Kemampuan adalah kapasitas atau potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau aktivitas tertentu. Dalam konteks pendidikan, kemampuan sering kali merujuk pada keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajar.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014: 869) kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan. Kemampuan merupakan tenaga (daya kekuatan melakuan sesuatu perbuatan.

Kemampuan bisa juga merupakan kesanggupan bahwa sejak lahir , atau merupakan hasil latihan umum praktik (Syifa Faujiah, 2021).

Kemampuan adalah kesanggupan; kekuatan berusaha dengan diri sendiri daam melakukan sesuatu (Sulfidar, 2022). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kapasitas atau potensi yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu tugas atau aktivitas tertentu.

Kemampuan mencakup berbagai aspek, termasuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu.

(12)

Membaca adalah proses memahami dan menafsirkan simbol- simbol tertulis, seperti huruf dan kata, guna memperoleh informasi, pengetahuan, atau hiburan. Membaca merupakan keterampilan dalam memahami bahasa secara menyeluruh, termasuk kosakata, ejaan, struktur kalimat, dan penulisan. Dengan membaca, seseorang dapat meningkatkan intuisi berbahasa secara tepat (Suparlan, 2021:6).

Proses membaca dilakukan oleh pembaca untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Makna dalam teks merupakan hasil interaksi aktif dan dinamis antara pengetahuan yang dimiliki pembaca dengan kalimat, fakta, dan informasi yang terdapat dalam teks.

Kematangan anak dalam belajar membaca tercermin dari kemampuan tertentu seperti penglihatan, pendengaran, pemahaman, dan tingkat perhatian. Pada dasarnya, membaca adalah proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan.

Membaca juga melibatkan pengucapan kata-kata dan pengenalan kata dari bahan cetak. Kegiatan ini mencakup analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan kompleks, termasuk pembelajaran, pemikiran, penilaian, penggabungan, dan pemecahan masalah yang membantu pembaca dalam memahami informasi (Harianto, 2020). Selain itu, membaca merupakan aktivitas interaktif yang bertujuan untuk menggali dan memahami makna yang terkandung dalam tulisan (Arwita Putri et al., 2023).

(13)

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa membaca adalah proses berpikir yang termasuk di dalamnya memahami, menceritakan menafsirkan arti dari lambang-lambang tertulis dengan melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, dan ingatan.

Proses membaca sangat komplek dan rumit. Proses ini melibatkan sejumlah aktivitas, baik yang meliputi kegiatan mental atau fisik. Proses membaca sangat komplek dan rumit. Menurut Burns (dalam Sumadyo, 2011:14) membaca memiliki beberapa aspek yaitu:

1) Aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis,

2) Aspek perseptual, yakni aspek kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihatnya sebagai simbol atau kata,

3) Aspek sekuensial, yakni kemampuan mengikuti pola- pola urutan, logika dan gramatikal teks,

4) Aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi dan antara kata-kata dan yang dipresentasikan,

5) Aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna itu,

(14)

6) Aspek berfikir, yakni kemampuan untuk membuat interferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, 7) Aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk

mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkan dengan apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajari, dan

8) Aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap keinginan membaca.

Membaca dalam pengertian yang luas merupakan proses awal bagi manusia untuk berfikir dan memutuskan sikap dan perilakunya. Oleh karena membaca sebagai aktifitas yang sangat umum itu, setiap orang mempunyai serangkaian kebiasaan membaca yang tentu berbeda dengan orang-orang lainnya. Serangkaian kebiasaan ini terjadi karena dilakukan secara terus menerus dalan jangka waktu yang relatif lama yang melibatkan proses mental maupun fisik. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan membaca merupakan kapasitas atau keterampilan yang dimiliki individu untuk memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan teks yang tertulis.

(15)

2. Tujuan Membaca

Menurut Harianto (2020:1-2), hasil yang diperoleh dari kegiatan membaca sangat dipengaruhi oleh tujuan yang dimiliki oleh pembaca.

Setiap individu memiliki tujuan membaca yang berbeda, yang didasarkan pada kebutuhan masing-masing. Membaca dapat dilakukan untuk kesenangan, meningkatkan kemampuan membaca, menerapkan strategi tertentu, memperluas pengetahuan tentang suatu topik, menghubungkan informasi yang sudah diketahui, mendapatkan data untuk laporan lisan maupun tulisan, membuktikan atau menolak suatu dugaan, menyajikan hasil penelitian, mengaplikasikan informasi dari teks, serta mempelajari struktur teks itu sendiri (Patiung, 2016:355). Berikut ini adalah beberapa tujuan membaca:

a) Membaca untuk mendapatkan fakta dan rincian secara spesifik.

b) Membaca untuk menangkap gagasan utama.

c) Membaca untuk memahami struktur atau susunan sebuah karangan.

d) Membaca untuk membuat kesimpulan.

e) Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan informasi.

f) Membaca untuk membandingkan atau mengontraskan informasi.

Berdasarkan uraian tersebut, tujuan membaca dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gagasan-gagasan utama dan laporan. Seorang pembaca yang memiliki tujuan membaca memperlihatkan bahwa proses kegiatan dalam membaca akan menyampaikan informasi yang sangat bermanfaat bagi dirinya.

(16)

3. Jenis-jenis Membaca

Secara umum, terdapat dua jenis keterampilan membaca yang biasa dilakukan, yaitu membaca secara diam-diam (dalam hati) dan membaca dengan suara nyaring. Secara garis besar, membaca dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati (Hadiana, 2018:213).

a. Membaca nyaring

Membaca nyaring adalah aktivitas membaca di mana pembaca mengucapkan teks dengan pelafalan dan intonasi yang tepat, sehingga pendengar dan pembaca dapat memahami pesan yang disampaikan oleh penulis, baik berupa gagasan, perasaan, perilaku, maupun pengalaman penulis. Dalam kegiatan membaca dengan suara ini, fokusnya bukan pada pemahaman isi bacaan oleh siswa, melainkan pada kemampuan siswa dalam mengucapkan tulisan secara lisan dengan pelafalan dan intonasi yang benar (Atul, 2020:202).

b. Membaca dalam hati (membaca senyap)

Membaca dalam hati adalah membaca yang bukan bersuara, tanpa kegiatan bibir, tanpa kegiatan kepala, tanpa bising, mengetahui bahan bacaan yang dibaca didalam hati, dan dapat menyelaraskan kecepatan membaca dengan tingkat kesulitan yang terdapat didalam bacaan itu Suriaman (2016:12). Membaca dalam hati,

(17)

pembaca hanya memperkenankan ingatan nyata yang melibatkan mata dan daya ingatan. Pada membaca senyap haruslah dimulai sejak dini sehingga anak-anak sudah dapat mengetahui bagaimana membaca sendiri, dan pada tahap ini anak hendaknya dilengkapi bekal bacaan tambahan yang penekanannya disisi pada keahlian menguasai isi bacaan dan mendapatkanserta mengetahui gagasan- gagasan dengan usahanya sendiri. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa membaca dalam hati atau membaca senyap adalah kegiatan membaca yang dilakukan tanpa menyuarakan ataupun tanpa melakukan gerakan dalam satu bacaan.

c. Membaca ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas, meliputi:

1) Membaca survei, membaca survei adalah kegiatan membaca yang dilakukan untuk mengkaji secara singkat materi yang akan dipelajari lebih lanjut.

2) Membaca sekilas, membaca sekilas atau skimming adalah teknik membaca di mana mata bergerak dengan cepat untuk melihat dan memperhatikan teks guna menemukan serta menangkap informasi penting secara umum.

(18)

3) Membaca dangkal, membaca dangkal merupakan kegiatan membaca yang bertujuan memperoleh pengetahuan secara sekilas atau permukaan, tanpa mendalami isi bacaan secara mendetail.

4) Membaca intensif, Membaca intensif terbagi menjadi dua jenis, yaitu membaca untuk mengkaji isi dan membaca untuk menganalisis bahasa. Membaca untuk mengkaji isi bertujuan agar pembaca dapat memahami dan menyimak isi teks secara mendalam. Sementara itu, membaca untuk menganalisis bahasa dibagi menjadi dua kategori, yaitu membaca bahasa dan membaca sastra. Selain itu,

membaca juga dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yakni membaca ekstensif dan membaca intensif.

Berbagai jenis membaca dilakukan untuk mengenali, menganalisis, dan memahami isi teks, baik secara sekilas maupun secara mendalam. Dengan demikian, membaca terbagi menjadi beberapa jenis, seperti membaca dengan suara nyaring dan membaca secara diam-diam dalam hati.

4. Kemampuan Membaca Permulaan

Membaca bukan hanya sekadar mengucapkan simbol tulisan atau bunyi bahasa, tetapi juga melibatkan respons dan pemahaman terhadap isi

(19)

teks tersebut. Dengan demikian, membaca pada dasarnya merupakan bentuk komunikasi tertulis (Irdawati & Darmawan, 2019:4). Proses membaca melibatkan aspek fisik dan mental untuk menemukan makna dari teks, meskipun pengenalan huruf juga terjadi selama proses ini.

Membaca dianggap sebagai aktivitas fisik karena bagian tubuh tertentu, terutama mata, berperan aktif dalam kegiatan tersebut.

Di sisi lain, aktivitas mental mencakup kemampuan mengingat dan memahami. Seseorang dapat membaca dengan baik jika mampu mengenali huruf secara jelas, menggerakkan mata dengan cepat, mengingat simbol bahasa dengan tepat, serta memiliki kemampuan berpikir yang cukup untuk memahami isi bacaan. Membaca permulaan adalah proses membaca pada tingkat dasar, di mana pemahaman yang diperoleh masih sederhana.

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah tahap pertama dalam proses membaca yang meliputi pengenalan huruf, suku kata, hingga kalimat sederhana, serta elemen linguistik yang diterima melalui indera penglihatan (mata). Informasi ini kemudian diolah oleh otak untuk menghasilkan makna. Kegiatan ini merupakan proses yang kompleks, melibatkan aspek fisik dan mental, yang mencerminkan kemampuan siswa dalam membaca dengan pengucapan dan intonasi yang tepat serta jelas.

(20)

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata "media" berasal dari bahasa Latin medius yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima (Setiawan et al., 2022:3). Secara umum, media dipahami sebagai manusia, bahan, atau kejadian yang menciptakan kondisi agar siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Contohnya, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah termasuk dalam kategori media.

Secara lebih khusus, dalam konteks pembelajaran, media sering diartikan sebagai alat grafis, fotografis, atau elektronik yang digunakan untuk menangkap dan menyusun kembali informasi secara visual maupun verbal (Bahrun, 2020:135). Media berfungsi sebagai alat, metode, dan teknik yang bertujuan meningkatkan komunikasi serta interaksi antara guru dan siswa selama proses belajar mengajar (Hasan et al., 2021:2).

Media dibagi menjadi dua jenis, yaitu media elektronik dan non- elektronik. Media elektronik adalah media yang menggunakan listrik, seperti telepon genggam, tape recorder, televisi, komputer, atau laptop.

Sedangkan media non-elektronik adalah media yang lebih sederhana dan tidak memerlukan listrik, seperti gambar, papan tulis, dan modul.

Meskipun kedua jenis media ini memiliki karakteristik yang berbeda,

(21)

keduanya memiliki keunggulan masing-masing yang memudahkan penggunaannya.

Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media adalah bahan atau materi yang disampaikan melalui alat tertentu yang mampu menyimpan dan mengirimkan informasi atau pesan kepada penerima dengan tujuan pendidikan atau pengajaran. Informasi atau pesan tersebut dapat disampaikan melalui berbagai keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Pembelajaran yang menggunakan media memiliki peran dan manfaat yang sangat besar. Tidak hanya sekadar menyampaikan informasi seperti pada pembelajaran konvensional, tetapi juga mampu membuat proses penyampaian materi menjadi lebih menarik bagi siswa (Miftah, 2013). Secara umum, media memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:

a. Pesan agar tidak terlalu verbalistis

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dankemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

(22)

e. Memberi rangsangan yang sama, dan menimbulkan persepsi yang sama.

3. Pengertian Kartu Kata

Flash Card atau Education Card adalah kartu bergambar yang dilengkapi dengan kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter ahli otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Kartu huruf, yang sering disebut Flash Card Abjad, merupakan media atau alat permainan edukatif yang dirancang khusus untuk anak usia dini atau pra- sekolah, berisi 26 huruf alfabet. Menurut Sujiono dalam Warsiti, kartu huruf adalah kartu pintar yang memuat gambar untuk memudahkan anak dalam belajar membaca. Kartu ini lebih mudah digunakan oleh anak-anak karena memungkinkan mereka bermain sambil belajar.

Kartu huruf merupakan sekumpulan kartu yang digunakan sebagai alat bantu dalam belajar membaca dengan cara memperhatikan dan mengingat bentuk huruf serta gambar yang disertai tulisan sesuai dengan arti gambar pada kartu tersebut. Menurut Sulianah, kartu huruf adalah media permainan yang digunakan untuk menemukan kata, di mana anak- anak diajak untuk menyusun huruf-huruf alfabet menjadi kata berdasarkan teka-teki atau pertanyaan yang diberikan oleh guru. Latihan menyusun huruf ini bertujuan untuk melatih kemampuan mengeja kata.

Kartu huruf dapat dibuat oleh pabrik maupun secara mandiri oleh guru sesuai dengan kreativitas masing-masing, berupa potongan-potongan

(23)

yang berisi gambar atau tulisan yang berfungsi sebagai alat komunikasi atau rangsangan dalam proses pembelajaran anak. Partisipasi anak dalam penggunaan kartu huruf mempermudah mereka dalam belajar membaca.

Kartu huruf terdiri dari potongan-potongan media seperti karton, kertas, atau papan tulis (tripleks) yang berisi huruf-huruf alfabet.

Potongan-potongan ini dapat dipindahkan dan disusun sesuai kebutuhan menjadi suku kata, kata, atau kalimat. Menurut Ambarini dalam Arizqa, kartu huruf adalah kumpulan kartu yang berisi huruf-huruf dari A sampai Z (baik huruf kapital maupun kecil), dilengkapi dengan gambar dan kata untuk membantu anak mengenal dan menghafal huruf-huruf alfabet.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kartu huruf adalah media yang berbentuk potongan- potongan yang berisikan huruf-huruf alfabet sebagai sarana untuk membantu anak dalam belajar membaca permulaan. Kartu huruf yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu berupa potongan kertas berukuran 3x3 cm, 7x7 cm, 12x12 cm, kartu kata, kartu kata bergambar, dan kartu bergambar. Dalam kartu huruf di dalamnya berisi tulisan huruf abjad a-z (masing masing kartu hanya memuat 1 huruf). Oleh karena itu, kartu huruf ini disediakan dalam jumlah yang banyak.

4. Kelebihan Media Kartu Kata

Kartu kata merupakan kumpulan kata-kata yang, menurut Jannah

& Hasmawati (2017:14), memiliki beberapa keunggulan, seperti bersifat

(24)

konkret, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, membantu mengatasi keterbatasan dalam pengamatan, memperjelas penyajian suatu masalah, biaya pembuatannya relatif murah, mudah didapatkan, dan mudah digunakan. Dalam penelitian ini, media kartu kata bergambar digunakan sebagai alat pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD N Rejodadi.

Penggunaan kartu kata harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Artinya, sebelum digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan, perlu terlebih dahulu mengetahui kemampuan anak dalam memanfaatkan kartu kata bergambar. Selain itu, prinsip pembelajaran yang diterapkan adalah melalui permainan kata, yang bertujuan untuk merangsang kreativitas dan keaktifan anak dalam mempelajari huruf, suku kata, kata, serta berbagai simbol gambar.

Adapun tahapan penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca menurut Jannah & Hasmawati (2017:14) adalah sebagai berikut:

a. Bahan-bahan

Siapkan berbagai kartu bergambar dengan nama-nama benda yang memiliki kata pendek, beberapa di antaranya diawali dengan huruf yang sama dan tidak mengandung konsonan ganda, seperti topi, toko, bola, baju, paku, pipa, kaca, kue, meja, dan

(25)

mata. Selain itu, sediakan juga kartu kata yang memuat tulisan nama-nama benda tersebut.

b. Prosedur

1) Gunakan permainan ini dalam kelompok 2) Menyediakan kartu dan kartu nama benda

3) Guru menunjukan gambar benda dan anak diajak mencari kartu nama benda tersebut.

4) Setelah anak tahu cara bermainnya, biarkan anak bermain dalam kelompok.

C. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ari Musodah 2014 denga judul Penelitian berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B2 Ra Ma’arif Nu Karang Tengah Kertanegara Purbalingga” menunjukkan bahwa penggunaan media kartu kata bergambar efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak-anak kelompok B2 di Ra Ma’arif Nu Karang Tengah Kertanegara Purbalingga.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti 2016 yang berjudul Penelitian berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Pada Siswa Kelas I SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta” menyimpulkan bahwa penggunaan

(26)

media kartu kata bergambar efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta.

D. Kerangka Berpikir

Pemanfaatan media permainan kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan perlu dilakukan dengan bimbingan, pengawasan, dan arahan yang konsisten dan berkelanjutan. Pendekatan ini efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran, memperbaiki mutu aktivitas yang dilakukan oleh guru, serta meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya dalam kemampuan membaca permulaan pada setiap siklus penelitian ini.

(27)

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Pikir

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut.: Penggunaan media kartu bergambar dapat

(28)

meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa Kelas 1 SD N Rejodadi.

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu proses di mana peneliti mengidentifikasi kesulitan membaca yang dialami oleh siswa kelas 1, kemudian melakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga keterampilan membaca siswa meningkat sesuai dengan standar keberhasilan yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti merancang rencana pembelajaran berdasarkan hasil observasi sebelumnya. Selanjutnya, peneliti menyiapkan media berupa kartu yang menarik bagi siswa, dengan kata-kata yang dipilih adalah ejaan yang belum dikuasai oleh siswa, berdasarkan kesulitan membaca yang ditemukan pada tahap pra tindakan. Seorang kolaborator kemudian melaksanakan proses pembelajaran membaca sesuai dengan rencana tersebut. Peneliti mengamati perilaku siswa, guru, dan penggunaan media selama pembelajaran berlangsung, serta mengadakan tes membaca untuk mengukur pencapaian belajar siswa. Hasil dari siklus pertama ini digunakan sebagai bahan evaluasi, refleksi, dan revisi guna menyempurnakan perencanaan pada tindakan berikutnya.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

(30)

1. Penelitian dilakukan di SD N Rejodadi yang beralamat di Jl. Brengosan, Sonopakis Lor, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55182

2. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan April sampai dengan bulan Juni 2025

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD N Rejodadi tahun ajaran 2025/2026 yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 17 laki-laki dan 10 perempuan yang terlibat dalam proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan awal dan akhir siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada materi membaca permulaan. Terdapat dua jenis tes yang dilakukan, yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan pembelajaran, sedangkan tes akhir digunakan untuk menilai keberhasilan belajar siswa setelah proses pembelajaran.

Hasil penelitian ini ditunjukkan melalui nilai pretest, nilai siklus I, dan nilai siklus II. Tes dilaksanakan selama proses tindakan kelas berlangsung. Data hasil tes ini bersifat kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif dengan cara membandingkan nilai tes dari setiap siklus. Dari

(31)

perbandingan nilai tersebut, dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa.

2. Observasi (pengamatan)

Observasi dilakukan untuk memantau kemampuan membaca permulaan siswa berdasarkan indikator penilaian, meliputi ketepatan dalam membaca bentuk huruf, kejelasan pengucapan huruf, membaca kata, kalimat, serta membaca gambar. Proses pengamatan menggunakan lembar observasi yang diisi dengan tanda centang. Observasi ini berlangsung di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang memanfaatkan bukti tertulis, seperti arsip, catatan, agenda, gambar, atau dokumen lain yang berkaitan dengan perilaku, partisipasi, dan orientasi siswa. Data tersebut digunakan untuk melengkapi serta mendapatkan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Kisi-kisi lembar observasi kemampuan membaca permulaan selanjutnya dituangkan dalam rubrik untuk mempermudah penilaian. Skor maksimal yaitu 3.

Rubrik penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca

(32)

Tabel 3.1. Rubrik penilaian kemampuan membaca permulaan secara umum

No Kriteria Skor

1 Anak mampu membaca sesuai dengan indikator membaca permulaan yang telh dibuat.

3

2 Anak sudah cukup mampu berkembang sesuai indikator membaca permulaan

2

3 Anak kurang mampu dalam membaca sesuai indikator membaca permulaan

1

Kriteria keberhasilan akan ditentukan dengan skor, yaitu : Skor 3 : kemampuan baik

Skor 2 : kemampuan cukup Skor 1 : kemampuan kurang F. Teknik Analisis Data

Menurut Parjono, dkk (2007:53), tujuan utama analisis data adalah mengolah informasi, baik kuantitatif maupun kualitatif, agar menjadi lebih bermakna. Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Untuk menganalisis data keterampilan membaca, digunakan statistik deskriptif dengan mencari nilai rerata. Sesuai rumus Anas Sudijono (2011:81), nilai dianalisis menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan mencari rerata menggunakan rumus sebagai berikut:

(33)

Ketuntasan belajar siswa dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.

X100

Data yang telah diperoleh kemudian akan diinterprestasikan ke dalam empat tingkatan yaitu:

Tabel 3.2. Indikator Peningkatan Hasil Tes

Nilai Kriteria

80-100 Baik

60-75 Cukup

55-59 Kurang

40 Kurang sekali

Keterangan:

: rerata

: jumlah total nilai siswa N : jumlah siswa

(34)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator berperan sebagai alat ukur untuk menilai keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas, keberhasilan ditandai oleh adanya peningkatan atau perubahan positif selama proses pembelajaran, yang tercermin dari hasil belajar siswa. Keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari perbaikan proses belajar yang menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Penelitian dianggap berhasil apabila lebih dari 80% siswa kelas I SD N Rejodadi menunjukkan peningkatan kemampuan membaca permulaan setelah penerapan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A., Herman, H., & Riadin, A. (2023). Efforts To Improve Reading Skills Using The Picture And Picture Method By Utilizing Word Card Media In Indonesian Language Learning. International Journal of Universal Education, 1(1), 1-5.

Arwita Putri, Riris Nurkholidah Rambe, Intan Nuraini, Lilis Lilis, Pinta Rojulani Lubis,

& Rahmi Wirdayani. (2023). Upaya Peningkatan Keterampilan Membaca Di Kelas Tinggi. Jurnal Pendidikan Dan Sastra Inggris, 3(2), 51–62.

https://doi.org/10.55606/jupensi.v3i2.1984

Faujiah, S., Mayasari, L. I., & Ulfa, M. (2021). Upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata pada pelajaran bahasa indonesia. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara III (pp. 165-169).

Fitriana, D. (2013). Pemahaman Membaca. Ump, 1(1), 13–33.

Harianto, E. (2020). “Keterampilan Membaca dalam Pembelajaran Bahasa.” Jurnal Didaktika, 9(1), 2. https://doi.org/https://doi.org/10.58230/27454312.2

HerawatHadini, N. (2017). Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini melalui Kegiatan Permainan Kartu Kata di TK Al-Fauzan Desa Ciharashas Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Empowerment: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, 6(1).i, H. (2020). Memahami proses belajar anak.

(36)

Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 4(1), 27-48.

Intang, B., & Nur, A. M. (2024). Pengaruh media kartu kata bergambar terhadap kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 sd. Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan (INOVASI), 3(1), 73-82.

Kusmayanti, S. (2019). Membaca permulaan dengan metode multisensori. Jurnal Pendidikan UNIGA, 13(1), 222-227.

Lasdya, D., Pebriana, P. H., Rizal, M. S., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022).

Improving Beginning Reading Skills Using Word Card Media for Grade 1 Students at SDN 004 SALO. The Innovation of Social Studies Journal, 3(2), 83- 91.

Lubis, A. H. (2024). Improving Elementary School Students' Reading Skills Using Picture Word Cards: How is This Possible?. Journal of Indonesian Primary School, 1(2), 9-18.

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.

242

Pamungkas, B. (2017). Asesmen Membaca Permulaan Sebagai Upaya Deteksi Dini Anak Berkesulitan Belajar Membaca (Dyslexia).

Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian pendidikan.

Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 7911-7915.

Sari, D. A. P., & Koeswanti, H. D. (2023). Metode SAS Berbantuan Media Kartu Kata

(37)

untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, 12(2), 199-207.

Sulfidar, E. (2022). Artikel Hasil Penelitian Skripsi Kemampuan Siswa Kelas Xi Ips 2 Sma Negeri 8 Bulukumba Dalam Berkarya Mono Print Carbon Erwin Sulfidar Nim : 1681041007 Dosen Pembimbing : 1–11.

Suhaidi, S., & Nugraha, U. (2024). Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Pada Kelas 1 SD Negeri 207/Viii Sungai Alai. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(1), 4246-4258.

Sutiati, A. (2020). Peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui permainan kartu kata. MENDIDIK: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Pengajaran, 6(1), 9-13.

Syifa Faujiah, L. I. M. & M. U. (2021). Upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata pada pelajaran bahasa indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara III, 165–169.

http://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/semnara2020/article/view/1294

%0Ahttps://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/semnara2020/article/dow nload/1294/890

(38)

LAMPIRAN

LEMBAR WAWANCARA GURU KELAS 1

Nama Sekolah : SD N Rejodadi

Nama Guru :

Hari/Tanggal : Kamis/ 08 Mei 2025

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana kemampuan mempaca siswa, khususnya pada kelas 1?

Kemampuan membaca siswa kelas 1, sebenarnya beda-beda. Ada yang udah mulai lancar baca kata-kata sederhana, tapi ada juga yang masih suka bingung sama huruf dan suku kata. Biasanya sih, anak-anak yang sering diajak latihan di rumah atau yang seneng main kartu kata, bacaannya lebih cepat maju.

2 Apa saja faktor pendukung

kemampuan membaca siswa kelas 1?

Untuk faktor pendukung dari sekolah sendiri seperti, menyediakan buku khusus untuk latihan membaca, ketika anak latihan latihan membaca buku itu dibagi ke setiap anak, jadi bisa unuk latihan membaca, apalagi di dalam buku tersebut terdapat gambar-gambar yang bisa membuat anak semakin suka untuk membaca

3 Apa saja faktor penghambat kemampuan membaca siswa kelas 1?

Faktor dari siswa sendiri, seperti anak yang kemampuannya kurang minat dalam membaca menjadi faktor penghambat 4 Apa alasan Ibu memilih media kartu

kata dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas?

Media kartu kata dipilih karena dapat membantu siswa mengingat dan memahami kata-kata dengan lebih mudah melalui visualisasi gambar dan teks, sehingga proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan interaktif

(39)

5 Bagaimana cara Ibu menggunakan media kartu kata saat mengajarkan membaca permulaan?

Saya menampilkan kartu kata bergambar kepada siswa, kemudian meminta mereka menyebutkan kata yang tertera dan mengaitkannya dengan gambar. Setelah itu, siswa diajak berdiskusi dan berlatih membaca kata-kata tersebut secara bergantian

6 Apakah media kartu kata efektif meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa?

Iya, menurut saya kartu kata itu cukup efektif buat ningkatin kemampuan baca permulaan anak-anak. Soalnya mereka jadi lebih gampang ngenalin kata-kata baru, terus belajar sambil main jadi nggak bosen. Anak-anak juga jadi lebih semangat dan percaya diri waktu disuruh baca. Kadang yang awalnya susah baca, lama-lama jadi makin lancar karena sering latihan pakai kartu kata ini. Jadi, saya rasa media ini cocok banget dipakai di kelas buat bantu anak-anak belajar baca dari awal.

7 Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran membaca dengan kartu kata?

Respon anak-anak waktu belajar baca pakai kartu kata biasanya sih positif banget, mereka jadi lebih semangat dan nggak gampang bosen. Kadang malah pada berebut pengen maju duluan buat nyebutin kata di kartu. Soalnya belajar jadi kayak main tebak-tebakan gitu, jadi mereka seneng banget. Bahkan yang biasanya malu-malu juga jadi lebih berani karena suasananya santai dan menyenangkan. Jadi, kartu kata ini memang bikin suasana belajar jadi hidup dan anak-anak lebih aktif ikut belajar.

8 Bagaimana Ibu mengatasi siswa yang masih kesulitan membaca meski sudah menggunakan kartu kata?

Saya memberikan perhatian khusus, membimbing secara individual, dan memberikan contoh membaca kata secara perlahan hingga mereka lebih paham 9 Bagaimana cara mengevaluasi

keberhasilan penggunaan media kartu kata dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan?

Evaluasi dilakukan melalui tes membaca, observasi aktivitas siswa saat pembelajaran, dan membandingkan hasil belajar sebelum dan sesudah penggunaan media kartu kata

(40)

10 Apakah penggunaan kartu kata berdampak pada hasil belajar siswa secara signifikan?

Iya,setelah menggunakan kartu kata itu memang berdampak cukup signifikan buat hasil belajar anak-anak. Soalnya setelah sering latihan pakai kartu kata, banyak yang nilai bacanya naik dan mereka jadi lebih lancar. Gak cuma itu, mereka juga jadi lebih percaya diri waktu disuruh baca di depan kelas. Jadi, bisa dibilang kartu kata ini cukup membantu banget buat ningkatin kemampuan baca permulaan siswa.

(41)

Kisi-kisi Instrumen Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1

Sd N Rejodadi

No Variabel Indikator Sub Indikator Bentuk Instrumen

Nomor Butir 1 Media Kartu

Kata (X)

Penggunaan media kartu kata dalam pembelajaran

Guru menyiapkan kartu kata

Observasi 1

Guru

membimbing siswa

menggunakan kartu

Observasi 2

Siswa aktif menggunakan kartu kata

Observasi 3 2 Kemampuan

Membaca Permulaan (Y)

Mengenal huruf

Siswa

menyebutkan nama huruf dari kartu

Tes lisan 4-6

Membaca suku kata

Siswa membaca suku kata dari kartu

Tes lisan 7-9

Membaca kata Siswa membaca kata dari kartu

Tes lisan 10-12 Menyusun

huruf menjadi kata

Siswa

menyusun huruf menjadi kata

Tes praktik 13-14 Melafalkan

kata dengan benar

Siswa

melafalkan kata dari kartu

Observasi 15-16

(42)

Bukti Cek Turnitin

Gambar

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.2. Indikator Peningkatan Hasil Tes

Referensi

Dokumen terkait

258 Dalam menerapkan pembelajaran membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas I SD Inpres 1 Kamarora dengan menggunakan media

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA DAN PASIR. PADA ANAK KELOMPOK B (USIA 5-6 TAHUN) KB DAN TK HAPPY HOLY

Dalam upaya mengumpulkan sumber data yang berupa kata-kata dan tindakan dengan menggunakan alat (instrumen) penelitian seperti tersebut di atas merupakan konsep yang ideal,

234 Dalam menerapkan pembelajaran membaca permulaan pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas I SD Inpres 1 Kamarora dengan menggunakan media

Penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Membaca Permulaan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian tentang Komparasi Kemampuan Membaca Permulaan Antara Anak Berlatarbelakang PAUD dengan Anak yang Tidak Berlatarbelakang PAUD Kelas 1 di SDN

Anda sekarang dapat melanjutkan mengunduh dokumen “proposal ptk pai kelas 1 sd” Anda sekarang dapat melanjutkan mengunduh dokumen “proposal ptk pai kelas 1 sd” Anda sekarang dapat

ii HALAMAN JUDUL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS 1 SD NEGERI