• Tidak ada hasil yang ditemukan

proposal saja

N/A
N/A
Kristiani

Academic year: 2024

Membagikan "proposal saja"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPALA SEKSI PEMERINTAHAN DESA DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI DI KANTOR DESA ONOWAEMBO

KECAMATAN GUNUNG SITOLI KOTA GUNUNG SITOLI

PROPOSAL

OLEH :

VINCENT MANDALA ASASI HAREFA 198520134

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN

2024

(2)

KATA PENGATAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hikmah dan karunia-nya dan penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi. Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Peranan Kepala Seksi Pemerintahan Desa Dalam Pelayanan Administrasi Di Kantor Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli”.

Proposal ini merupakan langkah awal penulis dalam melakukan penelitian skripsi. Proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis masih terbatas.

Penulis

Vincent Mandala Asasi Harefa DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...4

(3)

1.3 Tujuan Penelitian...5

1.4 Manfaat Penelitian...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 Peran...6

2.1.1 Pengertian Peran...6

2.1.2 Jenis-jenis Peran...7

2.1.3 Fungsi-fungsi Peran...8

2.2 Pelayanan...8

2.2.1 Pengertian Pelayanan...8

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan...12

2.2.2 Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Publik...13

2.2.3 Standar Pelayanan Publik...14

2.3 Administrasi...17

2.3.1 Pengertian Adminstrasi...17

2.3.2 Unsur-unsur Administrasi...17

2.4 Desa...20

2.4.1 Pengertian Desa...20

2.4.2 Administrasi Pemerintahan Desa...22

2.5 Kepala Seksi Pemerintahan Desa...23

2.6 Penelitian Terdahulu...24

2.7 Kerangka Berpikir...27

BAB III METODE PENELITIAN...28

3.1 Jenis Penelitian...28

3.2 Lokasi Penelitian...28

3.3 Waktu Penelitian...29

3.4 Sumber Data...29

(4)

3.5 Teknik Pengumpulan Data...30 3.6 Teknik Analisis Data...32 DAFTAR PUSTAKA...34

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan oleh sebab itu perlu ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu diformulasikan standar pelayanan pada masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Otonomi Daerah terlebih setelah ditetapkannya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintahan Daerah diberi kewenangan yang demikian luas oleh pemerintah pusat untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk didalamnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat di daerahnya.

Dalam menjalani kehidupan sosial, perkembangan masyarakat yang dinamis telah membuat tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan semakin meningkat. Hal tersebut menuntut profesionalitas aparat pemerintahan untuk terus mengoptimalkan kinerja pelayanannya kepada masyarakat. Perlu diketahui bahwa pemerintahan sangat dibutuhkan untuk mengatur, mengayomi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi organisasi.

Peran sumberdaya manusia bagi organisasi tidak hanya dilihat dari hasil produktivitas kerja tetapi juga dapat dilihat dari kualitas kerja yang dihasilkan, bahkan lebih jauh keunggulan suatu organisasi juga ditentukan oleh keunggulan daya saing manusianya bukan ditentukan lagi oleh sumber daya alamnya.

Semakin kuat pengetahuan (knowledge) dari sumberdaya manusia suatu perusahaan akan semakin kuat daya saing organisasi tersebut.

Adapun lembaga pemerintahan terendah dalam sistem pemerintahan di Indonesia yakni Pemerintahan Desa (Pemdes). Pemerintahan Desa mengemban

(6)

amanah yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan dan memenuhi kepentingan masyarakat setempat berdasarkan sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa juga dapat dikatakan sebagai suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau ketampakan dimuka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah- daerah lain.

Desa merupakan bagian dari satu kesatuan masyarakat hukum, sehingga berhak mengatur serta mengurus wilayahnya di bawah kekuasaan pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Negara telah mengakui keberadaan Pemerintahan Desa berdasarkan hak adat istiadat sesuai dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal serupa ditegaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Ketika berbicara tentang Desa, maka akan erat kaitannya dengan pelayanan yang diberikan pemerintah Desa kepada masyarakat setempat. Pelayanan dapat bervariasi indikatornya, seperti pelayanan administratif, kesehatan, dan lain-lain.

Pelayanan dilakukan semata-mata untuk memberi kemudahan bagi masyarakat dalam mengurus hal-hal penting, berupa pembuatan Kartu Keluarga, KTP, SKU dan sebagainya. Efektifitas dan efisiensi pelayanan dari pemerintah Desa sangat dibutuhkan bagi masyarakat, apalagi ketika dihadapkan pada situasi genting.

Di Indonesia sendiri penyelenggaraan pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang semakin strategis karena perbaikan pelayanan publik di negara ini cenderung berjalan di tempat, sedangkan implikasinya sebagaimana diketahui sangat luas karena menyentuh seluruh ruang-ruang kepublikan baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain (Mahsyar: 2011:82).

Pelayanan publik menjadi bagian yang penting diperhatikan dalam pembangunan otonomi, karena selain sesuai dengan dasar reformasi bidang pemerintahan, demikian pula berkaitan langsung dengan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat sudah menjadi tujuan utama dalam penyelenggaraan administrasi publik. Pelayanan publik yang baik merupakan hal

(7)

wajib dipenuhi pada setiap organisasi kerja baik Pemerintah maupun swasta.

Pelayanan publik yang maksimal tercermin dari sumberdaya yang mumpuni untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditetapkan. Jika hal-hal tersebut tidak menjadi pedoman maka pelayanan tidak mencerminkan harapan tentang pelayanan yang berkualitas yang didamba-dambakan oleh masyarakat (Botutihe, 2017 : 2)

Disamping itu, didalam pemerintahan Desa terdapat suatu bagian pemerintahan yang disebut Kepala Seksi Pemerintahan (Kasi Pemerintahan).

Kepala Seksi Pemerintahan merupakan perangkat Desa yang mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksana teknis yang ditugaskan membantu Kepala Desa sebagai tugas operasional dibidang pemerintahan Desa. Perangkat Desa yang dimaksud diatas harus betul-betul memperhatikan kegiatan kependudukan, administrasi yang ada di Desa yang telah ditetapkan oleh Camat seuai standar yang ditetapkan.

Adapun pelayanan publik di Desa Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli, menurut penuturan beberapa masyarakat masih ditemui adanya indikasi pelayanan publik yang belum berjalan maksimal, khususnya dalam pengurusan administrasi. Hal ini tercermin dari beberapa keluhan masyarakat, seperti masih ada yang belum memperoleh ketepatan waktu pelayanan. Terkadang ada juga yang ingin membuat surat-surat keterangan, tapi disuruh balik lagi esok hari karena pihak yang bersangkutan sedang tidak ada ditempat. Kemudian, masih kurangnya komunikasi antara aparat Desa dengan masyarakat. Misalnya banyak masyarakat yang ingin mengurus KK, KTP, surat domisili dan lain-lain ke kantor Desa tapi belum mengetahui syaratsyaratnya, sehingga masyarakat harus bolak-balik untuk mengambil syarat-syarat yang diperlukan. Hal-hal kecil seperti ini harus mendapatkan perhatian lebih, untuk memperoleh kepuasan masyarakat secara merata.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik dan berintegritas dalam melayani masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Kepala Seksi Pemerintahan Desa

(8)

Dalam Pelayanan Administrasi Di Kantor Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran Kepala Seksi Pemerintahan dalam memberikan pelayanan administrasi di Kantor Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli ?

2. Apa saja faktor penghambat yang dialami Kepala Seksi Pemerintahan dalam memberikan pelayanan administrasi di Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peranan Kepala Seksi Pemerintahan dalam memberikan pelayanan administrasi di Kantor Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat yang di alami Kepala Seksi Pemerintahan dalam memberikan pelayanan administrasi di Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi atau refrensi untuk menambah kumpulan pustaka mengenai peran Kepala Seksi Pemerintahan dalam melakukan pelayanan Administrasi di Kantor Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli .

2. Secara prakstis, penelitian ini dapat memberi informasi dan masukan yang bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa, instansi pemerintah, maupun masyarakat umum.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(9)

2.1 Peran

2.1.1 Pengertian Peran

Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki perandan fungsi dalam menjalankan kehidupan. Dalam melaksanakan perannya, setiap manusia memiliki cara atau sikap yang berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosialnya. Peran (role) adalah aspek dinamis dari kedudukan atau statusseseorang dan terjadi apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya (Soekanto, 2004). Hal demikian menunjukkanbahwa peran dikatakan telah dilaksanakan apabila seseorang dengankedudukan atau status tertentu telah melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Peran dapat dibagi dalam tiga cakupan, yaitu (Soekanto, 2004):

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atautempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalamarti merupakanrangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalamkehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individudalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang pentingbagi struktur sosial masyarakat.

Soejono Soekanto dalam buku yang berjudul sosiologi suatu pengantar (2012:212), menjelaskan pengertian peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti.

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa

(10)

yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

2.1.2 Jenis-jenis Peran

Peran terbagi dalam beberapa jenis, Soejono Soekanto menjelaskan beberapa jenis-jenis peran, yaitu:

1) Peranan dasar (role basic) yaitu peranan yang selalu penting didalam setiap situasi sosial maupun fisik. peran ini tidak dapat diubah.

2) Peranan umum (role generalized) yaitu suatu peranan yang mencangkup situasi yang sangat luas.

3) Peranan yang menjiwai (role internalized) yaitu peranan yang menjiwai diri seseorang.

2.1.3 Fungsi-fungsi Peran

Menurut J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2010:160) peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran itu sendiri adalah sebagai berikut:

a. Dapat memberikan arah kepada proses sosialisasi;

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan;

c. Dapat mempersatukan suatu kelompok atau masyarakat;

d. Dapat menghidupkan sistem pengendalian dan kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.

2.2 Pelayanan

2.2.1 Pengertian Pelayanan

Pelayanan pada dasarnya dapat di definisikan sebagai aktifitas seseorang, sekelompok atau organisasi baik langsung, maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan.Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia berusaha, baik melalui aktivitas sendiri, maupun secara tidak langsung

(11)

melalui aktivitas orang lain. Aktivitas adalah suatu proses penggunaan akal, pikiran, panca indera dan anggota badan dengan atau tanpa alat gbantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang) atau jasa. Menurut AS. Moenir, pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung (Moenir 2005:16). Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan phisik, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikologis (Agus Sulastiyono, 2002:41). Endar Sugiarto menyatakan pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien, penumpang dan lain-lain) yang tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun yang dilayani.

Menurut Moenir (2008:16) menyatakan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain secara langsung.Menurut Kotler dalam Sampara Lukman yang di kutip oleh Sinambela (2010:4) Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.Menurut Sampara yang di kutip oleh Sinambela (2010:5) pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediankan kepuasan pelanggan.

Pada dasarnya tujuan pelayanan adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;

(12)

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan;

3. Kodisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas;

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan public dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat;

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial;

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan.

Jika dihubungkan dengan administrasi publik, pelayanan adalah kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.Kata kualitas memiliki banyak defenisi yang berbeda dan bervariasi mulai dari yang konvensional hingga yang lebih strategis. Defenisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti kinerja, keandalan, mudah dalam penggunaan, estetika.Adapun defenisi dari strategis dinyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Menurut Kotler (2008:83), pengertian pelayanan yaitu setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Menurut Fandy Tjiptono (2012:4) pelayanan (service) bisa dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama, yakni service operations yang kerap kali tidak tampak atau tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan (back office atau backstage) dan service delivery yang biasanya tampak (visible) atau diketahui pelanggan (front office atau

(13)

frontstage). Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa di dalam pelayanan selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Pelayanan bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud.

Pengertian pelayanan dalam konteks Biro Perjalanan ialah memberikan pelayan sesuai dengan standar prosedur pelayanan yang ada.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan yang terdapat suatu usaha untuk membantu menyiapkan apa yang diperlukan orang lain. Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, dan merupakan suatu proses.

Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat. Pelayanan publik adalah segala pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau swasta kepada masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

Pelayanan masyarakat atau pelayanan yang dapat di bentuk sebagai jasa pelayanan prima, baik dalam bentuk barang yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di Desa.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan

Untuk menciptakan kepuasan pelanggan suatu perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen yang dianggap paling penting yang disebut “The Big Eight factors“ yang secara umum dibagi menjadi tiga kategori menurut Hannah and Karp (2007) sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan produk antara lain sebagai berikut.

a. Kualitas produk. Kualitas produk yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk produk. Sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.

b. Hubungan antara nilai dengan harga. Hubungan antara nilai dengan harga merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh

(14)

perbedaan antara nilai yang diterima oleh pelanggan dengan harga yang dibayar oleh pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan usaha.

c. Bentuk produk. Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang menghasilkan suatu manfaat.

d. Keandalan. Keandalan merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan antara lain sebagai berikut:

a. Jaminan. Suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian.

b. Respon dan cara pemecahan masalah. Response to and Remedy of Problems merupakan sikap dari karyawan dalam menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pelanggan.

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelian antara lain sebagai berikut:

a. Pengalaman karyawan. Pengalaman karyawan merupakan semua hubungan antara pelanggan dengan karyawan khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan pembelian

b. Kemudahan dan kenyamanan. Convenience of acquisition merupakan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk yang dihasilkannya.

(15)

2.2.2 Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu penyelenggara Negara/ pemerintah, penyelenggara perekonomian dan pembangunan, lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah, badanusaha/badan hukum yang diberi wewenang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik, badan usaha/badan hukum yang bekerjasama dan/ atau dikontrak untuk melaksanakan sebagaian tugas dan fungsi pelayanan publik dan masyarakat umum atau swasta yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik yang tidak mampu ditangani/dikelola oleh pemerintah/pemerintah daerah.

Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu

1. Organisasi pemberi (penyelenggara) pelayanan yaitu Pemerintah daerah, 2. Penerima layanan (pelanggan) yaitu orang atau masyarakat atau Organisasi

yang berkepentingan,

3. Kepuasan yang diberikan dan/atauditerima oleh penerima layanan (pelanggan).

Dengan demikian, pemerintah daerah dalam menjalankan monopoli pelayanan publik, sebagai regulator/pembuat peraturan (rule government/peraturan pemerintah) harus mengubah pola pikir dan kerjanya dan disesuaikan dengan tujuan pemberianotonomi daerah, yaitu memberikan dan meningkatkan pelayanan yang memuaskan masyarakat Untuk terwujudnya good governance, dalam menjalankan pelayanan publik, pemerintah daerah juga harus memberikan kesempatan luas kepada warga dan masyarakat, untuk mendapatkan akses pelayanan publik, berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, transparansi, akuntabilitas dan keadilan.

(16)

2.2.3 Standar Pelayanan Publik

Setiap Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan,sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan tugas danfungsinya dan bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima pelayanan dalamproses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat dan/atau penerima layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan.

Oleh karena itu perludisusun dan ditetapkan standar pelayanan sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik pelayanan yang diselenggarakan serta memperhatikan lingkungan. Dalam proses perumusan dan penyusunannya melibatkan masyarakat dan/ atau stakeholder lainnya (termasuk aparat birokrasi) untuk mendapatkan saran dan masukan dan membangun kepedulian dan komitmen Dalam Sinambela (2010: 6), secara teoritis tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :

1. Transparan

Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihakyang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

(17)

4. Partisipatif

Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat

5. Kesamaan Hak

Pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain.

6. Keseimbangan Hak Dan Kewajiban

Pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Di Indonesia sendiri di tetapkan Standar Pelayanan Publik menurut Keputusan Menteri PAN Nomor :63/KEP/M.PAN/7/2003, yang sekurang-kurangnya meliputi:

a. Prosedur pelayanan;

b. Waktu Penyelesaian c. Biaya Pelayanan d. Produk Pelayanan;

e. Sarana dan Prasarana

f. Kompetensi petugas pelayanan;

Disamping itu, persyaratan, pengawasan, penanganan pengaduan dan jaminan pelayanan bagi pelanggan perlu dijadikan materi muatan standar pelayanan publik.Penyusunan standar pelayanan publik, harus mempertimbangkan aspek kemampuan, kelembagaan dan aparat penyelenggara pelayanan, dan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat. Dengan harapan, agar standar pelayanan publik yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik,

(18)

terutama oleh para pelaksana operasional pelayanan yang berhadapan langsung dengan masyarakat, dimengeti dan diterima oleh masyarakat/ stakeholder.

2.3 Administrasi

2.3.1 Pengertian Adminstrasi

Ilmu administrasi pada dasarnya membicarakan fenomena kerja sama manusia untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Kita pahami bahwa banyak hal yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak mungkin didapat atau diperoleh tanpa bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan atau menggapai cita-cita misalnya, tentu individu memerlukan bantuan dan kerja sama dengan pihak lain.

Maju mundurnya sebuah bangsa atau negara amat bergantung pada baik buruknya administrasi.Menurut Charles A. Beard yang dikutip oleh Wirman Syafri (2012:2) mengatakan, “Tidak ada satu hal untuk abad modern sekarang ini yyang lebih penting dari administrasi.Kelangsungan hidup pemerintahan yang beradap dan bahkan kelangsungan hidup peradaban itu sendiri akan sangat tergantung dengan kemampuan kita untuk membina dan mengembangkan suatu.

2.3.2 Unsur-unsur Administrasi

Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, kelompok orang yang bekerja sama memerlukan seperangkat instrument yang saling terkait dan bersinergi.

Seperangkat instrument tersebut berwujud sejumlah unsure yang mutlak harus ada. Artinya tanpa adanya unsur-unsur tersebut, tujuuan yang telah ditetapkan atau yang dikehendaki tidak akan tercapai. Para sarjana ilmu administrasi tampaknya telah sepakat bahwa adanya unsur-unsur administrasi adalah sebagai berikut :

1. Organisasi Organisasi merupakan unsur utama bagi kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu karena organisasi merupakan wadah (tempat) pengelompokan orang dan pembagian tugas sekaligus tempat berlangsungnya berbagai aktivitas (proses) bagi

(19)

penvapaian tujuan. Sebagai wadah, organisasi berwujud kotak struktur yang menggambarkan hierarki, kedudukan dari orang-orang, pengelompokan orang dan pekerjaan, pola hubungan antar bagian atau unit yang ada. Organisasi sebagai proses menggambarkan berlangsungnya berbagai aktivitas dari kelompok orang dalam organisasi tersebut untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Manajemen Hakikat manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui orang lain. Oleh sebab itu, manajemen merupakan suatu rangkaian aktivitas menggerakkan kelompok orang dalam organisasi untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen.

Organisasi baru akan bermakna jika telah berlangsung proses manajemen.

3. Komunikasi Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan (informasi) dari seseorang (communicant) kepada orang lain (communicator) melalui suatu saluran/media (chanel). Kelompok orang yang tergabung dalam suatu organisasi perlu melakukan komunikasi dengan pihak lain (di dalam/luar organisasi) dalam usaha kerja sama mencapai tujuan tertenyu yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Kepegawaian Kelompok orang yang tergabung dalam proses kerja sama pada suatu organisasi hanya akan menjadi kumpulan orang yang tidak bermanfaat jika tidak dilakukan pengaturan-pengaturan tentang siapa mengerjakan apa. Rangkaian aktivitas menyusun dan mengatur pemanfaatan orang-orang (pegawai) yang diperlukan dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu merupakan aktivitas kepegawaian yang menjadi unsur penting dalam administrasi.

5. Keuangan Setiap tujuan yang ingin diraih memerlukan sejumlah uang (dana). Tanpa ketersediaan dana, sejumlah atau seluruh kebijakan dan program tidak akan terlaksana yang berarti pula tidak tercapainya tujuan. Unsur keuangan dalam administrasi merupakan rangkaian aktivitas yang berkaitan dengan segi-segi pembiayaan (keuangan) dalam usaha kerja sama pencapaian tujuan tertentu.

(20)

6. Perbekalan Selain organisasi, manajemen, komunikasi, kepegawaian, dan keuangan, perbekalan merupakan sumber daya penting untuk mendukung pencapaian tujuan tertentu.Perbekalan berupa sejumlah barang kebutuhan/peralatan yang diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Rangkaian aktivitas merencanakan, mengadakan, mengatur pemakaiannya, penyimpanan, pengendalian, perawatan, dan penghapusan barang-barang keperluan kerja dalam usaha kerja sama pencapaian tujuan tertentu merupakan kegiatan-kegiatan penting dalam administrasi.

7. Tata Usaha Tata usaha merupakan kegiatan pencataan, pengolahan, pengumpulan, pemberian nomor/kode surat, pengetikan, penggandaan, penyimpanan (pengarsipan), pengiriman, berbagai informasi yang diterima atau yang dikeluarkan oleh suatu organisasi/institusi dalam upaya kerja sama mencapai tujuan tertentu.

8. Hubungan Masyarakat Hubungan masyarakat (humas) merupakan salah satu upaya untuk menjaga eksistensi melalui penciptaan hubungan baik dan dukungan masyarakat sekeliling terhadap usaha kerja sama yang sedang dilakukan tersebut. Tanpa dukungan dan hubungan baik masyarakat sekeliling, tujuan tidak akan tercapai.

2.4 Desa

2.4.1 Pengertian Desa

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, Desa adalah subsistem pemerintahan daerah di bawah subsistem pemerintahan nasional.Desa adalah satuan administrasi pemerintahan terendah dengan hak otonomi berbasis asal usul dan adat istiadat.Untuk menjaga agar penyelenggaraan pemerintahan Desa maka perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintahan Desa.Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintah Desa adalah upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota kepada Desa agar penyelenggaraan pemerintahan Desa berjalan sesuai dengan tujuannya yaitu menciptakan kesejahteraan warganya.

(21)

Pembinaan administrasi Desa adalah kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka menyempurnakan dan memperbaiki penyelenggaraan administrasi pemerintahan Desa agar berjalan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan mencapai tujuan ( Nurcholis, 2011: 154). Menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa “Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat” (Widjaja, 2003: 3).

Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengartikan Desa sebagai berikut : “Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 12). Dalam pengertian Desa menurut Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 di atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah. Tujuan pembentukan Desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan.

(22)

2.5 Kepala Seksi Pelayanan Desa

Kepala Seksi Pemerintahan atau biasa disingkat Kasi Pemerintahan adalah perangkat Desa yang mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksana teknis yang ditugaskan membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional dibidang pemerintahan Desa. Dalam pengelolaan keuangan Desa, Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan Desa bertugas sebagai Pelaksana Kegiatan Anggaran (PKA) dalam struktur Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa (PPKD) sesuai bidang tugasnya.

Tugas Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan Desa Disamping tugas sebagaimana tersebut di atas, Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan Desa juga bertugas sebagai berikut:

1. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja sesuai bidang tugasnya

2. melaksanakan anggaran kegiatan sesuai bidang tugasnya 3. mengendalikan kegiatan sesuai bidang tugasnya

4. menyusun DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran), DPPA (Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran), dan DPAL (Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan) sesuai bidang tugasnya

5. menandatangani perjanjian kerja sama dengan penyedia atas pengadaan barang/jasa untuk kegiatan yang berada dalam bidang tugasnya; dan 6. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan sesuai bidang tugasnya untuk

pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

(23)

2.6 Penelitian Terdahulu

(24)

20

No Judul Penulis Hasil Penelitian

1

Peranan

Perangkat Desa dalam

Pelayanan Surat-Menyurat (Studi di Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana Tahun 2022)

Musdar, Samirudin Tarwan, Andi Syahrir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 jenis surat yang diuraikan terdapat 8 jenis surat yang terlaksana terdiri dari surat keterangan lahir, surat keterangan menikah, surat pengantar surat keterangan catatan kepolisian, surat keterangan domisili, surat pengantar perkawinan, surat keterangan belum menikah, surat keterangan tidak mampu dan surat permohonan kartu keluarga warga negara Indonesia.

2

Peranan Pemerintah Desa Dalam Memberikan Pelayanan Publik Di Desa Lae Pinang Kabupaten Dairi(2022)

Lesro Matua Sihombing

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dengan menggunkan indikator peranan dari teori dari Suhardono(2016) yaitu sebagai fasilitator, mobilisator,dan regulator sudah berjalan dengan baik dan sudah berpedoman terhadap tiga indikator yang ada,dan pemerintahan Desa Lae Pinang sudah melakukan peran nya. kemudian untuk faktor penghambat pemerintah Desa dalam memberikan pelayanan Publik kepada masyarakat di Desa Lae Pinang, Kabupaten Dairi yaitu masi kurang memadainya fasilitas penunjang dalam memberikan pelayanan Publik seperti kurang nya komputer,printer yang menyebabkan waktu dalam menyelesaikan urusan secara admnistratif membutuhkan waktu yang lama,kemudian ditambakan dengan kurang nya pengetahuan aparatur tentang penggunaan teknologi yang ada.

3

Peranan Kepala Desa Dalam Pelayanan

Jamin Potabuga

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan pemerintah terpilih dalam pelayanan publik

(25)

2.7 Kerangka Berpikir 1. Transparan

Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerimapelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif

Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak

Pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain.

6. Keseimbangan Hak Dan Kewajiban

Pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Dengan menggunakan teori ini diharapkan dapat mengukur tingkat pelayanan.

Dalam hal ini adalah Peran Kepala Seksi Pemerintahan Desa dalam Pelayanan Administrasi Di Kantor Desa Onowaembo Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

(26)

Tabel 2.1 kerangka berpikir

Peran Kepala Seksi Pemerintahan Desa Dalam Pelayanan Administrasi Di Kantor Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli

Teori pelayanan menurut Sinambela (2010:

6),yang memiliki beberapa indikator yaitu:

1. Transparan 2. Akuntabilitas 3. Kondisional 4. Partisipatif 5. Kesamaan Hak

6. Keseimbangan Hak Dan Kewajiban

Terwujudnya Pelayanan Yang Baik Di Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.. Menurut Sudarwan (2003) penelitian deskriptif mengungkapkan bahwa dimaksudkan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat suatu keadaan atau wilayah populasi tertentu yang bersifat faktual. Alasan memilih metode penelitian kualitatif adalah karena data yang akan diambil dapat memberikan data yang tidak terbatas. Jadi jika data dari sumber pertama kurang lengkap maka dapat dicari lagi dari sumber data yang lainnya.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, maka peneliti dapat memperoleh data dan informasi yang tepat terkait dengan tujuan penelitian ini. Dimana peneliti akan mendeskripsikan upaya-upaya pemerintah dalam mengatasi kegagalan atau kendala dalam proses program tersebut dilaksanakan, peneliti juga akan mendeskripsikan faktor penghambat selama program tersebut dilaksanakan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan berada di Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli.

3.3 Waktu Penelitian

Table 3.1 waktu penelitian

No Uraian Kegiatan Agst Sept Okt Nov Des Jan 202

3

2023 2023 2023 2023 2023 1 Penyusunan Proposal

2 Seminar Proposal 3 Perbaiki Proposal 4 Pengambilan Data

(28)

Penelitian

5 Penyusunan Skripsi 6 Seminar Hasil 7 Perbaikan Skripsi 8 Sidang Meja Hijau

3.4 Sumber Data

Informan penelitian merupakan orang yang mengetahui informasi mengenai objek yang sedang diteliti. Sumber dari penelitian ini merupakan dari hasil wawancara secara langsung yang sering disebut dengan narasumber.

Dalam penelitian ini mendapatkan sumber informasi yang terdiri dari informan kunci, informan utama dan informan tambahan. Informan dalam penelitian sebagai berikut:

a. Informan kunci

Informan kunci ialah orang-orang yang mengetahui serta memahami tentang informasi penting dalam hal permasalahan serta objek yang diteliti. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini ialah Kepala Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli

b. Informan utama

Informan utama merupakan orang-orang yang ikut serta dan mengalami secara langsung dengan objek yang akan diteliti. Adapun Informan utama dalam penelitian ini ialah merupakan Kepala Seksi Pemerintahan Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli.

c. Informan tambahan

Informan tambahan merupakan orang-orang yang benar-benar memberikan informasi maupun data meskipun mereka tidak ikut serta secara langsung dalam hal yang diteliti. Dalam penelitian ini yang

(29)

menjadi informan tambahan ialah Masyarakat Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data (Riduwan, 2012). Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2018) teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, jika peneliti tidak mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan dapat memperoleh data yang sesuai. Tanpa mengetahui strategi dalam mengumpulkan informasi, analisis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi ukuran informasi yang ditetapkan. Untuk mendorong mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,maka penulis menggunakan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dapat dikatakan melakukan pengamatan dan survey secara langsung ke lokasi penelitian dalam rangka mendapatkan informasi dari suatu yang akan diteliti. Sama seperti yang dikemukan oleh Menurut Nasution (Sugiyono, 2015) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Peneliti terlebih dahulu mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian yang bertempat di Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli.

2. Wawancara

Untuk penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan panduan wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan akurat untuk pengumpulan data wawancara tidak terstruktur akan dilakukan secara detail hingga memperoleh keterangan yang diharapkan oleh peneliti.

Menurut Pasalong (Pasolong, 2013) “wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung”. Namun

(30)

demikian wawancara juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang ada seperti telepon dan internet. Beberapa pertanyaan diajukan kepada berbagai pihak penting dan berkompeten dalam isu-isu dalam penelitian ini guna mendapatkan data yang tepat serta akurat.

Pertanyaan yang ditanyakan kepada informan yang berhubungan pengalaman informan, tanggapan informan, pengetahuan informan dan latar belakang informan yang memberikan infomasi terkait dengan hal yang ingin diteliti oleh peneliti (Sugiyono, 2013).

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan mencari informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan oleh sipeneliti yang terdiri dari catatan-catatan penting, transkrip, buku, dan lainnya. Dokumentasi ini menjadi bukti resmi yang harus dipertanggungjawabkan.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah metode mencari dan mengumpulkan informasi yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi secara efisien, dengan mengatur informasi ke dalam kategori, memecahnya menjadi unit-unit terpenting menjabarkan , mengaturnya ke dalam Desain, memilih apa yang penting dan apa yang akan dipelajari , dan menarik kesimpulan sehingga mudah dimengerti oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2019).

Teknik menganalisis data deskriptif kualitatif dalam (Sugiyono, 2019) ada beberapa langkah yaitu, sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan menekan pada hal yang paling utama dari data yang sudah diambil oleh peneliti atau hal-hal yang bersifat fokus dan penting untuk dicari inti pokok atau tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dalam proses ini berlangsung pada saat pertanyaan awal dimulai sampai dengan data penelitian terkumpul.

(31)

b. Penyajian Data

Sesudah data direduksi untuk langkah berikutnya yaitu penyajian data/

mendisplaykan data yang dibuat berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, yang dimana memilliki tujuan untuk memudahkan serta merencanakan kerja yang akan selanjutnya dilakukan berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan atau mengambil kesimpulan adalah usaha untuk menemukan makna, serta klarifikasi yang dilakukan terhadap informasi yang dianalisis dan dengan berusaha menemukan hal-hal yang vital.

Setelah informasi ditampilkan, keputusan/verifikasi akan dibuat yang membuat kesimpulan singkat yang semula kurang jelas menjadi lebih jelas dan poin demi poin, artinya meninjau ulang catatan yang diperoleh tidak valid untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Menurut Zuldafrial (2012:89) “keabsahan data merupakan padanan dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi penelitian kuantitatif dan disesuaikan dengan tuntunan pengetahuan, kreteria, dan paradigma sendiri”. Keabsahan data merupakan derajat kepercayaan atau kebenenaran hasil suatu penelitian. Menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Wijaya (2018), keabsahan data di dalam penelitian kualitatif, suatu realistis itu bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti semula.

Keabsahan data dapat dicapai dengan menggunakan proses pengumpulan data dengan teknik triangulasi data.

Menurut Sugiyono (2015:83) triangulasi data merupakan teknik pengumpulan data yang sifatnya menggabungkan berbagai data dan sumber yang telah ada.

Menurut Wijaya (2018:120-121), triangulasi data merupakan teknik pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Maka

(32)

terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibiltas suatu data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan pada data yang telah diperoleh dari berbagai sumber data seperti hasil wawancara, arsip, maupun dokumen lainnya.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibiltas suatu data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan pada data yang telah dipeoleh dari sumber yang sama menggunakan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari hasil observasi, kemudian dicek dengan wawancara.

3. Triangulasi Waktu

Waktu dapat mempengaruhi kredibilitas suatu data. Data yang dipeoleh dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar biasanya akan menghasilkan data yang lebih valid. Untuk itu pengujian kredibilitas suatu data harus dilakukan pengencekan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi pada waktu atau situasi yang berbeda sampai mendapatkan data yang kredibel.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Umum Desa Onowaembo

Desa Onowaembo adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli, yang menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Onowaembo, bahwa sebelum terbentuk satu pemerintah desa di wilayah ini, Onowaembo dulunya merupakan salah satu kampung dimana pada perkembangannya semakin hari jumlah penduduk semakin bertambah sehingga terbentuklah suatu wilayah Desa yang didasari atas program Pemerintah Daerah. Nama Desa Onowaembo diambil dari 2 (dua) suku kata bahasa Nias yaitu : Ono dan waembo/Faembo.

(33)

Ono artinya Anak atau Keturunan sedangkan Waembo/Faembo berarti berbincang-bincang/berbicara. Onowaembo berarti Pemukiman yang dihuni oleh keturunan yang memiliki keterampilan dalam bidang perbincangan atau berdialog dalam bermusyawarah.

4.1.2 Letak Geografis

4.1.2.2.1 Batas dan Luas Desa

Secara geografis Desa Onowaembo terletak di arah sebelah Barat Kota Gunungsitoli, dengan batas-batas sebagai berikut.

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Fadoro Lasara dan Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hilimbaruzo Kecamatan Gunungsitoli dan Desa Iraono Lase Kecamatan Gnugsitoli Alo’oa

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Madolaoli Kecamatan Gunungsitoli, Desa Fadoro Hilimbowo Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa dan Desa Tarakhaini Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa.

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sisarahili Sisambualahe dan Desa Niko’otano Kecamatan Gunungsitoli

Luas wilayah Desa Onowaembo ± 4,56 Km² (45,6 Hektar), dimana 75 % diantaranya berupa daratan yang berbukit-bukit dan 25 % dataran yang dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman serta lahan pertanian dan perkebunan.

4.1.2.2 Daftar Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam di Desa Onowaembo diuraikan dalam tabel berikut.

No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan

1 Lahan Kosong 4 Ha

2 Air Terjun 2 Lokasi

(34)

3 Batu bata 200.000 Buah/Tahun

4 Pasir 2.000 Kubik/Tahun

5 Lahan Material batu dan kerikil 40.000 Kubik/Tahun

6 Lahan Pertanian/Perkebunan 12 Ha

7 Tanah Timbun 3.000 Kubik/Tahun

8 Kolam Ikan 22 Unit

9 Kebun Karet 14 Ha

10 Peternakan Ayam Potong 15 Unit

11 Peternakan Babi 341 Ekor

12 Peternakan Ayam Kampung 6800 Ekor

4.1.2.3 Keadaan Demografi

Keadaan demografi Desa Onowaembo dapat di jelaskan melalui tabel berikut.

No.

Uraia n SDM

J/

K

Dusu n I

Dusun

II Dusun III

Dusun IV

Dusun

V Dusun

VI Total Ket

1. Pend uduk

L 135 169 172 77 53 98 704

Tahun 2017

P 156 175 155 74 63 102 725

Jm l

291 344 327 151 116 200 1429

2. Kepal a

66 89 80 28 28 50 341 Tahun

2017

(35)

Kelua rga

3. Jenis Pekerjaan Jumlah

a. PNS 48 Orang

b. TNI/Polri 7 Orang

c. Pertambangan dan Penggalian 92 Orang

d. Pertanian/Perikanan/Perkebunan 400 Orang

e. Jasa Angkutan 10 Orang

f. Pedagang 25 Orang

g. Wiraswasta 13 Orang

h. Ibu Rumah Tangga 213 Orang

i. Tukang Kayu 23 Orang

j. Rohaniawan 3 Orang

k. Industri Pengolahan

(perabot,penjahit,pengrajin,salon,bengkel)

30 Orang

l. Lain-lain 48 Orang

m. Tidak Bekerja 517 Orang

4. Umur / Usia

Jumlah

a. 0 – 5 341

b. 6 -12 205

c. 13 – 17 188

d. 18 – 25 314

e. 26 Tahun ke atas 381

(36)

5. Pendidikan

Jumlah

a. SD 205

b. SLTP 188

c. SLTA 314

d. Diploma- II/III 27

e. Starata-1 95

f. Pasca sarjana 3

g. Pra sekolah 341

h. Tidak tamat SD / Tidak Sekolah 256

6. Agama Jumlah

a. Protestan 1388

b. Katolik 41

c. Islam -

7. Penyandang Disabilitas 21

4.1.2.4 Sumber Daya Pembangunan

Sumber Daya Pembangunan di Desa Onowaembo dapat di uraikan pada daftar berikut.

N o

Uraian Sumber Daya Pembangunan Jumlah Satuan

1 Aset prasarana umum

a. Jalan Aspal 5,5 Km

(37)

b. Jalan Tanah 3,5 Km

c. Jalan Sirtu/base 1,5 Km

d. Jembatan 4 Unit

2 Aset Prasarana pendidikan dan Agama

a. Gedung PAUD 2 Unit

b. Gedung SD 2 Unit

c. Gedung SMP 1 Unit

d. Gereja 4 Unit

3 Aset prasarana kesehatan

a. Posyandu -

b. Polindes -

c. Puskesmas Pembantu 1 Unit

d. Sarana Air Bersih 1 Unit

e. Sumber mata air 9 Titik

4 Kelompok Usaha Ekonomi Produktif a. Jumlah Kelompok Usaha

b. Jumlah Kelompok Usaha yang sehat

4.2.1.5 Keadaan Sosial Budaya a. Sosial

Sejak dahulu dalam kehidupan masyarakat di Desa Onowaembo telah terjalin hubungan sosial antar warga yang tercermin dalam tradisi tolong- menolong, gotong-royong,musyawarah untuk mufakat dan kearifan lokal di segala aspek kehidupan masyarakat yang berjalan cukup efektif sehingga

(38)

dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok di tengah masyarakat.

b. Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi, yang terdiri dari unsur-unsur: adat, bahasa, kesenian, kekerabatan, kepercayaan, teknologi, dan mata pencaharian.

1) Bidang adat, masyarakat Onowaembo pada umumnya diberlakukan adat tradisi Laraga.

2) Bidang bahasa, masyarakat pada umumnya menggunakan bahasa utama daerah Nias sebagai alat komunikasi sehari-hari. Namun selain itu secara khusus di beberapa keluarga, ada juga yang memakai Bahasa Indonesia.

3) Bidang kesenian, ada beberapa bentuk seni yang masih membudaya dalam masyarakat, Seperti Maena, paduan suara (koor dan vokal grup), Fanari (fame afo, moyo, kreasi baru).

4) Bidang kekerabatan, masyarakat menganut sistem mengikuti garis keturunan.

5) Bidang Kepercayaan; pada umumnya masyarakat Onowaembo mayoritas memeluk agama Kristen Protestan dan selebihnya memeluk agama Katolik.

6) Bidang Teknologi; dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya segala aktivitas kerja baik itu bertani, bertukang dan bidang lainnya masih menggunakan teknologi tradisional. Selain itu ada juga sebagian warga yang sudah menggunakan alat-alat teknologi canggih seperti alat-alat elektronik dan sarana traansportasi.

(39)

7) Bidang mata pencaharian; masyarakat desa Onowaembo memiliki

beberapa profesi yang terdiri dari

PNS,TNI/POLRI,Pertambangan/penggalian, pertanian/perkebunan/perikanan,jasa

angkutan,pedagang,wiraswasta,tukang kayu,ibu rumah

tangga,rohaniawan,industri pengolahan

(perabot,penjahit,pengrajin,salon dan bengkel)

4.1.3 Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat Desa Onowaembo secara kasat mata terlihat jelas perbedaannya antara rumah tangga yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang dan kaya. Hal ini disebabkan karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda pula, dimana sebagian besar berusaha di sektor non formal seperti petani/pekebun,tukang dan lain lain serta sebagian kecil di sektor formal seperti PNS,RNI/Polri, tenaga Medis dan lainnya. Untuk dapat meningkatkan taraf hidup warga perlu perhatian dan upaya Pemerintah dalam membantu pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di sektor non formal dengan cara memberikan pelatihan,penyuluhan dan bantuan modal.

4.1.4 KONDISI PEMERINTAHAN DESA 4.1.4.1 Pembagian Wilayah Desa

Wilayah Desa Onowaembo dibagi menjadi 6 (enam) dusun dan masing–masing dusun tidak ada pembagian subwilayah secara khusus.

Disetiap dusun mempunyai wilayah pertanian dan perkebunan. Setiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun dan Saat ini pusat Pemerintahan Desa berada di Dusun II (dua) Onowaembo.

4.1.4.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

(40)

Struktur organisasi Desa Onowaembo Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli menganut sistem kelembagaan pemerintahan Desa dengan pola minimal yang disebut dengan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Desa. Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Selanjutnya Pemerintah desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa dalam menyelenggarakan Peemerintahan Desa dibantu oleh perangkat Desa.

Perangkat Desa sebagaimana dimaksud diatas terdiri atas :

a. Sekretariat Desa yang dipimpin oleh Sekretaris Desa dan dibantu unsur staf sekretariat yang bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi Pemerintahan Desa.

Unsur staf sekretariat dimaksud terdiri dari : 1. Kepala Urusan Umum

2. Kepala Urusan Keuangan 3. Kepala Urusan Program

b. Pelaksana Teknis yang merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional.

Unsur pembantu Kepala desa dimaksud terdiri dari : 1. Kepala Seksi Pemerintahan

2. Kepala Seksi Pembangunan 3. Kepala Seksi Kemasyarakatan

c. Pelaksana Kewilayahan yang merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai Satuan Tugas Kewilayahan. Satuan tugas kewilayahan

(41)

dimaksud selanjutnya disebut dengan Dusun yang dipimpin oleh seorang Kepala Dusun.

Kepala Dusun dimaksud terdiri dari : 1. Kepala Dusun I 2. Kepala Dusun II 3. Kepala Dusun III 4. Kepala Dusun IV 5. Kepala Dusun V 6. Kepala Dusun VI

Selengkapnya Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Onowaembo disajikan dalam gambar sebagai berikut :

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

- - -- - - -

BPD KEPALA DESA

SEKRETARIAT DESA SEKRETARIS DESA

KEPALA URUSAN

UMUM

KEPALA URUSAN KEUANGAN

KEPALA URUSAN PROGRAM

(42)

---

Keterangan

--- : Garis Koordinasi : Garis Komand

KEPALA SEKSI KEMASYARAKATAN KEPALA

SEKSI PEMERINTAHAN

KEPALA DUSUN

II KEPALA

DUSUN I

KEPALA DUSUN

VI KEPALA

DUSUN V KEPALA

DUSUN IV KEPALA

DUSUN III KEPALA SEKSI PEMBANGUNAN

(43)

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Peran Kepala Seksi Pemerintahan dalam memberikan pelayanan administrasi di Kantor Desa Onowaembo Kecamatan Gunung Sitoli Kota Gunung Sitoli

Kepala Seksi Pemerintahan berperan sebagai bagian integral dari struktur hierarkis dalam birokrasi desa, bertanggung jawab dalam pengelolaan administrasi desa yang melibatkan berbagai aspek penting dalam tata kelola pemerintahan. Sebagai bagian dari struktur birokrasi, posisinya terletak di tingkat yang lebih rendah, namun memiliki peran yang signifikan dalam menjalankan fungsi administratif.

Kepala Seksi Pemerintahan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan berbagai kegiatan administratif desa sesuai dengan ketentuan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah desa serta peraturan yang berlaku. Hal ini mencakup pengelolaan dokumen- dokumen penting desa, pembuatan surat-surat resmi, serta pencatatan dan pelaporan data penduduk.

Selain itu, Kepala Seksi Pemerintahan juga bertanggung jawab untuk memastikan penerapan aturan dan prosedur yang berlaku dalam setiap kegiatan administratif desa. Ini mencakup penegakan kepatuhan terhadap regulasi pemerintah dan hukum yang berlaku, serta memastikan bahwa semua proses administrasi dilakukan dengan transparansi, akuntabilitas, dan integritas yang tinggi.

Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Seksi Pemerintahan juga perlu bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, baik itu pemerintah daerah, lembaga pemerintah pusat, maupun instansi swasta, untuk memastikan bahwa semua kegiatan administrasi desa berjalan dengan lancar dan efisien.

Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menggunakan teori menurut Teori pelayanan menurut Sinambela (2010: 6), yang memiliki beberapa indikator yaitu: transparan, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak Dan kewajiban. Maka dari indikator

(44)

kinerja tersebut dapat dilihat mengenai pelaksanaan yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

1. Transparan

Konsep transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejelasan dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. Ini mencakup ketersediaan informasi yang mudah diakses oleh masyarakat tentang kebijakan, prosedur, dan hasil dari pelayanan yang disediakan. Dalam konteks pemerintahan dan administrasi publik, transparansi menciptakan lingkungan di mana semua informasi yang relevan tersedia untuk umum tanpa pengecualian atau pembatasan yang tidak jelas.

Prinsip ini mendorong adanya akuntabilitas dan partisipasi publik yang lebih besar, karena masyarakat memiliki akses yang lebih baik untuk memantau kinerja pemerintah dan menyampaikan masukan atau kritik terhadap kebijakan dan keputusan yang dibuat. Dengan kata lain, transparansi memastikan bahwa proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah terbuka untuk pemeriksaan dan evaluasi publik. Ini menciptakan dasar untuk kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan institusi publik, serta mempromosikan integritas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dengan meningkatkan aksesibilitas informasi, transparansi juga membantu mengurangi potensi penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi dalam pemerintahan.

Peneliti melakukan wawancara terhadap Bapak kepala desa di Desa Onowaembo guna mengetahui tentang bagaimana peran kepala seksi pemerintahan dalam memberikan pelayanan administrasi untuk meningkatkan transparansi, Bapak menerangkan kepada peneliti (wawancara 16 April 2024 Pukul 10:20 WIB).

“dapat dikatakan pelayanan administrasi di desa Onowaembo sudah terpenuhi dengan baik karena vasilitas cukup memadai dan masing- masing menguasai bidangnya.”

Sejalan dengan yang disampaikan oleh kepala desa, sekretaris desa 16 April 2024 pukul 12 : 07 pun menyampaikan hal yang sama;

(45)

“sangat bagus karena semua aparatur desa selalu berusaha dalam meningkatkan dan memanfaatkan sistem pelayanan dan penyesuaian sarana, prasarana serta fasilitas layanan guna meningkatkan kapabilitas aparatur desa”

Peneliti juga mewawancarai masyarakat guna mendapatkan informasi mengenai pelayanan administrasi di desa Onowambe menyatakan bahwa;

“Pelayanan administrasi di desa Onowambe sudah baik karena sitem pengurusannya yang sudah online mempermudah masyarakat”

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan konsep yang menegaskan tanggung jawab dan kewajiban untuk bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Konsep ini mencakup pertanggungjawaban terhadap masyarakat yang dilayani serta terhadap otoritas atau lembaga yang berwenang. Dalam konteks pemerintahan dan administrasi publik, akuntabilitas menuntut bahwa para pemegang kekuasaan dan penyelenggara pelayanan publik harus mempertanggungjawabkan tindakan dan keputusan mereka kepada publik dan lembaga-lembaga yang memiliki wewenang pengawasan.

3. Kondisional

Konsep kondisional mengacu pada prinsip bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang dilayani. Ini mencakup fleksibilitas dan adaptabilitas dalam menyediakan solusi yang efektif sesuai dengan konteks yang berbeda.

Dalam konteks administrasi publik, prinsip kondisional menekankan pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan preferensi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan.

Hal ini mencakup pemahaman yang mendalam tentang kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan geografis dari masyarakat yang dilayani. Penyedia

(46)

pelayanan publik harus mampu menyesuaikan diri dengan beragam situasi dan tantangan yang mungkin dihadapi dalam konteks yang berbeda.

Dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan yang spesifik dari masyarakat yang dilayani, pelayanan publik dapat menjadi lebih responsif dan efektif dalam memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat. Prinsip kondisional juga mendorong inovasi dan peningkatan berkelanjutan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, karena menyesuaikan diri dengan perubahan dan dinamika yang terjadi dalam masyarakat.

4. Partisipatif

Pelayanan administrasi desa yang partisipatif melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan penyelenggaraan layanan. Dalam konteks ini, partisipasi masyarakat dianggap penting untuk memastikan bahwa kebijakan dan layanan yang disediakan oleh pemerintah desa sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka. Partisipasi dapat berupa memberikan masukan, menyampaikan aspirasi, atau bahkan turut serta dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, pelayanan administrasi desa dapat lebih responsif, akuntabel, dan relevan dengan kebutuhan lokal.

5. Kesamaan Hak

Prinsip kesamaan hak dalam pelayanan administrasi desa menekankan bahwa setiap warga desa memiliki hak yang sama untuk memperoleh layanan yang berkualitas dan adil tanpa diskriminasi atau perlakuan yang tidak adil. Hal ini berarti bahwa pemerintah desa harus memberikan layanan yang sama kepada semua warga, tanpa membedakan suku, agama, gender, atau status sosial ekonomi. Prinsip ini penting untuk menjaga keadilan dan kesetaraan dalam akses terhadap layanan administrasi desa serta memastikan bahwa semua warga dapat merasakan manfaat dari pelayanan yang disediakan.

6. Keseimbangan Hak Dan Kewajiban

(47)

Konsep keseimbangan hak dan kewajiban dalam pelayanan administrasi desa menekankan bahwa setiap warga desa memiliki hak untuk memperoleh layanan yang berkualitas, namun juga memiliki kewajiban untuk mematuhi aturan dan prosedur yang berlaku serta mendukung penyelenggaraan pelayanan. Ini berarti bahwa pemerintah desa harus menjaga keseimbangan antara memberikan hak kepada warga dan menegakkan kewajiban yang harus dipenuhi oleh warga. Dengan memastikan keseimbangan ini, pelayanan administrasi desa dapat berjalan dengan efisien dan berdampak positif bagi seluruh masyarakat.

Melalui penerapan prinsip-partisipatif, kesamaan hak, dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam pelayanan administrasi desa, diharapkan bahwa masyarakat akan mendapatkan layanan yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan mereka, serta terciptanya hubungan yang harmonis antara pemerintah desa dan masyarakat.

4.2.2 Faktor penghambat yang dialami Kepala Seksi Pemerintahan dalam memberikan pelayanan administrasi

Pelayanan administrasi desa merupakan upaya pemerintah desa untuk memberikan layanan yang berkaitan dengan proses administratif kepada masyarakat di tingkat lokal. Hal ini mencakup berbagai jenis layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan administratif sehari- hari masyarakat di desa.

(48)

BAB V

KESIMPULAN

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan dan Taylor. 2012. Prosedur Penelitian. Dalam Moleong. Pendekatan Kualitatif. (him. 4). Jakarta: Rineka Cipta.

Botutihe Nuzlan, “Analisis Efektivitas Pelayanan Publik Pada Rumah Sakit Aleo Seboe Provinsi Gorontalo” Jurnal Ilmu Administrasi,Vol 6 No.1,2017.Hlm. 2.

Mahsyar, Abdul. (2011). Masalah Pelayanan Publik di Indonesia dalam Perspektif Administrasi Publik. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 82-84.

Nurcholis, Hanif. 2012. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa.

Jakarta: Erlangga. Nurcholis, Hanif. 2005. Pemerintahan dan Otonomi Desa. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Sinambela, Lijan Poltak, dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara

Sudarwan danim. 2010 . Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:

CV.Alfabeta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D). Bandung:

Penerbit Alfabeta

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.Alfabeta

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:

Gambar

Tabel 2.1 kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyusun dalam 5 BAB dengan sistematika sebagai berikut: bab 1 pendahuluan meliputi latar belakang penelitian, perumusan

KONTEN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB II RISET Tema Riset Fokus Riset Ketentuan dan Komponen Bantuan. Dana

Latar Belakang Penelitian

Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang yang menjelaskan perpustakaan dan gallery universitas fakultas desain, rumusan masalah dalam merancang interior

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak

KERANGKA PROPOSAL PENELITIAN Halaman Judul Halaman Pengesahan Ringkasan Summary Prakata Daftar Isi Daftar Tabel* Daftar Gambar* Daftar Lampiran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penekukan pipa bending, biasanya banyak sekali dilakukan untuk membuat komponen-komponen seperti yang ada dibengkel pipa dan plat

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan Darah merupakan upaya dalam pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai tujuan kemanusiaan bukan untuk