PERILAKU AGRESIVITAS PADA SISWA/SISWI KORBAN KDRT DI SMK YABUJAH
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi (S-1) Fakultas Ekonomi dan Sosial
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
TUTINIH 212303110
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2024
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
SMK Yabujah Segeran merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan perilaku siswa. Sebagai lembaga pendidikan yang mengutamakan perkembangan akademik dan keterampilan, sekolah ini juga berfungsi sebagai tempat bagi siswa untuk mengembangkan sikap sosial, emosional, dan perilaku mereka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Beberapa siswa di SMK Yabujah Segeran telah melaporkan mengalami permasalahan keluarga yang melibatkan kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan yang dialami di rumah sering kali mengganggu konsentrasi dan prestasi belajar mereka di sekolah. Dampaknya tidak hanya terlihat dari segi akademis, namun juga dalam perkembangan karakter dan hubungan sosial mereka dengan teman-teman serta guru.
Kekerasan dalam rumah tangga didefinisikan sebagai tindakan kekerasan fisik, emosional, psikologis, seksual, atau ekonomi yang dilakukan oleh satu anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2023), KDRT adalah segala bentuk kekerasan yang terjadi dalam konteks hubungan keluarga atau intim, yang bertujuan untuk mengontrol, mengintimidasi, atau menghukum pasangan atau anggota keluarga lainnya. KDRT sering kali tidak hanya berdampak pada korban secara langsung, tetapi juga memiliki efek jangka panjang pada kesehatan mental dan fisik mereka.
Menurut data yang dilaporkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), jumlah perempuan yang menjadi korban kekerasan di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 25.050 menunjukkan peningkatan sebesar 15,2% dibanding tahun sebelumnya tercatat 21.753 kasus (Yudanti, 2023). Masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan isu serius ini dapat berpengaruh luas, termasuk pada anak-anak atau remaja yang menjadi saksi atau korban KDRT.
Menurut (Suri, 2023) anak yang menjadi korban KDRT akan mengalami traumatis yang bisa memicu perubahan dalam kondisi psikologis dan pandangan terhadap orang tuanya. Isu sosial yang tersebar luas ini mempengaruhi orangorang dari beragam latar belakang tidak soal jenis kelamin, kebangsaan, atau pendidikan dan mencakup perundungan terhadap anak-anak dan remaja, kekerasan terhadap pasangan, dan perundungan terhadap para lansia dalam lingkup keluarga (Ribeiro et al.
2022). Salah satu dampak yang dapat timbul adalah stres pada siswa yang mengalami KDRT di lingkungan rumahnya. Anak yang mengalami KDRT seperti mendengar, menyaksikan, dan mengalami kekerasan dalam lingkup keluarga berdampak timbulnya pengaruh negatif terhadap anak (Tulangow, 2022). Stres tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional, psikologis, dan akademis siswa. Dalam beberapa kasus, siswa yang menjadi korban KDRT mungkin menghadapi tantangan tambahan dalam mengelola stres mereka karena mereka terpapar pada lingkungan yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendukung. Kondisi ini
dapat menciptakan beban tambahan bagi perkembangan psikososial mereka (Wardhani, 2021).
Hal ini menjadi perhatian yang perlu segera diatasi, mengingat pentingnya peran sekolah dalam mendukung perkembangan siswa yang sehat secara fisik, kekerasan dalam rumah tangga dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan remaja, mempengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi di lingkungan sosial dan pendidikan. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan sering kali menunjukkan perilaku agresif, kecemasan, dan kesulitan dalam mengelola emosi. Oleh karena itu, intervensi yang tepat sangat diperlukan untuk membantu siswa korban KDRT agar dapat meminimalkan dampak negatif tersebut.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah salah satu bentuk kekerasan yang melibatkan anggota keluarga sebagai pelaku dan korban, yang sering kali memberikan dampak jangka panjang, baik secara fisik maupun psikologis, terhadap anak-anak yang menjadi korban atau saksi.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kekerasan seringkali memunculkan perilaku agresif.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan permasalahan serius yang sering kali mempengaruhi kesehatan mental dan fisik korban, terutama pada anak-anak dan remaja yang tinggal bersama pelaku kekerasan. Dampak KDRT terhadap anak-anak sangat beragam, termasuk gangguan emosi, gangguan perilaku, dan munculnya perilaku agresif.
Remaja yang menjadi korban KDRT sering mengalami kesulitan dalam mengelola emosi mereka, yang bisa berujung pada perilaku agresif, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan masalah serius yang tidak hanya berdampak pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak yang menjadi korbannya. Menurut data dari Dewan Perlindungan Anak (DPA) dan Komnas Perlindungan Anak (KPA), angka kekerasan terhadap anak terus meningkat. Menurut data terbaru dari Komnas Perlindungan Anak (2023), sekitar 40% dari anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan KDRT menunjukkan penurunan signifikan dalam prestasi akademis, serta kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal yang sehat. Data ini menunjukkan betapa pentingnya intervensi yang tepat agar dampak negatif dari KDRT dapat diminimalkan, khususnya dalam konteks pendidikan.
Perilaku Agresivitas yang muncul akibat pengalaman tersebut dapat merusak interaksi sosial siswa di sekolah dan mempengaruhi prestasi akademik serta keterampilan sosial mereka. pada remaja sering kali dianggap sebagai salah satu respons terhadap kekecewaan dan stres yang dialami, dan bagi siswa korban KDRT, ini bisa menjadi mekanisme koping untuk mengatasi rasa sakit emosional mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Finkelhor (2023), anak-anak yang hidup dalam lingkungan kekerasan di dalam rumah tangga cenderung lebih sulit mengatur emosi mereka dan lebih rentan menunjukkan perilaku agresif. Selain itu, menurut Cohen dan Sandy (2023), sekolah memiliki peran yang sangat penting
dalam mengidentifikasi siswa yang berpotensi mengalami masalah psikologis dan perilaku agresif, serta menyediakan dukungan yang diperlukan.
Dari Penjelasan diatas Smk Yabujah Segeran, sebagai lembaga pendidikan, memiliki tantangan besar untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi siswa yang mungkin membawa beban psikologis akibat pengalaman KDRT. Pentingnya untuk dilakukan penelitian mengenai fenomena ini untuk memahami sejauh mana pengalaman sebagai korban KDRT berkontribusi pada perilaku agresif siswa, untuk memahami akar permasalahan dan factor-faktor yang berkontribusi pada perilaku agresif mereka disekolah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam merumuskan strategi intervensi di sekolah, baik dalam bentuk dukungan konseling, pendampingan psikologis, maupun pembentukan lingkungan sekolah yang lebih suportif dan peduli terhadap kondisi psikologis siswa/siswi, dengan demikian, sekolah juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung untuk membantu siswa mengatasi dampak KDRT dan mengurangi perilaku agresif.
B. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku agresif yang ditunjukkan oleh siswa SMK YABUJAH Segeran yang memiliki riwayat KDRT.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif pada siswa tersebut.
3. Mengevaluasi upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam menangani siswa yang menunjukkan perilaku agresif akibat KDRT.
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu psikologi pendidikan, khususnya dalam memahami perilaku agresivitas pada siswa/siswi yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
a) Pemahaman tentang Pola Agresivitas
Penelitian ini dapat membantu memperkaya teori-teori mengenai penyebab dan bentuk agresivitas, terutama pada remaja yang mengalami KDRT. Hal ini dapat memperluas pengetahuan terkait faktor-faktor psikologis dan lingkungan yang mempengaruhi perilaku agresif pada remaja.
b) Teori Kesehatan Mental Remaja Korban KDRT
Penelitian ini akan menjadi referensi bagi pengembangan teori dan studi lebih lanjut mengenai dampak KDRT pada kesehatan mental dan perkembangan perilaku siswa.
Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung pemahaman lebih mendalam dalam pendekatan psikologis, khususnya dalam kajian kesehatan mental remaja korban KDRT.
c) Pengembangan Teori Penanganan dan Pencegahan
Penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan teori yang berkaitan dengan intervensi atau penanganan agresivitas di kalangan remaja yang menjadi korban KDRT. Hasilnya dapat menjadi dasar untuk merumuskan program pencegahan dan pemulihan yang lebih efektif dan efisien.
2. Manfaat Praktis
Selain kontribusi teoritis, penelitian ini juga diharapkan memiliki manfaat praktis sebagai berikut:
a) Bagi Pendidik dan Tenaga Kesehatan Sekolah
Dengan mengetahui dampak KDRT terhadap perilaku agresivitas siswa, pendidik dan tenaga kesehatan di sekolah dapat lebih peka terhadap gejala-gejala perilaku agresif yang muncul pada siswa yang mungkin menjadi korban KDRT. Hal ini akan membantu mereka dalam menentukan pendekatan yang tepat dalam menangani siswa tersebut.
b) Bagi Orang Tua dan Keluarga
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan edukasi bagi orang tua dan keluarga untuk lebih memahami dampak buruk dari KDRT terhadap perkembangan psikologis anak. Orang tua yang menyadari hal ini diharapkan akan
memperbaiki pola komunikasi dan pola asuh dalam keluarga, sehingga dapat mengurangi potensi perilaku agresif pada anak.
c) Bagi Konselor dan Psikolog Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi panduan bagi konselor dan psikolog di sekolah dalam memberikan layanan konseling dan bimbingan yang tepat bagi siswa yang menjadi korban KDRT.
Dengan demikian, konselor dapat membantu siswa mengelola emosi serta mengurangi perilaku agresif yang mungkin muncul sebagai dampak dari trauma yang dialaminya.
d) Bagi Pihak Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun kebijakan atau program pendukung seperti seminar, pelatihan pengendalian emosi, atau dukungan psikologis bagi siswa yang mengalami kesulitan di rumah. Dengan adanya kebijakan ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan nyaman bagi seluruh siswa.
e) Bagi Pemerintah dan Lembaga Sosial
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang perlunya kebijakan dan dukungan yang lebih kuat terhadap perlindungan anak, khususnya bagi korban KDRT. Pemerintah dan lembaga sosial dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk merancang program intervensi atau rehabilitasi bagi anak-anak yang mengalami kekerasan di rumah tangga.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian sebelumnya penelitian yang membahas tentang perilaku agresivitas sudah banyak diteliti sebelumnya, namun sejauh peneliti mencari referensi judul yang peneliti jadikan penelitian masih sedikit yang membahas dan belum ada judul yang sama persis dengan judul yang diambil. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain:
E. Keaslian Topik
Pada penelitian sebelumnya banyak yang menggunakan lebih dari satu variabel. Sedangkan penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu Perilaku Agresivitas pada siswa/siswi korban kdrt di smk yabujah.
F. Keaslian Teori
Pada penelitian ini menggunakan teori Perilaku Agresivitas dari zhang (2023) Perilaku agresivitas didefinisikan sebagai tindakan yang bermaksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. agresivitas pada remaja sering kali muncul sebagai respons terhadap ketegangan emosional atau lingkungan yang kurang mendukung, seperti kekerasan di rumah atau tekanan akademik di sekolah.
G. Keaslian Alat Ukur
Pada penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi dalam pengambilan data. Sedangkan pada peneliti-penelitian sebelumnya menggunakan skala. Moleong (2018) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif berusaha memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik (utuh) dengan mendeskripsikan kata-kata dan bahasa dalam konteks alam yang khusus dengan memanfaatkan berbagai metode alam yang memberikan gambaran tentang keunikannya. Metode penelitian kualitatif dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memahami atau mengetahui fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian.
H. Keaslian Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil subjek siswa/siswi agresif yang mengalami kdrt. Sedangkan penelitian terdahulu menggunakan subjek yang berbeda seperti pasangan muda, dewasa yang mengalami kdrt.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Definisi Perilaku Agresivitas
Perilaku agresivitas didefinisikan sebagai tindakan yang bermaksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut Zhang (2023), agresivitas pada remaja sering kali muncul sebagai respons terhadap ketegangan emosional atau lingkungan yang kurang mendukung, seperti kekerasan di rumah atau tekanan akademik di sekolah. Studi lain oleh Choi (2022) mendefinisikan perilaku agresif sebagai ekspresi dari rasa frustasi dan kurangnya kontrol diri, yang dapat berupa tindakan verbal atau fisik yang mengganggu individu lain di sekitarnya.
2. Aspek Perilaku Agresivitas
Menurut Anderson dan Bushman (2023), agresivitas terdiri dari beberapa aspek, termasuk:
a. Agresi Fisik: Tindakan menyerang secara fisik, seperti memukul atau mendorong.
b. Agresi Verbal: Ungkapan berupa kata-kata kasar, penghinaan, atau ancaman yang bertujuan menyakiti perasaan orang lain.
c. Agresi Tidak Langsung: Perilaku yang dilakukan secara tersembunyi, seperti menyebarkan gosip atau sabotase, untuk menyakiti secara sosial.
d. Agresi Instrumental: Tindakan agresif yang bertujuan mencapai sesuatu, seperti dominasi sosial atau keuntungan tertentu.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresivitas
Berdasarkan penelitian terbaru, beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada remaja adalah:
a. Faktor Biologis: Hormon, seperti testosteron, dan struktur otak (misalnya, korteks prefrontal yang kurang berkembang) berperan dalam regulasi emosi dan impulsifitas, yang sering terkait dengan perilaku agresif (Archer & Coyne, 2023).
b. Faktor Psikologis: Resiliensi dan harga diri ditemukan memiliki hubungan negatif dengan perilaku agresif. Remaja dengan harga diri rendah lebih rentan terhadap agresi sebagai cara mengatasi rasa tidak aman (Geng,2023).
c. Faktor Sosial dan Lingkungan: Kehidupan keluarga yang disfungsional, paparan kekerasan di rumah, serta pola asuh yang keras dan minim dukungan emosional berkontribusi signifikan pada peningkatan perilaku agresif. Remaja yang menyaksikan atau mengalami kekerasan di rumah cenderung meniru perilaku agresif tersebut di luar rumah (Walker, 2023).
d. Pengalaman Kekerasan dan Trauma: Remaja yang pernah mengalami kekerasan, baik fisik maupun emosional, cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk berperilaku agresif. Lingkungan
yang tidak aman atau penuh tekanan dapat memperkuat kecenderungan ini (Evans, 2023).
e. Pengaruh Media dan Teknologi: Paparan pada konten kekerasan di media sosial atau video game dapat memengaruhi persepsi remaja tentang kekerasan sebagai tindakan yang dapat diterima, terutama bila terjadi dalam lingkungan tanpa pengawasan yang memadai (Bushman, 2023).
Setiap faktor ini menunjukkan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam menangani agresivitas remaja, termasuk program yang memperkuat keterampilan pengelolaan emosi dan menyediakan lingkungan yang suportif bagi perkembangan sosial mereka.
B. Kerangka Konseptual
Siswa yang mengalami KDRT di lingkungan keluarga berpotensi menunjukkan perilaku agresif di lingkungan sekolah, terutama pada fase remaja. Agresivitas ini seringkali merupakan bentuk penyesuaian atau respons terhadap pengalaman negatif yang dialami di rumah, seperti trauma, ketidakamanan, dan kurangnya dukungan emosional (Anderson &
Bushman, 2023). Lingkungan yang tidak kondusif dalam keluarga bisa mempengaruhi perkembangan psikologis anak dan memunculkan perilaku maladaptif yang terbawa hingga ke sekolah.
Berdasarkan teori belajar sosial (Bandura, 1977), perilaku agresif bisa dipelajari melalui pengamatan atau imitasi. Siswa yang melihat kekerasan dalam rumah tangga dapat meniru perilaku tersebut sebagai cara untuk menghadapi konflik atau mengungkapkan perasaan. Selain itu, teori trauma perkembangan menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami trauma cenderung memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosi dan menunjukkan perilaku agresif sebagai bentuk pertahanan diri (Crick &
Dodge, 2023).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas pada Siswa Korban KDRT:
Lingkungan Keluarga: KDRT dan pola asuh yang penuh kekerasan dapat memperburuk emosi negatif dan memperkuat kecenderungan agresif siswa (Margolin & Gordis, 2000).
Kondisi Psikologis Siswa: Tingkat stres, rendahnya kontrol diri, dan rendahnya harga diri yang disebabkan oleh pengalaman KDRT berperan dalam memunculkan agresivitas pada siswa (Berkowitz, 2022).
Pengaruh Sosial: Lingkungan sekolah yang tidak menyediakan dukungan emosional atau bimbingan yang cukup dapat meningkatkan rasa frustrasi dan memperkuat perilaku agresif (Huesmann, 2023).
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku agresif yang ditunjukkan oleh siswa SMK YABUJAH Segeran yang memiliki riwayat KDRT?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif pada siswa tersebut?
3. Upaya apa yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam menangani siswa yang menunjukkan perilaku agresif akibat KDRT?
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Metode analisis dalam penelitian ini yaitu menggunakan Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif dari Milles dan Huberman (Sugiyono, 2019) yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, untuk uji kredibilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan member check.
Ini bisa mencakup respons emosional siswa, strategi coping, dan dampak KDRT pada perilaku mereka di sekolah. Pendekatan kualitatif ini memungkinkan eksplorasi mendalam mengenai bagaimana siswa memaknai pengalaman mereka dan bagaimana hal itu mempengaruhi perilaku mereka.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Smk Yabujah segeran, indramayu jawa barat.
C. Partisipan Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa di SMK Yabujah Segeran yang menunjukkan perilaku agresif dan diduga merupakan korban KDRT.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara semi terstruktur dan observasi serta beberapa data tambahan
berupa dokumentasi seperti foto dan video Data yang diperoleh terdiri dari data primer maupun sekunder.
1. Wawancara
Menurut Sugiyono (2019) metode wawancara semi terstruktur memiliki tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-ide dalam wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
2. Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi partisipasi pasif, menurut Sugiyono (2019) observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik. Observasi dilakukan untuk mendapat informasi yang lebih akurat, baik berupa tempat, (ruang), pelaku, objek, kegiatan, perbuatan atau peristiwa.
Moleong (2018) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif berusaha memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh) dengan mendeskripsikan kata-kata dan bahasa dalam konteks alam yang khusus dengan memanfaatkan berbagai metode alam yang memberikan gambaran tentang keunikannya. Metode penelitian kualitatif dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memahami atau mengetahui fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian. Penelitian dari Yusanto (2019) menyatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki ragam pendekatannya tersendiri, sehingga para peneliti
dapat memilih dari ragam tersebut untuk menyesuaikan objek yang akan ditelitinya.
1. Data Primer
Data primer adalah data utama yang didapatkan dari dokumen terkait, wawancara, pengamatan atau observasi dan catatan lapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung data primer seperti dokumen-dokumen tertulis (dokumen partisipan yang berupa tulisan dan merupakan dokumen peristiwa yang sudah berlalu) atau wawancara dengan significant other.
E. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2019). Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban, yang diwawancarai. Namun jika jawaban yang didapat terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, melanjutkan pertanyaan lagi, sampai diperoleh data yang dianggap sesuai. Aktivitas dalam analisis data, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, yang disebut dengan Analisis Data Model Miles and Huberman (Sugiyono, 2019).
1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dengan wawancara, observasi. dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (triangulasi). Pada awal peneliti melakukan penjelajahan secara umum terhadap situasi sosial obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan didengar direkam semua. Dengan demikian peneliti akan memperoleh data yang sangat banyak dan sangat bervariasi (Sugiyono, 2019).
2. Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2019), perolehan data yang didapatkan dari lapangan cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilah dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Kemudian dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2019).
3. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, peyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Pada penelitian kualitatif yang paling sering digunakan untuk menyajikan data adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2019).
4. Kesimpulan dan Verifikasi Data
Menurut Sugiyono (2019), kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kemudian apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti- bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang belum pernah ada (Sugiyono, 2019).
F. Pengujian Keabsahan Data Kredibilitas
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi data. Menurut Sugiyono (2019) triangulasi sumber merupakan pemeriksaan sumber yang didapatkan tidak hanya dari subjek utama saja melainkan dari berbagai partisipan yang lain, sumber data yang bertujuan untuk memperkuat dan mengurangi bias sehingga diambil dari beberapa partisipan yang ada di lingkungan subjek. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dalam memperoleh data dengan menggunakan lebih
dari satu subjek , dimana pengambilan data yang dipakai seperti wawancara dan observasi.
Menurut Sugiyono (2019) triangulasi data merupakan teknik pengumpulan data yang sifatnya menggabungkan berbagai data dan sumber yang telah ada, dimana data tersebut didapat dari hasil wawancara dan observasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Poerwandari (2013) bahwa hal penting dalam kredibilitas penelitian adalah triangulasi.
Menurut Moleong (2018) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dari sesuatu selain data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Data akan lebih dipercaya kebenarannya jika dua atau lebih sumber menyatakan hal yang sama.
Sugiyono (2019) berpendapat bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan pada berbagai waktu.
G. Rancangan Penelitian
Menurut Sugiyono (2022) rancangan penelitian merupakan prosedur yang dilakukan untuk menginterpretasi sebuah peristiwa baru untuk diamati secara mendalam guna mendapatkan dan menemukan anggapan atau asumsi baru mengenai suatu permasalahan dalam penelitian. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dalam usaha untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku agresivitas yang dimana penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian untuk memahami fenomena-fenomena manusia atau sosial dengan menciptakan
gambaran yang menyeluruh dan kompleks yang dapat disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari sumber informan, serta dilakukan dalam latar setting yang alamiah (Walidin, Saifullah & Tabrani, 2015).
Pada penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi, Menurut Sugiyono (2019) mendefinisikan bahwa pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengungkap atau memahami suatu fenomena-fenomena beserta konteksnya yang khas yang telah dialami dan dirasakan oleh individu.
Fokus pendekatan fenomenologi adalah pengalaman yang dialami oleh individu. Bagaimana individu memaknai pengalamannya tersebut berkaitan dengan fenomena yang sangat berarti bagi individu yang bersangkutan (Sugiyono, 2019).
Langkah paling awal dalam penelitian adalah identifikasi masalah yang banyak terjadi di daerah yang akan dijadikan tempat penelitian, yang dimaksudkan sebagai penegas batas-batas permasalahan sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari tujuannya. Dilanjutkan dengan penguraian latar belakang permasalahan yang dimaksudkan untuk mengantarkan dan menjelaskan latar belakang probematika dan fenomena di lapangan.
Selanjutnya menentukan variabel penelitian kemudian dilakukan operasionalisasi pada tiap variabel yang digunakan. Langkah selanjutnya adalah memilih instrumen penelitian, dimana pada penelitian kualittatif peneliti merupakan instrumen kunci. Oleh karena itu, kompetensi peneliti
menjadi aspek yang sangat penting. Peneliti berperan besar dalam proses penelitian. Langkah selanjutnya adalah penentuan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data penelitian dari lapangan.
Metode pengambilan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode wawancara semi terstruktur dan observasi. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah aitem wawancara dan aitem observasi yang disusun berdasarkan aspek Perilaku Agresivitas yang diturunkan menjadi indikator untuk dijadikan aitem pertanyaan sebagai pedoman wawancara dan observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif dari Milles dan Huberman (Sugiyono, 2019) yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, untuk uji kredibilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan member check.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D.
Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Penelitian yang Bersifat: Eksploratif, Enterpretif, Interaktif Dan Konstruktif.
Bandung: ALFABETA.
Walidin, W., Saifullah, & Tabrani. (2015). Metodologi penelitian kualitatif
& grounded theory. FTK Ar-Raniry Press.
Yusanto, Y. (2019). Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif. Journal of Scientific Communication, 1(1), 1-13. Doi:
http://dx.doi.org/10.31506/jsc.v1i1.7764.
Smith, J., & Jones, R. (2023). Dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap agresivitas remaja: Tinjauan pustaka terkini . Jurnal Pendidikan Remaja
Johnson, T. & Williams, P. (2022). Dampak trauma masa kecil terhadap agresi: Sebuah studi longitudinal . Jurnal Psikologi Klinis Anak, 48(1), 120
Williams, L., & Johnson, M. (2022). Dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap perkembangan emosional anak . C
Finkelhor, D., dkk. (2023). Dampak trauma masa kecil terhadap kesehatan mental remaja .
Cohen, J., & Sandy, J. (2023). Intervensi berbasis sekolah untuk anak-anak
yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Anderson, CA, & Bushman, BJ (2021). Agresi Manusia . Tinjauan Tahunan Psikologi, 72(1), 75-104.
Dewi, IP, & Prasetyo, D. (2023). Peran Sekolah dalam Penanganan Perilaku Agresif pada Siswa Korban KDRT . Jurnal Pendidikan dan Psikologi, 10(2), 125-136.
Hines, DA, & Malley-Morrison, K. (2022). Memahami Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Anak dan Remaja . Springer.
Laursen, B., & Williams, W. (2020). Anak sebagai Korban dan Saksi Kekerasan dalam Rumah Tangga: Dampak dan Intervensi . Jurnal Psikologi Keluarga, 34(3), 291-300.
Anderson, CA, & Bushman, BJ (2023). Agresi manusia . Tinjauan Tahunan Psikologi, 74, 215-234.
Cohen, J., & Sandy, J. (2023). Intervensi berbasis sekolah untuk anak-anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga . Jurnal Kekerasan dalam Rumah Tangga, 38(2), 311-323.
Finkelhor, D., dkk. (2023). Dampak trauma masa kecil terhadap kesehatan mental remaja . Child Abuse & Neglect, 125, 105554.
Miller, JR, & Smith, PJ (2022). Mengurangi perilaku agresif pada anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga . Violence and Victims, 37(4), 598-612.
Williams, L., & Johnson, M. (2022). Dampak kekerasan dalam rumah
tangga terhadap perkembangan emosional anak . Child Development, 93(5), 1340-1354.
NOTED: REFERENSI BELUM SEMUANYA TERCANTUM 🙂