PENGARUH METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PUTRI BIL GHOIB DI PPTQ AL HASAN
PONOROGO
PROPOSAL
Oleh:
EKA FITRI NURHAYATI NIM.201210113
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2024
1
2
3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kitab suci dalam agama Islam, merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia di dunia ini. Barang siapa yang berkata dengannya (Al-Qur’an), maka ia berbicara benar, barangsiapa yang mengamalkannya, maka ia akan medapatkan pahala, barangsiapa yang menyeru padanya, maka ia telah ditunjuki pada jalan yang lurus, barang siapa yang berpegang teguh kepadanya, maka ia telah berpegang pada tali yang kuat, yang tidak akan pecah, dan siapa yang berpaling darinya dan mencari petunjuk selainnya, maka ia telah berada pada kesesatan.1 Diriwayatkan dalam sebuah hadis shahih dari Imam Al- Bukhari yang meriwayatkan sebuah hadis dari Hujjaj bin Minhal dari Syu’bah dari
‘Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidilah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman Bin Affan ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:
َنَاْرُقْلا َمَّلَعَ ت ْنَم ُرْ يَخ ُهَمَّلَعَو
Telah menceritakan pada kami Hajjaj Bin Minhal, telah menceritakan pada kami Syu’bah, ia berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Alqamah bin Murtsad aku mendengar Sa’ad Bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As-Sulami dari Utsman Bin Affan r.a. dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda:
“Orang yang paling baik di antar kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah).
Berdasarkan hadis di atas, terdapat dua amalan yang dapat mengantarkan seorang muslim menjadi sebaik-baik manusia yaitu dengan belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain. Selain untuk dibaca dan dipelajari, isi kandungan Al-Qur’an juga harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.2
Kemudian salah satu cara agar keeksistensian dan kemurnian Al-Qur’an tetap terjaga yaitu dengan menghafalnya dan mengamalkan kandungannya dalam kehidupan
1 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an dan Rahasia-Rahasia Keajaibannya, (Yogyakarta:
Diva press, 2009), 264.
2 Khusnul Khotimah, Skripsi: Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-Qur’an Siswa Kelas VI Di SDIT Nur Hidayah Surakarta Tahun Ajaran 2022/2023, (Surakarta: Universitas Islam Negeri Raden Mas Said, 2023), 3.
4
beragama dan bersosial. Kalam suci Al-Qur’an yang telah dihafalkan wajib hukumnya untuk menjaga bacaan tersebut. Menghafalkan Al-Qur’an akan mendatangkan banyak manfaat dan keberkahan dari Allah. Para penghafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah di dunia dan memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah. Oleh karena itu, umat manusia banyak yang bercita-cita dan berupaya untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an.
Penghafal Al-Qur’an adalah orang yang menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an mulai dari juz 1 hingga juz 30. Menghafalkan Al-Qur’an harus dengan niat dan tujuan yang baik, tidak hanya semata-mata untuk mengafal tanpa menjaga hafalannya. Bahkan, menghafalkan Al-Qur’an tidak boleh dengan tujuan agar terkenal bahkan untuk dianggap baik dimata orang lain. Menghafalkan Al-Qur’an harus dengan niat untuk mendapatkan ridho Allah dan keberkahan dari ayat Al-Qur’an.
Proses menghafal Al-Qur’an bukanlah hal yang mudah. Menghafalkan Al-Qur’an membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi, proses yang tidak mudah, membutuhkan waktu yang lama, menata niat dengan ikhlas, usaha yang giat, kesungguhan dan ketekunan yang tinggi, serta membutuhkan bimbingan dari seorang guru yang telah menguasai mengenai pasal menghafal Al-Qur’an. Sulitnya proses dalam menghafal Al-Qur’anpun setara dengan manfaat dari menghafalkannya. Begitu banyak manfaat yang diperoleh sebab menghafal Al-Qur’an, diantaranya mendapat pahala yang besar serta dapat membuka pintu-pintu kebaikan, menjadi syafa’at di akhirat nanti, dapat menjadi obat dari berbagai penyakit jiwa dan raga, dengan menghafalkan Al-Qur’an maka tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Mengenai kualitas hafalan dan kemampuan dalam menghafal yang dapat dicapai oleh para santri tidak lepas dari pengaruh berbagai faktor yang ada, baik faktor internal maupun eksternal pada individu santri.
Hafalan Al-Qur'an merupakan salah satu tradisi penting dalam pendidikan Islam, khususnya di pondok pesantren. Kemampuan menghafal Al-Qur'an tidak hanya menjadi sarana bagi santri untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga merupakan bagian dari upaya pelestarian wahyu Ilahi secara turun-temurun. Namun, kualitas hafalan santri sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari segi metode menghafalyang digunakan maupun motivasi individu santri itu sendiri.
Di berbagai pesantren, termasuk di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an (PPTQ) Al Hasan Ponorogo, keberhasilan santri dalam menghafal Al-Qur'an tidak hanya ditentukan
5
oleh kemampuan mereka dalam menghafal secara berulang, tetapi juga oleh efektivitas metode menghafalyang diterapkan. Metode menghafalyang efektif, seperti deresan, sorogan, takror, atau muroqobah, menjadi kunci penting dalam mempercepat dan meningkatkan kualitas hafalan. Metode menghafal yang tepat akan membantu santri menghafal Al-Qur'an dengan lebih baik, baik dari segi ketepatan (tajwid) maupun kelancaran dalam mengingat ayat-ayat Al-Qur’an.
Selain metode pembelajaran, motivasi santri juga berperan penting dalam keberhasilan hafalan mereka. Berdasarkan teori motivasi, ada dua jenis motivasi yang dapat memengaruhi pencapaian seorang santri, yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi intrinsik muncul dari dorongan internal, seperti keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah atau memperoleh berkah dari hafalan Al-Qur'an. Sementara itu, motivasi ekstrinsik dapat berupa dukungan dari lingkungan, penghargaan dari keluarga atau guru, dan harapan akan manfaat di masa depan. Kedua bentuk motivasi ini berperan signifikan dalam membentuk semangat santri untuk terus konsisten dalam menghafal.
Meskipun banyak penelitian yang telah membahas pengaruh metode menghafal dan motivasi terhadap prestasi belajar siswa pada umumnya, penelitian yang secara spesifik mengkaji pengaruh kedua faktor ini terhadap kualitas hafalan Al-Qur'an masih relatif terbatas, terutama di lingkungan pesantren tahfidz. PPTQ Al Hasan Ponorogo, sebagai salah satu lembaga tahfidz yang fokus pada pembinaan santri dalam menghafal Al- Qur'an, menghadapi tantangan yang sama dalam menjaga dan meningkatkan kualitas hafalan santri.
Dalam konteks ini, penting untuk mengetahui sejauh mana metode menghafal yang diterapkan di PPTQ Al Hasan Ponorogo mampu meningkatkan kualitas hafalan santri.
Selain itu, penelitian juga perlu dilakukan untuk memahami bagaimana motivasi santri, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik, berkontribusi terhadap keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur'an. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi pihak pesantren dalam menyusun strategi pembelajaran dan pembinaan motivasi yang lebih efektif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini akan mengkaji “PENGARUH METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS HAFALAN SANTRI PUTRI BIL GHOIB DI PPTQ AL HASAN PONOROGO”.
6
Penelitian ini penting untuk dilakukan guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan santri dalam menghafal Al-Qur'an dan bagaimana kualitas hafalan mereka dapat terus ditingkatkan melalui pendekatan yang lebih baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat sejumlah masalah yang diidentifikasi peneliti, diantaranya sebagai berikut:
1. Padatnya aktivitas masing-masing santri menjadi faktor penghambat kualitas hafalan Al-Qur’an.
2. Target pencapaian hafalan santri di PPTQ Al-Hasan belum tercapai dengan baik.
3. Kurangnya motivasi pada diri santri menyebabkan ketidakstabilan semangat santri dalam menghafal Al-Qur’an.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti, maka penulis perlu membatasi ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pada faktor yang mempengaruhi kualitas hafalan Al-Qur’an yaitu metode menghafal yang menggunakan metode sorogan dan deresan serta motivasi menghafal Al-Qur’an pada santri bil ghoib putri putri di PPTQ Al- Hasan Ponorogo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara metode menghafal Al-Qur’an terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an santri putri bil ghoib di PPTQ Al-Hasan Ponorogo?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap kualitas hafalan Al- Qur’an santri putri bil ghoib di PPTQ Al-Hasan Ponorogo?
3. Apakah terdapat pengaruh simultan antara metode menghafal Al-Qur’an dan motivasi terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an santri putri bil ghoib di PPTQ Al-Hasan Ponorogo?
E. Tujuan Penelitian
7
Berdasarkan konteks dan rumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana berbagai metode menghafal Al-Qur’an yang diterapkan di PPTQ Al-Hasan Ponorogo berpengaruh terhadap kualitas hafalan santri 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi santri dalam proses menghafal terhadap kualitas
hafalan yang dicapai
3. Untuk mengidentifikasi apakah terdapat interaksi antara metode menghafal Al-Qur’an yang digunakan dan tingkat motivasi santri dalam mempengaruhi kualitas hafalan F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian dalam ilmu pendidikan Islam, khususnya dalam bidang tahfidzul Qur’an. Dengan mengidentifikasi pengaruh metode menghafal dan motivasi terhadap kualitas hafalan santri. Temuan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam mengembangkan metode menghafal yang efektif dalam menghafal Al-Qur’an.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga Pendidikan PPTQ Al Hasan Ponorogo
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pihak pengelola PPTQ Al Hasan Ponorogo untuk mengevaluasi dan meningkatkan metode menghafal yang diterapkan, serta mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an.
b. Bagi Pengajar atau Ustadzah
Penenlitian ini dapat membantu para pengajar dalam memahami pengaruh metode menghafal dan motivasi terhadap hafalan santri, sehingga mereka dapat memilih metode yang lebih tepat untuk meningkatkan kualitas hafalan para santri.
c. Bagi Santri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi santri untuk lebih semangat dalam menghafal Al-Qur’an dengan metode yang sesuai dan
8
meningkatkan pemahaman mereka mengenai pentingnya motivasi dalam proses mengahafal.
3. Manfaat Akademis
Temuan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kabijakan di lembaga-lembaga pendidikan Islam, terutama dalam merancang kurikulum atau program yang lebih efektif untuk meningkatkan kualias hafalan santri dengan mempertimbangkan aspek metode menghafal dan motivasi.
G. Sistematika Pembahasan
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitia, manfaat penelitian, sistematika pembahasan, dan jadwal penelitian
Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi kajian teori, telaah penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian.
Bab III merupakan metode penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reabilitas, dan teknik analisis data.
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data yang menjelaskan mengenai perolehan hasil data penelitian, analisis data yang berisi paparan tentang hasil pengajuan hipotesis, interpretasi, serta pembahasan yang menjelaskan mengenai capaian penelitian.
Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bab ini dimaksudkan supaya pembaca serta penulis dapat dengan mudah melihat hasil penelitian.
H. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Waktu
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr 1. Pengajuan
Judul Skripsi 2. Pengajuan
Matriks
9 3. Penyusunan
Proposal 4. Pendataan
Ujian Proposal 5. Ujian Proposal 6. Revisi Proposal
7.
Validasi Instrument Penelitian
8.
Pengumpulan Dataanalisis Data
9. Penulisan Skripsi
10. Sidang Skripsi 11. Revisi Skripsi 12. Pengumpulan
Revisi
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Metode Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Kata menghafal secara etimologi berasal dari kata dasar hafal, yang dalam Bahasa Arab disebut al-hifdzi yang artinya ingat. Kata menghafal juga bisa diartikan engan mengingat. Mengingat menurut Wasty Soemanto berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.
Kemudian secara terminologi istilah menghafal mempunyai arti suatu tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah sesuai dengan materi yang asli.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa menghafal adalah sebuah kegiatan atau proses dalam mengingat suatu materi tertentu agar tertanam dalam pikiran dan ketika dibutuhkan materi tersebut tetap ingat dan dapat mengulangi sesuai kaidah awal.
Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara bahasa adalah bacaan, berasal dari kata qara’a yang berarti menghimpun atau mengumpulkan. Qiro’ah merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qiro’ah, yaitu akar kata dari qara'a, yaq'rou, qira’atan, wa qur’anan. Secara khusus Al-Qur’an adalah wahyu ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah disampaikan kepada umatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukum kafir bagi orang yang tidak mempercayainya.4
Tahfidzul Qur’an atau menghafal Qur’an merupakan proses mempelajari Qur’an dengan cara menghafalkannya untuk selalu diingat dan daopat mengucapkannaya di luar kepala tanpa melihat mushaf.5 Menghafal Al-
3 Yusron Masduki, Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur’an, Medina-Te, Vol. 18, No. 1, 2018, 21.
4 Tengku Muhammad Hasby, Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), 13.
5 Misbahul Munir, Ilmu Dan Seni Qiraatil Qur’an, Pedoman Bagi Qari’Qari’ah Hafidz-Hafidzah Dan Hakim Dalam MTQ, (Semarang: Binawanir, 2005), 356-357.
11
Quran juga dapat diartikan melafalkan semua surat yang terdapat dalamnya, serta dapat mengucapkan dan mengulangnya kembali secara lisan atas semua surat yang telah dihafalkan tanpa melihat Al-Quran. 6
Dari apparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa menghafal Al- Quran merupakan suatu proses mengingat ayat yang ditanamkan dalam pikiran agar bisa mengucapkan kembali secara lisan tanpa melihat mushaf Al-Qur’an.
Menghafal Al-Qur’an secara sempurna adalah sebuah kegiatan atau proses menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an mulai dari juz 1 hingga juz 30.
b. Metode Menghafal Al-Qur’an
Secara etimologi metode berasal dari Bahasa Yunani metodus, yang berasal dari dua suku kata, yaitu meta yang berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai sebuah tujuan.7 Menurut para tokoh tentang pengertian metode adalah cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Sedangkan dari Bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqat yang berarti langkah-langkah yang dipersiapkan untuk menuju suatu tujuan.8 Dalam konteks menghafal Al-Qur’an, metode berarti suatu cara yang digunakan seseorang dalam menghafalkan Al-Qur’an agar mencapai kualitas hafalan yang baik.
Peran metode dalam proses menghafal Al-Qur’an sangatlah besar untuk mendukung kualitas hafaln yang baik. Penggunaan metode yang tepat akan membantu seorang penghafal Al-Qur’an untuk bisa menghafal dengan baik dan cepat. Berikut beberapa metode yang sering digunakan dalam menghafal Al- Qur’an:
1) Bin Nadzor
Metode ini dilakukan dengan membaca dengan memperhatikan tajwid dan makhrijul huruf pada ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dihafalkan
6 Yusron Masduki, Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur’an, (MedinaTe. Vol. 18 No. 1, 2018), 21-22.
7 Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Penelitian Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2020), 40.
8 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 184.
12
dengan melihat mushaf Al-Qur’an. Proses ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau 40 kali seperti yang dilakukan ulama terdahulu 2) Tahfidz
Metode ini dilakukan dengan menghafal sedikit demi sedikit ayat- ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang kali secara bin nadzor. Mislanya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan.
3) Talaqqi
Metode ini dilakukan dengan menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru diafal kepada seorang guru. Proses talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan dan mendapatkan bimbingan seperlunya.
4) Takrir
Metode ini dilakukan dengan cara mengulang-ulang hafalan yang pernah dihafal. Tujuan dari metode takrir ini yaitu agar hafalan yang sudah didapatkan tetap terjaga dengan baik.
5) Tasmi’
Metode ini dilakukan dengan memperdengarkan hafalan kepada orang lain, baik kepada satu orang maupun beberapa orang. Dengan metode ini seorang penghafal Al-Qur’an dapat mengetahui seberapa baik hafalannya.9
6) Sorogan
Metode sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana para santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab di hadapan seoran guru atau kyai. Metode sorogan merupakan metode pembelajaran dengan melibatkan santri secara langsung dan individual melalui kegiatan membaca kitab di hadapan kyai, kemudian kyai mendengarkan dan menunjukkan kesalahan-kesalahannya. Maksudnya, pembelajaran secara individual di mana seorang murid berhadapan dengan seorang guru terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya.10
9 Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), 52.
10 A Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), 245.
13
Menurut Abdullah Aly, dalam bukunya Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Metode sorogan adalah pembelajaran kitab secara individual, dimana setiap santri menghadap secara bergiliran kepada kyai untuk membaca, menjelaskan atau menghafal pelajaran yang diberikan sebelumnya.11
2. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata lain motive yang berarti dorongan atau dalam Bahasa Inggris to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lai, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang diehendaki.12
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi merupakan dorongan yang muncul pada diri seseorang dengan sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Menurut Oemar Hamalik, motivasi adalah sebuah perubahan energi yang terjadi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Saiful Bahri, motivasi merupakan sebuah kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat atau mekanisme psikologi yang membantu seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan prestasi tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan. Sedangkan menurut Huitt, W. mengartikan motivasi sebagai suatu kondisi atau status internal yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif dalam melakukan suatu tindakan dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu.13
11 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), 165.
12 Widayat Prihartanta, “Teori-Teori Motivasi” 1, No. 83 (2015): 2.
13 Widayat Prihartanta, Teori-Teori Motivasi, Jurnal Adabiya. Vol. 1 No. 83, 2015, 52.
14
Berdasarkan pengertian motivasi di atas, dapat peneliiti simpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha memunculkan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
b. Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau sistem kerjanya tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
Jika seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dari dalam dirinya, maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan tanpa memerlukan ada yang menyuruh atau mendorongnya. Contohnya yaitu seseorang yang senang murojaah hafalan yang telah dia hafal. Jika dilihat dari segi tujuannya adalah menambah hafalan, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik disini adalah ingin mencapai target hafalan agar segera khatam dan hafal Al-Qur’an 30 juz. Sebagai contoh santri yang rajin muroja’ah hafalan agar hafalan Al-Qur’annya lancar sehingga ketika dites hafalan tidak ada yang lupa ataupun salah, bukan karena tujuan yang lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi intrinsik adalah bentuk dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitasnya.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar, biasanya motivasi ini aktif dan berfungsi ketika ada perangsang dari luar.14 Menurut suharmi dan puurwati motivasi ekstrinsik timbul sebab adanya pengaruh dari luar.15 Menurut siti suprihatin siswa yang motivasi belajarnya bersifat
14 Widayat Prihartanta, Teori-Teori Motivasi, Jurnal Adabiya. Vol. 1 No. 83, 2015, 52.
15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2019).
15
ekstrinsik memiliki kemampuan belajar yang tergantung kebutuhan, keinginan dan hasrat.16
Sebagai contoh seorang santri yang sedang dalam proses menghafalkan Al-Qur’an, ia selalu diberikan semangat dan dorongan oleh orang tuanya. Selain itu, dari pihak guru juga selalu mendidik dengan baik yang memberikan kata-kata yang menbangun semangat santri. Jadi motivasi ekstrinsik disini berasal dari luar diri seseorang, yaitu dorongan dari orang tua dan guru.
Berikut yang termasuk ke dalam motivasi ekstrinsik, ialah:
a) Orang tua dan keluarga
Keluarga adalah pendidikan yang paling utama, terutama peran orang tua. Dimana pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikan anak.17 Misalnya anak tumbuh dalam lingkungan orang tua dan keluarga penghafal Al-Qur’an, sehingga tidak sulit bagi orang tua untuk memotivasi dan mendidik anaknya menjadi penghafal Al-Qur’an.
b) Guru
Guru mempunyai peranan yang unik dan kompleks dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru harus benar-benar melayani kebutuhan siswa sesuai dengan tanggung jawab guru.
c) Teman
Teman adalah orang terdekat yang mempengaruhi segala aktivitas terutama pendidikan sekolah, kehadiran teman yang dapat menghidupkan motivasi. Mislanya melalui kompetisi yang sehat, seperti kompetisi Musabaqoh Hifdzil Qur’an antarsiswa di kelas.
Kompetisi ini dapat dijadikan sebagai sarana motivasi untuk memberikan semangat kepada siswa.
16 Siti Suprihatin, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar SIswa. Jurnal Promosi 3, 2019, 43.
17 Nyanyuk Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 26.
16 d) Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang mempunyai pengaruh besar terhdap seseorang dan faktor lingkungan akan terus berkembang hingga mencapai usia dewasa. Misalnya di lingkungan pesantren, hafalan Al- Qur’an akan memberikan pengaruh yang lebih besar bagi masyarakat.
Kualitas dan kuantitas hafalan santri dibandingkan dengan lingkungan di luar pesantren. 18
Berdasarkan pengertian motivasi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa motivasi ekstrinsik (eksternal) adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang karena adanya dorongan dari luar, khususnya dari keluarga, teman, guru, sahabat, dan lingkungan hidup seseorang.
c. Fungsi Motivasi
Motivasi memiliki fungsi yang penting dalam belajar dan menghafal, karena motivasi akan meningkatkan intensitas usaha belajar dan menghafal siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar tentunya berbagai tingkat kemampuan pada siswa, ada siswa yang berprstasi dan ada juga yang kurang berprestasi.
Siswa yang kurang berprestasi biasanya memiliki alasan tertentu, misalnya kurangnya minat pada mata pelajaran tersebut. Adakalanya ia lebih menyukai pada mata pelajaran bahkan bakat di bidang lain, seperti bermain bola, musik, bahkan menghafal Al-Qur’an. Kurangnya minat siswa tersebut terkadang juga disebabkan motivasi yang rendah dari dalam dirinya maupun lingkungan sekitanya.
Menurut Prihartanta terdapat tiga fungsi motivasi, yaitu sebagai berikut:
1) Mendorong timbulnya tingkah laku dan perbuatan. Tanpa mmotivasi tindakan seperti menghafal tidak akan terjadi. Pada awalnya mereka tidak mempunyai keinginan untuk belajar, namun karena mereka menemukan apa yang mereka cari, mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
18 “Pengaruh Motivasi Eksternal Terhadap Kualitas Hafalan Al-Quran Siswa Kelas XI Di Madrasah Aliyah Tahfid.Pdf,” 10.
17
2) Motivasi bertindak sebagai pengarah yang mengarahkan tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa yang termotivasi dapat memilih perilaku mana yang akan diambil dan perilaku mana yang akan diabaikan.
Siswa yang ingin mempelajari sesuatu pada suatu mata pelajaran tertentu tidak dapat dipaksa untuk mempelajari mata pelajaran lain dan menghilangkan segala gangguan. Hal tersebut merupakan peran motivasi dalam membimbing perilaku belajar siswa.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terlahir dalam bentuk gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga.19
Adapun fungsi motivasi menurut Siti Suprihatin yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat yaitu sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menuntut arah perbuatan yakni kearah tujuan yang dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai suatu tujuan.20
Dari paparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa motivasi mempunyai fungsi yang sangat berguna dalam proses pembelajaran, karena tanpa motivasi maka kegiatan belajar tidak ada artinya. Motivasi belajar merupakan penggerak dan pengarah pembelajaran. Adapun dalam pembahasan menghafal Al-Qur’an motivasi yaitu sebagai dorongan dan pengarah dalam menghafalkan Al-Qur’an dan penyemangat agar segera mencapai tujuan yaitu khatam Al-Qur’an.
d. Motivasi Menghafal Al-Qur’an
Motivasi sangat dibutuhkan dalam proses menghafal Al-Qur’an.
Motivasi yang mendasari para penghafal Al-Qur’an yaitu ingin memperoleh
19 Widayat Prihartanta, “Teori-Teori Motivasi. Jurnal Adabiya, Vol. 1 No. 83.” Jurnal Adabiya 1, 2015, 83.
20 Siti Suprihatin, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar SIswa.” (Jurnal Promosi 3, 2019), 73.
18
banyak manfaat, merupakan dasar agama, meraih derajat kemuliaan, cita-cita, kewajiban, dan mengharap ridho Allah swt tentunya. Menyimpan ayat-ayat suci dalam hati adalah bentuk ibadah yang besar pahalanya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur’an akan menjadi syafa’at bagi mereka yang menghafalkannya.21
Motivasi juga diperlukan agar penghafal bisa mengatasi rasa bosan dan jenuh yang sering muncul. Dengan memahami besarnya pahala dan keutamaan menghafal, seseorang dapat menumbuhkan semangat untuk tetap konsisten.
Allah menjanjikan derajat yang lebih tinggi bagi para penghafal, dan dalam hadis lain disebutkan bahwa orang tua penghafal Al-Qur’an di akhirat nanti akan diberi mahkota cahaya sebagai bentuk kemuliaan. Harapan akan ganjaran di dunia dan akhirat ini menjadi dorongan spiritual yang memperkuat tekad penghafal.
Motivasi yang kuat juga diperlukan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam proses ini. Sebagaimana disebutkan oleh Amir Syukur, menghafal Al- Qur’an bisa lebih ringan jika dilakukan dengan metode yang konsisten dan didukung oleh lingkungan yang positif.22 Dukungan dari lingkungan juga berperan besar dalam membangun motivasi. Bergabung dengan kelompok atau komunitas yang memiliki tujuan serupa bisa menjadi sumber semangat baru.
Melihat teman-teman yang sama-sama berusaha menghafal bisa memacu semangat untuk terus melanjutkan hafalan. Setiap langkah kecil, seperti menghafal satu ayat setiap hari atau mengulang hafalan dengan rutin adalah bagian dari proses pendekatan diti kepada Allah dan membawa kebahagiaan bagi hati seorang penghafal Al-Qur’an.23
e. Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Motivasi
Orang yang memiliki motivasi memiliki beberapa ciri tertentu pada diri mereka. Diantara ciri-ciri orang yang memiliki motivasi yaitu tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, selalu memiliki progres setiap
21 HR. Tirmidzi, “Keutamaan Membaca Al-Qur'an,” Dalam Sunan Tirmidzi, Kitab Al-Qur'an, No. 2910.
22 Amin Syukur, Metode Menghafal Al-Qur'an: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2018), Hlm. 47.
23 Nasrullah, Menjadi Hafiz dengan Mudah: Tips dan Motivasi (Jakarta: Qalam Publisher, 2020), 45.
19
harinya, selalu merasa ingin melahirkan prestasi semakin meningkat, dan selalu giat dalam proses menuju sebuah tujuan yang ingin digapai.
Menurut Sardiman motivasi yang ada pada setiap individu itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun dalam menghadapi tugas 2) Ulet dalam menghadapi kesulitan
3) Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah 4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Tidak cepat bosan pada tugas
6) Tidak cepat bosan pada tugas tugas yang rutin 7) Dapat mempertahankan pendapatnya
8) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini 9) Senang mencari dan memecahkan masalah24
Menurut Siti Suprihatin ciri- ciri orang yang memiliki motivasi ialah 1) Tekun menghadapi tugas.
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan kesulitan/tidak cepat putus asa.
3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin 4) Lebih senang kerja mandiri
5) Tegas dalam berpendapat.
6) Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini25
Sedangkan ciri-ciri orang yang termotivasi menurut hamzah B.uno Hamzah:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar26
24 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. 2018, 43.
25 Siti Suprihatin, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. (Jurnal Promosi 3, 2019), 73–82.
26 B.Uno Hamzah, Teori Motivasi Dan Pengukuranya, (Jakarta: Bumi Aksar, 2013), 34.
20
H. Djali menyebutkaan bahwa individu yang memiliki motivasi yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggungjawab pribadi, memilih tujuan yang realistis, mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil atau pekerjaannya, senang bekerja sendiri dan bersaing, mampu menggunakan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik, dan tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang.27
Berdasarkan pemaparan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat beberapa ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya, diantaranya yaitu memiliki tekat yang kuat, menunjukkan minat yang dimiliki, selalu bersemangat dan tidak gampang menyerah untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.
3. Kualitas Hafalan Al-Qur’an
a. Pengertian Kualitas Hafalan Al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu. Dengan kata lain, suatu produk dianggap berkualitas jika spesifikasinya sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
Pengertian hafalan berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab dari kata hafizha yang memiliki arti menjaga, memelihara, melindungi. Dalam Bahasa Indonesia kata hafal berarti pelajaran yang telah masuk dalam ingatan atau dapat mengucapkan di luar kepala (melihat buku atau catatan lain). Maka kata hafalan dapat diartikan dengan mengingat atau menjaga ingatan.
Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara bahasa adalah bacaan, berasal dari kata qara’a yang berarti menghimpun atau mengumpulkan. Qiro’ah merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qiro’ah, yaitu akar kata dari qara'a, yaq'rou, qira’atan, wa qur’anan. Secara khusus Al-Qur’an adalah wahyu ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah
27 H. Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 27.
21
disampaikan kepada umatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukum kafir bagi orang yang tidak mempercayainya. 28
Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas hafalan Al-Qur’an adalah kemampuan baik buruknya ingatan hafalan Al-Qur’an seseorang secara keseluruhan, menghafal dengan baik, membaca dengan lancar, dan menggunakan kaidah yang tepat, serta senantiasa mengulang dan memelihara bacaan Al-Qur’an.
b. Kriteria Hafalan Berkualitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kriteria memiliki arti ukuran yang menjadi dasar penilaian terhadap sesuatu. Dengan demikian untuk mengukur kualitas hafalan Al-Qur’an seseorang harus terdapat beberapa kriteria sebagai berikut:
1) Mampu melafalkan Al-Qur’an dengan sempurna (tanpa melihat mushaf) 2) Mampu melafalkan Al-Qur’an dari ayat satu ke ayat lainnya tanpa
terbolak-balik
3) Mampu melanjutkan bacaan Al-Qur’an orang lain dengan sempurna 4) Mampu mengetahui nama surah yang dibacakan oleh orang lain
5) Mampu mengoreksi bacaan orang lain dengan memperhatikan hukum tajwid, makhraj huruf, dan lain-lain
6) Mampu mengetahui nomor ayat, letak nomor, dan posisi dalam mushaf.29 c. Indikator Kualitas Hafalan Al-Qur’an
Menurut Junaidi secara umum, untuk dapat menilai suatu kualitas hafalan Al-Qur’an seseorang dapat dilihat dari segi ketepatan penghafal Al- Qur’an dalam melatunkan ayat-ayat AlQur’an tanpa melihat mushaf. Akan tetapi ada beberapa indikator khusus yang menjadi penunjang kualitas hafalan seseorang, diantaranya sebagai berikut:
1) Tajwid
Secara bahasa tajwid merupakan bentuk mashdar dari jawwada – yujawwidu - tajwidan, yang artinya adalah membaguskan atau
28 Tengku Muhammad Hasby, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), 13.
29 H. Adi, Metode At-Taisir 30 Hari Hafal Al-Qur’an, (Bekasi Selatan: Institut Quantum Akhyar, 2020) 41–43.
22
memperbaiki, maksud dari membaguskan disini adalah membaguskan bacaan Al-Qur’an seseorang. Sedangkan menurut istilah tajwid adalah memperbagus atau memperindah ucapan, bebas dari rendah dan jeleknya ucapan tersebut. Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah agar umat Islam dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang sudah diajarkan oleh Nakbi Muhammad SAW beserta para sahabatnya, sehingga hukum mempelajari ilmu tajwid adalah wajib. Diantara ilmu-ilmu tajwid yang harus dipelajari oleh setiap muslim maupun muslimah untuk tercapainya bacaan Al-Qur’an yang baik adalah sebagai berikut.30
a) Hukum membaca alif lam, pada pembelajaran ini terbagi menjadi dua bagian yaitu hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah.
b) Hukum membaca nun sukun atau tanwin, yaitu cara membaca Al- Qur’an apabila huruf-huruf hijaiyah bertemu dengan nun sukun atau tanwin. Pada bagian ini akan mempelajari tentang hukum idzhar, idgham bighunnah, idgham bilaghunnah, iqlab dan ikhfa.
c) Hukum bacaan mim sukun dan tanwin, sama seperti hukum bacaan nun sukun atau tanwin diatas, hanya saja pada bagian ini akan membahas tentang apabila mim sukun atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah, pada bagian ini akan mempelajari tentang idzhar syafawi, ikhfa syafawi dan idgham mitsliy.
d) Hukum bacaan mad. Mad artinya memanjangkan, maksudnya adalah memanjangkan bacaan tertentu, misalkan huruf alif yang didahului huruf berharakat fathah, huruf waw sukun didahului huruf yang berharakat dhamah, dan huruf ya’ sukun didahului huruf yang berharakat kasrah. Bagian ini aka membahas tentang mad ashli, mad
‘iwad, mad silah, mad layin dan lain-lain.
e) Cara membaca makhraj huruf. Makhraj artinya tempat keluar. Sehingga makhraj huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf.
f) Cara membaca qalqalah.
30 Junaidi, Belajar Tajwid, (Yogyakarta: Bildung, 2018), 32.
23
g) Cara berhenti disetiap tanda waqaf
Dan menurut pendapat Syekh Muhammad Makki Nasr Al-Juraisy bahwasannya tartil adalah membaca Al-Qur’an dengan cara pelan, tidak buru-buru dan benar sesuai dengan makhorijul huruf dan sifat-sifatnya, sebagaimana dijelaskan dalam ilmu tajwid bahwa ketika membaca Al- Qur’an dianjurkan dengan tartil dan menghafalkannya pun juga harus tartil.31
2) Fashahah
Kata fashahah berasal dari Bahasa Arab mempunyai arti berbicara dengan menggunakan kata-kata yang benar dan jelas. Pengertian fashahah dalam menghafal Al-Qur’an adalah melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan jelas atau terang serta memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
a) Al-Waqfu Wal Ibtida’ (ketepatan antara memulai bacaan dan menghentikan bacaan).
b) Mura’atul Huruf Wal Harakat (memperhatikan huruf dan harakat).
c) Mura’atul Kalimah Wal Ayah (memperhatikan kalimat dan ayat).
3) Kelancaran
Hafalan seseorang dapat dikatakan lancar apabila dia mampu membacakan kembali ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal tanpa melihat mushaf Al-Qur’an dengan baik dan benar. Para penghafal Al-Qur’an dapat mempunyai hafalan yang bagus dikarenakan seringnya mengulang hafalan yang dimiliki secara konsisten. Al-Qur’an memiliki sifat cepat hilang dari pikiran penghafal Al-Qur’an. Oleh sebab itu, apabila seseorang penghafal Al-Qur’an lupa untuk mengulang hafalannya, maka dengan mudahnya Al- Qur’an tersebut akan hilang dari ingatannya.32
Menurut pendapat Ahmad Salim Badwilan bahwasannya kelancaran hafalan itu dapat dilihat dari kemampuan mengucap kembali hafalan yang
31 Al-Juraisy, Panduan Lengkap dan Praktis Ilmu Tajwid, (Jawa Barat: Fathan Media Prima, 2016), 16.
32 Qoni’ah, N. (2013). Studi Komparansi Antara Jaudah Hafalan Al-Qur’an Pada Santri Takhasus dan Non Takhasus Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Purwoyoso Semarang. J Conserv Dent. 2013, 16(4), 25–36.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23956527/ diakses pada 5 November 2024.
24
sudah di setorkan. Jadi seseorang yang menghafal Al-Qur’an dapat dikategorikan mempunyai hafalan baik apabila orang tersebut mampu melafalkan ayat Al-Qur’an tanpa melihat mushaf dengan baik dan benar serta sedikit kesalahan, oleh karena itu para penghafal Al-Qur’an harus memantapkan hafalan yang sudah dihafal agar bisa benar-benar melekat dalam ingatannya (lanyah).
Dari paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa indikator hafalan Al-Qur’an berkualitas dapat dinilai dari segi tajwid, fashahah dan kelancaran hafalan.
Selain paparan di atas, terdapat beberapa indikator lain. Secara umum, kualitas hafalan Al-Qur’an pada seseorang dapat dikatakan baik, sedang dan kurang baik dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut:
1) Kelancaran
Hafalan Al-Qur’an pada seseorang dikatakan lancar apabila dia mampu mengucap kembali atau mengingat kembali apa yang telah dihafal atau dipelajari. Kemampuan hafalan yang baik ini didapatkan dengan cara sering mengulang bacaan yang telah dihafalkan secara terus menerus.
Karena hafalan ayat-ayat Al-Qur’an berbeda dengan bacaan lainnya. Sebab itu, seorang penghafal Al-Qur’an harus mengulangi hafalannya secara rutin demi menjaga hafalannya.
2) Bacaan Al-Qur’an
Kemampuan bacaan Al-Qur’an dapat dikatakan berkualitas juga dilihat dari kemampuan seseorang dalam melafalkan bacaan yang bersanad sampai Nabi Muhammad saw. yaitu mampu melafalkan bacaan sesuai dengan karakter huruf, makhraj dan shifatul huruf yang sesuai serta bacaan yang sesuai dnegan ilmu tajwid.
a) Karakter Huruf
Dalam Qiro’ah Imam Hafs ‘An Ashim Thahriqah Syathibiyah, karakter huruf dibedakan menjadi dua bagian, yaitu huruf tafkhim dan tarqiq.
i. Tafkhim
25
Pengertian tafkhim secara bahasa adalah tebal, sedangkan menurut istilah adalah menebalkan huruf pada makhraj dan sifat yang kuat. Huruf tebal terkumpul dari huruf isti’la’ yaitu berdasarkan pada dalil
ْرَصَح ْظِق ٍطْغَض َّصُخ ٍوْلُع ُعْبَسَو.
Berdasarkan kaidah Ibnu Al-Jazary dalam Kitab Matan Al- Jazariyyah yang berbunyi
ْمِ خَف ِء َلَْعِتْسِْلْا ُفْرَحَو.
ii. Tarqiq
Pengertian tarqiq secara bahasa berarti tipis, sedangkan secara istilah adalah menipiskan huruf pada makhraj dan sifat yang lemah. Huruf tipis terkumpul dari kelompok selain huruf isti’la’, berdasarkan kaidah Imam Ibnu Al-Jazary dalam Kitab Matan Al- Jazariyyah yang berbunyi
ِفُرْحَأ ْنِم الَِفَتْسُم ْنَقِ قَرَ ف.
b) Makharijul Huruf
Makhraj secara bahasa berarti tempat keluar, sedangkan secara istilah adalah tempat keluarnya huruf dan letaknya ada pada saat terputusnya suara yang bisa membedakan antara huruf satu dengan huruf yang lainnya.
c) Shifatul Huruf
Shifatul huruf adalah sifat-sifat yang melekat yang digunakan untuk mengetahui cara pengucapan suatu huruf. Dalam hal ini, shifatul huruf dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sifat yang mempunyai lawan dan sifat yang tidak mempunyai lawan.
d) Ilmu Tajwid
Ketika pertama kali Al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril, proses penyampaian Al- Qur’an dilakukan secara langsung oleh Nabi Muhammad saw. kepada para sahabat. Dalam proses tersebut, sekaligus terdapat transfer kaidah bacaan Al-Qur’an (yang dikenal dengan ilmu tajwid).
26
Tujuan adanya ilmu tajwid adalah agar umat islam dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan bacaan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya sebagaimana Al-Qur’an diturunkan. Oleh karena itu, hukum mempelajari ilmu tajwid adalah wajib bagi para pembelajar Al-Qur’an agar mendapatkan bacaan yang baik dan benar.33
B. Telaah Penelitian Terdahulu
Penulis melakukan telaah penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Adapun hasil temuan oenelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Skripsi berjudul Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Prestasi Hafalan Al-Qur'an Di Pondok Pesantren Tahfidz Anak Rhoudhotul Qur'an Panca Tunggal Musi Banyuasin Sumatera Selatan oleh Siti Nurkhasanah tahun 2023.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi intrinsik dengan prestasi menghafal Al- Qur'an, (2) mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan prestasi menghafal Al-Qur'an (3) mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik terhadap prestasi menghafal Al-Qur'an di Pondok pesantren tahfidz anak Rhoudhotul Qur'an Panca Tunggal Sungai Lilin Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tiga variabel yaitu variabel motivasi intrinsik (X1), motivasi ekstrinsik (X2), dan prestasi menghafal Al-Qur'an (Y).
Subjek dalam penelitian ini adalah santri kelas 6 SD dan 7 SMP Pondok Rhoudhotul Qur'an Panca Tunggal sebanyak 38 orang santri. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket, observasi, lembar penilaian dan wawancara. Instrumen analisis meliputi analisis validitas isi dan estimasi reliabilitas. Analisis data dilakukan dengan analisis regresi ganda dengan didahului uji perendam yang meliputi uji linieritas, homogenitas dan normalitas. Berdasarkan
33 Erik Kurnia Dinanda, Skripsi Pengaruh Motivasi Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an Para
Santri Di Pesantren Terpadu Nun Kaffah Al- Huffazh Sukabumi, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nida El Adabi Bogor, 2022, 13.
27
analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji regresi ganda dengan tingkat kesalahan 5%, diperoleh kesimpulan bahwa (1) terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel motivasi intrinsik (X1) terhadap prestasi menghafal Al- Qur'an (Y) yaitu ditunjukan dengan nilai korelasi sebesar 0,961. (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi ekstrinsik (X2) dengan prestasi menghafal Al-Qur'an (Y) yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,843. (3) besarnya pengaruh motivasi intrinsik (X1) dan motivasi ekstrinsik (X2) terhadap prestasi menghafal Al-Qur'an yaitu menunjukkan dengan nilai R Square sebesar 99.8% adapun sisanya, yaitu 1% prestasi menghafal santri dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak rumit dalam penelitian ini.
2. Skripsi berjudul Pengaruh Motivasi Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an Para Santri di Pesantren Terpadu Nun Kaffah Al-Huffazh Sukabumi oleh Erik Kurnia Dinanda tahun 2022.
Penelitian ini berangkat dari permasalahan pada kualitas hafalan santri, yang sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti motivasi. Motivasi dinilai menjadi elemen penting yang dapat mendorong santri untuk meningkatkan kualitas hafalan mereka. Penelitian ini mengkaji seberapa besar pengaruh motivasi dalam menghafal terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an di Pesantren Terpadu Nun Kaffah Al-Huffazh, dengan tujuan untuk mengukur tingkat signifikansi pengaruh tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan analisis statistik untuk menentukan hubungan antara variabel motivasi (X) dan kualitas hafalan (Y).
Pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan instrumen kuesioner. Temuan menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi menghafal Al-Qur’an dengan kualitas hafalan, dengan kontribusi pengaruh sebesar 11, 5%.
Motivasi memiliki peran penting dalam menentukan kualitas hafalan santri, meskipun besarnya pengaruhnya tergolong rendah. Motivasi internal dan dukungan dari lingkungan pesantren terbukti memberikan dorongan positif bagi peningkatan hafalan.
3. Skripsi berjudul Pengaruh Metode Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Pada Santri di PPTQ Insan Kamil Karanganyar Tahun Ajaran 2022/2023 oleh Hilmah Nangimah.
28
Penelitian ini mengkaji efektivitas dua metode, yaitu metode Ummi dan metode Sulaimaniyah, dalam meningkatkan kualitas hafalan Al-Qur’an pada santri.
Tujuannya adalah untuk membandingkan pengaruh kedua metode tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen, melibatkan 63 santri dengan sampel 52 santri. Data dikumpulkan melalui tes hafalan dan dianalisis menggunakan uji statistik. Temuan menunjukkan bahwa metode Ummi lebih efektif dibandingkan metode Sulaimaniyah dalam meningkatkan kualitas hafalan santri di PPTQ Insan Kamil Karanganyar, terutama dalam aspek kelancaran dan kefasihan. Metode Ummi yang menggunakan pendekatan bahasa ibu dan pengulangan terbukti lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an dibandingkan metode Sulaimaniyah.
4. Tesis berjudul Pengaruh Motivasi dan Metode Menghafal terhadap Prestasi Hafalan Al-Qur'an Santri Takhosus Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Tangerang Selatan oleh Nurul Witri Mardiyah tahun 2018.
Penelitian ini menyoroti pentingnya motivasi dan metode menghafal sebagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi hafalan Al-Qur'an santri.
Fokusnya adalah melihat bagaimana kedua variabel tersebut berperan dalam kualitas hafalan di pesantren khusus tahfidzul Qur’an. Penelitian bertujuan mengidentifikasi pengaruh motivasi dan metode menghafal, baik secara individual maupun bersamaan, terhadap prestasi hafalan santri. Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, angket, dan studi dokumenter, dianalisis menggunakan teknik korelasi product moment. Temuan menunjukkan bahwa motivasi memiliki pengaruh rendah (0, 5%) terhadap prestasi hafalan, sedangkan metode menghafal memiliki pengaruh sebesar 0, 9%. Secara simultan, motivasi dan metode menghafal memberikan pengaruh total sebesar 0, 9%, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Motivasi dan metode menghafal memberikan pengaruh yang terbatas terhadap prestasi hafalan Al-Qur'an, sehingga faktor lain juga perlu diperhatikan dalam proses tahfidz.
5. Skripsi berjudul Pengaruh Motivasi Eksternal Terhadap Kualitas Hafalan Al-Quran Siswa kelas XI Madrasah Aliyah Tahfidzil Quran Medan, Tahun Pembelajaran
29
2022/2023.oleh Raihamiah. Medan: Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadyah Sumatera Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk menimgkatkan kualitas hafalan Al-Quran siswa dengan Motivasi Eksternal yang diberikan Oleh orang tua, guru, teman dan lingkungan. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan jenis penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, angket dan dokumentasi dan Teknik analisis data menggunakan uji validitas, uji normalitas, uji reliabilitas, uji regresi linier sederhana dan uji t (persial). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Motivasi Eksternal terhadap Kualitas Hafalan Al-Quran dilihat dari hasil penelitian yang didapat adalah Tingkat Motivasi Eksternal yang diterima siswa kelas XI Madrasah Aliyah Tahfdzil Quran Medan tergolong baik dengan nilai ratarata 105,91dan Tingkat Kualitas Hafalan Al-Quran siswa kelas XI Madrasah Aliyah Tahfizhil Quran Medan tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 89,10.
C. Kerangkan Pikir
Kerangka pikir adalah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan landasan teori dan telaah penelitian terdahulu, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kualitas hafalan santri
Metode menghafal Al-Qur’an dan motivasi
Pengajuan hipotesis yaitu jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti terkait metode menghafal Al-Qur’an dan motivasi terhadap kualitas hafalan santri putri bil ghoib di
PPTQ Al Hasan Ponorogo
30
Uji hipotesis yaitu pengambilan keputusan berdasarkan analisis data terkait pengaruh metode menghafal Al-Qur’an dan motivasi terhadap kualitas hafalan santri putri bil ghoib di PPTQ Al
Hasan Ponorogo
Interpretasi dan pembahasan terkait metode menghafal Al-Qur’an dan motivasi terhadap kualitas hafalan santri putri bil ghoib di PPTQ Al Hasan Ponorogo
Kesimpulan
Gambar 1. 1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. H0: Tidak terdapat pengaruh yang sighifikan antara metode menghafal dan motivasi secara simultan terhadap kualitas hafalan santri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo 2. H1: Terdapat pengaruh yang sighifikan antara metode menghafal dan motivasi
secara simultan terhadap kualitas hafalan santri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo 3. H01: Tidak terdapat pengaruh yang sighifikan antara metode menghafal terhadap
kualitas hafalan santri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo
4. H11: Terdapat pengaruh yang sighifikan antara metode menghafal dan motivasi terhadap kualitas hafalan santri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo
5. H02: Tidak terdapat pengaruh yang sighifikan antara motivasi terhadap kualitas hafalan santri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo
6. H12: Terdapat pengaruh yang sighifikan antara motivasi terhadap kualitas hafalan santri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif data diartikan sebagai suatu metode atau kenis penelitian yan membutuhkan populasi juga sampel dalam proses pengumpulan data yang bersifat angka ata statistik.34 Penelitian kuantitatif adalah prosedur penelitian yang menemukan pengetahuan dengan menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai sesuatu yang ingin diketahui.35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidzhul Qur’an Al- Hasan yang terletak di jalan Parang Menang No 32 Patihan Wetan Babadan Ponorogo. Pemilihan Lokasi ini yaitu berdasarkan penyesuaina dengan topik penelitian yang dipilih.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan bertahap yaitu pengajuan judul, pengajuan matriks, penyususnan proposal, perispan instrumen, penelitian dan pengambilan data, dan tahap akhir yaitu analisis data dan penyusunan laporan penelitian. Semua tahapan tersebut akan dilakukan peneliti dalam jangka waktu bulan Desember 2024 hingga Maret 2025.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Sugiono, populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen atau individu yang merupakan sumber informasi
34 R Oktavia, R Rismawati, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Jurnal Ilmu Riset, 2022, 456.
35 Rahmadi, Pengantar Metode Penelitian, (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), 14.
32
dalam suatu penelitian.36 Populasi dalam penelitian ini adalah santri bil ghoib putri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo yang berjumlah 40 santri.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengambilan sampel jenuh. Sampel jenuh merupakan suatu teknik yang menentukan sampel apabila semua anggota dari populasi digunakan.
Sampel yang akan penenliti jadikan objek adalah santri bil ghoib putri di PPTQ Al- Hasan Ponorogo yang berjumlah 40 santri.
3. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti menggunakan sampel tersebut dengan kesimpulan yang akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mewakili keseluruhan.37 Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti mengambil sampel seluruh santri bil ghoib putri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo yang berjumlah 40 santri.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (X1) yaitu metode menghafal
Metode menghafal adalah teknik atau cara yang digunakan snatri dalam menghafal Al-Qur’an untuk mencapai hafalan yang lancar dan berkualitas. Adapun indikator dalam variabel ini yaitu:
a. Frekuensi penggunaan metode tertentu b. Keberagaman metode yang digunakan c. Konsistensi santri
2. Variabel bebas (X2) yaitu motivasi
Motivasi adalah dorongan atau alasan yang memengaruhi santri untuk menghafal Al-Qur’an, baik yang berasal dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik). Adapun indikator dalam variabel ini adalah
36 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), 80.
37 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 81.
33
a. Motivasi intrinsi (minat pribadi terhadap hafalan, kepuasan dalam menghafal, dan keinginan kuat untuk menghafal)
b. Motivasi ekstrinsik (dukungan dari keluarga, guru, serta lingkungan) c. Konsistensi santri
3. Variabel terikat (Y) kualitas hafalan Al-Qur’an
Kualitas hafalan adalah tingkat kemahiran santri dalam menghafal Al- Qur’an, dilihat dari aspek kelancaran, ketepatan bacaan, dan kemampuan mengingat secara konsisten. Adapun indikator dalam variabel ini adalah:
a. Tajwid b. Fashahah c. Kelancaran
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah salah satu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Tanpa dilakukannya pengumpulan data, maka penelitian tidak dapat dilakukan. Cara pengambilan data menentukan kualitas data yang terkumpul dan kualitas data menentukan hasil penelitian. Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung objek atau fenomena yang diteliti. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data secara real-time dan sesuai dengan konteks.38 Observasi digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang metode menghafal dan motivasi terhadap kualitas hafalan santri bil ghoib putri di PPTQ Al-Hasan Ponorogo.
b. Angket (Kuisioner)
Angket (kuisioner) berisi pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk mendapatkan informasi tertentu. Kuisioner bisa berbentuk pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responnden memberikan jawaban secara bebas, atau pertanyaan tertutup, dimana responden memilih jawaban dari
38 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), 310-311.
34
obsi yang disediakan.39 Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai variable metode menghafal dan motivasi santri. Kuisioner memungkinkan pengumpulan data secara efisien dari banyak responden sekaligus dan santri dapat memberikan jawaban berdasarkan skala yang menggambarkan persepsi atau pengalaman mereka.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupkan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen ini memiliki berbagai bentuk seperti angket, check list, pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan lain sebagainya.40 Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dengan penghitungan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang tentang suatu objek sikap. 41
F. Validitas dan Reabilitas 1. Validitas
Validitas merupakan derajat ketepata antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara daata yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.42
Valid dalam hal ini berarti tepat dan cermat apabila tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran maka dikatakan sebagai pengukuran yang memiliki validitas rendah.
Pengukuran validitas angket dilakukan dengan mengkorelasikan skor item masing-masing nomor total skor item, dengan menggunakan rumus korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut:
39 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), 199-200.
40 Andi Arif Rifa’i, Pengantar Penelitian Pendidikan (Bangka Belitung: PPs IAIN SAS Babel, 2019) 48.
41 Sugiono, Metode Penelitian, 2019.
42 Hardani dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, (Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Grup, 2020), 198.
35 Keterangan:
rxy = koefisien korelasi product momen
∑Y = jumlah skor variabel Y
∑X` = jumlah skor variabel X N = jumlah sampel
∑Y2 = jumlah skor kuadrat variabel Y
∑X2 = jumlah skor kuadrat variabel X
∑XY = jumlah perkalian X dan Y
2. Reabilitas
Reabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama, setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Pada alat pengukur untuk fenomena fisik seperti berat dan panjang badan konsistensi pengukurannya bukan hal yang sulit dicapai, akan tetapi untuk mengukur permasalahan ekonomi atau bisnis yang mencakup fenomena sosial seperti sikap, opini, dan persepsi, pengukura yang konsisten sering sulit dicapai.43
Menurut Sugiyono, instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Penggunaan instrumen yang reliabel diharapkan untuk mendapatkan data penelitian yang reliabel pula.44 Untuk menguji reabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Croncbach. Teknik pengujian ini merupakan teknik penguji kuesioner yang paling sering digunakan.
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik
43 Ma’ruf Abdullah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), 260.
44 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta CV, 2017), 348.
36
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memperoleh model analisis yang sesuai, dimana model regresi yang sesuai harus menghindari kemungkinan adanya penyimpangan asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap data penelitian adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi secara normal atau tidak.
Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai residual yang mendekati nilai rata-ratanya. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik kolmogorov-smirnoff. Dalam uji ini apabila nilai sig. < 0, 05 maka tidak berdistribusi dengan normal. Namun, jika sig. > 0, 05 maka berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflaction factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0, 10 atau VIF < 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi gelaja multikolinearitas.
c. Uji Heterokedatisitas
Uji heterokedatisitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang terbentuk sudah bersifat heterokedatisitas, dimana semua varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain harus mempunyai nilai yang sama. Adanya ketidaksamaan atau heterokedatisitas dapat menyebabkan uji signifikansi statistik tidak valid. Sehingga dirumuskan hipotesis dari uji heterokedatisitas adalah sebagai berikut:
H0 : Model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas H1 : Model regresi terjadi heteroskedastisitas d. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel atau lebih yang diuji mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.
Uji linearitas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas