TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PRILAKU KEKERASAN SESI 1 DAN 2 DI RUANG LARASATI RSJD DR.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
Pembimbing Akademin : Ns. Wita Oktaviana, M.Kep., Sp.Kep.J
Disusun Oleh :
Adila Salwa J230235001
Nadia Ilhaq Aulia F. J230235002 Bulan Rexy Pratiwi J230235004 Nonik Nazlica Aryanto J230235005 Febriza Kharisma Putri J230235006
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2023
2 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa merupakan menifestasi dari bentuk penyimpangan prilaku akibat adanya distrorsi emosi sehingga ditemukanya ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
Hal ini dapat terjadi bila adanya penurunan keseluruhan fungsi kejiwaan sehingga gangguan jiwa sebagai gangguan otak yang ditandai adanya gangguan emosi, proses berfikir, perilaku dan persepsi (penangkapan panca indra). Ada beberapa macam gangguan jiwa yakni skizofrenia, depresi, gangguan kepribadian, gangguan mental organik, gangguan psikomatik, gangguan intelekttual, gangguan prilaku masa anak dan remaja (Sutejo, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) 2017 menyebutkan bahwa gangguan jiwa yang banyak terjadi adalah gangguan kecemasan dan skizofrenia, dan diperkirakan 4,4% populasi global diseluruh dunia menderita skizofrenia dengan 3,6% mengalami gangguan kecemasan. Jumlah gangguan jiwa dengan masalah depresi meningkat 18%
dari rentan tahun 2005 sampai 2015, penyebab tinginya persentase dari depresi menebabkan depresi menjadi penyebab terbesar kecacatan diseluruh dunia. Menurut data riskesdas pada tahun 2018 menyebutkan bahwa salah satu prevelensi angka gangguan jiwa di indonesia paling banyak terjadi di daerah jawa tengah yang mana gangguan jiwa emosional pada penduduk jawa tengah adalah 9,8% dari seluruh penduduk indonesia.
Tinginya kasus gangguan jiwa di indonesia tak lepas dari adanya resiko perilaku kekerasan, yang mana prilaku kekerasan itu sendiri merupakan suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk melukai dirinya dan orang lain secara fisik maupun psikologis yang mana prilaku kekerasan ini dapat membahayakan secara fisik (dirinya atau orang lain) dengan ditandai adanya prilaku mengamuk, gaduh dan gelisah yang tidak terkontrol. Sehinga dapat di simpulkan bahwa prilaku kekerasan juga sebagai ekspresi kemarahan yang berlebihan dan tidak terkendali(Ruswandi, 2021)
Tingginya kasus gangguan jiwa dan resiko terjadinya prilaku kekerasan sehinga menjadikan peran perawat dalam hal ini sangat dibutuhkan. Pemberian terapi nonfarmakologi merupakan salah satu peran perawat dalam menangani kasus gangguan jiwa yang mana salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat diterapkan ialah terapi aktivitas kelompok sebagai terapi tambahan. Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu kegiatan manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk mengfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan hargadiri. Beberapa terapi aktivitas kelompok dapat digunakan sesuai dengan diangnosa dan indikasi pada klien dengan gangguan jiwa (Keliat & Pawirowiyono, 2022).
Pemberian terapi aktivitas kelompok yang sesuai untuk menangulangi adanya resiko prilaku kekerasan pada klien dengan gangguan jiwa adalah terapi aktivitas
3 kelompok stimulasi sensori, yang mana klien akan dilatih memprersepsikan stimulus yang disediakan maupun yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien akan di evaluasi dan diakan ditingkatkan pada tiap sesi yang dijalani. Dengan proses ini akan diharapkan respon klien terhadap bebagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
B. ANALISIS SITUASI PADA BANGSAL LARASATI
Gangguan jiwa kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik berhubungan dengan fisik maupun jiwa, dengan demikian lingkup kesehatan jiwa sangatlah komplek, sehingga perlu pengangan oleh program kesehtan jiwa yang bersifat komplek pula. Orang dengan gangguan jiwa orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, prilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Yosep & Sutini, 2016). Klien dengan gangguan jiwa di ruang Larasati RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta terdiri dari klien dengan diagnosis medis skizofrenia dengan kondisi dan tanda gejala perilaku kekerasan.
Setiap individu beresiko mengalami gangguan jiwa ringan sampai gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan jiwa berat atau skizofrenia. Skizofrenia gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku sosialnya (Yosep & Sutini, 2016).
Diagnosa Keperawatan dengan skizofrenia salah satunya adalah Perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart, 2016). Tanda dan gejala perilaku kekerasan muka merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, Rahang mengatup, Postur tubuh kaku, Bicara kasar, mengancam secara verbal atau fisik, Mengumpat dengan kata-kata kasar, Ketus dan emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. (Yosep dan Sutini, 2016).
Menurut Keliat & Akemat (2019), intervensi yang dilakukan pada klien perilaku kekerasan ada dua yaitu intervensi individu dan intervensi kelompok. Intervensi individu disebut dengan strategi pelaksanaan yaitu intervensi yang dilakukan secara individu atau perorangan sedangkan intervensi kelompok disebut terapi aktivitas kelompok yaitu intervensi yang yang dilakukan secara berkelompok minimal 5-7 orang klien yang mengalami gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengontrol emosi pada klien dengan perilaku kekerasan sehingga klien bisa kembali dapat mengontrol emosi di masyarakat
Terdapat berbagai macam terapi yang digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan yang muncul pada klien dengan skizofrenia. Salah satu diantaranya adalah
4 dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok difokuskan kepada klien, secara individu, kelompok, keluarga maupun komunitas. Terapi Aktivitas Kelompok terdiri dari empat yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. TAK adalah terapi non farmakologi yang diberikan oleh perawat terlatih terhadap klien dengan masalah keperawatan yang sama.
Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Terapi diberikan secara berkelompok dan berkesinambungan, dalam hal ini khususnya TAK stimulasi sensori (Susana dan Hendarsih, 2012).
Ruang larasati RSJD Dr.Arif Zainudin Surakarta memiliki beberapa fasilitas yaitu, fasilitas tempat tidur 22, 1 ruang perawat, 5 meja panjang, 6 kursi panjang dan satu set sofa. Kegiatan yang dilakukan klien di ruang larasati dimulai pada pukul 05.00 klien bangun pagi, 06.00 sarapan, 07.00 perawat melakukan operan dari dinas malam ke dinas pagi. Pukul 08.00 klien berdandan dan berhias, pukul 08.30 klien bersiap untuk ke ruang rehabilitasi dengan memeriksa perlengkapan seperti memakai baju dengan benar dan memakai gelang identitas klien. Pukul 10.00 klien mendapatkan makanan tambahan/cemilan dari instalasi gizi berupa puding, jus atau bubur kacang hijau serta menunggu jam visite dokter.
Pukul 11.45 klien mendapatkan makan siang dan minum obat, setelah itu klien beristirahat/tidur siang di tempat tidur masing-masing. Pukul 17.00 klien mendapatkan makan malam dan minum obat, setelah itu melaksanakan tidur malam untuk beristirahat sampai pagi.
C. PERMASALAHAN MITRA
Di bangsal Larasati RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta terdapat 16 klien perempuan 14 klien dengan diagnose medis skizofrenia tidak terinci (F.20.3), 1 klien dengan gangguan psikotik akut dan 1 klien dengan gangguan bipolar. Terdapat kurang lebih 6 klien dengan diagnosa medis skizofrenia tidak terinci dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan.
D. TUJUAN KEGIATAN 1. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan b. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan interaksi sosial
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Rasa stres dan marah merupakan bagian dari rasa emosi yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dan harus dihadapi oleh tiap individu. Stes dapat menyebabkan kecemasan yang dapat menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan menyebabkan perasaan terancam. Kecemasan yang timbul beresiko menimbukan kemarahan yang mana respon terhadap kemarahan dapat diuangkapkan atau diluapkam secara verbal, menekan dan menentang. Adanya respon terhadap kemarahan akan menyebabkan individu beresiko mengalami prilaku kekerasan.
Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada dirinya maupun orang lain, hal ini biasanya sering disebut dengan istilah gaduh gelisah atau amuk yang mana seseorang marah yang berespon pada suatu stessor dengan adanya gerakan motorik yang tidak terkontrol. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa prilaku kekerasan merupakan suatu bentuk prilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis yang mengekpresikan emosi berupa kemarahan yang berlebihan dan tidak terkontrol (Ruswandi, 2021).
B. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor predisposisi dalam prilaku kekerasan, yakni(Ruswandi, 2021) 1. Faktr Biologi
Adanya faktor herediter yang mana anggota keluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan prilaku kekerasan, adanya angota keluarga yang memiliki gangguan jiwa , adanya riwayat trauma kepala adanya riwayat pengunaan narkotika 2. Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal, maupun lingkungan. Prilaku kekerasan merupakan hasil dari akumulasi frustasi yang terjadi apabila keingunan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terlambat.
3. Faktor Sosial kultural
Teori lingkungan sosial menyyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Adanya norma budaya dapat mendukung individu untuk merespon asertif atau agresif
C. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi prilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda sau dengan yang lain. Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang dapat berasal dari dalam maupun luar individu ang meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang disayangi atau seseorang yang berarti, kehilangan rasa cinta, kekawatiran
6 terhadap pentakit fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikakan yang mengarah kepada penghinaan serta tindakan kekerasan(Ruswandi, 2021)
D. RENTANG RESPON
Ada beberapa rentang respon yang terjadi pada klien dengan prilaku kekerasan yakni respon adaptif dan mal adaptif (Ruswandi, 2021)
1. Asertif
Asertif merupakan tindakan mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang atau ketidak setujuan tanpa adanya prilaku menyakiti lawan bicara.
Sehinga prilaku asertif memberikan ungapan tanpa menyakiti orang akan memberi kelegaan dan tidak menimbulkan masalah.
2. Frustasi
Frustasi merupakan respon yang terjadi akibat adanya kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan tersebut dan menyebabkan perasaan tidak mampu dalam mengungkapkan peranya dan terlihat pasif yang mana respon pasif itu sendiri menyebabkan individu diam, tidak mampu dalam mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya dan biasana seseorang dengan prilaku pasif akan cenderung tampak pemalu, pendiam, sulit diajak berbicara karena perasaat ketidakmampuan, rendah diri ataupun adanya respon kurangnya menghargai diri sendiri
3. Agresif
Agresif adalah suatu prilaku yang menertai rasa marah dan merupakan dorongan mental untuk bertindak (dapat secara konstruksi atau distruksi) dan masih terkontrol yang mana prilaku agresif dapat dibedakan menjadi pasif agresif (dendam, bermuka masam, keras kepala, suka menghambat dan pemalas) dan aktif agresif (sikap menantang, suka membantah, berbicara keras, cenderung menuntut secara terus menerus serta bertingkah kasar)
4. Amuk
Merupakan respon marah dengan bermusuhan yang kuat dan disertai adanya kehilangan kontrol pada dirinya sehinga munculnya prilaku merusak diri sendiri, orang lain aupun lingkungan(Ruswandi, 2021)
E. TANDA DAN GEJALA
Adapun menisffestasi klinis dari prilaku kekerasan adalah
1. Aspek Fisik : tekanan darah meningkat, kulit muka merah, pandangan mata tajam, otot tegang, denyut nadi meningkat, pupil dilatasi, frekuensi BAK meningkat 2. Aspek Emosi : emosi labil, tidak sabaran, ekspresi muka tampak tegang, nada suara
tinggi saat berbicara, suka berdebat, adanya pemaksaan kehendak
3. Aspek Perubahan Prilaku : agresif, bermusuhan, sinis, curiga, psikomotor meningkat, nada bicara keras atau tinggi, prilaku vebal dan nonverbal yang kasar (Ruswandi, 2021)
7 F. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah suatu upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress, termasuk dalam upaya penyelesaian masalah secara langsung dan adanya mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Adapun beberapa mekanisme koping yang digunakan saat marah unttuk melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi
Pelampiasan rasa marah dengan objek lain seperti meremas-remas adonan kue, meninju tembok, meninju bantal atau sejenisnya yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain terhadap kesukaranya atau keinginanya, dengan contoh adanya penyangkalan seseorang (dalam melakuka atau merasakan sesuatu) dan berbalik menuduh bahkan mengfitnah orang lain untuk menutupi kesalahan dirinya.
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kedalam alam sadar. dengan contoh kebencian terhadap orang lain yang menurut norma, budaya bahkan ajaran yang dianut merupakan adalah sifat tercela dan harus dihindari maka perasaan benci tersebut dapat terlupakan
4. Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan mengunakan sebagai rintangan.
5. Deplacement
Melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan pada objek yang tidak berbahaya.(Ruswandi, 2021)
G. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang memiliki masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Pada terapi aktivitas kelompok akan terjadi adanya dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboraturium atau tempat klien untuk berlatih prilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki prilaku lama yang maladaptif sehinga akan menimbulkan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi pemulihan kesehatan sehinga klien akan memperoleh keuntungan yakni dukungan, meningkatkan kemampua dalam memecah masalah, meningkatkan hubungan interpersonal. Jumlah minimum dari adanya kegiatan terapi aktivvitas kelompk ialah 4 orang dengan maksimal sebanyak 10 orang dengan kriteria anggota kelompok yang sudah didiangnosis secara jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif dan aham yang tidak terlalu berat (Sutejo, 2017)
Adapun manfaat dari adanya terapi aktivitas kelompok yakni secara umum dan khusus
8 1. Manfaat secara umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan dengan komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain
b) Membentuk sosialisasi
c) Meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku defensif (bertahan terhadap stres) dan adaptasi
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis (kognitif dan afektif
2. Manfaat secara khusus
a) Meningkatkan identitas diri
b) Menyalurkan emosi secara konstruktif
c) Meningkatkan ketrampilan hubungan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
d) Meningkatkan kemampuan ekspresi diri e) Ketrampilan sosal
f) Kepercayaan diri g) Kemampuan empati
h) Meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahanya.(Sutejo, 2017)
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah salah satu terapi aktivitas kelompok yang mana terapi ini bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi prilaku yang maladaptif. Dengan tujuan dari adanya terapi ini ialah
1. Meningkatkan kemampuan orientasi realitas 2. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian 3. Meningkatkan kemampuan intelektual
4. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain 5. Mengemukakan perasaan
Pada terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi memiliki karakteristik, antara lain 1. Penderita dengan gangguan persepsi
2. Menarik diri dari realitas
3. Menginisiasi atau ide-ide negatif 4. Memiliki kondisi fisik yang sehat 5. Dapat berkomunikasi secara verbal 6. Kooperatif
7. Mau mengikuti kegiatan (Sutejo, 2017)
9 BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
A. RENCANA KEGIATAN 1. Waktu Kegiatan Terapi
Hari, Tanggal : Sabtu, 21 Oktober 2023 Waktu : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Bangsal Larasati RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta 2. Seting Tempat
3. Uraian Tugas
PERAN NAMA TUGAS
Leader Bulan Rexy Pratiwi 1. Memimpin jalannya kegiatan TAK 2. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
TAK
3. Membuka acara TAK 4. Menyampaikan tujuan TAK 5. Memimpin diskusi kelompok 6. Menutup acara TAK
Fasilitator 1. Adila Salwa 2. Nonik Nazlica
Aryanto
3. Nadia Ilhaq Aulia F
1. Menyediakan dan menyiapkan fasilitas yang diperlukan saat TAK
2. Mendampingi peserta saat kegiatan berlangsung
3. Memotivasi peserta dalam aktivitas
10 kelompok
4. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
5. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
Observer Febriza Kharisma P 1. Mengamati semua proses kegiatan dengan waktu, tempat, dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok dengan mengevaluasi kelompok
3. Mencatat serta mengamati respon peserta 4. Mengawasi pelaksanaan tugas dari
masing-masing peran B. KRITERIA KLIEN
1. Kriteria inklusi :
a. Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan yang dapat diajak kerja sama ( kooperatif )
b. Klien yang sedang tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk ( dalam kondisi tenang)
c. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal d. Klien bisa tulis dan baca
e. Klien yang bersedia mengikuti TAK 2. Kriteria eksklusi :
a. Klien yang bukan didiagnosa sebagai Resiko Perilaku Kekerasan b. Klien dalam keadaan mengamuk/agresif ( tidak koopertaif) c. Klien yang tidak bersedia mengikuti TAK
d. Klien yang mengalami gangguan komunikasi verbal C. PROSES SELEKSI
1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria 2. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria 3. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
4. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK, pada klien, rencana kegiatan kelompok dan peraturan main dalam kelompok D. PERSIAPAN PESERTA TAK
1. Klien diobservasi dengan karakteristik yang telah ditentukan yaitu klien dengan resiko perlaku kekerasan (yang sudah kooperatif)
11 2. Membuat daftar nama klien yang dapat mengikuti TAK sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi
3. Membuat kontrak waktu dan tempat yang telah ditentukan melalui kriteria inklusi dan eksklusi
E. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang dapat mendukung jalanya terapi aktivitas kelompok : prilaku kekerasan ialah
1. Spidol 2. Name tag
3. Bantal atau boneka
4. Kartu permainan (kartu berisi angka, kartu kesempatan dan dana umum) 5. Papan kertas benar dan salah
6. Dadu F. METODE
Metode yang digunakan dalam terapi aktivitas kelompok : prilaku kekerasan ialah 1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab 3. Bermain peran atau simulasi
G. RENCANA TINDAKAN
NO TAHAP KEGIATAN WAK
TU KETERANGAN 1
Persiapan
1. Memilih dan mempersiapkan klien yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan 2. Membuat kontrak dan menanyakan ketersediaan dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pelaksanaan terapi
5 menit
Klien berkumpul ditempat yang telah disediakan
2
Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Menjelaskan tujuan kegiatan, durasi kegiatan c. Memperkenalkan nama
dan pangilan terapis (gunakan papan nama)
5 menit
Klien mengikuti orientasi dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
12 d. Menanyakan nama dan
pangilan klien (berikan papan nama)
2. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Kontrak
Menjelaskan aturan selama terapi aktivitas kelompok dilaksanakan
• Jika ada klien yang ingin meningalkan kelompok, harus meminta izin terlebih dahulu
• Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
SESI 1 :
MENGENAL PRILAKU KEKERASAN FISIK 3
Fase Kerja
Mendiskusikan penyebab marah Mendiskusikan prilaku kekerasan (verbal atau non verbal) serta akibatnya yang dirasakan klien saat marah
20 menit
klien mampu menjawab penyebab saat merasa marah dan klien mampu menjawab tanda gejala dan akibat yang timbul saat melakukan kekerasan
Mendiskusikan kegiatan fisik saat yang biasa dilakukan
• Tanyakan kegiatan rumah tangga, harian, olah raga
Klien mampu
menyebutkan kegiatan yang sering dilakukan baik sebelum dan sesudah masuk rumah sakit jiwa
Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat : dzikir, tarik napas dalam/
memukul bantal
Klien memahami cara menyalurkan emosi tanpa melukai diri sendiri dan orang lain dengan melakukan kegiatan positif
13 Menjelaskan aturan permainan :
1. Klien dibagikan papan dengan bertuliskan benar atau salah.
2. Mengedarkan kertas berisikan nomor pada semua klien, untuk menentukan urutan.
3. Edarkan sampai leader berkata stop dan anjurkan klien membuka kertas untuk mengetahui nomer yang didapatkan.
4. Bacakan pertanyaan dengan menjawab benar atau salah dengan mengangkat papan yang telah disediakan 5. Menganjurkan klien untuk
mempraktikan cara melakukan latihan menghindari kekerasan yang telah dilakukan
6. Mulai dengan klien yang mendapat no 1. Dimulai dengan terapis untuk memberi contoh
Klien mampu mengikuti kegiatan sesuai instruksi
SESI 2 :
MENCEGAH PRILAKU KEKERASAN SOSIAL 4
Fase Kerja
Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu menolak dan menyampaikan rasa sakit hati kepada orang lain. Terapis mendemostrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan
20 menit
Klien mampu mejawab cara meminta sesuatu kepada orang lain
14 Menjelaskan aturan permainan:
1. Klien diberikan dadu secara berurutan, lalu klien melemparkan dadu untuk mendapatkan angka ganjil atau genap
2. Klien yang mendapatkan angka ganjil akan diberikan kartu kesempatan dan klien yang mendapatkan kartu genap akan diberikan kartu dana umum
3. Membacakan instruksi untuk mendemostrasikan cara menolak, meminta tolong dan mengungkapkan sakit hati sesuai dengan kartu yang didapatkan 4. Klien mendemodtrasikan
sesuai dengan instruksi 5. Terapis memberikan contoh
sebelum memulai
permainan
Klien mampu mengikuti kegiatan sesuai instruksi
Memberikan pujian Memberikan apresiasi
untuk memberi
dukungan pada klien 5
Terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien saat selesai melakukan TAK b. Menanyakan cara
mencegah prilaku kekerasan yang telah dipelajari
c. Memberikan pujian dan penghargaan
10 menit
Terapis menanyakan ulang terapi yang telah dilakukan untuk mengetahui pemahaman klien terhadap materi
2. Tindak lanjut
a. Menganjurkan klien mengunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif, jika stimulus penyebab prilaku sosial terjadi
Klien diharapkan dapat mengntrol emosi untuk mencegah prilaku kekerasan
15 b. Menganjurkan melatih
kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif secara teratur 3. Kontrak yang akan datang
1. Menyampaikan kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan klien
Kontrak kepada klien untuk tindakan dselanjutkan
H. DAFTAR NAMA PESERTA TAK
No Nama Peserta Diangnosa Klien Keterangan 1. Nn. P Skizofrenia Tak Terinci
(F.20.3) dengan halusinasi dan resiko prilaku kekerasan
Klien kooperatif, dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan bersedia mengikuti jalanya acara
2. Ny. A Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3) dengan halusinasi dan resiko prilaku kekerasan
Klien kooperatif, dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan bersedia mengikuti jalanya acara
3. Nn. R Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3) dengan halusinasi dan resiko prilaku kekerasan
Klien kooperatif, dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan bersedia mengikuti jalanya acara
4. Nn. N Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3) dengan halusinasi dan resiko prilaku kekerasan
Klien kooperatif, dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan bersedia mengikuti jalanya acara
5. Ny. P Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3) dengan halusinasi dan resiko prilaku kekerasan
Klien kooperatif, dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan bersedia mengikuti jalanya acara
I. ANTISIPASI MASALAH
a. Sebelum kegiatan dilakukan peserta diberikan kesempatan untuk ke toilet
b. Fasilitator mengkoordinasi peserta yang kurang kooperatif selama kegiatan berlangsung
c. Menjaga pintu keluar untuk antisipasi klien lari J. KRITERIA HASIL
1. Evaluasi struktur
a. Kondisi lingkungan tenang dan kondusif, dilakukan di ruangan tertutup yang memungkinkan klien dapat berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Tempat duduk klien dilantai dengan alas karpet
16 c. Peserta telah sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan kondisi baik dan tidak menciderai
e. Leader, fasilitator, observer bertanggung jawab terhadap tugasnya 2. Evaluasi proses
a. Leader dapat mengkondisikan seluruh kegiatan dari awal hingga akhir b. Leader mampu memimpin proses berlangsungnya kegiatan
c. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan serta membantu mengkondisikan peserta
d. Observer sebagai pengamat melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada kelompok yang digunakan untuk evaluasi selanjutnya
e. Peserta mengikuti kegiatan dengan tenang dari awal hingga akhir 3. Evaluasi hasil
a. Menjelaskan apa yang sudah dituliskan
b. Menyampaikan apa yang peserta rasakan sesuai dengan yang dituliskan
17 BAB IV
EVALUASI KEGIATAN
Terapi aktivitas kelompok ini dilaksanakan pada hari sabtu, 21 oktober 2023 pada pukul 09.00 bertempatkan di halaman dalam bangsal larasati dengan peserta yang mngikuti kegiatan sebanyak 5 peserta yang keseluruhan peserta telah dikaji sebelumnya untuk mengetahui prilaku kekerasan berupa verbal atau non verbal yang pernah dilakukan sebelumnya, sehinga pemberian terapi aktivitas kelompok resiko prilaku kekerasan dapat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan peneliti. Dalam kegiatan ini pelaksanaan TAK (terapi aktivitas kelompok) mengusung tema resiko perilaku kekerasan dengan materi yang diberikan ialah mencegah prilaku kekerasan secara fisik dan sosial. Pemilihan tema pada pelaksanaan terapi aktifitas kelompok ini dengan maksud memberikan edukasi atau memberikan arahan kepada peserta untuk menghindari adanya kekerasan fisik atau sosial baik secara verbal maupun non verbal yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain.
Sebelum acara dilaksanakan, perawat membuat proposal TAK sebagai acuan selama pelaksanaan TAK. Setelah penyusunan selesai dan telah diajukan kepada clinical intructur, perawat menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan yang akan digunakan selama kegiatan berlangsung, hal ini perlu perhatian antar anggota kelompok dan kerja sama tim dalam persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk lancarnya kegiatan. Setelah semua dipersiapkan, perawat menyiapkan tempat dengan rapi sehingga klien dan perawat merasa nyaman selama kegiatan dilakukan. Perawat kemudian mengontak klien untuk mengikuti jalanya kegiatan dan menyarankan untuk ke toilet sebelum acara berlangsung. Setelah klien berkumpul dan mengatur formasi atau posisi tempat duduk sesuai dengan setting tempat yang telah dirancang atau susun sebelumnya.
Selama acara berlangsung perawat dibagi dalam 3 bidang yakni 1 perawat sebagai leader, 3 perawat sebagai fasilitator dan 1 perawat sebagai observer, hal ini perlu dilakukan dalam pembagian struktur keangotaan agar selama kegiatan dilaksanakan dapat berjalan dengan semestinya sehingga setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab masing-masing guna kelancaran dalam kegiatan yang akan dilakukan. Selama kegiatan leader bertugas memimpin jalanya kegiatan dengan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengenalkan diri dengan menyebutkan nama, alamat serta hobi. Kemudian leader juga berperan dalam menyampaikan peraturan selama acara, serta isi materi selama kegiatan berlangsung. Tugas dari fasilitator dalam acara ini untuk membantu peserta selama jalanya kegiatan dan observer sebagai pengamat atau menilai kemampuan klien dalam mengikuti setiap acara dan mengamati pemahaman peserta terkait materi yang telah disapaikan. Sehingga didapati hasil bahwa tiap peserta yang mengikuti kegiatan dapat memahami, mengerti dan dapat mempraktikan setiap materi yang telah diajarkan serta peserta dapat membedakan prilaku yang salah maupun benar untuk menghindari diri dari prilaku kekerasan. Kemudian peserta juga mampu memberikan contoh bagaimana cara menolak, meminta tolong dan mengungkapkan ketidaksukaan atau sakit hati kepada orang lain guna menghindari prilaku kekerasan sosial dengan cara verbal.
18 Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan, didapati beberapa kendala selama pelaksanaan kegiatan berlangsung diantaranya aialah didapati pasien yang izin ke kamar mandi atau toilet sehinga menyebabkan jalannya acara mengalami kemunduran waktu, kurang fokusnya beberapa klien disebabkan klien mengantuk. Berdasarkan hal tersebut pemilihan waktu dalam program TAK sangat penting, yang mana waktu yang disarankan untuk digunakan dalam program TAK ialah pada jam 08.30 atau 11.00 setelah klien mendapatkan snack dan sebelum klien diberikan makan siang.
Program TAK yang telah diberikan kepada klien diharapkan dapat terlaksanakan setiap harinya untuk memberikan dukungan kepada klien, meningkatkan kemampuan klien dalam memecahkan masalah, serta dapat meningkatkan hubungan interpersonal.
19 DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A., & Pawirowiyono, A. (2022). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok (B.
Angelina, Ed.; 2nd ed.). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ruswandi, I. (2021). Keperawatan Jiwa Panduan Praktis Untuk Mahasiswa Keperawatan (Abdul, Ed.). CV. Adanu Abimata.
Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Pustaka Baru Press.
Yosep, I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa cetakan ke tujuh. Bandung: PT Refika Aditama.
Keliat, B. A. (2019). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. EGC.
20 LAMPIRAN
A. MATERI YANG DISAMPAIKAN KEPADA KLIEN SESI 1
1. Menjelaskan prilaku kekerasan
Rasa stres dan marah merupakan bagian dari rasa emosi yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Stes dapat menyebabkan kecemasan. Kecemasan yang timbul beresiko menimbukan kemarahan yang mana respon terhadap kemarahan dapat diuangkapkan atau diluapkam secara verbal, menekan dan menentang. Adanya respon terhadap kemarahan akan menyebabkan individu beresiko mengalami prilaku kekerasan 2. Menjelaskan cara melakukan menejemen prilaku kekerasan
• Praktikan cara napas dalam
• Praktikan cara berdzikir
• Praktikan cara memukul dengan bantal
SESI 2
1. Menjelaskan cara berlatih menyampaikan meminta tolong, menolak dan mengungkapkan rasa tidak suka atau sakit hati
• Cara meminta bantuan : “bu bolehkan saya meminta dibelikan handphne/motor jika ibu punya rejeki, karena akan saya gunakan untuk kerja/sekolah”, “bolehkan saya meminta diamilkan gelas di dapur, saya haus”, “kira-kira apakah saya ole meminjam uang untuk membeli makan, besok saya ganti”
• Cara monolak : “sebentar bu, nanti 10 mnt akan saya lakukan”, “maaf, saya tidak bisa, lain kali saja ya bu”, “tidak, terimakasih. Nanti saya makan, saya masih kenyang bu”, “maaf bu saya tidak bisa meminjamkan uang sekarang karena akan saya gunakan untuk membeli kepentingan rumah tanga”
• Cara mengungkapkan sakit hati dan ketidak sukaan : “maaf kak saya kurang suka dengan perkataan kakak”, “besok jika pinjam barang bilang dulu ya”, “maaf saya terganggu dengan perkataan anda, besok jika berbicara tolong dijaga ya”
21 B. DAFTAR PERTANYAAN
1. Sesi 1 : Kemampuan mencegah prilaku kekerasan secara fisik a. Kartu no.1
• Benar atau salah bila memukul teman atau keluarga adalah rasa mengungkapkan emosi yang paling benar
• Praktikan cara melakukan napas dalam b. Kartu no.2
• Benar atau salah bila cara meluapkan emosi dengan melakukan aktivitas sehari-hari (memasak, membersihkan kamar mandi)
• Praktikan cara melakukan dzikir c. Kartu no.3
• Benar atau salah bila meluapkan emosi dengan menendang meja atau kursi
• Praktikan cara memukul bantal d. Kartu no.4
• Benar atau salah bila meluapkan emosi dengan sholat, berwudlu atau berzikir dapat memberikan ketenangan
• Praktikan cara ber dzikir e. Kartu no.5
• Benar atau salah bila saat marah melukai diri sendiri dan menyakiti diri sendiri merupakan cara mengungkapkan emosi
• Praktikan cara napas dalam f. Kartu no.6
• Benar atau salah bila berteriak-teriak dan berkata kasar kepada orang lain sebagai wujud mengungkapkan amarah
• Praktikan cara memukul bantal
2. Sesi 2 : Kemampuan mencegah prilaku kekerasan secara sosial a. Kartu kesempatan
1) Kartu 1
Bagaimana cara menolak ajakan teman untuk keluar rumah karena sedang melakukan pekerjaan rumah
2) Kartu 2
Bagaimana cara meminta bantuan ke teman/keluarga untuk membantu menyelesaikan tugas karena merasa kesulitan
3) Kartu 3
Bagaimana cara mengungkapkan rasa tidak suka bila ada teman atau keluarga meminjam barang tidak bilang
4) Kartu 4
Bagaimana cara meminta untuk dibelikan barang (motor) untuk kepentingan kerja
22 5) Kartu 5
Bagaimana cara mengungkapkan ketidak sukaan bila ada teman atau keluarga menjelek-jelekan dengan mnegatakan bila “pelit tidak mau meminjamkan uang”
b. Kartu dana umum 1) Kartu 1
Bagaimana cara menolak keluarga/teman bila ada yang meminjam uang, karena uang yang dimiliki akan digunakan untuk membeli kebutuhan rumah tanga
2) Kartu 2
Bagaimana cara meminta bantuan teman/keluarga untuk mengambilkan tas diatas lemari yang sulit dijangkau
3) Kartu 3
Bagaimana cara menyampaikan ketidak sukaan bila ada teman/keluarga yang mengatakan bila dirinya pemalas sedangkan ia sedang merasa sakit
4) Kartu 4
Bagaimana cara meminta ke keluarga untuk dibelikan handphone karena dibutuhkan untuk kepentingan jualan/sekolah
5) Karu 5
Bagaimana cara menolak ajakan teman untuk mengkonsumsi alkohol karena tidak sehat dan tidak baik
23 C. LEMBAR PENILAIAN PESERTA TAK
1. Sesi 1 : Kemampuan mencegah prilaku kekerasan secara fisik No
Nama Peserta
TAK
Mempraktikan Cara Menangani Kekerasan Fisik
Mampu Menjawab Benar
dan Salah
Keterangan 1
2 3 4 5 6
2. Sesi 2 : Kemampuan mencegah prilaku kekerasan secara sosial No
Nama Peserta
TAK
Mempraktikan Cara Meminta/menolak/tidak
suka
Keterangan 1
2 3 4 5 6
Petunjuk pengisian penilaian peserta TAK :
1. Menuliskan inisial nama klien yang mengikuti kegiatan TAK pada kolom yang telah disediakan
2. Untuk setiap klien, berikan tanda centang (√) bila klien mampu memperagakan atau mendemostrasikan TAK sesuai dengan instruksi dan berikan tanda (-) bila klien tidak tidak mampu memperagakan atau mendemostrasikan intruksi
24
25 D. DOKUMENTASI KEGIATAN