• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PELAKSANAAN PENJURUSAN SISWA DI SMAN 1 KULISUSU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROSEDUR PELAKSANAAN PENJURUSAN SISWA DI SMAN 1 KULISUSU UTARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ahmad Faysal | 259 PROSEDUR PELAKSANAAN PENJURUSAN SISWA

DI SMAN 1 KULISUSU UTARA

PROCEDURE OF IMPLEMENTATION MAJORING AT SMAN 1 KULISUSU UTARA

Oleh:

Ahmad Faysal SMK Negeri 4 Buton Utara Email: [email protected]

Kata Kunci:

Penjurusan di SMA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pelaksanaan penjurusan siswa di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan desain wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru BK, Wakasek Kurikulum, Guru IPA dan Guru IPS. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prosedur pelaksanaan penjurusan siswa di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara yaitu sekolah menetapkan pedoman pelaksanaan penjurusan yang didalamnya terdapat faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penjurusan seperti minat siswa, nilai akademis, rekomendasi guru, dan keinginan orangtua.

Keywords:

Majoring In Senior High School

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between family harmony and student aggression behavior. It is quantitative correlation research. The population in this study amounted to 145 students. Sampling used a proportional random sampling technique with a total of 37 students. Data were collected using interviews, family harmony questionnaires, and aggressive behavior. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential analysis using Pearson product-moment correlation analysis. The results showed that family harmony was at a low level with an average score of 84.86, and student aggression behavior was at a high level with an average score of 150.86. Based on the results of inferential analysis at the significance level a = 0.05, obtained 0.000. Because P-value < a (0.000 <

0.05) with a correlation coefficient of -0.737. Thus it can be concluded that there is a relationship between family harmony and student aggression behavior.

(2)

Ahmad Faysal | 260 Pendahuluan

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan pengkhususan (Depdiknas, 2004 : 112). Pada Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 tentang tujuan pendidikan menengah, terdapat 2 arahan yaitu mempersiapkan siswa ke jenjang perguruan tinggi dengan adanya penjurusan di SMA dan untuk terjun ke masyarakat (bekerja) dengan adanya sekolah kejuruan (SMK). Memasuki jenjang pendidikan SMA, siswa diharuskan memilih jurusan yang sesuai atau cocok dengan dirinya.

Penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan suatu hal yang wajib dan tidak terlepas dari dunia pendidikan. Penjurusan di SMA dilakukan untuk mengarahkan siswa agar menekuni karir yang diinginkan dan sesuai kemampuan yang dimilikinya. Peraturan pemerintah mengenai pendidikan, penjurusan di SMA dilakukan pada awal siswa masuk SMA atau ketika siswa duduk di bangku kelas X yang dihadapkan pada beberapa pilihan jurusan yang ada, antara lain Jurusan IPA, Jurusan IPS, dan Jurusan Bahasa. Kegiatan penjurusan di sekolah dilaksanakan untuk menyeleksi, memilih dan mengumpulkan siswa atau peserta didik yang memiliki kemampuan yang sama untuk mengikuti satu program pendidikan (jurusan) yang sama.

Gani (Daniel, 2017) menjelaskan penjurusan adalah proses penempatan dalam pemilihan program studi siswa. Tujuan penjurusan menurut Snow (Wahyuning, dkk.2014) adalah agar pelajaran yang akan diberikan kepada siswa menjadi lebih terarah karena telah sesuai dengan minatnya. Sejalan dengan Gani, Handayani (2014) mengemukakan bahwa penjurusan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki tujuan antara lain mengelompokkan siswa sesuai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama. Membantu mempersiapkan siswa melanjutkan studi dan memilih dunia kerja.

Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang. Sudiarto (Binadari, dkk. 2015: 988), berpendapat bahwa tujuan diadakannya peminatan jurusan adalah untuk memberikan probabilitas yang lebih terbuka kepada peserta didik untuk memilih mata pelajaran yang diminati, mendalami materi mata pelajaran dan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan karakteristik kepribadian tanpa dibatasi dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku.

Siswa dapat memilih jurusan sesuai dengan keinginannya, namun juga dibatasi jumlah kuota di tiap kelasnya. Penilaian dilakukan untuk mendapatkan siswa yang sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam tiap jurusan dengan menetapkan beberapa indikator penilaian oleh sekolah antara lain: nilai mata pelajaran dan nilai minat dan bakat.

Penentuan jurusan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri peserta didik, meliputi minat, kemampuan, motivasi, cita-cita, dan perhatian. Faktor eksternal berasal dari lingkungan keluarga dan sekolah, di antaranya orangtua, guru, teman, dan masyarakat. Siswa yang kurang paham dengan jurusan yang dipilihnya akan berdampak terhadap kelanjutan sekolah yang akan dijalaninya pada masa yang akan datang. Kurangnya pemahaman tentang jurusan akan membuat siswa setelah masuk kejurusan yang dipilihnya akan mengakibatkan siswa menjadi malas untuk sekolah, kurang nyaman di jurusan dan bahkan pindah jurusan.

Keadaan tersebut juga terjadi di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara, hal ini diketahui melalui pra penelitian yang peneliti lakukan dengan melakukan wawancara dengan guru BK. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa ada siswa yang sering malas mengikuti pembelajaran di kelas, membolos, sulit menyesuaikan diri dengan teman rombelnya, tidak mengerjakan tugas, sulit memahami pelajaran dan bahkan pindah jurusan Untuk lebih mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa tentang jurusan, maka peneliti memberikan angket screening minat penjurusan siswa kelas XI IPA dan XI IPS. Berdasarkan angket screening tersebut ditemukan ada beberapa siswa yang ingin pindah jurusan, karna kurang nyaman di jurusannya saat ini.

Peraturan penjurusan sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 74 tahun 2008 tentang guru. Di luar peraturan tersebut, sekolah memunyai peraturan khusus yang digunakan sebagai pedoman penjurusan seperti halnya penetapan nilai ketuntasan minimal. Dalam proses penjurusan di SMA ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pihak-pihak sekolah untuk menempatkan siswa

(3)

Ahmad Faysal | 261 pada jurusan yang sesuai. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penjurusan di antaranya Guru BK, Wakasek Kurikulum, Guru Mata Pelajaran IPA Kelas X dan Guru Mata Pelajaran IPS Kelas X. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang sekolah lakukan untuk menjuruskan siswa ke jurusan IPA atau jurusan IPS, penulis tertarik melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui prosedur pelaksanaan penjurusan siswa di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.

Penjurusan siswa di SMA

Gani (Daniel, 2017) menyebutkan penjurusan adalah proses penempatan dalam pemilihan program studi siswa. Penjurusan ini diadakan karena yang menentukan keberhasilan para siswa baik pada waktu belajar di sekolah menengah atas dan sederajat maupun setelah perguruan tinggi maka diperlukan suatu bimbingan penjurusan. Karena hal tersebut, Williamson berpendapat bahwa dalam penjurusan ini terdapat kaitan erat antara bimbingan penjurusan dengan bimbingan karier, yaitu merupakan proses yang bebas, meluas, dan berurutan. Bertolak dari pengertian yang telah di kemukakan dapat disimpulkan bahwa penjurusan siswa di SMA adalah upaya membantu siswa dalam memilih jenis sekolah/ program pengajaran khusus atau program studi dan menempatkan dan menyalurkan siswa pada posisi dan sesuai dengan bakat minatnya.

Tujuan dan arah penjurusan siswa

Penjurusan siswa diadakan atas dasar bahwa para siswa adalah individu-individu yang mandiri dengan keanekaragamannya (perbedaan individual). Prihatin (Daniel, 2017), mengungkapkan bahwa para siswa dijuruskan untuk:

1. Mengelompokkan para siswa yang memunyai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama.

2. Membantu mempersiapkan para siswa dalam melanjutkan studi dan memilih dunia kerjanya.

3. Membantu meramalkan keberhasilan untuk mencapai prestasi yang baik dalam kelanjutan studi dan dunia kerjanya.

4. Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai diwaktu mendatang (kelanjutan studi dan dunia kerja).

Sejalan dengan Gani, Widowati, (2015) menyebutkan tujuan dilakukannya penjurusan antara lain: mengelompokkan para siswa yang memunyai kecakapan, kemampuan, bakat dan minat yang relatif sama, membantu mempersiapkan para siswa dalam melanjutkan studi dan memilih dunia kerjanya, membantu meramalkan keberhasilan untuk mencapai prestasi yang baik dalam kelanjutan studi dan dunia kerjanya, dan membantu memperkokoh keberhasilan, dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang (kelanjutan studi dan dunia kerja).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat penjurusan siswa

Prihatin (Daniel, 2017) menyebutkan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penjurusan siswa di SMA:

1. Prestasi belajar.

Kemampuan siswa dapat berwujud kecakapan nyata dan kecakapan potensial, kecakapan nyata dilihat antara lain dari prestasi belajar yang berbentuk skor atau nilai (hasil ulangan yang tertera dalam buku laporan pendidikan). Sedangkan kecakapan potensial adalah suatu kecakapan yang masih terpendam.

2. Minat siswa.

Minat seorang ditandai rasa senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu pekerjaan, benda, situasi, dan sebagainya. Minat timbul karena adanya informasi atau pengetahuan tentang suatu pekerjaan, benda atau situasi. Dalam hal ini, guru dan orangtua seyogyanya memberikan informasi dan pengetahuan yang benar dan tepat, sehingga siswa dapat memperoleh gambaran apa yang akan dipilih.

(4)

Ahmad Faysal | 262 3. Harapan orangtua.

Berdasarkan pengalaman, ada orangtua memaksa anaknya masuk ke jurusan tertentu, tetapi kemampuan anaknya tidak mendukung. Untuk itu, pihak sekolah (guru) perlu mendengarkan atau memperhatikan keinginan dan harapan orangtua terhadap anaknya. Guru seyogyanya pula memberikan penjelasan keadaan siswa berkaitan dengan keinginan dan harapan orangtuanya.

4. Hasil psikotes.

Tes psikologi ini dapat melengkapi hasil tes prestasi belajar, yaitu mengukur kawasan-kawasan perilaku yang belum terungkap oleh tes prestasi belajar. Hasil pengukuran psikologis ini relatif lengkap, tidak hanya mengenai bakat dan minat yang diperkirakan relevan dengan jurusan.

5. Daya tampung.

Penjurusan disesuaikan dengan daya tampung sekolah. artinya berapa kelas menampung atau menerima program Bahasa, IPA dan IPS, tergantung kebijaksanaan atau ketentuan yang ada.

jumlah tenaga pengajar yang ada di sekolah juga perlu diperhatikan.

Menurut Winkel (Allolayuk, 2012) ada beberapa faktor yang memengaruhi penjurusan antara lain:

1. Faktor dalam diri individu (faktor internal).

Faktor internal yang memengaruhi siswa dalam pemilihan jurusan antara lain: minat, cita-cita, bakat, hasil prestasi belajar dan motivasi.

2. Faktor di luar diri individu (faktor eksternal).

Faktor eksternal yang memengaruhi siswa dalam pemilihan jurusan antara lain: pengaruh sosial, pengaruh teman sebaya, dan pendidikan sekolah.

Penjurusan akan terlaksana dengan baik, apabila persyaratan-persyaratan untuk hal itu terpenuhi. Gani (Daniel, 2017), menyatakan ada beberapa syarat dalam mengadakan pemilihan program jurusan, antara lain untuk memenuhi persyaratan yang lengkap tergantung pada:

1. Kondisi sekolah yang bersangkutan: fasilitas dan personalia di dalamnya (kepala sekolah, guru bidang studi, guru BP/Penyuluh).

2. Kemauan/keinginan dari setiap personalia dalam melengkapi data yang diperlukan untuk penjurusan.

3. Kemampuan dan pengetahuan dari staf pelaksana tersebut mengenai data yang diperlukan.

4. Pengertian dari pihak orangtua siswa; atas objektivitas dalam menilai kemampuan putra-putrinya.

Senada dengan di atas, Gani (Widowati, 2015), menjelaskan bahwa persyaratan dalam penjurusan selain di atas, terdapat data yang harus dipertimbangkan dalam hal penjurusan, yaitu;

prestasi belajar, pengukuran tes psikologis dan hasil bimbingan karir.

Pengurus Besar Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI, 1998:14) menjelaskan bahwa untuk setiap tingkat penjurusan siswa dipakai lima komponen kriteria pokok yang menjadi dasar pertimbangan bagi arah penjurusan yang akan dilaksanakan. Kelima komponen tersebut terkait tentang karakteristik pribadi siswa, kondisi sekolah dan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan siswa yang bersangkutan di antaranya:

1. Bakat, minat dan kecenderungan pribadi, berkenaan dengan karir atau pekerjaan tertentu, yaitu karakteristik khusus pribadi yang dapat diukur dengan tes bakat atau inventori tentang minat.

2. Kemampuan dasar umum (kecerdasan), yaitu kemampuan dasar yang bisaanya diukur dengan tes intelegensi.

3. Prestasi hasil belajar, yaitu nilai hasil belajar yang diperoleh di sekolah.

4. Ketersediaan fasilitas sekolah, yaitu apa yang ada di sekolah tempat siswa belajar yang dapat menunjang kesuksesan siswa pada sekolah atau program yang dipilihnya.

5. Dorongan moral dan finansial, yaitu penguatan dan berbagai kemungkinan yang dapat disediakan oleh pihak-pihak yang akan membantu siswa memasuki sekolah atau program yang dipilihnya.

Dalam hal ini dorongan dan kemampuan ekonomi orangtua sangat perlu diperhatikan.

(5)

Ahmad Faysal | 263 Aspek pemilihan program jurusan

Leksana (Novitasari, 2016) menyatakan bahwa siswa dikatakan tepat dalam memilih pemilihan program jurusan apabila telah memenuhi beberapa aspek yaitu sebagai berikut:

1. Pemahaman diri

Pemahaman diri adalah tingkat kemampuan siswa untuk dapat memahami tentang keadaan dirinya sendiri. Pemahaman diri meliputi (1) Kesesuaian bakat dengan program jurusan, (2) Kesesuaian minat dengan program jurusan, (3) Kesesuaian prestasi akademik dengan program jurusan, (4) Kesesuaian cita-cita dengan program jurusan.

2. Pemahaman program jurusan

Pemahaman program jurusan adalah kemampuan siswa untuk memahami dan memilih serta menentukan program jurusan yang ada pada suatu instansi pendidikan tertentu yang akan dimasukinya.

Langkah-langkah penjurusan siswa

Menurut Pengurus Besar IPBI (1998:15) penjurusan secara sistematik dimulai, mengikuti sejumlah langkah yang disesuaikan dengan tingkat penjurusan tertentu, sebagai berikut:

1. Layanan informasi pendidikan atau jabatan

Dalam langkah ini deberikan informasi selengkapnya kepada siswa, sesuai dengan tingkat perkembangan atau pendidikan siswa, yaitu informasi tentang sekolah ataupun program yang akan mereka ikuti setamat dari sekolah yang mereka duduki sekarang. Selain itu diberikan juga informasi tentang karir atau jenis pekerjaan yang dapat dijangkau setamat dari sekolah atau program studi yang dipilih.

2. Pengungkapan karakteristik siswa dan fasilitas yang ada

Pengungkapan karakteristik siswa sangat penting, khususnya berkenaan dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat, dan kecenderungan pribadi, serta prestasi hasil belajar.

Karakteristik pribadi siswa dapat diungkap melalui tes standar dan prosedur penilaian hasil belajar.

3. Penyejajaran karakteristik siswa dengan sekolah atau program yang dapat dipilih

Langkah ini mengarah pada kecocokan antara karakteristik pribadi siswa dengan syarat-syarat sekolah atau program yang dapat dipilih siswa. Keadaan yang diinginkan ialah karakteristik pribadi siswa yang benar-benar cocok atau sejajar, atau setidaknya mendekati, dengan persyaratan sekolah atau program yang dipilih.

4. Siswa mengikuti sekolah atau program yang dipilihnya

Dalam langkah ini peranan guru pembimbing dan pihak-pihak lain yang terkait (terutama orangtua) adalah tut wuri handayani. Berbagai dorongan, sokongan ,dan bantuan agar siswa belajar secara optimal demi kesuksesan studinya perlu diberikan sebesar-besarnya.

5. Monitoring dan tindak lanjut

Guru pembimbing memonitor kegiatan siswa asuhnya dalam menjalani program yang diikutinya.

Perkembangan dan berbagai permasalahan siswa perlu diantisipasi dan memperoleh pelayanan bimbingan yang tepat.

Pelaksanaan dan mekanisme penjurusan siswa

Pelaksanaan penjurusan secara akademik, hanya dilihat dari tuntas atau tidaknya pembelajaran siswa pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu yang menjadi ciri khas jurusan, seperti untuk jurusan IPA ditentukan oleh mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi. IPS, mata pelajaran ekonomi, geografi, dan sosiologi. Untuk jurusan bahasa ditentukan oleh mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa inggris.

Pengurus Besar IPBI (1998), menjelaskan mekanisme palaksanaan penjurusan sebagai berikut:

1. Kepala sekolah

a. Mendorong dan memberikan fasilitas kepada guru mata pelajaran, guru pembimbing, dan guru praktik untuk berpartisipasi atau berperaan dalam upaya penjurusan siswa,

b. Memberi kesempatan kepada orangtua siswa untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi tentang program pendidikan yang ada di sekolah.

(6)

Ahmad Faysal | 264 2. Guru mata pelajaran

a. Memberikan nilai hasil belajar kepada guru pembimbing

b. Memberikan materi informasi jabatan/pendidikan yang relevan dengan materi pelajaran yang bersangkutan kepada siswa

3. Guru praktik

a. Memberikan nilai hasil praktik kepada guru pembimbing

b. Memberikan nilai hasil praktik kepada siswa yang bersangkutan.

4. Guru pembimbing

a. Bekerja sama dengan guru mata pelajaran dan guru praktik untuk mendapatkan nilai siswa b. Memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa

c. Menyelenggarakan instrumentasi dan mengolah data tentang komponen penjurusan serta mempertimbangkan hasilnya.

5. Orangtua

a. Berusaha memperoleh informasi yang lengkap dan tepat tentang bakat/minat serta kecenderungan anak serta kemungkinan program pendidikan yang dapat dipilih anak

b. Memberi dorongan dan fasilitas yang memadai searah dengan pilihan anak.

6. Siswa

a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan bimbingan

b. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan instrumentasi dan pelaksanaan prosedur mekanisme penjurusan yang dilakukan oleh guru pembimbing

c. Berkonsultasi dengan orangtua tentang pilihan program pendidikan yang paling tepat d. Berkonsultasi dan menerima hasil penjurusan

e. Menjalani hasil penjurusan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018, bertempat di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara, Kabupaten Buton Utara. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang prosedur pelaksanaan penjurusan IPA dan IPS yang telah berlangsung di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara.

Informan penelitian ini adalah guru-guru yang berperan langsung dalam penjurusan di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara. Adapun guru-guru yang berperan dalam penjurusan meliputi: Kepala Sekolah, Wakasek Kurikulum, Guru BK, Guru IPA Kelas X dan Guru IPS Kelas X. Teknik pengumpulan data dilakukan pada saat penelitian mengunakan teknik wawancara dan dokumentasi.

Wawancara yang dilakukan bersifat terstruktur dengan menggunakan panduan wawancara yang berisi butiran-butiran pertanyaan untuk diajukan kepada informan, hal ini untuk memudahkan dalam melakukan wawancara, penggalian data dan informasi (Ghony dan Almanshur, 2016: 176).

Sedangkan teknik dokumentasi yaitu informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter yang berupa surat-surat, buku harian, laporan, pidato dan sebagainya (Bungin, 2013:

154). Teknik dokumentasi ini penulis gunakan untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, letak geografis dan sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Kulisusu Utara.

Miles dan Huberman (Afrizal, 2016: 174) berpendapat, analisis data kualitatif adalah proses mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu data yang dikumpulkanakan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data hasil wawancara dan dokumentasi dipaparkan secara deskriptif selanjutnya diklasifikasi kemudian diinterprestasi apa adanya dan ditarik sebuah kesimpulan.

(7)

Ahmad Faysal | 265 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Prosedur penjurusan siswa di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan penjurusan siswa

Sebelum proses penjurusan dilaksanakan, kepala sekolah selaku top manajemen di sekolah mengadakan rapat dengan guru mata pelajaran dan juga melibatkan guru BK. Rapat ini dilaksanakan ketika ujian semester genap dilaksanakan dan sebelum siswa masuk ke sekolah.

Dalam rapat ini dibahas mengenai penjurusan, dan kriteria penjurusan. Hasil rapat ini akan dibuat sebagai suatu kebijakan sekolah dalam pelaksanaan penjurusan siswa.

Kebijakan dalam penjurusan bagi siswa ke jurusan IPA atau IPS di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara merupakan suatu pedoman atau dasar bagi semua pihak di sekolah untuk dijadikan pijakan dalam penjurusan. Pedoman penjurusan sekolah disusun dan disepakati dalam suatu rapat dan saat ini telah menjadi sebuah kegiatan yang menjadi kebisaaan dan dilakukan setiap tahunnya. Di antara kebijakan penjurusan tersebut adalah bahwa proses penjurusan perlu mempertimbangkan hal-hal seperti minat siswa, nilai akademis, rekomendasi dan masukan dari guru, keinginan dan harapan orangtua.

2. Kriteria penjurusan di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara

Berdasarkan hasil rapat penjurusan yang telah dilakukan, maka ditetapkanlah kriteria penjurusan dengan mempertimbangkan: minat siswa terhadap jurusan yang diinginkan, nilai akademis (rapor) yang diperoleh sejak siswa kelas IX di semester 1 dan semester 2, rekomendasi guru dengan melihat kondisi siswa selama sekolah dan keinginan serta harapan orangtua terhadap masa depan anak.

3. Melaksanakan tes minat siswa

Proses penjurusan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara yang pertama adalah berdasarkan minat dan keinginan siswa. Pengungkapan minat siswa dapat dilakukan melalui angket, kuesioner, dan wawancara atau cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi minat, bakat, dan kemampuan (psikotes) siswa terhadap pilihan jurusan yang akan dimasukinya, sedangkan pelaksanaan penjurusan secara akademik, hanya dilihat dari tuntas atau tidaknya pembelajaran siswa pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu yang menjadi ciri khas jurusan, seperti untuk jurusan IPA ditentukan oleh mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi. IPS, mata pelajaran ekonomi, geografi, dan sosiologi.

4. Mempertimbangkan nilai akademis (rapor)

Faktor yang dipertimbangkan berikutnya dalam pengambilan jurusan siswa SMA Negeri 1 Kulisusu Utara adalah dengan memerhatikan nilai rapor siswa saat kelas IX semester 1 dan semester 2. Nilai rapor ini dikumpulkan di oleh guru BK, nilai ini dapat menunjukkan ke arah mana siswa sebaiknya memasuki jurusan yang sesuai dengan dirinya. Jika nilai rapor untuk mata pelajaran IPA (matematika dan ilmu pengetahuan alam bagus) dan IPS di atas standar yang ditetapkan, maka siswa dapat dimasukkan pada jurusan IPA atau IPS. Namun jika nilai IPA saja yang bagus maka siswa diarahkan masuk di jurusan IPA dan sebaliknya jika nilai IPS yang bagus maka siswa akan dimasukkan dan diarahkan masuk jurusan IPS.

5. Memerhatikan rekomendari guru

Tidak semua siswa masuk jurusan IPA atau IPS hanya berdasarkan nilai rapor, namun terkadang ada siswa yang memiliki minat masuk jurusan IPA tetapi nilai rapor atau kemampuannya dianggap kurang memadai. Tetapi siswa tetap menginginkan masuk jurusan IPA, maka bisaanya rekomendasi dari guru diperlukan. Guru akan memberikan rekomendasi untuk siswa yang ingin masuk jurusan yang diinginkan dan menurut pertimbangan guru dianggap mampu untuk masuk jurusan itu.

6. Memerhatikan keinginan atau harapan dari orangtua

Keinginan dan harapan orangtua juga menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam rangka penjurusan siswa. Orangtua tentunya memiliki harapan kepada anaknya kelak menjadi apa, sehingga biasanya saat penjurusan masukan orangtua perlu untuk diperhatikan. Harapan orangtua

(8)

Ahmad Faysal | 266 biasanya disampaikan secara langsung kepada guru atau pihak sekolah juga terkadang disampaikan lewat siswa melalui kuesioner yang diisi siswa. Berdasarkan masukan orangtua tersebut kemudian sekolah mengakomodirnya sehingga dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dalam penjurusan siswa.

7. Melaksanakan pengelompokan siswa ke jurusan IPA atau IPS

Pengelompokan siswa kejurusan IPA atau IPS di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Syarat Penjurusan di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara Minat

Nilai Akademis

Tertinggi

Kemungkinan Jurusan

Keinginan Orangtua

Rekomendasi

Guru Jurusan

IPA IPA IPA IPA - IPA

IPA IPS IPA/IPS IPA IPA IPA

(Percobaan)

IPS IPS IPA IPS - IPS

IPS IPA IPA/IPA IPS IPS IPS

(Percobaan)

IPS IPA IPA/IPS IPA/IPS IPA/IPS IPS

IPA IPS IPA/IPS IPA/IPS IPA/IPS IPA

(Percobaan)

Berdasarkan tabel di atas selain minat dan nilai akademis, faktor keinginan dan harapan orangtua dan rekomendasi dari guru dalam memilih jurusan. Bagi siswa yang memiliki kecocokan jurusan dari minat, nilai akademis dan kesesuaian dengan keinginan orangtua dapat langsung diputuskan memasuki jurusan yang diinginkan. Tetapi lain jika tidak ada kecocokan antara minat, nilai akademis dan keinginan orangtua maka akan masuk jurusan dengan masa percobaan.

Pembahasan

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan pengkhususan. Menurut Gani (Daniel, 2017), Penjurusan adalah proses penempatan dalam pemilihan program studi siswa.

Penjurusan ini diadakan karena yang menentukan keberhasilan para siswa baik pada waktu belajar di sekolah menengah atas dan sederajat maupun setelah perguruan tinggi maka diperlukan suatu bimbingan penjurusan. Karena hal tersebut, Williamson berpendapat bahwa dalam penjurusan ini terdapat kaitan erat antara bimbingan penjurusan dengan bimbingan karier, yaitu merupakan proses yang bebas, meluas, dan berurutan.

Prosedur penjurusan di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara dimulai dengan penetapan kebijakan oleh kepala sekolah. Kebijakan tersebut ditetapkan kepala sekolah dengan sebelumnya melakukan rapat dengan para guru, dari hasil rapat maka disepakati dan ditetapkanlah kebijakan. Selanjutnya dalam kebijakan tersebut terdapat hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membantu siswa memasuki jurusan yang diinginkan dan sesuai dengan dirinya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan tersebut adalah minat siswa, nilai akademik (rapor), rekomendasi guru dan keinginan atau harapan orangtua tentang jurusan yang diambil anak.

Minat menjadi hal pertama yang dipertimbangkan dalam penjurusan. Minat seorang ditandai rasa senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu pekerjaan, benda, situasi, dan sebagainya. Minat timbul karena adanya informasi atau pengetahuan tentang suatu pekerjaan, benda atau situasi. Dalam hal ini, guru dan orangtua seyogiyanya memberikan informasi dan pengetahuan

(9)

Ahmad Faysal | 267 yang benar dan tepat, sehingga siswa dapat memperoleh gambaran apa yang akan dipilih (Prihatin dalam Daniel, 2017).

Pengungkapan minat siswa dapat dilakukan melalui angket, kuesioner, dan wawancara atau cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi minat, bakat, dan kemampuan (psikotes) siswa terhadap pilihan jurusan yang akan dimasukinya. Selanjutnya nilai akademik yang merupakan kemampuan siswa yang berwujud kecakapan nyata dan kecakapan potensial, kecakapan nyata dilihat antara lain dari prestasi belajar yang berbentuk skor atau nilai (hasil ulangan yang tertera dalam buku laporan pendidikan). Sedangkan kecakapan potensial adalah suatu kecakapan yang masih terpendam.

Potensi ini dapat dipahami guru atau orangtua melalui non tes seperti pengamatan, wawancara, dan melihat prestasinya. Kecakapan ini sangat penting karena berkaitan dengan kemampuan anak dalam bidang studi tertentu yang sesuai dengan jurusan, tentunya akan memengaruhi keberhasilan siswa dalam melaksanakan studinya.

Nilai akademis yang menjadi pertimbangan penjurusan siswa adalah nilai rapor siswa saat kelas IX semester 1 dan semester 2. Nilai rapor ini dikumpulkan di oleh guru BK, nilai ini dapat menunjukkan ke arah mana siswa sebaiknya memasuki jurusan yang sesuai dengan dirinya. Jika nilai rapor untuk mata pelajaran IPA (matematika dan ilmu pengetahuan alam bagus) dan IPS di atas standar yang ditetapkan, maka siswa dapat dimasukkan pada jurusan IPA atau IPS. Namun jika nilai IPA saja yang bagus maka siswa diarahkan masuk di jurusan IPA dan sebaliknya jika nilai IPS yang bagus maka siswa akan dimasukkan dan diarahkan masuk jurusan IPS.

Faktor yang dipertimbangkan berikutnya dalam pengambilan jurusan siswa SMA Negeri 1 Kulisusu Utara adalah dengan memerhatikan rekomendasi guru, artinya Tidak semua siswa masuk jurusan IPA atau IPS hanya berdasarkan nilai rapor, namun terkadang ada siswa yang memiliki minat masuk jurusan IPA tetapi nilai rapor atau kemampuannya dianggap kurang memadai. Tetapi siswa tetap menginginkan masuk jurusan IPA, maka biasanya rekomendasi dari guru diperlukan. Guru akan memberikan rekomendasi untuk siswa yang ingin masuk jurusan yang diinginkan dan menurut pertimbangan guru dianggap mampu untuk masuk jurusan itu. Kemudian dipantau, kalau dianggap mampu maka akan diijinkan terus mengikuti di jurusan itu.

Keinginan dan harapan orangtua juga menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam rangka penjurusan siswa. Orangtua tentunya memiliki harapan kepada anaknya kelak menjadi apa, sehingga biasanya saat penjurusan masukan orangtua perlu untuk diperhatikan. Harapan orangtua biasanya disampaikan secara langsung kepada guru atau pihak sekolah juga terkadang disampaikan lewat siswa melalui kuesioner yang diisi siswa. Berdasarkan masukan orangtua tersebut kemudian sekolah mengakomodirnya sehingga dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dalam penjurusan siswa.

Jika minat siswa tidak sesuai dengan nilai akademis dan juga bisa saja tidak sesuai dengan harapan atau keinginan orangtua, maka guru perlu mencari solusi dan perlu memberi rekomendasi setelah dicapai solusi bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (Allolayuk, 2012), yang mengemukakan ada beberapa faktor yang memengaruhi penjurusan antara lain faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Semua faktor tersebut perlu dipertimbangkan sehingga diperoleh sebuah pilihan yang nyaman bagi siswa dan sesuai dengan minat dan juga keinginan orangtua.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa penjurusan di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara meliputi tahap persiapan penjurusan siswa dan tahap pelaksanaan penjurusan siswa.

Tahap persiapan bertujuan untuk menentukan kriteria yang akan digunakan dalam penjurusan serta siapa saja yang dilibatkan dalam penjurusan. Sedangkan pada tahap pelaksanaanya itu diawali dengan menyebar kuesioner untuk menentukan minat siswa, mempertimbangkan nilai akademik siswa yang tercatat pada nilai rapor, memperhatikan rekomendasi guru dan juga dengan memperhatikan harapan atau keinginan orangtua.

(10)

Ahmad Faysal | 268 Saran

1. Bagi pihak sekolah, proses penjurusan yang dilakukan cukup baik karena telah memerhatikan faktor internal dan eksternal siswa, namun perlu dibuat sebuah prosedur kerja yang jelas dalam bentuk panduan sehingga mudah dipahami siswa, guru, orangtua siswa maupun masyarakat.

2. Bagi siswa, sebaiknya berkonsultasi dengan guru maupun orangtua dalam memilih jurusan yang diinginkan serta dengan memerhatikan minat dan nilai akademik yang diperolehnya.

3. Bagi guru, proses penjurusan adalah proses yang berat bagi siswa dan merupakan proses yang sangat menentukan masa depannya. Sehingga hendaknya sekolah menyampaikan informasi dan bagaimana memilih jurusan yang tepat sehingga siswa tidak salah dalam memilih jurusan yang diinginkan.

4. Bagi orangtua siswa, sebaiknya tidak memaksakan jurusan pada anak. Namun sebaiknya memerhatikan minat anak, potensi anak dan juga harapan atau cita-cita anak, sehingga anak merasa memeroleh dukungan dalam meniti masa depan yang diawali dengan pemilihan jurusan di SMA.

Daftar Pustaka

Afrizal. (2016). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya MendukungPenggunaanPenelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.

Allolayuk, Yuriani Rinni. (2012). Faktor Yang Memengaruhi Siswa Memilih Jurusan IPA pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 72 Jakarta. Jurnal Universitas Negeri Jakarta.

Binadari dkk. 2015. Perbandingan Metode Regresi Logistik Biner dan Multivariate Adaptive Regression Spline (Mars) pada Peminatan Jurusan SMA (Studi Kasus SMA Negeri 2 Semarang). Jurnal Gaussian, Vol. 4, No. 4.

Bungin, Burhan. (2013). Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Penerbit Kencana.

Daniel, Muhammad. (2017). Manajemen Kesiswaan Dalam Penjurusan SMKN 1 Banda Aceh. Skripsi Universitas Islam Negri AR-Raniry.

Ghony & Fauzan Almanshur. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Penerbit AR-Ruz Media.

Handayani dkk. (2014). Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Jurusan Menggunakan Fuzzy Multiple Atribute Decision Making Dengan Metode Simple Additive Weighting Studi Kasus Pada Sma Islam Sultan Agung 1 Semarang. Jurnal Transformatika, Volume 11, No.2.

Niken, Veronika W. (2015). Studi Kasus Tentang Proses Penjurusan Beberapa SMA Di Yogyakarta.

Skripsi. Universitas Sanata Dharma.

Novitasari, Firma. (2016). Peningkatan Pemahaman Pilihan Minat Jurusan Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Kota Agung Barat Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Universitas Lampung.

Pengurus Besar IPBI.(1998). Pedoman Umum Penjurusan Siswa di SLTP,SLTA,dan SMK.Online.

Diposting oleh anola viora di 18.27. Sabtu, 06 Desember 2014

Pinararatri, Anjar Kinanthi. (2017). Perbedaan Tingkat Harga Diri Antara Siswa Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Maos. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Referensi

Dokumen terkait

Sepanjang perkembangan Pendidikan formal di Indonesia teramati bahwa penjurusan di SMA telah dilaksanakan sejak awal tahun 1945 sampai sekarang, yang dipilah menjadi

Maka kesimpulan penelitian ini bahwa tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri Surabaya khususnya siswa anggota pengurus OSIS yang telah mendapatkan sosialisasi dari

SMA Negeri 11 Luwu Utara memiliki program kegiatan ekstrakurikuler yang disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik serta sesuai dengan agenda kegiatan lomba non

Berdasarkan tabel dan gambar di atas dapat diketahui minat siswa dalam mengikuti ekstrakurikuler bola voli di SMA Negeri 6 Kediri berdasarkan faktor intern

Maka Hipotesis nol (Ho) yang berbunyi tidak ada hubungan antara konsep diri dengan pelaksanaan tugas perkembangan siswa kelas X-K SMA Negeri 1 Kupang tahun pelajaran

DOKUMEN PELAKSANAAN KEGIATAN KEBERSIHAN SEKOLAH SMA NEGERI 1 SIBORONGBORONG KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA PROVINSI

Pada SMA Negeri 01 Boyolangu Tulungagung, standar prosedur penjurusan yang digunakan untuk menentukan seorang siswa masuk pada salah satu pilihan pada kelompok

Sikap dan Perilaku Siswa Setelah Mendapatkan Pembelajaran Pendidikan Anti Radikalisme Siswa SMA Negeri di Hulu Sungai Utara telah menerapkan nilai-nilai anti radikalisme pada diri