• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pemeliharaan Preventif Base Transceiver Station pada Provider PT. Mitra Karsa Utama

N/A
N/A
Projects March7

Academic year: 2024

Membagikan "Prosedur Pemeliharaan Preventif Base Transceiver Station pada Provider PT. Mitra Karsa Utama"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BASE TRANSCEIVER STATION PADA PROVIDER di PT. MITRA KARSA UTAMA

Oleh:

Ahmad Syafiul Niamirroykhan NIM 211220000253

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA 2024

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

PROSEDUR PREVENTIVE MAINTENANCE BASE TRANSCEIVER STATION PADA PROVIDER

di PT. MITRA KARSA UTAMA

Laporan Kerja Praktik diajukan kepada Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Oleh:

Ahmad Syafiul Niamirroykhan NIM 211220000253 Diajukan pada Seminar

Kerja Praktik Tanggal : 11 Januari 2024

Menyetujui: Mengetahui,

Dosen Pembimbing Ketua Prodi Teknik Elektro

ZAENAL ARIFIN, S.T, M.T. ZAENAL ARIFIN, S.T, M.T.

NIDN 0621068901 NIDN 0621068901

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PROSEDUR PREVENTIVE MAINTENANCE BASE TRANSCEIVER STATION PADA PROVIDER

di PT. MITRA KARSA UTAMA

Laporan Kerja Praktik diajukan kepada Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Oleh:

Ahmad Syafiul Niamirroykhan NIM 211220000253 Diajukan pada Seminar

Kerja Praktik Tanggal : 11 Januari 2024

Menyetujui: Mengetahui,

Pembimbing Kerja Praktik Regional Service Manager

Eka Prasetya Setyo Anggoro

(4)

iii ABSTRAK

Penelitian ini menitikberatkan pada pemeriksaan dan pengukuran teknis selama pemeliharaan Tower BTS. Rumusan masalah mencakup evaluasi Panel KWh, pengukuran Arus dan Tegangan pada Panel ACPDB, serta teknik Pengukuran Grounding Tower BTS.

Tujuan penelitian adalah memahami langkah-langkah pemeriksaan KWh, mendeteksi Over Current dan Over Voltage pada Panel ACPDB, serta memastikan keamanan Grounding perangkat BTS. Pembatasan penelitian difokuskan pada pemeriksaan panel KWh sebelum dan sesudah perbaikan Tower, evaluasi Arus dan Tegangan antar fasa pada ACPDB, dan pengukuran Grounding untuk memastikan kinerja sistem seiring waktu. Pemantauan Shelter BTS, yang memanfaatkan Jaringan Sensor Nirkabel (WSN) dengan modul NRF24L01, menekankan pentingnya sensor suhu, kelembapan, tegangan, arus, gas, dan RFID. Setiap Shelter BTS membutuhkan sistem ini guna mengurangi risiko masalah tak terduga. Dengan fokus pada aspek teknis ini, penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman terhadap kondisi dan keandalan perangkat BTS serta memberikan kontribusi pada pemeliharaan yang efektif dan efisien.

Kata kunci : Preventive, Maintenance, BTS.

(5)

iv ABSTRACT

This research focuses on the technical inspection and measurement during the maintenance of BTS (Base Transceiver Station) towers. The problem formulation involves the examination of the KWh Panel, the measurement of Current and Voltage on the ACPDB (Air Circuit Breaker Distribution Board) Panel, and the method of Grounding Measurement for BTS towers. The research objectives include understanding the stages of KWh inspection, detecting Over Current and Over Voltage on the ACPDB Panel, and ensuring the safety of BTS device Grounding. Problem limitations are concentrated on checking the KWh panel before and after Tower repairs, evaluating Current and Voltage between phases on the ACPDB, and grounding measurement to ensure system performance over time. The monitoring of BTS shelters, utilizing a Wireless Sensor Network (WSN) with the NRF24L01 module, emphasizes the importance of sensors for temperature, humidity, voltage, current, gas, and RFID. Each BTS shelter requires this system to reduce the risk of unexpected issues. With a focus on these technical aspects, the research aims to enhance understanding of the condition and reliability of BTS devices, contributing to effective and efficient maintenance.

Keywords : Preventive, Maintenance, BTS.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan KP (Kerja Praktik) ini dengan baik. Kerja Praktik ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan kurikulum di Universitas Islam Nahdlatul Ulam Jepara.

Laporan Kerja Praktik ini disusun berdasarkan hasil Kerja Praktik di PT. Mitra Karsa Utama dari tanggal 13 November 2023 sampai dengan 30 Desember 2023.

Penulisan laporan ini membahas tentang Prosedur Preventive Maintenance Base Transceiver Station Pada Provider di PT. Mitra Karsa Utama hal itu berkaitan dengan latar belakang pendidikan kami di Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara yang mengambil Program Studi Teknik Elektro.

Proses penyusunan Laporan Kerja Praktik ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis selama melaksanakan Kerja Praktik dan selama proses penyusunan laporan ini, yaitu kepada :

1. Bapak Dias Prihatmoko, S.T., M.Eng. sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

2. Zaeanal Arifin, S.T., M.T. sebagai Ketua Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

3. Zaeanal Arifin, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing kerja praktik Teknik Elektro Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

4. Bapak Setyo Anggoro, selaku Regional Service Manager di PT. Mitra Karsa Utama Semarang.

5. Bapak Eka Prasetya. selaku Pembimbing Kerja Praktik di lapangan pada PT.

Mitra Karsa Utama Semarang.

(7)

vi

6. Kedua orang tua yang telah memberi bantuan dan motivasi sampai selesainya kegiatan KP ini.

7. Semua teman-teman di Teknik Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara khususnya angkatan 2021-2022 yang sudah banyak membantu dan memberi motivasi.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan KP ini masih banyak kekurangan dan jauh dari tingkat kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktik ini dapat berguna bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya, terutama mahasiswa Program Studi S-1 Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Jepara, 20 Januari 2024

Penyusun

(8)

vii

DAFTAR ISI Contents

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat dilaksanakannya kerja praktik ... 3

1.5 Batasan Masalah ... 3

1.6 Metodologi Studi ... 4

1.7 Sistematika Pembahasan ... 4

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ... 6

2.1 Sejarah Perusahaan ... 6

2.1.1 Identitas Perusahaan ... 6

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 7

2.1.3 Denah Lokasi Perusahaan ... 7

2.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 9

2.1.5 Cabang Perusahaan ... 10

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 11

3.1 Base Transceiver Stations (BTS) ... 11

3.1.1 Topologi BTS ... 12

3.1.2 Jenis Tower BTS (Base Transceiver Station) ... 14

3.1.3 Jenis BTS Berdasarkan Perangkat ... 19

3.1.4 Media Transmisi Kabel pada BTS ... 20

3.1.5 Media Transmisi Nirkabel pada BTS (Antena) ... 24

3.2 Civil, Mechanical and Electrical (CME) ... 27

(9)

viii

3.3 Pengenalan CDMA ... 28

3.4 Perangkat Umum pada BTS ... 30

3.4.1 Rectifier ... 31

3.4.2 Battery ... 32

3.4.3 Penggantian Perangkat BTS ... 33

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN ... 36

4.1 Site Maintenance ... 36

4.2 Perangkat yang dibutuhkan saat Maintenance ... 36

4.3 Prosedur Preventive Maintenance ... 37

4.3.1 Batasan Pemeliharaan ... 38

3.3.1 Tahapan Preventive Maintenance Secara Umum... 38

4.3.3 Pengecekan Panel KWh ... 39

4.3.4 Pengukuran Arus Dan Tegangan Panel ACPDB... 41

4.3.5 Pengukuran Tegangan Listrik Antar Fase dan Tiap Fase ... 42

4.3.6 Pengukuran Grounding ... 43

4.3.7 Pemantauan Shelter BTS (Base Transceiver Station) ... 47

BAB V PENUTUP ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.1 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

Lampiran I ... 55

Lampiran II ... 56

Lampiran III ... 57

Lampiran IV ... 58

Lampiran V ... 59

Lampiran VI ... 60

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lokasi Google Map PT.Mitra Karsa Utama Semarang ... 8

Gambar 2. 2 Kantor DOP MKU Kota Semarang ... 8

Gambar 3. 1 Topologi BTS (Base Transceiver Station) ... 13

Gambar 3. 2 Downlink dan Uplink ... 13

Gambar 3. 3 Tower BTS 4 Kaki ... 16

Gambar 3. 4 Tower BTS 3 Kaki ... 17

Gambar 3. 5 Tower BTS 1 Kaki ... 18

Gambar 3. 6 BTS Indoor Shelter ... 19

Gambar 3. 7 BTS Outdoor ... 20

Gambar 3. 8 Coxial Kabel ... 21

Gambar 3. 9 Wave Guide Circular ... 22

Gambar 3. 10 Struktur Fiber Optic ... 23

Gambar 3. 11 Pola Antena Sektoral ... 24

Gambar 3. 12 Antena Sektoral ... 25

Gambar 3. 13 Antena Microwave ... 26

Gambar 3. 14 RRU (Remote Radio Unit) ... 27

Gambar 3. 15 Code Division Multiple access (CDMA) ... 30

Gambar 3. 16 Perangkat Rectifier ... 32

Gambar 3. 17 Batterai pada BTS yang disusun secara seri paralell... 33

Gambar 4. 1 Sebelum dan sesudah pengukuran... 39

Gambar 4. 2 pengukuran tegangan dengan Tang Meter ... 42

Gambar 4. 3 Pengukuran Tegangan antar Fasa ... 43

Gambar 4. 4 Flow Chart kegiatan pengukuran tahanan dengan elektroda ... 43

Gambar 4. 5 Singel line diagram Grounding 3 titik ... 44

Gambar 4. 6 Singel line diagram Grounding 4 titik ... 44

Gambar 4. 7 Pengukuran Grounding pada Bak Kontrol ... 45

Gambar 4. 8 Grounding RF (Radio Frequency) ... 46

Gambar 4. 9 Gambaran Umum Sistem Pemantauan ... 47

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Konsumsi Daya Listrik BTS ... 40

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada saat ini, mengharuskan metode pengajaran dan pendidikan untuk berkembang. Oleh karena itu Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara sebagai Universitas pendidikan yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi menetapkan kurikulum yang mengakomodasi perkembangan teknologi terbaru. Salah satunya adalah kerja praktik yang bertujuan mengenalkan dunia kerja kepada mahasiswa. Dengan kerja praktik ini mahasiswa dituntut untuk dapat memahami dunia kerja. Sehingga mahasiswa tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan bidang teoritis saja, melainkan juga mengetahui perkembangan teknologi terbaru dalam bidang telekomunikasi. Pada era komunikasi yang sedang berkembang saat ini, jaringan wireless merupakan media komunikasi yang paling diminati karena kemudahan dan fleksibilitasnya. Ponsel sebagai perangkat komunikasi wireless juga semakin berkembang dan menjadi kebutuhan primer masyarakat. Untuk memenuhi kapasitas jaringan komunikasi yang semakin meninggi sangat dibutuhkan perangkat BTS (Base Transceiver Station) dan BSC (Base Station Controller) sebagai transceiver signal yang dibutuhkan oleh ponsel.

Jaringan seluler saat ini berkembang sangat pesat dan membutuhkan band frekuensi yang semakin lebar pada spectrum.[1]

Tertentu mulai dari single band hingga quad band. Saat ini Indonesia telah memasuki era jaringan 4G LTE (Generasi keeampat) sampai 5G (Generasi kelima).

Menghadapi makin bertambahnya tower milik para operator seluler, maka pemerintah melalui menteri komunikasi dan infomasi (KOMINFO) mengeluarkan kebijakan mengenai pembangunan menara melalui peraturan terbaru Peraturan Menteri Kominfo No. 2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Telekomunikasi. Berdasarkan peraturan tersebut, terutama pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa kini tower BTS wajib digunakan secara bersama tanpa mengganggu pertumbuhan industri

(13)

telekomunikasi. Hal ini menjadi landasan bahwa kini tower wajib digunakan oleh minimal 2 operator. Dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut, membuat pihak operator tidak bisa leluasa lagi mendirikan tower sendiri, dikarenakan tidak efektif dan efisien.[1]

1.2 Rumusan Masalah

Dalam kerja praktik ini permasalahan yang saya angkat sebagai topik pembahasan adalah Prosedur Preventive Maintenance Base Transceiver Station Pada Provider di PT. Mitra Karsa Utama.

1. Pengecekan Panel KWh, pada saat Maintenance Tower BTS (Base Transceiver Station).

2. Pengukuran Arus dan Tegangan pada Panel ACPDB (Air Circuit Breaker Distribution Board).

3. Bagaimana melakukan cara Pengukuran Grounding Tower BTS (Base Transceiver Station).

4. Bagaimana Cara Monitoring kerusakan Perangkat pada Shelter BTS

1.3 Tujuan

Dalam Rumusan masalah terdapat tiga pembahsan yang diangkat sebagai topik pembahasan, tujuan penulis mengangkat tiga pembahasan diatas sebagai berikut:

1. Mengetahui tahapan pada saat pengecekan KWh

2. Mengetahui ada atau tidaknya Over Current dan Over Voltage pada panel ACPDB (Air Circuit Breaker Distribution Board)

3. Mengetahui apakah Grounding sudah aman untuk perangkat BTS (Base Transceiver Station)

4. Mengetahui kerusakan secara real time pada perangkat BTS

(14)

3

1.4 Manfaat dilaksanakannya kerja praktik

Terdapat Manfaat dilaksanakannya Kerja Praktik bagi Mahasiswa antaralain sebagai berikut:

1. Membandingkan informasi yang telah didapat dengan pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan.

2. Memenuhi kewajiban setiap mahasiswa Program Studi Sarjana S-1 Teknik Elektro di Fakultas Sains dan Teknologi yang diharuskan mengambil mata kuliah wajib yaitu kerja Praktik sebagai salah satu syarat utama dalam kelulusan.

3. Mengamati dan mengambil kesimpulan dari segala aktifitas tersebut.

4. Mendapatkan pengalaman kerja di lapangan.

5. Mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan pengetahuan profesi melalui penerapan ilmu, latihan kerja, dan pengamatan teknik yang diterapkan di PT. Mitra Karsa Utama.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah Preventive Maintenance Service BTS (Base Transceiver Station) pada Provider di PT. Mitra Karsa Utama.

1. Hanya melakukan pengecekan panel KWh saat sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan pada Tower yang sedang Maintenance, Daya yang terpakai setelah melakukan perbaikan berapa nantinya akan diserahkan kebagian PLN.

2. Hanya memeriksa Arus dan Tegangan antar fasa apakah sudah sesuai tegangan dan arus tiap fasanya, karena jika salah satu fasa tidak seimbang bisa menyebabkan kerusakan pada peralatan.

3. Hanya melakukan Pengukuran Grounding, untuk memastikan keberlanjutan kinerja sistem Grounding seiring waktu pada Tower BTS (Base Transceiver Station).

(15)

4. Hanya monitoring keadaan tegangan AC/DC, keadaan suhu/kelembaban, sensor gas, sensor Radio frequency identification(RFID), sensor arus.

1.6 Metodologi Studi

Dalam penyusunan laporan kerja Praktik ini, metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data meliputi:

1. Metode dokumentasi, yaitu mempelajari buku-buku dan segala referensi yang berkenaan dengan obyek.

2. Metode wawancara, yaitu bertanya dan diberikan penjelasan oleh karyawan di tempat kerja Praktik.

3. Metode observasi.

1.7 Sistematika Pembahasan

Penjelasan mengenai struktur pembahasan Laporan Kerja Praktik sebagai berikut:

a. BAB I PENDAHULUAN

Membahas mengenai latar belakan, tujuan, manfaat, batasan masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.

b. BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Memperkenalkan secara singkat tentang PT. Mitra Karsa Utama dan struktur organisasi perusahaan terkait dengan tim yang bersangkutan.

c. BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Membahas tentang teori penunjang yang akan dibahas pada bab pembahasan.

d. BAB IV ANALISA PEMBAHASAN

Membahas tentang proses atau prosedur Preventive maintenance service BTS pada Provider di PT. Mitra Karsa Utama

e. BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan hasil dari kerja Praktik.

(16)

5

Dengan menyusun laporan dalam sistematika seperti ini, diharapkan informasi yang disajikan akan terstruktur dengan baik, memudahkan pembaca untuk memahami langkah-langkah yang diambil serta implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan.

(17)

6

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT Mitra Karsa Utama (MKU) merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia dan karenanya tunduk hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Dengan statusnya sebagai Perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di BEI, NYSE, LSE dan Public Offering Without Listing (“POWL”) di Jepang. Riwayat singkat PT Mitra Karsa Utama (MKU) dari tahun ke tahun dapat dilihat pada bagian Sejarah Panjang Menempa Kami.

PT Mitra Karsa Utama adalah perusahaan Nasional yang menyediakan layanan SDM , Sumber daya Terkelola dan Layanan Terkelola, Berdiri Sejak Tahun 2002 Hingga sekarang, Klient Pertama PT Mitra Karsa Utama (MKU) Adalah PT XL Axiata Tbk, penyedia Layanan Telekomunikasi yang memiliki cakupan layanan di seluruh Indonesia.

PT MKU sebagai Subkon harus memenuhi syarat ini. Layanan cakupan PT MKU secara Nasional dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Balinusra, Sulawesi hingga Papua dan sejak saat itu kami telah menjadi mitra utama bagi sebagian besar perusahaan penyedia Telekomunikasi di Indonesia. Kami selalu memberikan dukungan dan layanan terbaik kepada semua klien kami.

2.1.1 Identitas Perusahaan

PT Mitra Karsa Utama (MKU) Penyedia Telekomunikasi dengan jangkauan layanannya di seluruh Indonesia. PT MKU sebagai Subkonnya harus mematuhi persyaratan ini. Cakupan layanan PT MKU mencakup seluruh Nasional mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Balinusra, Sulawesi hingga Papua dan sejak itu kami telah menjadi mitra utama bagi sebagian besar Perusahaan Penyedia Telekomunikasi di Indonesia. Kami selalu memberikan dukungan dan layanan

(18)

7

terbaik kami kepada semua klien kami.

PT Mitra Karsa Utama (MKU) telah menyediakan layanan di berbagai bidang mulai dari Telekomunikasi, Perbankan, Barang dan Jasa Konsumen hingga Bahan Bangunan dengan berbagai posisi seperti: SPG/SPB, Canvasser, Brand Activation, Call Center, Sales Representative, Customer Service, Keamanan, Layanan Kebersihan hingga posisi teknis seperti IT, Database Oracle, Analisa Data, Teknisi, Insinyur, Supervisor dan Tingkat Manajerial. Direktur Utama PT Mitra Karsa Utama (MKU) saat ini adalah Alex Janangkih Sinaga, menggantikan Arief Yahya yang telah menjadi Menteri Pariwisata di Kabinet Kerja Jokowi.

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perusahaan merupakan gambaran jangka panjang yang di inginkan, sementara Misi adalah pernyataan tujuan dan tindakan untuk mencapai Visi tersebut, Visi dan Misi yang dimiliki PT. Mitra Karsa Utama sebagai berikut:

a. Visi Perusahaan

Menjadi Perussahaan Terbaik yang menyediakan “Managed Services” di berbagai bidang di Indonesia

b. Misi Perusahaan

1. Prioritas kepuasan mitra bisnis

2. Memberikan nilai tambah bagi mitra bisnis kita

3. Manajemen sumber daya manusia dengan layanan berkualitas tinggi 4. Gunakan prosedur standar yang inovatif, efisien dan efektif

2.1.3 Denah Lokasi Perusahaan

Denah Lokasi Maps PT. Mitra Karsa Utama cabang Kota Semarang ditunjukkan dengan icon lokasi berwarna merah seperti pada gambar 2.1 pada dibawah ini.

(19)

(Sumber : www.google.co.id/maps/place/DOP+MKU+Cempedak.2024) Gambar 2. 1 Lokasi Google Map PT.Mitra Karsa Utama Semarang

Gambar Tempat atau kantor cabang PT.Mitra Karsa Utama Semarang ditunjukkan pada gambar 2.2 dibawah ini.

(Sumber : www.google.co.id/maps/place/DOP+MKU+Cempedak.2024) Gambar 2. 2 Kantor DOP MKU Kota Semarang

Denah Lokasi Kantor DOP Mitra Karsa Utama semarang yaitu berada di Jl.

Cempedak Selatan, Lamper Kidul, Kec. Semarang Selatan. Kota Semarang, Jawa Tengah 50249.

(20)

9

2.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi Perusahaan PT.Mitra Karsa Utama Central Java IOH sebagai berikut :

National Project Manager : Bobi Kriandi Project Control : Nur Puriwijaya Regional Service Manager : Setyo Anggoro Central Java North TC : H. Maharaka

-Leader Kudus : Densy K

-Leader Semarang : Y Indarto

Central Java West TC : Zakariya Ahmad -Leader Tegal : Puji Indriyanto -Leader Purwokerto : Arya Gathot S Central Java South TC : Widodo -Leader Magelang : Johanes Hari -Leader Klaten : Agung A Leader HD : Indra Wijaya S

QHSE : Meico Utomo

Admint Project : Tri Pujo A -Admint Batt MT : Rina Arifah -Admint Punchlist : M Syahma -Admint Permit : Crisna

SME Power : Purwanto

-SME RAN & TX : Aditya Teguh R

-SME Datacom : Wahyu H

(21)

2.1.5 Cabang Perusahaan

Perusahaan PT. Mitra Karsa Utama memiliki beberapa cabang di suatu Kota di antara lain di Kota Semarang, Denpasar Bali, dan Jakarta sebagai Kantor Pusat dengan Alamat sebagai berikut :

Kantor Pusat

Crown Palace Blok C-5 No.5/6, Jl. Prof. Dr. Supomo No.231

Menteng Dalam RT 7 RW 1 Kec.Tebet - Jakarta Selatan 12810

Cabang I

Jl. Cempedak Selatan, Lamper Kidul, Kec. Semarang Selatan.

Kota Semarang, Jawa Tengah 50249

Cabang II

Jl. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra No.91x, Kasiman Kertalangu, Kec. Denpasar Timur.

Kota Denpasar, Bali 80237

(22)

11

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Base Transceiver Stations (BTS)

BTS adalah Singkatan dari Base Transceiver Stations dimana perangkat ini diperlukan dalam komunikasi seluler yang berbasis wireless. Terminologi ini termasuk baru dan mulai populer di era seluler saat ini. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Satu cakupan pancaran BTS disebut Cell. Komunikasi seluler adalah komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi. Dari beberapa BTS kemudian dikontrol oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubungkan dengan koneksi Microwave link ataupun serat optik.[1]

Meskipun istilah BTS dapat diterapkan ke salah satu standar komunikasi nirkabel, biasanya diimplementasikan pada sistem komunikasi mobile seperti GSM dan CDMA. Dalam hal ini, BTS merupakan bagian dari base station subsystem (BSS) perkembangan untuk sistem manajemen. Ini juga mungkin memiliki peralatan untuk mengenkripsi dan mendekripsi komunikasi, spektrum penyaringan alat (band pass filter), dll antena juga dapat dipertimbangkan sebagai komponen dari BTS dalam arti umum antena melakukan beberapa fungsi yang ada pada BTS.

Biasanya BTS akan memiliki transceiver beberapa (TRXs) yang memungkinkan untuk melayani beberapa frekuensi yang berbeda dan berbagai sektor sel (dalam kasus BTS sectorized). Sebuah BTS dikendalikan oleh base station controller melalui fungsi base station kontrol (BCF). BCF ini dilaksanakan sebagai unit diskrit atau bahkan tergabung dalam TRX di BTS kompak. Para BCF menyediakan operasi dan pemeliharaan (O & M) koneksi dengan sistem manajemen jaringan (NMS), dan mengelola kondisi operasi dari TRX masing- masing, serta penanganan perangkat lunak dan koleksi alarm. Struktur dasar dan fungsi dari BTS tetap sama tanpa teknologi nirkabel.[1]

(23)

Fungsi BTS sendiri pada dasarnya adalah sebagai Radio Resource Management, yaitu melakukan fungsi-fungsi yang terkait dengan :

1. Menerima dan mengirimkan sinyal dari dan ke MS (Mobile station).

2. Dapat memancar dan menerima sinyal dari frekuensi yang berbeda-beda (namun tetap dalam band GSM/CDMA) hanya mengunakan satu antena yang sama (Multiband atau Wideband).

3. Dapat memodulasi sinyal yang dikirim sesuai dengan kondisi media transmisinya.

4. Dapat mengontrol proses handover

3.1.1 Topologi BTS

BTS (Base Transceiver Station) dan perangkat handphone memiliki kesamaan dalam fungsi mereka sebagai transceiver, yakni mampu mengirim dan menerima informasi. Analoginya hampir seperti percakapan telepon, di mana BTS dapat mengirim data ke handphone sementara handphone juga dapat membalas atau mengirim informasi kepada BTS. Peran utama BTS terletak pada penyediaan jaringan telekomunikasi yang menggunakan sinyal radio atau gelombang elektromagnetik. Ini memungkinkan perangkat-perangkat seperti handphone, modem, dan sejenisnya untuk terhubung ke jaringan seluler. Frekuensi yang digunakan oleh BTS mengikuti alokasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk setiap operator, seperti di band 800 MHz, 900 MHz, atau 1800 MHz.

Pentingnya peningkatan frekuensi pada downlink (dari BTS ke handphone) dibandingkan dengan uplink (dari handphone ke BTS) berkaitan erat dengan masalah daya yang dibutuhkan oleh perangkat pengguna, terutama baterai handphone. Makin tinggi frekuensi yang digunakan, makin besar gangguan atau noise yang terjadi. Hal ini mengharuskan perangkat memiliki daya yang lebih besar agar kualitas sinyalnya tetap terjamin. Penggunaan frekuensi yang tinggi untuk uplink bisa menyebabkan baterai handphone lebih cepat habis karena pemakaian daya yang lebih tinggi. [2]

(24)

13

(Sumber : www.ruanglab.id/apa-sih-pengertian-bts-base-transceiver- station.jsp.2024)

Gambar 3. 1 Topologi BTS (Base Transceiver Station)

Seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.1, fungsi dari BTS yaitu sebagai interface untuk providing jaringan, jaringan ini berupa sinyal radio gelombang elektromagnetik untuk penggunaannya, contohnya seperti modem, telepon/handphone, faxmail, dll.

Arah komunikasi yang berasal dari BTS menuju pengguna disebut dengan downlink, adapun untuk arah sebaliknya disebut dengan uplink[2] seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2.

(Sumber : www.ruanglab.id/apa-sih-pengertian-bts-base-transceiver- station.jsp.2024)

Gambar 3. 2 Downlink dan Uplink

(25)

Selain itu, jarak antara handphone dan BTS juga berperan dalam kebutuhan daya. Semakin jauh jaraknya, semakin menurun kualitas sinyalnya. Dalam ilmu telekomunikasi, ada trade-off antara jarak dan kualitas sinyal. Semakin dekat handphone dengan BTS, kualitas sinyalnya akan semakin baik.

Pada implementasinya, BTS memiliki area cakupan yang biasanya dibagi menjadi 3 sektor yang memancar ke arah yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada optimasi jaringan yang direncanakan. Pada tingkat topologi, beberapa BTS dikelola oleh BSC (Base Station Controller), yang pada gilirannya dikelola oleh MSC (Mobile Switching Center). Transmisi yang digunakan untuk menghubungkan antara BTS dengan BTS lainnya, atau antara BTS dengan BSC, dapat menggunakan Microwave link atau kadang-kadang menggunakan Fiber Optik. Penggunaan Microwave link akan membentuk topologi jaringan yang spesifik tergantung pada lokasi dari masing-masing BTS dan faktor-faktor lingkungan sekitarnya.[3]

3.1.2 Jenis Tower BTS (Base Transceiver Station)

Tower adalah struktur menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa, bisa berbentuk segi empat, segi tiga, atau bahkan hanya berupa pipa panjang (tongkat).

Fungsinya adalah sebagai tempat untuk menginstal antena, pemancar, dan penerima gelombang radio serta perangkat telekomunikasi.[4] Perbedaan utama antara Tower BTS (Base Transceiver System) yang digunakan dalam komunikasi dan informatika dengan tower SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Listrik PLN terletak pada struktur konstruksinya dan risiko yang dihadapi penduduk di sekitarnya.

Tower BTS dalam bidang komunikasi dan informatika memiliki tingkat keamanan yang tinggi terhadap manusia dan makhluk hidup di sekitarnya. Ini disebabkan oleh radiasi yang sangat minim sehingga aman bagi masyarakat yang berada di bawah atau di sekitarnya. Terdapat tiga jenis umum dari tipe Tower ini.

(26)

15

1. Tower dengan 4 Kaki (Rectanguler Tower)

Tower dengan empat kaki adalah struktur yang sangat jarang mengalami kejadian roboh karena memiliki kekuatan yang didukung oleh tiang pancang yang kokoh dan telah melalui perencanaan konstruksi yang matang. Jenis tower ini memang membutuhkan biaya yang cukup tinggi, diperkirakan berkisar antara 650 juta hingga 1 miliar rupiah, namun keandalannya dalam menopang berbagai antena dan perangkat radio sangat diakui. Kekuatan serta kapasitas menampung yang besar menjadikan jenis tower ini sangat diminati oleh perusahaan- perusahaan di sektor komunikasi dan informatika seperti Indosat-M3, XL, dan berbagai penyedia layanan serupa.

Ketangguhan tower dengan empat kaki ini tak lepas dari struktur konstruksinya yang telah direncanakan dengan sangat teliti. Tiang pancang yang digunakan memiliki kekuatan yang telah diuji dan disesuaikan dengan berat serta beban dari antena dan perangkat radio yang akan dipasang. Hal ini menjadikan tower ini sebagai pilihan yang solid dan dapat diandalkan dalam menunjang aktivitas komunikasi yang intensif.

Selain itu, keunggulan lainnya dari tipe tower ini adalah kemampuannya untuk menampung banyak antena dan perangkat radio dalam satu lokasi. Ini memberikan fleksibilitas bagi perusahaan-perusahaan tersebut untuk meningkatkan jangkauan sinyal serta menyediakan layanan komunikasi yang lebih luas dan andal kepada pengguna mereka.

Pada industri komunikasi dan informatika, keandalan serta ketahanan dari struktur tower sangat penting. Maka tidak mengherankan jika jenis tower dengan empat kaki ini, meskipun mahal, menjadi pilihan utama bagi perusahaan- perusahaan besar yang mengoperasikan jaringan komunikasi yang luas dan membutuhkan infrastruktur yang handal serta stabil.

(27)

(Sumber : primasejahteracv.blogspot.com/2012/08/jenis-jenis-tower-bts- types.html.2024)

Gambar 3. 3 Tower BTS 4 Kaki

2. Tower dengan 3 Kaki (Triangle Tower)

Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas.

Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter. Tower jenis ini disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter namun ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena tiap stage membutuhkan tali pancang. Jarak patok spanner dengan tower minimal 8 meter.

(28)

17

(Sumber : unitedtowercompany.com/#prev.2024) Gambar 3. 4 Tower BTS 3 Kaki

3. Tower dengan 1 Kaki (Pole)

Tower jenis ketiga lebih cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi tower pipa ini sangat disarankan tidak melebihi 20 meter (lebih dari itu akan melengkung). Teknis penguatannya dengan spanner. Kekuatan pipa sangat bertumpu pada spanner. Sekalipun masih mampu menerima sinyal koneksi, namun tower jenis ini tidak direkomedasikan untuk digunakan sebagai penerima sinyal informatika (internet dan intranet) yang stabil.

(29)

(Sumber : www.steelpowerpole.com/china-

slip_sleeve_tapered_80ft_gsm_mono_pole_tower_with_poured_concrete- 6145499.html.2024)

Gambar 3. 5 Tower BTS 1 Kaki

Tower ini bisa dibangun pada area yang dekat dengan pusat transmisi atau Network Operation Systems (maksimal 2 km), dan tidak memiliki angin kencang, serta benar-benar diproyeksikan dalam rangka emergency biaya. Dari berbagai fakta yang muncul di daerah, keberadaan Tower memiliki resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi, anemia dll), isu keselamatan hingga isu pemerataan sosial. Hal ini semestinya perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa kekhawatiran pertama (ancaman kesehatan) tidaklah terbukti.

Radiasinya jauh diambang batas toleransi yang ditetapkan WHO.

Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat dengan frekuensi 800 MHz) s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 MHz). Sedangkan standar yang dikeluarkan WHO radiasi maksimum yang bisa ditolerir adalah 4,5 (800 MHz) s/d 9 watt/m2 (1800 MHz). Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja. Masih sangat jauh dari ambang batas WHO 9 watt/m2.

(30)

19

Radiasi ini makin lemah apabila tower makin tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter. Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya.

3.1.3 Jenis BTS Berdasarkan Perangkat

Berdasarkan penempatan perangkatnya jenis BTS dibagi menjadi 2, yakni BTS indoor dan Outdoor.

1. BTS Indoor

BTS ini diletakkan dalam ruangan tertutup. Perangkat yang digunakan umumnya berukuran besar namun lebih awet karena diletakkan dalam ruangan.

Perangkat-perangkat tersebut umumnya memiliki suhu yang tinggi saat sedang bekerja, untuk itu agar menjaga suhu tetap normal agar perangkat tidak mudah rusak, dalam ruangan harus dilengkapi dengan AC (Air Conditioner) sebagai pendingin. Ruangan Shelter biasanya berukuran 2 x 3 meter.

(Sumber : www.ec21.com/offer-detail/Sell-BTS-Shelter-fence-tower-- 8091606.html.2024)

Gambar 3. 6 BTS Indoor Shelter

(31)

2. BTS Outdoor

BTS ini tidak memerlukan ruangan khusus. Biasanya perangkat BTS Outdoor diletakkan didalam Shelter. Atau ada juga diletakkan diatas tanah. Perangkat BTS Outdoor memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih fleksibel.

(Sumber : Dokumen Pribadi.2024) Gambar 3. 7 BTS Outdoor

3.1.4 Media Transmisi Kabel pada BTS

Base Transceiver Station menggunakan beberapa jenis media Transmisi, antara lain seperti berikut:

1. Coaxial Cable (Kabel Koaksial)

Kabel Coaxial atau popular disebut “coax” terdiri atas konduktor silindris melingkar, yang menggelilingi sebuah kabel tembaga inti yang konduktif. Untuk LAN, kabel Coaxial menawarkan beberapa keunggulan. Diantaranya dapat dijalankan tanpa banyak membutuhkan bantuan repeater sebagai penguat untuk komunikasi jarak jauh diantara node network, dibandingkan kabel STP atau UTP. Repeater juga dapat diikut sertakan untuk meregenerasi sinyal-sinyal dalam jaringan Coaxial sehingga dalam instalasi network cukup jauh dapat semakin optimal.

(32)

21

Untuk mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi mulai 300 kHz keatas. Karena kebel ini memiliki kemampuan dalam menyalurkan frekuensi tinggi. Maka dengan demikian system transmisinya menggunakan kabel koaksial yang memiliki kapasitas kanal yang besar.[5]

Kegunaan kabel coaxial adalah untuk melakukan sebuah transmisi data dengan kecepatan tinggi, selain itu juga biasa digunakan untuk membagi sinyal broadband atau sinyal frekuensi. Kabel coaxial dapat kita temukan pada barang- barang elektronik misal seperti antena TV, parabola dan masih banyak lagi.

(Sumber : masdzikry.com/kabel-coaxia.2024) Gambar 3. 8 Coxial Kabel

Kabel Coaxial juga jauh lebih murah dibanding Fiber Optik, Coaxial merupakan teknologi yang sudah lama dikenal. Digunakan dalam berbagai tipe komuniksai data sejak bertahun-tahun, baik di jaringan rumah, maupun perusahaan.

2. Wave Guide Circular

Wave Guide merupakan media transmisi berbentuk saluran yang melewatkan sinyal berupa gelombang elektromagnetik. Dalam sistem transmisi pada BTS jenis wave guide yang digunakan adalah wave guide circular dimana penampang salurannya berbentuk lingkaran. Pada sistem BTS yang transmisinya masih menggunakan kabel feeder, wave guide digunakan untuk menghubungkan system module (dalam Shelter BTS) menuju RF module (terinstall di atas

(33)

tower). Selain itu, wave guide circular juga digunakan untuk transmisi dari RF module menuju filter dan antena.

Wave Guide atau Bumbung Gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian. Gelombang elektromagnetik yang menjalar dalam bumbung gelombang adalah mode TE dan mode TM.

Berdasarkan bentuk penampangnya, bumbung gelombang dibagi menjadi beberapa jenis, yang banyak dikenal adalah bumbung gelombang dengan penampang persegi dan lingkaran. Bumbung gelombang persegi (rectangular waveguide) lebih populer dalam penggunaan daripada bumbung gelombang lingkaran (circular waveguide).[6]

(Sumber : Dokumen Pribadi.2024) Gambar 3. 9 Wave Guide Circular

3. Fiber Optik

Fiber Optik merupakan saluran transmisi (pemindah informasi) yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Fiber Optik terbuat dari serat kaca dan bentuknya panjang dan tipis serta berdiameter sebesar rambut manusia. Serat kaca ini merupakan serat yang dibuat secara khusus yang terbuat dari bahan kaca murni dan kemudian diproses menjadi sebentuk gulungan kabel agar dapat digunakan untuk melewatkan data yang ingin dikirim atau diterima.

(34)

23

Fiber Optik ini terdiri dari beberapa bagian yaitu Cladding, Core, dan Buffer Coating. Penjelasan singkat seperti berikut:

a. Core adalah kaca tipis yang merupakan bagian inti dari Fiber Optik dan menjadi tempat berjalannya cahaya sehingga pengiriman cahaya dapat dilakukan.

b. Cladding adalah lapisan luar yang membungkus Core dan memantulkan kembali cahaya yang terpancar keluar kembali ke dalam Core.

c. Coating merupakan lapisan plastik yang melindungi serat dari kerusakan dan kelembaban. Core dan Cladding terbuat dari kaca sedangkan Buffer atau Coating terbuat dari plastik agar fleksibel.

Sistem komunikasi serat optik adalah sistem komunikasi dengan menggunakan sinar atau cahaya sebagai pembawa informasi dan menggunakan serat optik sebagai media transimisi. Alasan utama pembuatan serat optik adalah penggunaannya pada sistem komunikasi agar diperoleh sistem dengan kapasitas besar dan kecepatan tinggi untuk pengiriman bermacam informasi baik suara maupun data.

Serat optik juga banyak digunakan pada berbagai sistem komunikasi kabel laut sehingga kabel serat optik dipasang di dasar samudra yang mengubungkan berbagai kota di berbagai negara, selain itu juga digunakan dimanfaatkan pada LAN (Local Area Network) atau pun pada WAN (Wide Area Network).[7]

(Sumber : netcomtek.blogspot.com/2020/09/media-transmisi-twisted-pair- cable.html.2024)

Gambar 3. 10 Struktur Fiber Optic

(35)

3.1.5 Media Transmisi Nirkabel pada BTS (Antena)

Pada kondisi awal biasanya digunakan pola omnidirectional. Kemudian digunakan pola sectoring untuk menambah kapasitas dan mengurangi interferensi.

(Sumber : Dokumen Pribadi.2024) Gambar 3. 11 Pola Antena Sektoral

1. Antena Sektoral

Antena Sektoral hampir mirip dengan antena omnidirectional. Yang juga digunakan untuk Access Point to serve a Point-to-Multi-Point (P2MP) links.

Beberapa antena sektoral dibuat tegak lurus , dan ada juga yang horizontal.

Antena sektoral mempunyai gain jauh lebih tinggi dibanding omnidirectional antena di sekitar 10-19 dBi. Yang bekerja pada jarak atau area 6-8 km. Sudut pancaran antenna ini adalah 45-180 derajat dan tingkat ketinggian pemasangannya harus diperhatikan agar tidak terdapat kerugian dalam penangkapan sinyal.

Pola pancaran yang horizontal kebanyakan memancar ke arah mana antena ini di arahkan sesuai dengan jangkauan dari derajat pancarannya, sedangkan pada bagian belakang antena tidak memiliki sinyal pancaran. Antena sektoral ini jika di pasang lebih tinggi akan menguntungkan penerimaan yang baik pada suatu sektor atau wilayah pancaran yang telah di tentukan.

(36)

25

(Sumber : www.seguridad-nonex.com/antenas/2502-hg2420p120-antena- sectorial-2400-2500-mhzantena-sectorial-2400-2500-mhz.html.2024)

Gambar 3. 12 Antena Sektoral

2. Antena Microwave

Microwave system adalah sebuah sistem pemancaran dan penerimaan gelombang mikro yang berfrekuensi sangat tinggi. Microwave system digunakan untuk komunikasi antar BTS atau BTS-BSC. Microwave System yang digunakan merupakan sistem indoor. Namun antena Microwave tetap terpasang menara.

Pada antenna Microwave, yang bentuknya seperti Gendang, itu termasuk jenis high performance antenna. Biasanya ada 2 brand, yaitu Andrew and RFS.

Ciri khas dari antenna high performance ini adalah bentuknya yang seperti gendang, dan terdapat penutupnya, yang disebut radome. Fungsi radome antara lain untuk melindungi komponen di dalam antena tersebut dari perubahan cuaca sekitarnya.

(37)

(Sumber : Dokumen Pribadi.2024) Gambar 3. 13 Antena Microwave

3. Remote Radio Unit (RRU)

RRU (Remote Radio Unit) adalah sebuah transceiver yang terdapat pada stasiun basis nirkabel. Transceiver ini menghubungkan perangkat nirkabel dengan jaringan nirkabel, sehingga memungkinkan pengiriman dan penerimaan pesan teks, antara lain. RRU biasanya dipasang di bawah antena pada tower BTS (Base Transceiver Station), yang merupakan integrasi dari berbagai unit radio seperti BBU (Baseband Unit). RRU terhubung dengan stasiun basis melalui link serat optik yang bersifat bi-directional.

RRU dapat mengubah sinyal baseband menjadi sinyal RF (radio frequency) dan sebaliknya, serta memperkuat dan memproses sinyal tersebut.

(38)

27

(Sumber : www.hk-ifly.com/TD-LTE-Distributed-Base-Station-Remote-Radio- Unit-RRU-pd98411346.html.2024)

Gambar 3. 14 RRU (Remote Radio Unit)

3.2 Civil, Mechanical and Electrical (CME)

CME adalah Civil Mechanical and Electrical yang pada dasarnya mencakup lahan, menara (tower), Shelter, sistem pengatur udara yang sering disebut AC (air condition) dan daya PLN. Saat ini perangkat CME digunakan tidak hanya untuk penyelenggaraan jasa selular saja, namun juga digunakan untuk penyelenggaraan jasa lainnya, seperti FWA, sepanjang alokasi ruang pada Shelter masih memungkinkan penempatan perangkat yang baru.

Apabila alokasi ruangan tidak mencukupi, maka kebutuhan ruang untuk perangkat baru tersebut dipenuhi dengan memperluas ruang Shelter, namun dengan catatan lahannya masih mencukupi. Dengan skenario pemanfaatan seperti di atas, maka kebutuhan perangkat CME bagi penyelenggaraan jasa FWA berbasiskan teknologi CDMA pada umumnya dilakukan dengan konsep collocation.

Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam melaksanakan konsep collocation adalah kemampuan tower untuk menahan beban karena adanya perangkat antena FWA dan feeder. Kondisi ini menyebabkan survey yang dilakukan harus selalu menghitung kekuatan tower. Apabila hasil perhitungan menunjukkan tower tidak memungkinkan diberi beban tambahan, maka tower tersebut haras diperkuat terlebih dahulu. Hal itu tentunya akan memakan waktu yang cukup lama, serta biaya yag tidak sedikit dan implementasinya. Konsep collocation ini juga digunakan dalam penyelenggaraan jasa 3G. Dengan demikian

(39)

pada kota-kota dimana jasa 2G, 3G dan FWA-CDMA diselenggarakan, maka perangkat CME eksisting juga harus di-upgrade. Berikut adalah lingkup perangkat CME yang harus di-upgrade:

1. Penambahan mounting antena sebanyak 3 unit untuk kebutuhan 3 antena sectoral

2. Feeder entry point (FEP) 3. Indoor tray

4. Sistem Grounding

5. Vertical/horizontal tray (apabila diperlukan) 6. Daya PLN (apabila diperlukan)

7. AC (apabila diperlukan)

8. Perkuatan tower (apabila diperlukan)

Berdasarkan data-data atas pengembangan perangkat CME yang telah dilakukan selama ini, maka biaya rata-rata kebutuhan upgrade CME adalah sekitar Rp 50-60 juta untuk setiap BTS. Harga ini mengacu kepada implementasi CDMA sampai dengan tahtm 2007.

Pada umumnya biaya ini akan meningkat sejalan dengan faktor kenaikan inflasi setiap tahmmya yang berdampak kepada kenaikan harga material, khususnya material besi. Kenaikan harga besi saat uu diperkirakan akan menyebabkan kenaikan biaya upgrade CME sebesar 20% dari harga sebelumnya. Dengan demikian kebutuhan biaya upgrade CME untuk tahun 2008 diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar Rp 75 juta untuk setiap BTS.

3.3 Pengenalan CDMA

CDMA (Code Division Multiple Access) menggunakan teknologi spread spectrum untuk menyebarkan sinyal informasi melalui bandwith yang lebar dengan frekuensi 1,25 MHz. CDMA juga merupakan sebuah bentuk pemultipleksi-an (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA).

(40)

29

TDMA dan CDMA adalah dua teknologi yang digunakan untuk membagi informasi dalam satu spektrum frekuensi dalam komunikasi seluler. TDMA singkatan dari Time Division Multiple Access, yang berarti akses berganda pembagian waktu. CDMA singkatan dari Code Division Multiple Access, yang berarti akses berganda pembagian kode. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.[8]

TDMA membagi informasi dengan cara membagi waktu komunikasi menjadi beberapa slot, di mana setiap slot dapat digunakan oleh satu pengguna. Keuntungan dari TDMA adalah desain yang sederhana, konsumsi daya yang rendah, dan kemampuan untuk mentransmisikan beberapa sinyal suara secara bersamaan.

Namun, TDMA juga memiliki kelemahan seperti interferensi antar slot, kapasitas yang terbatas, dan kualitas panggilan yang kurang baik.[8]

CDMA membagi informasi dengan cara memberikan kode unik kepada setiap pengguna, yang digunakan untuk memodulasi dan memisahkan sinyal yang dikirimkan. Keuntungan dari CDMA adalah kapasitas yang tinggi, kualitas panggilan yang baik, dan penggunaan bandwidth yang efisien. Namun, CDMA juga memiliki kelemahan seperti biaya implementasi yang tinggi, kompleksitas desain, dan kesulitan sinkronisasi.[8]

Namun dengan cara mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap kanal yang ada dan mengunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari kode-kode khusus itu untuk melakukan pemultipleksan. Teknologi ini asalnya dibuat untuk kepentingan militer, menggunakan kode digital yang unik.

CDMA merupakan salah satu teknik multiple access yang banyak diaplikasikan untuk seluler maupun fixed wireless.

Flexi adalah salah satu produk telepon fixed wireless. Flexi sudah menggunakan jaringan CDMA frekuensi 800 MHz (CDMA 800) untuk seluruh wilayah di Indonesia.

(41)

(Sumber : www.umtsworld.com/technology/cdmabasics.htm.2024) Gambar 3. 15 Code Division Multiple access (CDMA)

Teknologi multiple access yang membedakan satu pengguna dengan pengguna lainnya menggunakan kode-kode khusus dalam lebar pita frekuensi yang ditentukan. Sistem CDMA merupakan pengembangan dari dua system multiple access sebelumnya diantaranya FDMA (Frequency Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access).

CDMA memiliki keunggulan dibandingkan teknik multiple access lainnya, antara lain memiliki pengaruh interferensi yang kecil antara sinyal yang satu dengan yang lainnya dan memiliki tingkat kerahasiaan yang tinggi dimana hal ini berkaitan dengan proses acak pada teknik ini.

Teknologi CDMA didesain tidak peka terhadap interferensi, dan sejumlah pelanggan dalam satu sel dapat mengakses pita spektrum frekuensi secara bersama karena mempergunakan teknik pengkodean tertentu.

3.4 Perangkat Umum pada BTS

Pada Site terdapat bebrapa Perangkat, biayasanya tidak hanya satu perangkat melainkan ada beberapa, didalam perangkat tersebut terdapat beberapa alat seperti Rectifier, Battery, dan bebrapa Perangkat lainnya.

(42)

31

3.4.1 Rectifier

Rectifier adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah arus/ tegangan bolak balik (AC) menjadi arus/tegangan searah (DC) dengan mengalirkan arus listrik melalui perangkat satu arah. Proses mengubah arus AC menjadi arus DC dikenal sebagai Rectification. Rectifier banyak digunakan dalam berbagai aplikasi elektronik dan industri, seperti pengisian baterai, catu daya DC, dan konverter frekuensi.

Rectifier dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu active rectifier dan passive rectifier. Active rectifier berfungsi untuk mengubah tegangan arus bolak-balik menjadi tegangan arus searah yang memiliki nilai lebih tinggi dari tegangan masukannya. Pengaturan tegangan keluaran dilakukan melalui metode kontrol Proportional Integral (PI), yang dipilih karena komputasinya memiliki respons cepat. Namun, kelemahannya adalah proses menuju kestabilan memerlukan waktu yang cukup lama.

Sementara itu, passive rectifier berperan sebagai penyearah tegangan arus bolak-balik menjadi tegangan arus searah. Terdapat beberapa karakteristik dari passive rectifier:

1. Tegangan keluaran dari passive rectifier lebih rendah daripada tegangan masukannya, dan tidak dapat diatur.

2. Tegangan keluaran dari passive rectifier lebih tinggi daripada tegangan masukannya, namun tidak dapat diatur.

Perbedaan ini menciptakan karakteristik yang membedakan anatara passive rectifier dan active rectifier.[9]

(43)

(Sumber : Dokumen Pribadi.2024) Gambar 3. 16 Perangkat Rectifier

3.4.2 Battery

Untuk menjaga agar perangkat telekomunikasi tetap bekerja walaupun terjadi gangguan pada PLN sebagai sumber power yang utama, maka digunakanlah Battery untuk mem-back-up sistem. Battery didefinisikan sebagai alat listrik kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik.

Jenis Battery dapat diklasifikasikan berdasarkan fisik dan bahan kimianya, berdasarkan fisik dapat dibagi menjadi Solar Battery dan Thermal Battery, sedangkan berdasarkan chemicalnya dapat dibagi menjadi Fuel Cell, No rechargeable Battery dan rechargeable Battery. Untuk Rechargeable Battery dibagi menjadi Nickel Cadmium Battery, Nickel Metal Hybride Battery, Lithium ion Battery, dan Lead Acid Battery.

Battery yang dipakai untuk aplikasi telekomunikasi masuk dalam jenis Lead Acid Battery. Lead Acid Battery sendiri sering disebut VRLA (Valve Regulated Lead Acid) atau disebut juga Sealed Lead Acid Battery. VRLA Battery dibagi menjadi 2 jenis yaitu AGM (Absorbed Glass Matt) dan Gel Battery. AGM Battery mempunyai deep of discharge yang lebih rendah dibanding Gel Battery. Deep of Charge 80% AGM berkisar antara 250-800 cycle, sedangkan Gel antara 800-1500 cycle. AGM Battery digunakan untuk Site-Site yang catuan PLN nya cukup baik, sedangkan Gel untuk Site yang memerlukan back up time yang lebih lama.

(44)

33

(Sumber : Dokumen Pribadi.2024)

Gambar 3. 17 Batterai pada BTS yang disusun secara seri paralell

3.4.3 Penggantian Perangkat BTS

Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin canggih membuat konfigurasi dan ukuran BTS semakin sederhana. Sehingga pada BTS lama yang sudah terpasang perlu dilakukan modernisasi berupa penambahan, pengurangan, atau penggantian perangkat (upgrade) yang disebut juga swapping.

Proses swap BTS umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan kapasitas pengguna jaringan telekomunikasi yang semakin banyak. Proses ini secara umum dibagi menjadi empat bagian yaitu Transmission shifting, BTS installation, BTS Commissioning, dan Cross-Connections antara BTS dan BSC.

Transmission shifting adalah proses perubahan jalur transmisi data antara BTS lama dan BTS baru saat penggantian perangkat. Proses ini bertujuan untuk menghindari gangguan layanan telekomunikasi selama penggantian perangkat Proses transmission shifting dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Manual shifting

Proses ini dilakukan dengan cara memutuskan koneksi transmisi dari BTS lama dan menghubungkan koneksi transmisi ke BTS baru secara

(45)

manual. Proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan berisiko menimbulkan gangguan layanan yang lebih besar.

2. Automatic shifting

Proses ini dilakukan dengan cara menggunakan perangkat switching yang dapat mengalihkan koneksi transmisi dari BTS lama ke BTS baru secara otomatis. Proses ini membutuhkan waktu yang lebih singkat dan berisiko menimbulkan gangguan layanan yang lebih kecil.

BTS Commissioning adalah proses untuk memastikan bahwa BTS yang baru dipasang atau diganti dapat berfungsi dengan baik dan terintegrasi dengan jaringan telekomunikasi.

Berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam proses BTS Commissioning yaitu :

1. Memeriksa kesiapan situs (RFI) dan memastikan izin situs

2. Mengangkat antena GSM/CDMA pada menara sesuai dengan TND/RND

3. Menjepit dan merutekan kabel RF dari Shelter ke Antena

4. Menghubungkan kabel RF dan antena ke tanah

5. Memastikan adanya loop tetesan/Z loop pada pelat masuk kabel

6. Memastikan tidak ada tikungan tajam pada kabel RF

7. Memasang EMP/Surge arrestor bersama dengan konektorisasi di Shelter

8. Menanam BTS

9. Memperpanjang kabel daya, kabel E1, kabel Grounding ke BTS

10. Memasang IGB dan memperpanjang Grounding ke semua peralata periferal

11. Memasang DDF

12. Memasang bank baterai dan penyearah

13. Memasang bak kabel internal

14. Memasang jumper indoor

15. Menyalakan peralatan

16. Mengoperasikan peralatan sesuai dengan prosedur yang ditentukan

17. Mengisi daftar periksa dan melaksanakan audit kualitas

(46)

35

Cross-Connections antara BTS dan BSC adalah proses untuk menghubungkan dan mengkonfigurasi saluran komunikasi antara Base Transceiver Station (BTS) dan Base Station Controller (BSC) dalam jaringan telekomunikasi. Proses ini diperlukan untuk memungkinkan BSC mengontrol dan mengelola beberapa BTS, yang bertanggung jawab untuk mengirim dan menerima sinyal seluler.

Berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam proses Cross- Connections antara BTS dan BSC

1. Menentukan jenis media transportasi yang digunakan untuk menghubungkan BTS dan BSC, misalnya kabel tembaga, kabel serat optik, atau sistem radio relay.

2. Menyediakan peralatan dan perangkat keras yang sesuai dengan media transportasi yang dipilih, misalnya konektor, penyearah, repeater, antena, dll.

3. Menyambungkan kabel atau perangkat radio dari BTS ke BSC sesuai dengan skema yang ditentukan.

4. Melakukan pengujian dan pengukuran pada saluran komunikasi untuk memastikan kualitas dan kapasitas transmisi yang memadai.

5. Melakukan konfigurasi dan pemrograman pada BTS dan BSC untuk menyesuaikan parameter dan protokol komunikasi yang digunakan Melakukan verifikasi dan validasi pada fungsi dan kinerja saluran komunikasi antara BTS dan BSC.

(47)

36

BAB IV

ANALISA PEMBAHASAN

4.1 Site Maintenance

Site maintenance adalah pemeliharaan dan perawatan BTS indoor maupun Outdoor secara rutin untuk menjaga agar BTS dapat berfungsi secara maksimal.

Terdapat dua macam Site maintenance, yaitu:

1. Preventive Maintenance (PM)

Preventive maintenance merupakan tindakan pemeliharaan yang terjadwal dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada komponen/alat dan menjaganya selalu tetap normal selama dalam operasi serta penggantian komponen minor yang ditemukan perlu diganti pada saat pemeriksaan. Aktivitas utama pada preventive maintenance adalah kunjungan rutin ke setiap lokasi BTS untuk melakukan pengecekan-pengecekan rutin terhadap BTS dan untuk menjamin BTS bekerja dengan baik. Pengecekan rutin yang dilakukan berupa pemeliharaan BTS seperti AC, Grounding System, kWh, ACPDB, dan lain-lain nya.

2. Corrective Maintenance (CM)

Corrective Maintenance merupakan pemeliharaan yang bersifat insidental, yang didasarkan pada kelayakan waktu operasi dan kondisi dari peralatan yang digunakan. Pemeliharaan ini meliputi pemeriksaan, perbaikan dan penggantian terhadap setiap bagian-bagian alat yang tidak layak pakai lagi, baik karena rusak maupun batas maksimum waktu operasi yang telah ditentukan.

4.2 Perangkat yang dibutuhkan saat Maintenance

Dalam melakukan pemeliharaan pastikan selalu mengikuti pedoman keselamatan dan protokol perusahaan saat melakukan pemeliharaan, beberpa perangkat yang biasanya dibawa sebagai berikut :

1. Genset

Genset digunakan untuk menghasilkan daya/listrik ketika terjadi pemadaman listrik, sehingga BTS tetap dalam keadaan on air.

(48)

37

2. Jet Pump

Jet Pump digunakan untuk membersihkan debu yang menempel pada AC 3. Air

4. Selang 5. Meteran 6. Freon Tester

Freon Tester adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan Freon perangkat AC sehingga dapat diketahui ada tidaknya kebocoran pada saluran AC.

7. Earth Tester

Earth Tester atau ground tester adalah alat yang digunakan untuk mengukur tahanan tanah. Pengukuran dilakukan dengan mengambil beberapa sampel pada ground base yang akan diukur. Output dari alat ini adaah berupa resistansi atau tahanan Grounding system pada sebuah instalasi penangkal petir yang telah terpasang.

8. Tang Ampare

Tang ampere adalah alat ukur yang memberikan kemudahan pengukuran arus listrik tanpa mengganggu rangkaian listrik.

9. Perangkat keselamatan kerja (APD)

Perangkat ini terdiri dari helm untuk pengaman kepala, sarung tangan, Full Body Herness, sepatu, dll.

10. Perangkat untuk keperluan dokumentasi, Dokumentasi dilakukan untuk proses pembuatan laporan di akhir bulan.

4.3 Prosedur Preventive Maintenance

PT. Mitra Karsa Utama adalah pihak yang melakukan Preventive Maintenace (PM) sedangkan Peralatan yang terpasang pada Site dari HUAWAI.

(49)

4.3.1 Batasan Pemeliharaan

Berikut adalah Batasan-batasan yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pemeliharaan:

1. Hanya melakukan pemeliharaan pada komponen Civil Mechanical Electrical (CME) pada area Site.

2. Tidak melakukan perubahan apapun pada perangkat radio. Melaporkan kepada supervisor sebelum melakukan tindakan jika menemukan kejanggalan.

3. Troubleshooting atau perbaikan dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

3.3.1 Tahapan Preventive Maintenance Secara Umum

Ketika melakukan perawatan berkala di Site BTS, Langkah-langkah yang harus diikutimelibatkan serangkaian proses, seperti yang diuraikan dibawah ini.

1. Perizinan

Admin dari Kantor membuat PERMIT perijinan untuk memasuki area BTS dan melakukan maintenance.

2. Pengecekan panel kWh

Pengecekan panel kWh dilakukan dua kali di awal dan akhir proses maintenance. Proses ini dilakukan untuk mengetahui jumlah pemakaian kWh total tiap bulan.

3. Pengecekan Shelter

Terdapat beberapa perangkat pada Shelter BTS yang harus dicek tiap periodenya yaitu

a. Pengecekan ACPDB

Pengecekan ACPDB meliputi pengecekan tegangan tiap fase dan pengecekan arus maksimal yang dialirkan ke BTS.

b. Pengecekan AC

Pengecekan AC diantaranya adalah mengecek kondisi AC apakah masih bekerja dengan baik sehingga suhu ruangan akan tetap terkontrol.

Apabila suhu ruangan terlalu tinggi maka alarm akan menyala.

(50)

39

3. Pengecekan Grounding.

4.3.3 Pengecekan Panel KWh

Panel kWh Meter adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet tersebut menggerakan piringan yang terbuat dari alumunium. KWh meter yang terpasang pada BTS digunakan sebagai alai untuk mengukur daya yang terpakai oleh perangkat pada sistem elektrik di BTS. Selain itu kWh meter juga berfungsi untuk membatasi pasokan arus yang disalurkan ke AC Panel Distribution Base (ACPDB).

Pada proses PM dilakukan dua kali pengecekan kWh meter yaitu sebelum dan sesudah maintenance. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan daya oleh suatu BTS selama satu bulan dengan mengkalkulasikan besar penggunaan kWh dan lamanya waktu pengukuran.

(Sumber : Dokumen Pribadi.2024) Gambar 4. 1 Sebelum dan sesudah pengukuran

Ketersediaan daya listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan Base Transceiver Station (BTS) sangat bervariasi, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh jenis serta fungsi yang dimiliki oleh masing-masing BTS tersebut. Rentang kebutuhan daya listriknya biasanya berkisar antara 1 hingga 7 kilowatt, namun angka ini dapat berubah tergantung pada perangkat, teknologi, dan lingkungan di mana BTS tersebut dioperasikan.[10]

(51)

Tipe BTS Konsumsi Daya Listrik (Watt) GSM Base station 2/2/2 600 - 1800 GSM Base station 4/4/4 900 - 2300 UMTS Node B

Macro/Fiber 2/2/2 750 - 1000

Macro/Fiber - 4/4/4 1300 – 1700 Tabel 4. 1 Konsumsi Daya Listrik BTS

Tipe Base Transceiver Station (BTS) GSM Base Station dengan konfigurasi 2/2/2 bahwa BTS ini memiliki dua Transmiter, dua Receiver, dan dua pengatur daya, dengan kapasitas atau kebutuhan daya sebesar 600-1800 Watt.

UMTS Node B macro/fiber 2/2/2 dengan konsumsi daya listrik 750-1000 Watt menggambarkan Node B dalam jaringan UMTS (Universal Mobile Telecommunications System). Konfigurasi 2/2/2 menunjukkan bahwa Node B ini memiliki dua transmiter, dua receiver, dan dua pengatur daya. Node B merupakan bagian penting dari infrastruktur seluler yang melayani sebagai stasiun dasar untuk komunikasi nirkabel.

Selain itu, rentang konsumsi daya listrik 750-1000 Watt menyatakan estimasi kebutuhan daya saat Node B ini beroperasi. Informasi ini berguna untuk mengelola sumber daya dan perencanaan energi dalam jaringan seluler UMTS.

Konfigurasi Macro/fiber 4/4/4 mengindikasikan bahwa stasiun basis (Node B atau Base Transceiver Station) ini memiliki empat transmiter, empat receiver, dan empat pengatur daya. Ini adalah bagian dari infrastruktur seluler yang mendukung jaringan komunikasi nirkabel. Selanjutnya, rentang konsumsi daya listrik 1300- 1700 Watt menyatakan perkiraan kebutuhan daya saat stasiun basis ini beroperasi.

Sebagai gambaran umum, kebutuhan daya listrik BTS bisa berbeda-beda berdasarkan teknologi yang digunakan, seperti 2G, 3G, 4G, atau 5G. Selain itu, faktor lain seperti kepadatan lalu lintas data, jumlah pengguna yang dilayani, dan

Gambar

Gambar Tempat atau kantor cabang PT.Mitra Karsa Utama Semarang  ditunjukkan pada gambar 2.2 dibawah ini
Gambar 3. 1 Topologi BTS (Base Transceiver Station)
Gambar 3. 2 Downlink dan Uplink
Gambar 3. 3 Tower BTS 4 Kaki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengukuran besar gelombang elektromagnetik yang dihasilkan Base Transceiver Station (BTS) pada tanggal 23 Juni 2012, diketahui besar frekuensi gelombang

Penelitian Sistem Akuntansi Konstruksi Sebuah Base Transceiver Station (BTS) bemljulll1 unum mengetahui penyebab keterlambatan dalam penyampaian input data, WIttik mengetahui

Skripsi berjudul Analisis Dampak BTS (Base Transceiver Station) Telepon Seluler Terhadap Peningkatan Radiasi Lingkungan telah diuji dan disahkan oleh Fakultas

Maka dibutuhkan suatu jaringan yang handal, terutama pada bagian yang langsung berhubungan dengan pelanggan, yaitu Base Transceiver

Dalam melakukan pengecekan BTS (Base Transceiver Station) yang bermasalah khususnya dalam pekerjaan Drive Test cara pencarian BTS yang akan dikerjakan masih

Perencanaan BTS (Base Transceiver Station) di wilayah layanan operasi seluler GSM. dan Ralphs, T.K. Integer and Combinatorial Optimization, Industrial and Systems

Dari proses tersebut akan didapatkan kesimpulan berupa solusi penanganan troubleshooting base transceiver station, jika ada aturan atau rule yang baru maka akan dijadikan sebagai

Borang untuk pembatalan/revisi faktur pajak, invois, atau surat jalan pada PT ELO KARSA