Home / Batu Bara / Proses Kimia Pembakaran Batubara
BATU BARA
Proses Kimia Pembakaran Batubara
By Hendra Yudisaputro September 16, 2015
Batubara adalah bahan bakar utama pembangkit listrik tenaga uap yang terkandung energi secara kimia melalui ikatan-ikatan kimia antara karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur. Batubara tidak memiliki struktur kimia yang baku karena merupakan campuran dari beberapa ikatan hidrokarbon yang kompleks, dan apabila ikatan tersebut terputus melalui proses pembakaran maka akan menghasilkan energi panas.
Nilai kalor batubara yang merupakan indikator dari kualitas batubara dibagi menjadi dua jenis, yaitu High Heating Value (HHV) dan Low Heating Value (LHV). High Heating Value (HHV) atau nilai kalori atas didapat dengan cara membakar batubara sebanyak satu kilogram dan mengukur kalori yang didapat dengan menggunakan kalorimeter pada suhu 15 ᵒC sehingga uap air yang dihasilkan dari pembakaran ini mengembun dan melepaskan kalori pengembunannya. Sedangkan Low Heating Value (LHV) atau nilai kalori rendah didapat dengan cara mengurangi nilai kalori atas dengan kalori pengembunan air yang dikandungnya.
Tabel 1. Klasifikasi serta data batubara.
Proses pembakaran batubara yang umumnya terjadi di dalam boiler pada pembangkit listrik tenaga uap, dan merupakan reaksi kimia yang dilakukan dengan menambah oksigen O dari udara pembakaran dengan reaksi kimia sebagai berikut.
Proses pembakaran batubara yang umumnya terjadi di dalam boiler pada pembangkit listrik tenaga uap, dan merupakan reaksi kimia yang dilakukan dengan menambah oksigen O dari udara pembakaran dengan reaksi kimia sebagai berikut.
C + O –> CO + energi panas
Karena di dalam batubara terdapat ikatan-ikatan kimia antara karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur maka pada proses pembakaran batubara juga akan timbul reaksi kimia antara ikatan-ikatan kimia tersebut dengan oksigen yang terdapat di udara yang ditunjukkan pada reaksi kimia beikut.
2H + O –> 2H O N + O –> NO
Kemudian dengan udara H O yang terdapat di udara, maka reaksi kimia di atas dapat bereaksi menjadi bermacam-macam asam nitrat HNO , dengan rantai kimia sebegai berikut.
S + O –> SO
2
2
2 2
2 2 2
2 2 X
2 X
2 2
BerbagiEnergi
Selanjutnya SO bersamaan dengan H O dan O yang berada di dalam boiler bereaksi dan membentuk rantai kimia sebagai berikut.
2SO + 2H O + O –> 2H SO
Timbulnya asam nitrat HNO dan asam sulfat sebagai hasil pembakaran unsur Nitrogen (N) dan Sulfur (S) yang terbawa oleh batubara dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan dan jumlahnya harus dibatasi. Unsur-unsur tersebut di atas dapat terbakar dan bereaksi dengan O sehingga menghasilkan energi panas, kecuali beberapa unsur seperti air dan abu. Kandungan air yang berada batubara lignite secara umum lebih dari 60%, sedangkan pada batu bara antrachite kandungan airnya lebih rendah sebanyak 2-5%, sedangkan kandungan abu batubara bervariasi antara 0,8-20,8%.
Apabila batubara lignite dengan nilai kalori yang relatif rendah dan kandungan air serta abu yang relatif tinggi digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkitan listrik tenaga uap, maka secara umum akan lebih ekonomis apabila unit pembangkitan listrik dibangun dekat dengan tambang batubara atau biasa disebut sebagai PLTU Mulut Tambang. Hal disebabkan karena mengangkut energi dalam bentuk batubara yang banyak mengandung air dan abu serta nilai kalori yang rendah menuju ke unit pembangkitan listrik yang jaraknya jauh, akan lebih mahal dibandingkan dengan pembangkitan listrik yang berada di dekat tambang tertentu.
Selain hal tersebut di atas, penggunaan batubara dengan nilai kalori yang relatif rendah memerlukan boiler yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan batubara dengan nilai kalor yang relatif tinggi karena jumlah kilogram batubara yang harus dibakar persatuan waktu menjadi lebih banyak untuk mencapai daya pembangkitan yangg sama.
Penyediaan batubara untuk pembangkitan listrik tenaga uap juga harus memperhatikan ada tidaknya unsur yang dapat merusak boiler, seperti halnya silika yang dapat menyebabkan korosi suhu tinggi. Disamping itu, kandungan unsur Sulfur (S) juga dapat menimbulkan asam sulfat 2H2SO seperti pada reaksi di atas. Pada unit pembangkitan listrik yang suhunya relatif dingin (dibawah 180 C) yaitu pada sistem pemanasan udara (air preheater) asam sulfat dapat mengembun dan menimbulkan korosi suhu rendah.
#Batu Bara #HHV #LHV
NEXT Performance Sistem Maintenance
Similar Posts
2 2 2
2 2 2 2 4
X
2
4 o
Hendra Yudisaputro
Assalamualaikum.
Halo.. Saya Hendra Yudisaputro, saat ini bekerja di PT. Indonesia Power sebagai Efficiency Engineer, pendidikan saya S2-Teknik Mesin, ITS dan sebelumnya mengambil S1-Teknik Fisika, UGM.
Selamat menikmati artikel-artikel saya ya, apabila terdapat saran dan kritik dapat disampaikan via facebook messenger.
PREVIOUS
Pengenalan Software Gate Cycle (Bagian 3)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
Prove your humanity: 5 + 3 = Post Comment
an Bahan Bakar di Burner
putro October 23, 2021
Siklus Rankine
By Hendra Yudisaputro May 10, 2013
Istilah D Tenaga
By Hendra Y
Comment *
Name *
Email *
Website
CATEGORIES
Batu Bara Energi Terbarukan Gas
Gate Cycle
Heat Rate & Efisiensi Nuklir
O&M
Sifat Termodinamika
Teori Dasar Pembangkitan Listrik Teori Vibrasi
Uncategorized
RECENT POSTS
Analisa Penurunan Efektifitas Electrostatic Precipitator yang Menjadi Penyebab Peningkatan Emisi Abu Pada PLTU Batu Bara Efisiensi Energi dan Lingkungan
(no title)
Teknologi Upgrading Batu Bara Pencampuran Bahan Bakar di Burner
RECENT COMMENTS
Pungut Suryadi on Komponen-Kompnen Utama Pada Generator
Hendra Yudisaputro on Heat Rate Improvement – Metode Lean Six Sigma (Analyze) kukuh on Heat Rate Improvement – Metode Lean Six Sigma (Analyze)
Aris on Heat Rate Improvement – Metode Lean Six Sigma (Analyze) A. Prasetyo on Heat Rate Improvement – Metode Lean Six Sigma (Analyze)
ARCHIVES
Select Month
© 2025 BerbagiEnergi - WordPress Theme by Kadence WP