Oleh karena itu, dengan kajian mendalam ini, ia akan mampu mengungkap unsur-unsur konsep diri pustakawan, pola kebutuhan informasi pustakawan dan persepsi pustakawan terhadap makna yang muncul dari komunikasi dengan pengguna. Dengan demikian, kita dapat berspekulasi bahwa aturan yang mengikat ini dapat menciptakan insentif bagi pustakawan untuk membentuk citra diri dalam pola kebutuhan informasi. Oleh karena itu, penjelasan di atas dapat dijadikan landasan bagi peneliti untuk mendeskripsikan realita pustakawan dalam “Proses pembentukan citra diri dan pola kebutuhan informasi pustakawan di perpustakaan Institut Seni Indonesia, dilihat melalui analisis interaksionisme simbolik". ".
Bagaimana proses pembentukan citra diri pustakawan di perpustakaan Institut Seni Indonesia dengan analisis interaksionisme simbolik. Mendeskripsikan proses pencitraan diri pustakawan di perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta ditinjau dari analisis interaksionisme simbolik. Mendeskripsikan pola kebutuhan informasi pustakawan di perpustakaan Institut Seni Indonesia ditinjau dari analisis interaksi simbolik.
Bagi ilmu kepustakawanan dan informasi, kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih yang bermanfaat untuk memahami proses pembentukan citra diri pikiran, diri dan masyarakat dalam contoh kebutuhan informasi pustakawan di perpustakaan Institut Seni Indonesia. di Yogyakarta dalam kajian interaksionisme simbolik. 11 Syarah Fatia, Proses pembentukan citra diri pada anak sekolah dasar melalui komunikasi interpersonal dengan guru (skripsi). Saya menyatakan pendapat Rakhmat bahwa orang lain dan kelompok sosial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri. a) Faktor orang lain.
Penelitian ini mengkaji pembentukan konsep diri pada model kebutuhan informasi pustakawan di perpustakaan Institut Kesenian Yogyakarta ditinjau dari interaksi simbolik. Kerangka interaksi simbolik dalam proses pembentukan konsep diri dalam pola kebutuhan informasi di kalangan pustakawan Institut Kesenian Yogyakarta. Oleh karena itu, fokus penelitian ini adalah pembentukan konsep diri pada model kebutuhan informasi pustakawan dengan menggunakan analisis interaksi simbolik.
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Kajian Pustaka
Kerangka Teori
- Konsep Diri
- Kebutuhan Informasi
- Interaksionisme Simbolik
Metode Penelitian
- Metode Penelitian Kualitatif
- Pendekatan Fenomenologi
- Analisis Data
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Subyek Penelitian
GAMBARAN UMUM
Visi Dan Misi Perpustakaan Seni Indonesia
Layanan di Perpustakaan Institut Seni Indonesia
Struktur Organisasi Perpustakaan Insitut Seni Indonesia
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pola Kebutuhan Informasi Pustakawan Institut Seni
Di kalangan pustakawan di perpustakaan Institut Kesenian Yogyakarta terdapat pola kebutuhan informasi yang dapat dibedakan berdasarkan konteks latar belakang, baik aktivitas berkarya, minat maupun membuat karya ilmiah. Kelompok acuan dapat menjadi indikator yang mempengaruhi intensitas kebutuhan informasi di kalangan pustakawan di Institut Kesenian Yogyakarta. Kelompok acuan perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta memiliki kaidah, norma dan nilai yang harus dipatuhi pustakawan.
Fenomena di atas dapat diamati ketika terjadi perubahan perilaku di kalangan pustakawan Institut Kesenian Yogyakarta yang lebih menitikberatkan pada pengembangan diri dalam kebutuhan akan informasi tentang dunia perpustakaan. Perubahan perilaku pustakawan perpustakaan Institut Seni Indonesia terhadap kebutuhan informasi dapat dipahami dari intensitas pendalaman kebutuhan informasi tentang perpustakaan dibandingkan dengan minat pustakawan yang menggebu-gebu. Layanan perpustakaan Institut Kesenian Yogyakarta merupakan salah satu indikator kebutuhan informasi di kalangan pustakawan di Institut Kesenian Yogyakarta.
Namun permasalahan yang dihadapi di perpustakaan Institut Kesenian Yogyakarta tidak memiliki SOP untuk setiap layanan. Namun, perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta mengandalkan aturan dan pengalaman yang diperoleh pustakawan baru sebelumnya. Meski belum ada SOP di perpustakaan Institut Kesenian Yogyakarta, pelayanan perpustakaan berjalan lancar.
Karena pada dasarnya perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta memiliki koleksi, sebagian besar koleksinya adalah tentang seni. Dari pendapat informan 5 di atas, pustakawan di perpustakaan Institut Seni Yogyakarta dibantu oleh seperangkat komputer pribadi yang terhubung dengan internet. Stimulus yang berasal dari luar dapat menimbulkan kebutuhan informasi di kalangan pustakawan di Institut Kesenian Yogyakarta.
Di kalangan pustakawan, perpustakaan Institut Kesenian Yogyakarta memiliki beban kerja masing-masing sesuai dengan kelasnya. Peraturan tersebut menjelaskan secara rinci teknik yang harus dilakukan antar pustakawan di Institut Kesenian Yogyakarta. Pemahaman pustakawan terhadap makna-makna yang timbul dari komunikasi dengan pembaca di perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Pemahaman Pustakawan Atas Makna yang muncul dari
Bahasa nonverbal yang digunakan pustakawan selama ini adalah gestur, seperti: tangan, mata dan nada suara yang terlihat pada pustakawan. Indikator kedua adalah proses penentuan muncul tidaknya suatu informasi dari dorongan-dorongan eksternal dalam konstruksi makna di kalangan pustakawan. Di antara pustakawan yang menentukan apakah informasi tersebut merupakan pemicu keinginan pustakawan itu sendiri untuk mencari informasi yang lebih mendalam.
Sampai saat ini saya jarang berkomunikasi dengan mahasiswa secara personal, karena kami belum saling mengenal dengan baik. Makna yang terbentuk dari interaksi sosial dengan keluarga menyampaikan citra diri pustakawan menuju penilaian diri citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran, identitas diri. Makna-makna tersebut dapat memicu munculnya kebutuhan informasi di kalangan pustakawan perpustakaan Institut Seni, sehingga makna-makna yang muncul dalam fenomena ini dapat menjadi pola kebutuhan informasi di kalangan pustakawan.
Poernomowati, Sri, Laporan Penelitian Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian Informasi Personel Penelitian dan Pengembangan di Kalangan Industri Strategis. Namun ada user yang bingung karena belum pernah datang ke sini, karena sistem katalog disini tidak menggunakan DDC atau UDC, melainkan menggunakan LCC. Selama ini mahasiswa yang sering ke layanan tugas akhir ini tidak ada masalah, namun terkadang ada mahasiswa yang baru pertama kali datang ke layanan tugas akhir ini menanyakan tentang pengajuan tugas akhir yang mereka cari.
Tidak ada masalah dengan peraturan disini, karena saya juga mengikuti peraturan dengan baik. Padahal, saya dulu suka IT, jadi saya diberi tanggung jawab untuk mengelola IT di sini dulu. Tidak ada SOP tertulis, tidak ada masalah, hanya di sini ada peraturan per bagian, jadi peraturan diwariskan secara turun-temurun di setiap dinas.