• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING - Perpustakaan Universitas Negeri Padang

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PROSIDING - Perpustakaan Universitas Negeri Padang"

Copied!
999
0
0

Teks penuh

Paradigma pendidikan kewarganegaraan dalam perspektif pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal (Anis Suryaningsih. Universitas Sebelas Maret). Karakter melalui pembelajaran kewarganegaraan dalam implementasinya dalam kehidupan sehari-hari siswa di Desa Ngemplak Bothi (Khamilla Damastuti. Universitas Sebelas Maret. 42 Peran organisasi intra sekolah dalam pembentukan karakter kepemimpinan siswa (studi di SMA Negeri 2 Sukoharjo) (Lista) Putri Hafiki. Universitas Sebelas Maret.

45 Penguatan pendidikan karakter dalam pembelajaran PKn untuk mengembangkan karakter siswa di era disruptif (Merintan Ladivani S. Universitas Sebelas Maret. Sementara itu, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar saat ini sedang dikembangkan dalam bentuk Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). mata pelajaran.

Tabel 2 Pengguna Internet Berdasarkan Usia  Usia  Prosentasi
Tabel 2 Pengguna Internet Berdasarkan Usia Usia Prosentasi

Memperhatikan karakteristik siswa seperti penguasaan materi siswa serta tingkat berpikir/penalaran siswa pada saat pembelajaran

Menganalisis KD dan materi terkait yang akan dibuat menjadi soal

Membuat kisi-kisi soal yang terdiri dari KD, materi, indikator soal, dan level kognitif untuk memudahkan pembuatan soal

Berdasarkan telaah terhadap dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (LPP), dapat disimpulkan bahwa tidak ada kisi-kisi soal, sehingga instrumen penilaian hanya terdiri dari soal, kunci jawaban dan petunjuk penskoran. Padahal, penyusunan induk bertujuan untuk memastikan soal yang digunakan benar-benar representatif dan relevan dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Mencari stimulus yang kontekstual dan berkaitan dengan pokok bahasan Stimulus merupakan salah satu ciri utama soal HOTS berbentuk.

Mencari stimulus yang kontekstual dan berkaitan dengan materi pelajaran Stimulus merupakan salah ciri utama dari soal HOTS yang berupa

Menyusun soal, kunci jawaban, dan pedoman penskoran

Setelah kisi-kisi stimulus dan soal-soal disusun, langkah selanjutnya adalah menyusun soal-soal berdasarkan kisi-kisi soal yang disusun. Pedoman penilaian dibuat untuk soal deskriptif, sedangkan kunci jawaban dibuat untuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks dan jawaban singkat. Adanya pedoman penskoran dan kunci jawaban menjadi penting karena dengan adanya pedoman penskoran dan kunci jawaban, guru dapat mengoreksi pekerjaan atau jawaban siswa secara tepat dan terhindar dari subjektivitas (Kunandar.

Review soal berdasarkan aturan penulisan soal dan kriteria soal HOTS Setelah soal tersusun, langkah selanjutnya adalah mereview soal.

Menelaah soal berdasarkan kaidah penulisan soal dan kriteria soal HOTS Setelah soal disusun, langkah selanjutnya yaitu menelaah soal tersebut

Kesulitan guru dalam menyusun soal yang sesuai dengan pedoman pembuatan soal dan berkarakter HOTS

Selain itu, dari sisi distraktor, terkadang guru juga menemui kendala karena distraktor harus dapat berfungsi, sehingga distraktor tidak dapat melihat perbedaannya. Oleh karena itu, guru harus berulang kali mempraktekkan penerapan HOTS pada pembelajaran dan penilaian. Hal ini tidak terlepas dari kompetensi pedagogik guru, dimana salah satu indikator kompetensi pedagogik adalah guru mampu merancang asesmen/evaluasi hasil belajar siswa.

Kualitas tenaga pengajar yang baik sangat penting untuk memaksimalkan pembelajaran dan penilaian berorientasi HOTS, karena hasil pengembangan siswa HOTS dapat dicapai dengan peran aktif guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran yang diarahkan HOTS (Retnawati, et al.

Karakteristik siswa yang masih kurang dalam literasi dan penguasaan materi

Kurangnya ketersediaan narasumber yang ahli dalam bidangnya

Selain faktor guru dan siswa, narasumber juga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran dan penilaian berorientasi HOTS. Narasumber yang ahli dibidangnya memberikan pemahaman tentang konsep HOTS dan bagaimana mengimplementasikannya dalam pembelajaran dan penilaian sehingga menjadi jembatan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dan penilaian HOTS di lapangan. Selain ketersediaan narasumber yang terbatas, narasumber yang umumnya berasal dari dinas pendidikan atau civitas akademika di perguruan tinggi biasanya memiliki jam sibuk masing-masing, sehingga terkadang sulit mencari waktu untuk diundang ke berbagai pelatihan dan workshop.

Pembantu juga terkadang menjelaskan HOTS menggunakan sumber yang sama dengan sumber lain, sehingga guru terkadang bingung dan tidak menemukan titik terang untuk memahami apa sebenarnya HOTS itu.

Kurangnya literasi dan pustaka buku terjemahan tentang pembelajaran dan penilaian berkarakter HOTS

Masalah utama remaja di era globalisasi adalah adanya krisis karakter yang mengarah pada menjamurnya identitas. Pencapaian identitas penting bagi remaja untuk menentukan karakteristik dan harga diri mereka di era globalisasi. Remaja yang masih mencari jati diri akan lebih mudah terhipnotis untuk mengikuti trend yang berkembang di media sosial.

Teladan anak muda saat ini bukan lagi budaya lokal yang melekat sebagai identitas, melainkan hal-hal yang berkembang di dunia maya (Bannan-Ritland, 2003). Tidak dapat dipungkiri bahwa era globalisasi akan berdampak buruk terhadap pembentukan identitas dan identitas seseorang (Hermans & Dimaggio, 2007; Babran, 2008; Jensen & Arnett, 2012). Pembentukan identitas dan identitas remaja di era globalisasi tampaknya ditentukan oleh perkembangan media yang mampu menyebarkan budaya dan gagasan dari luar negeri.

Hal ini dapat menjadi bumerang jika remaja tidak memiliki pencapaian karakter dan jati diri sebagai bagian dari masyarakat setempat. Sikap dan perilaku yang sesuai dengan budaya inilah yang dapat memperkuat identitas komunitas, terutama bagi remaja (Nakata & K. Sivakumar, 2001; Phinney & Ong, 2007; Westjohn, Singh, & Magnusson, 2012). Mayoritas remaja beranggapan bahwa budaya yang sesuai dengan minat mereka adalah budaya yang sedang viral saat ini.

Dalam teori psikososial yang dikemukakan oleh Erikson, terdapat tahapan-tahapan mengenai upaya remaja menemukan identitas diri berusaha mencari tahu siapa dirinya sebenarnya, apa yang ada dalam hidupnya dan bagaimana cara hidupnya. Maka tidak jarang pada masa peralihan, remaja sering mengubah maknanya dengan 'menjiplak' dari budaya luar atau dari tokoh-tokoh yang mereka kagumi. Ketidakpastian identitas remaja akan menyebabkan penarikan diri dari masyarakat, isolasi dari teman sebaya dan keluarga atau pilihan lain yaitu bergaul dengan teman sebaya, dan dampak terburuknya adalah kehilangan identitas diri.

Krisis identitas anak muda merupakan proses panjang dan bertahap yang tidak terjadi secara tiba-tiba. Berdasarkan teori Erikson, generasi muda harus tetap menjaga budaya daerah tempat tinggalnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari identitasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai-nilai Serat Wulang Sunu sebagai alternatif untuk meningkatkan akhlak terutama dalam hal spiritualitas, pencapaian identitas, keterampilan interaksi sosial dan upaya menciptakan perdamaian dunia sebagai penangkal dampak negatif dari era globalisasi.

METODE

PEMBAHASAN

Strategui 1: Menciptakan iklim, memperkuat daya saing dan melindungi potensi

Desa Wisata Mintasari melaksanakan pengembangan masyarakat melalui kegiatan pengembangan keterampilan dan pengelolaan sumber daya yang ada. Pendidikan Kewarganegaraan atau Pendidikan Kewarganegaraan diperkuat dengan teori pemberdayaan warga negara melalui pengembangan budaya kewarganegaraan dalam rangka membangun masyarakat madani (Hikam, 1999). Pendidikan kewarganegaraan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kewarganegaraan politik (Hikam, 1999) dan pendekatan proses struktural yang ditemukan oleh Goran Therborn (Eep Saifulloh, 1994).

Pemberdayaan masyarakat desa wisata penting sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat pada saat menyambut tawaran dari negara untuk membuat program desa wisata. Potensi yang berkembang adalah potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi budaya masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya nilai-nilai sosial yang ada sebagai dasar berdirinya bangsa Indonesia.

Oleh karena itu perlu merekonstruksi sistem yang ada dengan mengembangkan nilai-nilai identitas nasional sebagai satu kesatuan atas nama bangsa Indonesia. Nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat dikembangkan dan dipertahankan untuk mengurangi ketergantungan pada eksploitasi sumber daya. Desa Wisata Mintasari mencoba merekonstruksi sistem ekonomi yang ada di masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada.

Desa Wisata Pentingsari menggali dan menghidupkan kembali kearifan lokal melalui Pendidikan Kewarganegaraan, kegiatan ini digunakan sebagai upaya membangun jati diri bangsa dan sebagai penyaring pengaruh budaya dari luar daerah.

Gambar

Tabel 3 Penetrasi Internet Berdasarkan Usia  Usia  Prosentasi
Tabel 2 Pengguna Internet Berdasarkan Usia  Usia  Prosentasi
Tabel  1.  Muatan  Pendidikan  Kewarganegaaraan  untuk  kelas  I-VI  SD/MI  berdasarkan Permendikbud No
Gambar 1. Deskripsi Pengembangan KKNI
+7

Referensi

Dokumen terkait

In order to have optimum results in teaching English using WhatsApp, teachers are required to assist students by establishing and involving them in two types of