• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional "

Copied!
545
0
0

Teks penuh

Kementerian Riset dan Teknologi bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengemban tugas pokok mengawal strategi ketiga MP3EI, yaitu peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan iptek nasional. Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 2012), Makassar | 3 Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemenristek mengembangkan program dan perangkat yang memungkinkan komunikasi, interaksi dan sinergi antar pelaku inovasi.

PENDAHULUAN

Membedakan jenis kayu yang memiliki kesamaan ciri dan secara visual terlihat mirip seringkali membingungkan, apalagi kedua jenis kayu tersebut juga memiliki kesamaan ciri anatominya. Kayu punak dan merlapang memiliki kesamaan dalam hal kerapatan, sifat umum dan ciri anatomis.

METODE PENELITIAN A. Bahan

Prosedur

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lekukan antara bejana dan jari-jari dengan sisi yang jelas yang sesuai dalam ukuran dan bentuk dengan lubang masuk di antara bejana. Lekukan pembuluh radial Dengan sisi yang jelas; serupa dalam ukuran dan bentuk dengan saluran masuk bejana perantara.

Tabel 1. Ringkasan ciri anatomi kayu punak dan merlapang berdasarkan hasil pengamatan
Tabel 1. Ringkasan ciri anatomi kayu punak dan merlapang berdasarkan hasil pengamatan

STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT KAYU Shorea hopeifolia Symington DARI KALIMANTAN TIMUR

METODOLOGI

Serat kayu yang lebih panjang akan menghasilkan lembaran kertas yang memiliki sifat kekuatan yang lebih baik karena memiliki area ikatan yang lebih luas selama penggilingan dan sifat transfer tegangan yang lebih baik. Hal ini mendukung munculnya ikatan antar serat yang lebih sempurna sehingga menghasilkan lembaran dengan sifat kekuatan yang baik, porositas rendah dan densitas kertas yang tinggi.

Tabel 1. Kriteria kualitas serat kayu untuk bahan baku pulp dan kertas
Tabel 1. Kriteria kualitas serat kayu untuk bahan baku pulp dan kertas

KESIMPULAN

Semua jenis kayu memiliki jari-jari yang berfungsi sebagai jalur transportasi cairan yang berasal dari lapisan floem secara horizontal. Pada bagian pangkal, tengah dan ujung batang dibuat pelat dengan tebal 6 cm dan untuk setiap pelat diambil contoh dengan lebar 2 cm melalui titik tengah yang saling tegak lurus, sehingga diperoleh 4 buah contoh, yang memiliki panjang yang sama dengan jari-jari pelat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pori

  • Serat

Pengukuran dan pengamatan balok dilakukan pada bidang radial yang meliputi tinggi balok, lebar balok, frekuensi balok, dan tipe sarang pada pangkal, tengah, dan ujung batang. Tinggi jari-jari pada pangkal, tengah dan ujung batang berturut-turut adalah 288 mikron, 437 mikron, dan 471 mikron.

Gambar 1.  Diameter pori rata-rata kayu puspa dalam arah vertikal
Gambar 1. Diameter pori rata-rata kayu puspa dalam arah vertikal

SIFAT ANATOMI BAMBU AMPEL (Bambusa vulgaris Schrad.) PADA ARAH AKSIALDAN RADIAL

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Proporsi Sel Bambu

Hasil rata-rata proporsi sel serat, pembuluh dan parenkim bambu ampel (Bambusa vulgaris Schrad.) pada arah aksial dan radial dapat dilihat pada tabel. Dari hasil analisis keragaman pada nilai proporsi sel parenkim bambu ampel menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada arah radial dan aksial.

Gambar 2. Penampang transversal  bambu ampel dari bagian kulit sampai bagian dalam   Tabel 2
Gambar 2. Penampang transversal bambu ampel dari bagian kulit sampai bagian dalam Tabel 2

Dimensi Serat Panjang serat

Menurut penelitian ini, rata-rata ketebalan dinding serat bambu ampel yang dipelajari pada arah aksial dan posisi radial menurun dari pangkal ke ujung dan menunjukkan peningkatan di bagian tengah kemudian menurun di bagian dalam. Dimensi serat tidak dipengaruhi oleh posisinya dalam arah aksial dan radial, kecuali panjang serat.

Tabel 4. Panjang serat (mm) bambu ampel pada arah aksial dan radial
Tabel 4. Panjang serat (mm) bambu ampel pada arah aksial dan radial

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU SENGON (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) DARI 2 JENIS PERMUDAAN YANG BERBEDA

METODOLOGI Bahan dan Alat Penelitian

Masa juvenil ditentukan dengan menggunakan salah satu sifat juvenil kayu yaitu panjang serat. Berdasarkan hal tersebut maka masa juvenil ditentukan dengan melihat penambahan panjang serat secara bertahap dari bagian tengah kayu ke bagian kayu yang dekat dengan kulit kayu.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proporsi Sel

Hasil penelitian proporsi sel jari-jari menunjukkan bahwa kayu sengon dari peremajaan biji dan pucuk mencapai nilai rata-rata 13,67% dan 12,86%. Hasil penelitian tentang proporsi sel pembuluh menunjukkan kayu sengon dari benih dan regenerasi pucuk mencapai nilai rata-rata 5,88% dan 5,83%.

Gambar 2. Penampang transversal dari kayu sengon permudaan biji dan trubusan  Tabel 3
Gambar 2. Penampang transversal dari kayu sengon permudaan biji dan trubusan Tabel 3

Dimensi serat

Hasil analisis keragaman ketebalan dinding sel kayu sengon pada posisi radial dari jantung ke kulit menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Posisi radial dari jantung ke kulit kayu berpengaruh sangat nyata terhadap panjang serat dan tebal dinding sel kayu sengon, baik dari permudaan biji maupun pucuk.

Gambar 3.  Dimensi serat sengon permudaan biji dan trubusan  Tabel 6. Diameter serat kayu sengon permudaan biji dan trubusan
Gambar 3. Dimensi serat sengon permudaan biji dan trubusan Tabel 6. Diameter serat kayu sengon permudaan biji dan trubusan

SILVIKULTUR INTENSIF PT. SARI BUMI KUSUMA

SIFAT MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK KAYU MERANTI MERAH (Shorea parvifolia) PADA DIAMETER BERBEDA TANAMAN DESA. Berdasarkan hasil analisis grafik panjang serat dapat ditentukan masa juvenil kayu merantium merah.

Tabel 1. Sifat makroskopis kayu meranti merah (Shorea parvifolia)  Ciri
Tabel 1. Sifat makroskopis kayu meranti merah (Shorea parvifolia) Ciri

IDENTIFIKASI KAYU ARKEOLOGIS KOMPONEN BANGUNAN M FORT ROTTERDAM DALAM RANGKA KONSERVASI KAYU DAN PEMUGARAN FITUR

CAGAR BUDAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Kodifikasi

Berdasarkan deskripsi karakteristik struktur kayu dapat diketahui dan disimpulkan bahwa sampel kayu merbau. Parenkim paratrakeal (parenkim yang bersentuhan dengan pembuluh) dan apotrakeal (parenkim yang tidak terhubung dengan pembuluh) ditemukan di hutan ini.

Gambar 2. Penampang Melintang M2.
Gambar 2. Penampang Melintang M2.

SIFAT FISIKA MEKANIKA DAN POTENSI KAYU HITAM (Diospyros pilosanthera Blanco) DI CAGAR ALAM TANGKOKO, SULAWESI UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Sifat Fisika

Sampel yang diuji menunjukkan bahwa berat jenis kayu pada bagian tengah lebih tinggi dibandingkan dengan bagian inti kayu dan kulit kayu, yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2. Berat jenis yang tinggi akan mempengaruhi keawetan kayu dalam hal pembusukan kayu. , masa pakai dan prosedur pemrosesan kayu.

Gambar 2.  Berat jenis dari dekat hati ke kulit
Gambar 2. Berat jenis dari dekat hati ke kulit

KESIMPULAN DAN SARAN

Menurut Suryawan (2009), berat jenis berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan, semakin cepat pertumbuhan akan menyebabkan penurunan berat jenis. Tetapi berat jenis mempengaruhi energi yang digunakan dalam pekerjaan, semakin tinggi berat jenis, semakin tinggi energi yang dibutuhkan untuk jenis pekerjaan tertentu.

PENGARUH LOKASI ASAL TERHADAP KUALITAS BEBERAPA JENIS BAMBU UNTUK BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Namun, peran berbagai jenis bambu lebih penting daripada lokasi asal bambu tersebut, sehingga harus diperhatikan. Jenis bambu yang diprioritaskan untuk mebel dan kerajinan adalah bambu wulung, kemudian bambu petung, sedangkan bambu ori tidak ada (bukan prioritas).

SIFAT FISIK DAN BAGAN PENGERINGAN BAMBU MAYAN (Gigantochloa robusta Kurz)

BAHAN DAN METODE

Berdasarkan sifat fisik dan pengeringannya, estimasi suhu minimum dan maksimum bambu maya yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3. Sifat pengeringan bambu maya yang diteliti menunjukkan bahwa kualitas pengeringan batang pada bagian pangkal tergolong B, batang tengah diklasifikasikan sebagai A–B , sedangkan batang berbentuk kerucut diklasifikasikan sebagai C.

Gambar 1.   Kondisi pertumbuhan bambu mayan  yang diteliti
Gambar 1. Kondisi pertumbuhan bambu mayan yang diteliti

PENGARUH UMUR TANAMAN TERHADAP KERAPATAN KAYU MANGIUM (Acacia mangium Willd.) DAN KRASIKARPA (Acacia crassicarpa) DI AREAL

  • PENDAHULUAN A. Latar Belakang
  • Tujuan Penelitian
    • METODOLOGI A. Bahan
  • Peralatan
  • Prosedur kerja 1. Pengambilan contoh
    • HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diameter
  • Kadar air dan berat jenis kayu

Analisis ragam pengaruh umur terhadap kadar air dan berat jenis/densitas kayu A. mangium disajikan pada Tabel 3. Hasil variabilitas pengaruh umur terhadap kadar air dan berat jenis/densitas kayu A. mangium. .

Tabel 2. Nilai rata-rata berat jenis dan kadar air mangium dan krasikarpa
Tabel 2. Nilai rata-rata berat jenis dan kadar air mangium dan krasikarpa

SIFAT FISIS KAYU SAMAMA (Antocephalus Macrophylus Roxb.)

METODOLOGI Bahan baku

  • Kadar Air (KA)
  • Berat Jenis (BJ)
  • Penyusutan Radial dan Tangensial

Analisis varians menunjukkan bahwa berat jenis dipengaruhi oleh posisi horizontal batang, tetapi tidak dipengaruhi oleh ketinggian batang. BJ dan KA kayu Samama dipengaruhi oleh posisi horizontal batang, tetapi bukan ketinggian tempat tumbuhnya.

Gambar 1. Pengambilan contoh uji  III.   HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Pengambilan contoh uji III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIS DAN MORFOLOGI SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN SERAT SABUT KELAPA SETELAH PERLAKUAN ALKALI

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat

Berdasarkan data yang diperoleh untuk serat pada tandan kosong kelapa sawit diketahui bahwa nilai kuat tarik serat kontrol memiliki nilai tarik terendah yaitu 48,3 MPa. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa serat tandan kosong sawit setelah direndam dalam NaOH 5% selama 24 jam memberikan nilai kuat tarik tertinggi (147,04 MPa), sedangkan untuk serabut kelapa diperoleh dengan perendaman dalam NaOH 5% selama 12 jam jam (88 ,81 MPa).

Tabel 1. Nilai Elongation at break serat sebelum dan setelah perlakuan
Tabel 1. Nilai Elongation at break serat sebelum dan setelah perlakuan

PENGARUH JENIS KATALIS DAN CARA PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN MERANTI MERAH

Shorea leprosula)

METODE PENELITIAN

Sedangkan nilai TS tertinggi sebesar 2,73% untuk papan semen dengan sistem conditioning menggunakan tungku dengan katalis Al2(SO4)3. Nilai IB tertinggi terdapat pada papan semen dengan sistem pengkondisian konvensional dengan penambahan katalis Al2(SO kgf/cm2), yang tidak jauh berbeda dengan papan semen pengkondisian konvensional dengan katalis MgCl2 (8,51 kgf/cm2).

Tabel 1.  Sifat Fisik dan Mekanis Papan Semen dari Kayu Meranti
Tabel 1. Sifat Fisik dan Mekanis Papan Semen dari Kayu Meranti

BEBERAPA SIFAT PAPAN GIPSUM DARI TIGA JENIS KAYU

METODE PENELITIAN Bahan

Secara umum kekuatan lentur papan gipsum manii (34 kg/cm2) lebih tinggi dibandingkan dengan papan gipsum sengon (29,66 kg/cm2) dan papan gipsum mangium (28,9 kg/cm2). Secara umum kekuatan lentur papan gipsum manii (34 kg/cm2) lebih tinggi dibandingkan dengan papan gipsum sengon (29,66 kg/cm2) dan papan gipsum mangium (28,9 kg/cm2).

Tabel 1.  Nilai rata-rata sifat fisis dan mekanis papan gipsum
Tabel 1. Nilai rata-rata sifat fisis dan mekanis papan gipsum

PENGARUH PERENDAMAN PARTIKEL DALAM AIR DINGIN DAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH

BATANG KELAPA SAWIT DENGAN PEREKAT ISOSIANAT

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis Papan Partikel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa MOR papan partikel yang dihasilkan dengan perendaman air dingin dan air panas berada pada kisaran kg/cm2. Hasil rata-rata nilai MOR ditunjukkan pada Gambar 5. Nilai MOR papan partikel dengan pretreatment air panas dan perendaman air dingin.

Gambar 2. Kadar air papan partikel dengan pretreatment perendaman air panas dan air dingin
Gambar 2. Kadar air papan partikel dengan pretreatment perendaman air panas dan air dingin

KARAKTERISTIK FILM KOMPOSIT POLI VINIL ALKOHOL DAN PULP AKASIA DIPUTIHKAN TERFIBRILASI

HASIL PEMBAHASAN Karakteristik morfologi serat

Modulus tarik komposit PVA dan pulp akasia yang diputihkan setelah disuling 30x sirkulasi (refined pulp) lebih tinggi (122,7 N/mm2) dibandingkan film PVA (66,4 N/mm2). Pulp akasia diputihkan setelah 30 menit sirkulasi penyulingan dan 60 menit ultraturrax, pembesaran 400x.Secara keseluruhan, komposit PVA dan pulp halus yang diikuti dengan perlakuan ultraturrax dan ultrasonik menunjukkan modulus tarik dan kekuatan tarik yang lebih rendah daripada komposit lain dalam penelitian ini.

Gambar 1. Pulp akasia terputihkan setelah di refiner 30x
Gambar 1. Pulp akasia terputihkan setelah di refiner 30x

SUBSTITUSI POLIPROPILENA DENGAN KHITOSAN PADA KOMPOSIT TERMOPLASTIK POLIPROPILENA-MIKROFIBRIL TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik

Komposit kitosan dengan ukuran mulai dari 20 mesh hingga 40 mesh memiliki rata-rata FS di atas kontrol sebesar 48,67 MPa hingga 55,48 MPa. Hasil uji FM yang ditunjukkan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa komposit kitosan dengan ukuran mulai dari 20 mesh hingga 40 mesh memiliki nilai FM sebesar 2,60 GPa hingga 3,28 GPa.

Gambar 2. Histogram kerapatan komposit termoplastik
Gambar 2. Histogram kerapatan komposit termoplastik

PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN PLASTIK DAUR ULANG (RPP) SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT PLASTIK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air papan yang tersusun dari plastik yang dihasilkan dari daun lontar berkisar antara. Perkembangan ketebalan terendah dicapai pada papan komposit plastik sawit dengan penambahan MAH dan BPO.

Gambar 1.  Penampakan  fisik  papan  plastik  komposit    serbuk    pelepah  sawit    pada  temperatur  190  ⁰C   dengan MAH (a)  dan tanpa MAH (b)
Gambar 1. Penampakan fisik papan plastik komposit serbuk pelepah sawit pada temperatur 190 ⁰C dengan MAH (a) dan tanpa MAH (b)

DETERMINASI CORAK ANYAMAN DAN JENIS BAMBU DALAM PEMBUATAN BAMBU LAPIS BERKUALITAS TINGGI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air

Histogram kadar air kayu lapis pada tiga jenis bambu dan empat pola anyaman. Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa kekuatan rekat bambu berlapis yang menggunakan jalinan diagonal untuk semua jenis bambu lebih besar dibandingkan dengan pola jalinan lainnya.

Gambar 2. Histogram kadar air bambu lapis pada tiga jenis bambu dan empat corak anyaman  Keteguhan Rekat
Gambar 2. Histogram kadar air bambu lapis pada tiga jenis bambu dan empat corak anyaman Keteguhan Rekat

PENGARUH PROPORSI LAPISAN DAN BAHAN BAKU TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL LAPIS TANPA PEREKAT

Semakin besar proporsi partikel Nangka baik sebagai face maupun core, maka semakin tinggi pula nilai MOR papan partikel yang dihasilkan. Widyorini et al (2005a, 2005b) menunjukkan dalam penelitiannya bahwa ada hubungan antara perubahan komponen kimia dan kadar S/G (Syringil/Guaiasil) dengan kekuatan rekat chipboard tanpa lem.

Tabel 1. Data hasil penelitian sifat fisika dan mekanika papan partikel
Tabel 1. Data hasil penelitian sifat fisika dan mekanika papan partikel

DETERMINASI KONDISI PROSES OPTIMAL DALAM PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL KAYU KEMIRI (Aleurites moluccana)

Data pada Gambar 1-5 menunjukkan kecenderungan sifat papan partikel meningkat dengan meningkatnya suhu dan waktu tekan. Temperatur pengepresan dan waktu pengepresan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap sifat fisik dan mekanik papan partikel.

Gambar 1. Kadar air papan partikel pada berbagai suhu kempa (%)
Gambar 1. Kadar air papan partikel pada berbagai suhu kempa (%)

DISTRIBUSI KERAPATAN DAN KEKUATAN DALAM KAYU KOMPRESI SKALA PEMAKAIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Hasil pengujian nilai MOE dan MOR pada penelitian ini serta sebarannya pada kayu tekan tingkat guna ditunjukkan pada Tabel 2. Nilai kerapatan dan MOE/MOR pada posisi permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan posisi inti pada posisi tekan. kayu. .

Figure 2. Machine conditioning
Figure 2. Machine conditioning

KETAHANAN BAMBU LAMINASI TERHADAP SERANGAN JAMUR

BAHAN DAN METODE Penyiapan bahan

Hasil pengujian ketahanan bilah bambu dan bambu laminasi terhadap busuk putih (Tremetes versicolor) dan busuk coklat (Fomitopsis palustris) yang sebelumnya diawetkan dengan larutan boron pada konsentrasi 10% dan 10% ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2, dimana garis merah adalah standar maksimum, kehilangan berat yang diijinkan dari sampel uji bambu berdasarkan standar JIS adalah 3%. Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 2012), Makassar | 169 Hasil uji ketahanan bambu laminasi terhadap jamur busuk yang diawetkan terlebih dahulu dengan larutan pengawet pinus dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% menunjukkan bahwa persentase penurunan berat rata-rata kedua jenis jamur tersebut tidak memenuhi standar. ditetapkan oleh yang disyaratkan oleh JIS yaitu sebesar 3%.

Gambar 1.  Rata-rata  persentase  kehilangan  berat  sampel  uji  bambu  pada  setiap  kombinasi  perlakuan setelah diumpankan dengan jamur pelapuk putih (JPP) selama 3 bulan
Gambar 1. Rata-rata persentase kehilangan berat sampel uji bambu pada setiap kombinasi perlakuan setelah diumpankan dengan jamur pelapuk putih (JPP) selama 3 bulan

PENERAPAN FORMULASI SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN MENURUT TERAZAWA PADA PENGERINGAN KAYU MERANTI MERAH BERSORTIMEN

RAAMHOUT

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisika Kayu

Kedua, kadar air pengeringan akhir jadwal terazawa (8,03%) jauh lebih rendah daripada jadwal industri (8,30%). Ketiga, laju pengeringan jadwal terazawa (13,88%/jam) jauh lebih tinggi daripada jadwal industri (12,06%/jam).

Tabel 4. Klasifikasi kadar air dan langkah perubahannya
Tabel 4. Klasifikasi kadar air dan langkah perubahannya

KONFIGURASI PASAK DAN SUDUT ARAH SERAT KUAT TUMPU PADA DESAIN SAMBUNGAN LAMINATED VENEER LUMBER (LVL) KAYU SENGON

PENDAHULUAN

POST KONFIGURASI DAN KEKUATAN SEBAGAI ARAH SERAT PADA DESAIN KONEKSI SENGON WOOD LAMINATED VENEER (LVL). Veneer laminasi memiliki nilai kekuatan dukung yang lebih tinggi daripada kayu alami dengan berat jenis yang sama.

Gambar 1.   Grafik perbandingan pengujian dan estimasi kuat tumpu untuk pembebanan sejajar arah serat  (sumber: J
Gambar 1. Grafik perbandingan pengujian dan estimasi kuat tumpu untuk pembebanan sejajar arah serat (sumber: J

ANALISA LAYER SYSTEM PADA BILAH BAMBU DAN BAMBU LAMINASI DENGAN MENGGUNAKAN RASIO IKATAN PEMBULUH SEBAGAI SUBSTITUSI

RASIO MODULUS ELASTISITAS

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS SISTEM PELAYARAN PLAT BAMBU DAN LAMINASI BAMBU DENGAN MENGGUNAKAN VESSEL BONDING RASIO SEBAGAI PENGGANTINYA. Dari ketiga konfigurasi bambu laminasi yang disusun yaitu inside-inside (LD), outside-outside (LL) dan inside-inside (DD), dihitung efisiensi kekakuan yang dihasilkan.

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Penelitian ini mengamati distribusi kerapatan berkas pembuluh pada penampang bambu, mengkonstruksi fungsi jarak ideal berdasarkan kerapatan berkas pembuluh, kemudian melakukan analisis mekanik pengaruh ikatan pembuluh pada sifat penampang dan modulus elastisitas. MOE) dari bambu lapis ganda. Laminasi bambu lapis ganda dibuat dengan tiga konfigurasi, yaitu inside-out (LD), outer-out (LL), dan inside-in (DD), seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar

Tabel 1. Ringkasan ciri anatomi kayu punak dan merlapang berdasarkan hasil pengamatan
Gambar 1. S. hopeifolia: (a) batang. (b) daun. (c) penampang tranversal dan (d) permukaan longitudinal  b
Gambar 2.   S.  hopeifolia:  a)  penampang  lintang  (makroskopis),  b)  penampang  lintang  (mikroskopis),  c)  penampang radial d) penampang tangensial
Gambar 7. Panjang serat dalam arah radial pada bagian ujung batang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alasan penelitian ini menggunakan auditor junior, senior dan manajer sebagai unit analisis karena perilaku menyimpang dalam pelaksanaan audit cukup tinggi terjadi pada

Alasan peternak menjalankan usaha dengan kemitraan berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa 70% menyatakan bahwa peternak memiliki pasar yang jelas ketika broiler

Penelitian tahap dua adalah seleksi isolat cendawan yang berpotensi sebagai antagonis berdasarkan pertumbuhan koloni, kerapatan spora dan viabilitas spora menggunakan

Kemampuan literasi informasi memang mutlak harus dimiliki pustakawan dalam melayani pemustaka di era digital agar pustakawan dapat dilihat bahwa pustakawan mampu memberikan sesuatu

Komposisi asam lemak tidak jenuh yang lebih rendah dan kandungan komponen minor terutama karoten dan tokol yang lebih tinggi berkaitan dengan stabilitas

Sementara untuk kegiatan usaha antara pembenihan dan pembesaran, kinerja yang tinggi diperoleh dari kegiatan usaha pembesaran dengan perolehan RC Rasio pada Anggota 1 yang

Budaya Organisasi yang digali dari konsep Catur Purusa Artha diyakini bahwa dalam hidup di dunia ini, manusia perlu memiliki etos kerja yang tinggi dalam mencari materi

Dengan adanya luas permukaan yang tinggi dan ukuran pori yang lebih besar, diharapkan katalis AlCl 3 dapat terdispersi secara sempurna walaupun pada jumlah yang