• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSTITUSI ONLINE MELALUI SOSIAL MEDIA TWITTER DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "PROSTITUSI ONLINE MELALUI SOSIAL MEDIA TWITTER DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

PROSTITUSI ONLINE MELALUI MEDIA SOSIAL TWITTER DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF. Menyatakan bahwa penelitian skripsi ini berjudul “PROSTITUSI ONLINE MELALUI MEDIA SOSIAL TWITTER DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF”. PROSTITUSI ONLINE MELALUI MEDIA SOSIAL TWITTER YANG DILAPORKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUMAN ISLAM DAN HUKUM POSITIF”.

Dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Hukum Pidana Islam (Jinayah). Dengan mengucap alhamdulillah penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PROSTITUSI ONLINE MELALUI MEDIA SOSIAL TWITTER YANG DILAPORKAN DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF ISLAM” . Teman-teman Program Studi Hukum Pidana Islam angkatan 2019 serta teman-teman yang telah berjuang bersama dan memberikan motivasi kepada penulis.

JIHAN RIZQI NUR HANIFAH, PROSTITUSI ONLINE MELALUI MEDIA SOSIAL TWITTER DILIHAT DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk prostitusi online melalui media sosial Twitter dan mengkaji perspektif hukum pidana Islam dan hukum positif ditinjau dari ketentuan hukumnya.

Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai beberapa permasalahan yang dapat timbul akibat penyalahgunaan media sosial, peneliti tertarik untuk mengkaji prostitusi online melalui media sosial. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah prostitusi online melalui media sosial dapat dikategorikan sebagai tindak pidana dan mendapat sanksi pidana. Twitter menjadi salah satu pilihan media sosial yang cukup populer di kalangan para alter dalam melakukan pekerjaannya.

Beberapa akun di atas merupakan sebagian kecil akun yang ditemukan peneliti untuk membuktikan adanya prostitusi online gratis di jejaring sosial Twitter. Para peneliti memperhatikan bahwa terdapat banyak hashtag dan lebih banyak postingan yang mengarah pada praktek prostitusi online secara terbuka di situs jejaring sosial Twitter. Dari sedikitnya hashtag di atas di Twitter, dapat dijelaskan bahwa aktivitas prostitusi online kini bebas dijelajahi dan berkembang di Twitter.

Sedangkan jika melihat hukum positif Indonesia yang berlaku saat ini, prostitusi online melalui media sosial Twitter merupakan salah satu tindakan yang perlu dikaji lebih dalam untuk membuktikan apakah tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai tindak pidana dan dapat diancam pidana sesuai peraturan. berada dalam UU ITE dimana individu yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur. Berdasarkan pemaparan permasalahan yang telah diuraikan, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Prostitusi Online Melalui Media Sosial Twitter Dilihat dari Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif”.

Gambar 2.2 Penggunaan Re-tweet Untuk Setiap Member
Gambar 2.2 Penggunaan Re-tweet Untuk Setiap Member

Rumusan Masalah

Dalam Islam, pekerjaan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang agama karena merupakan salah satu bentuk perzinahan dan melanggar ketentuan hukum Islam.

Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis dan menjelaskan perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif terhadap prostitusi online di media sosial Twitter.

Manfaat Penelitian

Kerangka Teori

Yang dimaksud dengan unsur formal (al-rukn al-syar’iy) adalah adanya ketentuan dalam teks yang melarang atau memerintahkan suatu tindakan dan adanya ancaman bagi orang yang melanggar peraturan tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur akhlak (al-rukn al-adabiy) adalah jika pelakunya adalah seorang Mukalaf atau seseorang yang perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Selain itu perbuatan prostitusi atau pelacuran dalam hukum Islam juga diatur dalam Q.S Al-Isra ayat 32.

Dalam hukum syarak, pelacuran adalah perbuatan zina yang boleh dihukum berdasarkan status seseorang yang dikategorikan antara lain: penzina muhsan, penzina ghairu muhsan dan penzina seseorang yang berstatus hamba sahaya. Orang yang dianggap berzina muhsan ialah orang yang berzina setelah melakukan persetubuhan yang halal (sudah berkahwin atau sudah berkahwin). Pengertian jenayah menurut pakar Prof Simons mengatakan ialah penderitaan yang dialami seseorang kerana melakukan pelanggaran norma yang diatur dalam undang-undang jenayah dan dengan keputusan hakim dijatuhkan hukuman 20 Daripada pemahaman ini dapat dilihat bahawa jenayah ialah hukuman yang diberikan kepada pelaku jenayah atas perbuatan yang dilakukannya setelah didapati bersalah oleh hakim.

Dalam UU ITE, prostitusi online atau cyberprostitution adalah tindakan menawarkan atau memperdagangkan layanan seksual melalui media sosial. Selain itu, prostitusi online melalui media sosial juga dapat diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi pada Pasal 1 ayat 2, yang berisi:

Tinjauan Pustaka

Twitter, sedangkan penelitian ini akan fokus pada tindak prostitusi online di jejaring sosial Twitter yang dikaji dari perspektif hukum pidana Islam dan hukum positif. Penelitian terdahulu lainnya dilakukan oleh Ria Zumaroh (2017) dalam jurnal berjudul “Sanksi Prostitusi Internet dari Perspektif Hukum Islam”. Bedanya penelitian yang dilakukan Ria Zumaroh dalam hal ini adalah hanya menganalisis prostitusi online dari sudut pandang hukum Islam, sedangkan penelitian ini menganalisis prostitusi online dari sudut pandang hukum pidana Islam dan hukum positif, serta membatasi permasalahan pada masalah sosial saja. hanya. media Twitter.

27 Ria Zumaroh, “Sanksi Prostitusi Online Dalam Perspektif Hukum Islam”, Al-Jinayah: Jurnal Hukum Pidana Islam, (Gresik) Vol. Hasil penelitian ini dirumuskan bahwa Penerapan hukum terhadap tindak pidana prostitusi online dalam putusan no. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Zisrel adalah penelitian Zisrel fokus pada kajian putusan perkara, sedangkan penelitian ini mengkaji tentang prostitusi online pada Media sosial Twitter dengan mengulasnya dari sudut pandang hukum pidana Islam dan hukum positif.

Oleh karena itu peneliti akan mengangkat judul “Prostitusi di Internet melalui jejaring sosial Twitter dilihat dari perspektif hukum pidana Islam dan hukum positif”. Selain itu, kita juga melihat ketentuan prostitusi internet jika dilihat dari Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau bisa juga disebut dengan penelitian kepustakaan. Setiap jenis penelitian yang dipilih oleh seorang peneliti pasti mempunyai tujuannya masing-masing, yang tentunya berbeda-beda pada setiap permasalahan yang akan diteliti. Meninjau kembali hasil-hasil penelitian terdahulu yang tentunya berkaitan dengan permasalahan penelitian yang akan dibahas oleh peneliti saat ini.

Bahan hukum primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan data utama yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai penelitian yang dilakukan. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang digunakan untuk menunjang dan menjelaskan bahan hukum primer; dalam hal ini yang dimaksud dengan bahan hukum sekunder adalah dari sudut pandang hukum pidana Islam yang diambil dari Al-Qur'an dan Al-Hadits. Sedangkan bahan data yang digunakan untuk memperkuat pendapat di sisi hukum positif adalah Pasal 27 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan berbagai peraturan hukum lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, serta beberapa buku, majalah, artikel dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah ini.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yang dapat diperoleh dari media sosial Twitter, ayat-ayat Al-Quran, Al-hadits, peraturan hukum, buku, majalah, artikel, surat kabar, dan lain sebagainya. Pengertian analisis isi adalah suatu teknik analisis data yang dilakukan untuk membahas informasi secara mendalam tentang suatu permasalahan dalam bentuk tertulis atau cetak di media massa.

Sistematika Penulisan

Sedangkan yang dimaksud dengan analisis komparatif adalah suatu teknik analisis yang mempunyai sifat membandingkan persamaan atau perbedaan antara suatu fakta dan sifat objek yang akan diteliti dalam suatu permasalahan penelitian dalam model kerangka tertentu. Dalam hal ini, teknik analisis komparatif digunakan untuk membandingkan perspektif hukum pidana Islam dan hukum positif dalam melihat permasalahan prostitusi online di jejaring sosial Twitter. Sedangkan ditinjau dari hukum positif, terdapat pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, jenis-jenis sanksi pidana, macam-macam tindak pidana, pengertian media sosial secara umum, pengertian media sosial Twitter, pengertian prostitusi positif. hukum. serta landasan larangan prostitusi online yang ada pada pasal 27 ayat (1) UU ITE.

Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

  • Pengertian Tindak Pidana
  • Unsur-Unsur Tindak Pidana
  • Asas – Asas Tindak Pidana
  • Jenis – Jenis Jarimah
  • Prostitusi dalam Hukum Pidana Islam
  • Landasan Hukum Larangan Prostitusi dalam Hukum Pidana Islam 40
  • Pengertian Tindak Pidana Dalam Hukum Positif
  • Unsur – Unsur Hukum Pidana Dalam Hukum Positif
  • Macam – Macam Delik
  • Jenis – Jenis Sanksi Pidana
  • Prostitusi Online
  • Larangan Prostitusi Dalam Hukum Positif
  • Zina Dalam Hukum Positif

Bentuk Prostitusi Dalam Sosial Media Twitter

Proses pemesanan layanan seksual melalui media sosial Twitter menjadi salah satu contoh banyaknya praktik prostitusi online yang terjadi di Indonesia. Cukup dengan menghubungi PSK dan memilih tarif sesuai budget pelanggan, praktik prostitusi online berupa layanan seksual di media sosial Twitter terjadi. Bekerja sebagai muncikari prostitusi media sosial online di Twitter jelas sangat kontradiktif.

Dari uraian penjelasan mengenai sanksi yang dapat dijatuhkan kepada mucikari prostitusi online pada jejaring sosial Twitter, dapat disimpulkan bahwa kegiatan: Seorang PSK yang terlibat dalam prostitusi online yang dilakukan pada media sosial Twitter dapat dikenakan sanksi pidana. apabila memenuhi unsur Pasal 27 ayat (1) UU ITE sebagai berikut. Seorang pelanggan layanan seksual yang melakukan hubungan seksual dengan pelacur dalam prostitusi online melalui media sosial Twitter dapat dipidana.

Kesimpulan dari perbuatan prostitusi online yang dilakukan melalui media sosial Twitter jika dilihat dari segi hukum positif jelas merupakan perbuatan pidana dimana pelakunya dapat diancam sanksi pidana apabila mempunyai unsur pidana yaitu subjektif. elemen, patuhi. elemen dan elemen objektif. Sanksi pidana yang didapat setiap pelaku prostitusi online berbeda-beda sesuai dengan kategori perbuatan yang dilakukannya. Dari berbagai penjelasan mengenai perbuatan prostitusi online melalui media sosial Twitter, baik dari sudut pandang hukum pidana Islam maupun hukum positif, sama-sama menjelaskan bahwa perbuatan prostitusi itu dilakukan secara online.

Berikut kesimpulan penjelasan mengenai prostitusi online melalui media sosial Twitter jika dilihat dari perspektif hukum pidana Islam dan hukum positif. Klien atau penyewa jasa seksual yang melakukan hubungan seksual dengan pelacur dapat diancam dengan sanksi pidana sesuai pasal 284 KUHP atas perzinahan yang disertai tindak pidana pengaduan pihak yang bersangkutan.36 Sementara itu, klien yang tidak memiliki hubungan seksual dengan pelacur atau dalam hal ini prostitusi online. Kegiatan prostitusi di Internet melalui jejaring sosial Twitter merupakan salah satu bentuk perzinahan yang seluruh pelakunya dapat dihukum.

Prostitusi online melalui media sosial Twitter dapat digolongkan sebagai tindak pidana dan pelakunya dapat dikenakan sanksi pidana apabila memenuhi unsur-unsur yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan penjelasan dan analisis penulis mengenai prostitusi online melalui media sosial Twitter dari sudut pandang hukum pidana Islam dan hukum positif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Pandangan hukum pidana Islam dan hukum positif terhadap prostitusi online melalui media sosial Twitter adalah sebagai berikut.

Pelanggan atau penyewa layanan seksual yang melakukan prostitusi online melalui jejaring sosial Twitter yang melakukan hubungan seksual dengan pelacur dianggap pezina menurut hukum pidana Islam, jika ia bukan pezina. Ria Zumaroh, “Sanksi Prostitusi Online Dalam Perspektif Hukum Islam”, Al-Jinayah: Jurnal Hukum Pidana Islam, (Gresik) Vol.

Gambar 5.1  Contoh Video Call Seks
Gambar 5.1 Contoh Video Call Seks

Gambar

Gambar 2.2 Penggunaan Re-tweet Untuk Setiap Member
7  Gambar 2.2 “Dokumentasi Screenshoot Sosial Media Twitter”.
Gambar 5.1  Contoh Video Call Seks
4  Gambar 6.1 diambil dari “Dokumentasi Screenshoot di Twitter”
+3

Referensi

Dokumen terkait

(3) Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

8 Pasal 292 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.. Mengenai unsur perbuatan kesusilaan dalam merumuskan ketentuan hukum pidana yang diatur dalam Pasal 292 KUHP, tindakan

Unsur-unsur dalam pidana yaitu pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan, pidana itu

Pasal 27 : (3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau Mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dalam pasal 27 ayat 2 Undang- undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berbunyi :Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan / atau

Pasal 27 UU ITE Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menyebutkam bahwa : “Setiap orang melakukan dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan